//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Rangkuman Memoar Prof. DR. Han Hwie Siong.  (Read 2077 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Rangkuman Memoar Prof. DR. Han Hwie Siong.
« on: 08 March 2010, 11:15:31 AM »
Dari pecinan Surabaya Hingga mendapatkan Bintang Ridder In De Orde Van Oranje Nassau.

Penulis Prof. DR. Han Hwie Song.
Penyunting : Benny G. Setiono, Lisa Suroso
Penerbit Pustaka Sutra.

DR. Han Hwie Siong lahir Di Surabaya Pada 21 Desember 1931. Anak ke 2 dari 9 bersaudara.
Ayah bernama Han Hien liong Dan Ibu bernama Tan Hian nio. DR Han ketika bertemu dengan kami dari sebuah gathering dari sebuah milis bernama Tionghoa net dan bekerjasama dengan Budaya Tionghoa pada hari minggu
7 maret 2010, di galangan VOC, merupakan Acara sungguh mendadak tak diduga duga sebelumnya, beliau meceritakan
Kehidupannya dimasal lampau pada era jaman Sebelum kemerdekaan sampai Orde Baru.  Beliau menceritakan Masa kecil beliau
di Surabaya, dan bercerita mengenai surabaya pada tempo dulu.

 Ketika saya bertemu beliau saya sempat bertanya kepada Beliau
"Om Han Apa Rahasia Om Han berhasil menjadi seorang yang hebat" begitu saya memanggil beliau. Dan beliau menjawab dengan santai
dan tersenyum dan bersahaja tak lebih melihat seorang yang rendah hati dan tidak menggap saya seperti pemuda yang mesti didik,
tapi dia menggap saya seperti kawan atau sahabatnya sendiri dan menjawab" Om berhasil itu karena mau mendengar Nasihat Orang tua,
, Terutama ibu saya sendiri, Om kasih tau kamu, Banyak mendengar nasihat dari Orang Tua dan nasihat dari orang yang menginginkan kamu maju"
 
Lalu Ia menceritakan Mengapa alasan beliau menulis Buku " Memoar Prof. DR HAn Hwie Song, dari Pecinan Surabaya sampai menerima Bintang Ridder in De Orde Van Oranje Nassau". Ia berkata pada khalayak " Saya Menginginkan buku ini dapat Dibaca oleh Seluruh Generasi Muda Terutama khususnya Generasi Muda Tionghoa di Indonesia, Agar memahami betul bahwa semenjak jaman dahulu Suku etnis Tionghoa sudah berjuang demi kemerdekaan Bangsa Indonesia, Saya menginginkan agar Generasi Muda Tionghoa Indonesia dapat berguna bagi masyarakat, Bangsa dan Negaranya, melalui buku ini, dapat memotivasi generasi muda tionghoa yang ada di Indonesia agar tidak minder, kurang percaya diri, tidak berkeluh kesah, dan memiliki semangat yang tinggi".

Ia Meceritakan masa lampaunya dalam buku ini, dari ia Sekolah Tionghoa karena keinginan Ayahnya yang begitu totoknya pemikirannya walaupun ia sendiri mengenyam pendidikan Belanda, akhirnya dari ibunya sendiri meminta Ayah dari DR han agar minta 1 anaknya dari 9 anaknya agar didik secara pendidikan Belanda, Begitu dia mengenap pendidikan belanda, selesainya pendidikan Belanda setelah Menginggalkan Indonesia Dr han memasuki Sekolah Bumi Putera  dimana Ia menceritakan betapa Bangga ketika itu ia dapat bersekolah  yang pernah mendidik Bung Karno dengan alasan supaya bisa melanjutkan sekolahnya dan bisa selesai dan memasuki Dunia Universitas
Beliau memasuki Universitas Airlangga dapat disana beliau mendapatkan gelar Kedokterannya. Dalam Berkawan Dr Han menasetahi kita "janganlah menjadi seorang yang berpandangan Loe Loe Gua Gua "artinya egois, tidak mau peduli sama orang lain 

Beliau mulai menulis Artikel dalam dunia kesehatan ketika ia lulus dari kuliahnya, tidak lupa ia bercerita tentang cinta.
Cinta yang pertama sampai Ia menikah dengan ibu Chen Shue Yi. Ketika ia bicara mengenai cinta ia sempat berpesan pada saya dan ibu Chen Shue yi "Kamu harus ingat sesuatu sebagai anak muda, janganlah engaku mencintai hanya sekedar cinta kalau menikah, Karena banyak sekali anak muda sekarang ketika menikah itu kemudian bercerai karena pandangan perkawinan mereka berlandaskan cinta semata, Kasihi lah anak - anak kalian kalau sudah menikah, utamakanlah pendidikan anak di nomor satukan, letakan mereka dalam pengaruh lingkungan sosial yang baik., Suami istri sebaiknya menjujung tinggi satu sama lainnya, seperti kami kalu kami berdebat atau berselisih tidak pernah didepan anak kami, dan kami selesaikan dengan baik tanpa dendam apapun, dan belajar saling mengalah, karena kami mengingat bahwa paling dalam pondasi keluarga adalah mendidik anak".

