//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 580739 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #30 on: 18 June 2009, 08:20:41 PM »
"apakah yg satu" pernah ditanyakan kepada arahat yg baru berumur 7 tahun yaitu sopaka...jawabannya adalah

"What is one?"

All beings subsist on food. [There are these four nutriments for the establishing of beings who have taken birth or for the support of those in search of a place to be born. Which four? Physical food, gross or refined; contact as the second, intellectual intention the third, and consciousness the fourth. -- SN XII.64"    http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,1515.0.html
Saya tidak tahu apakah kedua pertanyaan itu merujuk pada konteks yang sama, karena yang saya pernah baca bahwa Kundala Kesa pun awalnya ingin menjawab hal tersebut (mahluk terdiri dari 4 unsur yang ditunjang makanan, dst dst) namun tetap merasa jawaban itu tidak tepat. Kalau tidak salah karena ada mahluk yang tidak memiliki rupa (Arupa-Brahma). Tapi saya tidak ingat. Thanx untuk rujukannya, nanti saya coba baca-baca.



Quote
Tulisan bro paragraf kedua--- Artinya dan sebenarnya kebenaran itu sendiri tidak subjektif tapi orangnya yg subjektif karena persepsinya sendiri berada dalam pandangan yang salah karena kotoran batin yg membelenggunya dan ia tidak bisa melihat kenyataan. Kebenaran itu adalah kenyataan itu sendiri.  Oleh karena  itu Dhamma memiliki dasar dan acuannya. Acuannya adalah seperti yg diajarkan Sang Buddha.
Kebenaran mutlak, secara teori, memang tidak subjektif. Itulah yang berusaha direalisasikan dan memang bisa direalisasikan oleh semua orang-orang yang mencari kebenaran. Mengapa saya bilang secara teori? Karena saya belum mencapainya.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #31 on: 18 June 2009, 08:40:59 PM »
saudara kaiyin,
kalau anda belum merealisasikan itu hak anda, tapi kenapa anda bisa mengatakan protes akan cara saya?...kalau bs sebagai bahan koreksi saya minta kutipan dari cara saya yang salah dimata anda.
Saya tidak setuju dengan cara anda membahas kelemahan agama orang lain ketika orang lain bertanya tentang agama anda. Kalau anda tidak terima, tinggal diabaikan saja. Saya tidak ingin dan memang tidak bisa memaksakan apapun.


Quote
masalah kutipan "semoga semua makhluk berbahagia"
memang betul kata anda, tetapi sekarang mungkin posisi saya dan anda berbeda...saya mungkin merealisasikan beberapa kebenaran sebagai kebenaran dan ilusi sebagai ilusi...
jika anda sebagai saya, mengetahui seseorang itu berbahagia karena di bohongi...
salahkah jika berniat mengutarakan kebenaran pada dirinya? > saya rasa tidak salah...tergantung sikon (situasi dan kondisi pada waktu itu)
Seperti saya bilang, ada cara dan waktunya. Mungkin cara anda menyampaikan dan pemilihan waktunya memang demikian, yah tidak masalah. Seperti saya bilang, saya menyampaikan, tidak memaksa. Saya memperlakukan anda dan umat lain dengan cara yang sama demikian.


Quote
saya jadi teringat percakapan buddha dengan pangeran ( well walau tidak seperti asli nya, ini kira-kira lah soalnya juga lupa-lupa ingat ), mengenai bayi...
jika ada Bayi menelan sebuah biji besar yang dapat membuat nya mati menderita, dengan cara apakah pangeran menolong-nya....
dengan memasukkan jari atau tangan saya..
kemudian buddha berkata, tetapi itu akan membuat bayi tersebut menderita....
pangeran kemudian berkata, tetapi saya lakukan itu bukan dengan kebencian, tetapi sebagai metta.
buddha pun berkata,...........................
Percakapan Buddha dengan Pangeran Ajatasattu tersebut adalah mengenai "penderitaan yang memang harus dilalui untuk perubahan yang lebih baik". Kalau tidak salah, berkenaan dengan kasus Devadatta di Abhayarajakumara Sutta. Buddha Gotama di sini, mengetahui bahwa perkataannya pada Devadatta menyebabkan Devadatta ditelan bumi, namun dengan perkataan itu juga, menyebabkan Devadatta menyadari kebenaran. Menurut Milinda Panha, Devadatta akan menjadi Pacceka Buddha bernama Athissara (kalau tidak salah).

