//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Value of Life...  (Read 1471 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline anthony

  • Teman
  • **
  • Posts: 55
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • Sabbe Sankhara Anicca
Value of Life...
« on: 11 October 2010, 09:45:36 PM »
Mungkin beberapa diantara kita yg pernah denger kisah dr Ajahn Brahm tentang ,"Ayam dan Bebek",dimana sepasang suami istri yg kebetulan mendengar suara binatang lalu sibuk "berdebat" tentang nama binatang yang mereka dengar suaranya tersebut. Pada awalnya suaminya (yg kebetulan di kisah ini dlm posisi BENAR) berusaha sibuk"memperbaiki" kesalahan istrinya tersebut, namun belakangan akhirnya sang suami baru menyadari bahwa KEDAMAIAN ITU JAUH LEBIH PENTING DARIPADA SEKEDAR BENAR,sehingga kemudian ia mengalah kepada "kebenaran" istrinya tersebut, demi sebuah cinta yang penuh ketulusan.
 
 
Apakah cara diatas itu tepat? Sebenarnya nggak juga, tapi toh masih ada waktu lain kan untuk menjelaskan kebenarannya tersebut. Bukankah lebih baik damai terlebih dahulu, meski terpaksa harus berdiri di atas sebuah "kesalahan" sekalipun, ketimbang sebuah kebenaran namun berdiri di atas sebuah "perang". Dan sayangnya kita lebih sering githu, padahal kita lupa untuk menyadari bahwa apa yang menurut kita benar (bahkan meski itu udah tercantum di ajaran agama skalipun) belum tentu menurut orang lain juga benar, dimana hal yang paling konyol adalah kita lebih sering memaksakan EGO kita atas nama kebenaran (padahal diri kita pribadi pun juga belum tentu mau diperlakukan seperti itu, huehuehue... :P)
 
 
Ada banyak cara (dan juga mencari waktu yang tepat) dalam menyampaikan kebenaran, di mana cara yg terbaik adalah PRAKTEK LANGSUNG ketimbang sekedar RIBUAN NASEHAT. Praktek langsung tentu saja jauh lebih berharga daripada ribuan bahkan jutaan nasehat, karena orang yg pandai bicara belum tentu mampu mempraktekkannya, sedangkan orang yang mampu berpraktek baik, meski ia tak pandai bicara, namun perilakunya pasti akan langsung mendapat respek dari orang-orang sekelilingnya, dan sukur2x bisa menginspirasi mereka untuk berperilaku baik yg sama, dengan sang praktisi tersebut. Seorang motivator mungkin dapat membuat otak mampu berpikir bagaimana cara bertindak baik, tapi seorang praktisi kebajikan bahkan mampu menggerakkan hati kita bagaimana menyadari setiap tindakan yg sudah, sedang dan akan kita lakukan.
 
 
Sudah terlalu banyak kesalahan yg gak perlu yang sering kita lakukan dalam hidup sehari-hari dengan atas nama KEBENARAN, termasuk seperti contoh di atas tadi, dan terutama kepada orang tua kita. Orang tua, sebagai manusia biasa, tentu saja tidak terlepas dari kekurangan, namun haruskah kita memaksakan diri dengan atas nama KEBENARAN, sehingga kita sampai menyakiti hati mereka yang telah melahirkan kita (dengan perjuangan darah dan juga nyawa) serta tulus dalam merawat, membesarkan dan melindungi kita, sepertinya itu sangat gak sebanding banget.
 
 
Mungkin kita juga bisa belajar banyak dr kisah adik saya, (alm.) Budyanto Hanggoro, yang mampu mempraktekkan sebuah bakti dgn cara yg bijaksana, meski di usianya yg sangat belia. Adik saya baru menjelaskan KEBENARANNYA saat orang tua saya sudah dalam keadaan yg baik. Sedangkan pada saat ibu saya sedang meluapkan perasaannya sebagai wujud kekhawatiran serta kepeduliannya sebagai seorang ibu (karena adik saya waktu itu pulang malam (dikarenakan kegiatan ekskul mendadak yg harus ia jalanin saat itu) serta tidak ada kabar sama sekali (karena keterbatasan alat komunikasi saat itu, sebab HP belum umum pd thn 1994), maka adik saya memilih untuk diam dan total mendengarkan.
 
 
Namun esoknya, ia baru menjelaskan kronologis kejadiannya, dan seperti biasa, jawaban seorang ibu rata2x pasti akan sama seperti ini, "Kenapa elu gak cerita kalo kejadiannya seperti itu..." (klasik banget khan, hehehe...), tapi yg lebih hebat tentu saja jawaban adik saya tersebut, "Gak papa koq Ma, Awen (panggilan kami di rumah untuknya) memang sengaja lakukan itu, karena Awen pengen hati Mama jadi lega.... Lagipula Awen tau koq, kalo apa yg Mama lakuin semua tadi malem itu.... karena MAMA SAYANG SAMA AWEN...".
 
Di pagi yg cerah itu, saya bersyukur telah memperoleh sebuah berkah kebijaksanaan yg terindah tentang arti bakti yg tulus kepada orang tua, melalui adik saya. Meski sudah hampir 14 tahun, ia meninggalkan kami untuk selamanya (wafat dlm usia 18 thn karena kecelakaan thn 1996), namun pelajaran berharga tentang kehidupan yg ia wariskan kepada kami, akan slalu tersimpan di lubuk hati kami yg terdalam, di sepanjang kehidupan kami. Sungguh sebuah kebijaksanaan sama sekali tidak bergantung pada faktor usia, tapi lebih kepada kedewasaan batin kita masing-masing, dan (alm) adik saya mungkin cukup layak untuk termasuk menjadi salah satunya...
 
 
Pada akhirnya... nilai-nilai kehidupan (Value of Life) bukanlah bergantung semata-mata pada kebenaran, tapi lebih kepada KEBIJAKSANAAN KITA YG TENTUNYA BERLANDASKAN BELAS KASIH YG PENUH KETULUSAN. Semoga sharing sederhana ini bisa bermanfaat buat kita semua, terutama sebagai reminder buat saya pribadi. Selamat berbuat kebajikan dan semoga semua makhluk slalu hidup berbahgaia, jia you _/\_
 
 
Penuh Cinta
Wedy

[ Sumber Wedyanto Hanggoro http://www.facebook.com/note.php?note_id=416314267498 ]
Tadyatha hum Gate-gate param gate Parasamgate bodhi Svha.. _/\_