Karena agama Buddha berasal dr kata 'buddh' yg berarti sadar, agama yg mementingkan perkembangan tingkat kesadaran dan kedewasaan individu tsb.. Sudah jelas salah satu kelemahannya terutama di aturan disiplinnya baik utk anggota Sangha maupun umat. Dgn komparasi thdp institusi agama lain, agama Buddha termasuk salah 1 yg paling lemah. Akibatnya jelas, kelemahan gampang disalahgunakan oleh oknum berkepentingan, sehingga membuat sistem menjadi makin korup dan menghasilkan individu yg makin korup utk selanjutnya membuat sistem semakin korup lagi dan outputnya generasi yg lebih korup lagi, lingkaran setan tak berkesudahan.
Singkatnya, "kelemahan" ini berpotensi 2: jika kondisi ideal tercapai, dunia benar2 menjadi seperti surga yg nyaman ditinggali. Sebaliknya jika tidak tercapai dan malah menjurus ke korup, kehancuran Buddha-sasana akan terjadi lebih cepat dr waktu yg telah diprediksikan.
Konon, scr vinaya (?) bhikkhu yg telah menjalani 5 masa vassa dianggap telah dewasa dan mandiri. Tidak lagi dpt diatur oleh guru pembimbingnya. Jeleknya bila bhikkhu tsb berbuat hal2 yg jelek, akan berimbas ke citra Buddhisme.
Selain itu, tidak adanya otoritas tertinggi yg menjembatani antar semua sekte Buddhisme (bisa kelemahan sebaliknya bisa pula keunggulan).
Trus, toleransi yg "berlebihan" baik dlm intern 1 sekte, maupun thdp sekte lainnya, sehingga sekte2 baru yg
nyeleneh gampang bermunculan. Interpretasi seenak perut thdp Dhamma-Vinaya, terutama vinaya dg salah 1 alasan klasik, "Sang Buddha membolehkan perubahan vinaya minor". Di mana lagi bisa ditemukan kelemahan2 demikian dlm agama lain? Dimasa lalu, oknum2 yg nyeleneh begini di agama lain langsung ditindak dengan dipenggal, digantung, dibakar, disiksa dlsb. Sedangkan di agama Buddha, oknum2 demikian justru bak musafir menemukan oase di padang gurun.
Semua tuh termasuk kelemahan bukan?