Saya pribadi, tidak bisa mengetahui pencapaian orang lain di kemudian hari seperti halnya Buddha Gotama dalam kasus Devadatta. Kalau anda memang bisa meramalkan pencapaian kesucian orang lain di kemudian waktu, silahkan saja. Saya memang menilai hanya dari keterbatasan saya.


Quote
kadang-kadang seperti terjadi pada upali dan nigantha,upali memang tidak berniat mencelakai guru-nya....akan tetapi karena pandangan konsep yang bertolak belakang....kadang memang tidak menutup kemungkinan terjadi hal-hal itu..
sama hal nya membahas dhamma dan ajaran lain.....walau katanya telah mencari kebenaran bukan pembenaran tidak menutup adanya emosi atau lainnya keluar..
akan tetapi dilakukan itu bukan semata-mata demi kesombongan....
Memang betul, kadang konflik tidak terhindarkan. Tetapi seperti saya katakan, saya tetap memprioritaskan yang "tanpa konflik".


Quote
jadi yang anda katakan bahwa tidak berbuat apa-apa...oke-oke saja..
tetapi yang saya katakan bahwa berbuat sesuatu...saya rasa oke-oke saja.....
Kalau begitu, silahkan mengenalkan dhamma dengan cara anda. Saya minta maaf telah mengkritik anda.
Saya janjikan tidak terulang lagi.


Quote
saudara kaiyin,perumpamaan anda tentang pelangi itu perumpamaan secara samuthi...jelas saja bagi semua orang berbeda-beda....
saya sependapat dengan saudara bond,

salam metta.

Mengulang kembali jawaban ke saudara bond, karena saya belum merealisasikan "paramatha sacca", jadi hanya bicara lingkup samuthi.

Salam Metta.

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #32 on: 18 June 2009, 10:02:06 PM »
saudara kaiyin,
kalau anda belum merealisasikan itu hak anda, tapi kenapa anda bisa mengatakan protes akan cara saya?...kalau bs sebagai bahan koreksi saya minta kutipan dari cara saya yang salah dimata anda.
Saya tidak setuju dengan cara anda membahas kelemahan agama orang lain ketika orang lain bertanya tentang agama anda. Kalau anda tidak terima, tinggal diabaikan saja. Saya tidak ingin dan memang tidak bisa memaksakan apapun.
saudara kaiyin,
yang saya maksudkan disitu ketika seseorang mengisi cangkirnya dengan A...
maka ketika kita menyebutkan kelemahan/kesalahan pada konsep-nya....setidaknya A itu bisa berkurang...

seperti biasa umat nasran1 biasanya mengatakan mr.T adalah awal.....kalau sudah tertanam konsep ini....mau bilang A b c pun semua nya jadi sesuai pandangannya...
kadang saya menggunakan sedikit pemutar balik kata guna menyadarkan kalau mr.T awal itu adalah bertabrakan dengan kenyataan.
ada jg kadang saya menggunakan kata "maha-pengasih" sebagai penyadar....contoh nya sudah pernah sy post.

well, ada kasus tertentu saya bisa membuat pikiran lawan diskusi menjadi sedikit open mind dan akhirnya mulai lah berpikir kritis ttg kepercayaan di anut-nya......
tetapi ada juga yg tidak.....sy rasa mencoba tidak ada salah-nya...selama sikon masih bisa....
ada juga beberapa kasus kalau lawan bicara kita orang termuka, mau tidak mau kita angguk kepala saja apa yg di katakannya.....
relatif lah...

terima kasih banyak,anda mau mengkritik saya...setidak nya bisa menjadi masukan bagi saya sendiri....

salam metta.
« Last Edit: 18 June 2009, 10:05:23 PM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #33 on: 18 June 2009, 10:53:07 PM »
1. apakah itu

   kenyataan (fact)
   kebenaran (truth)
   realitas (reality)

dlm ajaran/pandangan Buddha Gautama... ?