Lalu Dr han bercerita mengenai yang ia pelajari tentang ilmu pengetahuan. Pengetahuannya yang amat luar biasa, dia belajar membaca buku teks tebal lalu diringkasnya dibuat dalam sebuah catatan kecil, agar mudah dan ingat dibaca,  Beliau menceritakan Pengalamannya tetang Budaya Tionghoa, Ajaran leluhur dan sebagainya, dan tidak lupa ia bercerita tentang agamanya sendiri yaitu SAM KAU atau dikenal Buddha Tridarma, ia bercerita tentangg dirinya yang pernah mengeyam pendidikan klenteng atau bio dan menikah dengan istrinya yang beragama Nasrani, Beliau menikah sebuah gereja tionghoa, karena jaman tempo dulu Klenteng tidak menyediakan catatan sipil Dan belum adanya Wihara seperti jaman sekarang, sehingga ia mengajarkan agar generasi muda Tionghoa agar taat akan hukum.

Dr han menceritakan tentang karirnya kepada saya " Bahwa kita harus mencintai pekerjaan kita, giat lah bekerja, penuh semangat, pantang mengeluh dan displin".  Dan ia bercerita kepada saya tentang kehidupan " Pengalaman adalah Guru Utuma bagi diri kamu, Pendidikan sekolah seperti matematika dan sebagainya, bisa kamu dapatkan dibangku sekolah, tapi sebuah pengalaman tidak bisa kamu dapatkan dari bangku sekolah, Belajarlah pengalaman orang lain yang menjadi sukses sebagai tumpuan dirimu untuk mencapai kesuksesan"


Perjalanan kehidupan DR, han tidaklah semulus ia kira, Pada jaman Pergolakan revolusi G 30S PKI, menyebabkan DR. Han mengalami dilema ke Dwi negaraan. Dimana Kencintaan Beliau dengan Tanah leluhur dan Tanah kelahirannya Sendiri, Ia bingung harus memilih, Dimana ia dalam lubuk hatinya mendalam memilih Tanah kelahirannya sendiri. Dengan paksaan Dari seorang ayah dengan amat terpaksa Dr. Han meninggalkan Indonesia yang dicintainya. Ia menceritakan mengapa Chow En lai mau mengalah dengan paksaan sistem Ius sanguitis yaitu bahwa orang tionghoa dimanapun ia lahir ia menjadi warganegara asing, bukan warga negara dimana ia dilahirkan, dan dipaksa membuat surat Keterangan Warga Negara Indonesia atau yang kita kenal SKBRI.

Dr Han kemudian kembali ke tiongkok dan kemudian menuju Belanda, Disini ia memulai karirnya sebagai dokter, Ia banyak sekali menulis dan memberikan kontribusi besar bagi dunia kesehatan, dan menjadi jembatan penghubung antara dunia eropa dengan Tiongkok, sehingga ia mendapat Penghargaan tertinggi dari Ratu Beatrix atas Dedikasinya dalam Dunia kesehatan yaitu Bintang Ridder In De Orde Van Oranje Nassau pada tahun 1999. ketika tahun 2002 ia bergabung dalam milist milis tionghoa untuk menyuarakan pandangan dia selama ia merantau.

Beliau berkata kepada saya mengagumi Bung karno Dan Gus Dur. Telah banyak berjasa bagi banyak Rakyat Indonesia. Mengapa saya Antusias menulis semua nasihat beliau. jawabnya adalah  DR  Han
 mempercayai saya pribadi untuk mewakili generasi muda dan khususnya Generasi Muda Tionghoa agar mau mengunakan dirinya agar bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negaranya, dan saya mengunakan gaya penulisan beliau dalam menulis artikel, seperti ibarat mendongeng begitulah ia cara menulis.  Agar mencintai Tanah Airnya juga mencintai Budaya dan ajaran leluhurnya sendiri.
.

Terima Kasih Prof. DR. Han Hwie Song dan Istri ibu Chen Shue Yi atas pelajaran mengenai kehidupan Seorang manusia kepada saya. Saya telah banyak belajar dari Seorang Dokter Indonesia menempuh seluruh perjalanan kehidupannya dengan melalang buana Indonesia, Tionghoa dan Netherlands. Beliau masih memiliki sebuah cita cita luhur masih belum terwujud,  Yaitu Menjadi jembatan Indonesia, Tiongkok Dan  eropa, Dalam Dunia Kesehatan, Ia menginginkan agar Indonesia bisa maju dalam dunia Medis.


Inilah sebuah kutipan dari seorang Dr Han kepada kita semua
"Jika Kita Membuat Suatu Rencana untuk Satu tahun, tanamlah Gandum"
"Jika Kita Membuat Suatu Rencana untuk sepuluh Tahun, Tanamlah Pohon"
"Jika Kita Membuat Suatu Rencana untuk seratus tahun, Didiklah Manusia"
(GUAN ZI).




Jakarta, 8 Maret 2010