2. adalah perbedaan kebenaran dgn kebenaran absolute?


(semoga pertanyaan ini cukup berbobot ya bro Johnz!)

mohon senior2 membantunya.
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline wen78

  • Sebelumnya: osin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.014
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #34 on: 19 June 2009, 01:45:23 AM »
cobalah sekali2 untuk menertawakan thread ini dan thread "Kagak Ngerti, Saya mau bertanya".

mudah2an mengerti maksud saya  :)

 _/\_
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #35 on: 19 June 2009, 09:05:31 AM »
saudara kaiyin,
yang saya maksudkan disitu ketika seseorang mengisi cangkirnya dengan A...
maka ketika kita menyebutkan kelemahan/kesalahan pada konsep-nya....setidaknya A itu bisa berkurang...
Kalau saya pribadi, lebih memilih mengosongkan cangkir A itu dengan anjuran, bukan menunjukkan kelemahannya. Ada banyak cara mengarahkan pandangan seseorang, dan itu tidak selalu memerlukan pernyataan bahwa "ajaranmu ada yang salah". 

Saya beri contoh ketika Buddha berdebat soal kasta, Buddha tidak mengatakan "membedakan orang berdasarkan kasta adalah salah" tetapi mengarahkan pola pikir lawan bicaranya agar berpikir, "apakah benar kasta membuat perbedaan?" dari sudut pandang yang dapat dimengerti lawan bicaranya. Ketika para Brahmana mengatakan bahwa Brahmana terlahir dari mulut Brahma, kasta rendah hanya terlahir dari kaki Brahma, Buddha tidak mengatakan pandangan itu salah, atau memaksakan pandangannya sendiri tentang kesamaan derajat.
Buddha hanya menanyakan pertanyaan sederhana:

"Jika menjalankan sila, apakah hanya Brahmana yang terlahir di alam bahagia setelah kematian, sedangkan kasta lain tidak? Sebaliknya seseorang melanggar sila dan berbuat jahat, apakah hanya kasta rendah yang terlahir di alam celaka, sedangkan Brahmana tidak?"

Sebagai orang awam, pasti masih memiliki ego. Kadang seseorang bisa menerima dirinya salah, tetapi tidak mau mengakuinya secara verbal. Kita tidak perlu menekannya untuk mengakuinya. Kadang orang belum bisa menerima, tetapi lambat laun dia mencerna dan mengerti. Kalau kita berikan rasa nyaman dalam diskusi, maka ia tidak segan untuk kembali lagi berdiskusi dengan kita. Saya pun enggan diskusi kalau saya di-"bego-bego"-in atau di-"salah-salah"-in terus. Kadang orang memang tidak cocok dengan dhamma, ya sudah tidak apa-apa. Setidaknya jangan sampai memberikan gambaran "umat Buddha itu kasar" dalam diri orang lain. Satu orang berpikir begitu, cerita ke teman2nya, keluarganya, akhirnya semua tidak ada yang minat dengar dhamma, bahkan mengembangkan permusuhan. Bayangkan seberapa banyak kesusahan yang kita berikan pada orang lain.


Quote
seperti biasa umat nasran1 biasanya mengatakan mr.T adalah awal.....kalau sudah tertanam konsep ini....mau bilang A b c pun semua nya jadi sesuai pandangannya...
kadang saya menggunakan sedikit pemutar balik kata guna menyadarkan kalau mr.T awal itu adalah bertabrakan dengan kenyataan.
ada jg kadang saya menggunakan kata "maha-pengasih" sebagai penyadar....contoh nya sudah pernah sy post.
Bagi saya, menyimak pembicaraan umat lain tentang kepercayaannya juga penting, karena dengan begitu kita bisa lebih mengenal pola pikirnya. Dengan mengetahui pola pikir seseorang, maka kita bisa memilah kira-kira topik dhamma apa yang sesuai, yang dapat diterima olehnya. Kalau kita mau berdana dhamma, kita tidak bisa menuntut orang yang mengerti omongan kita, tetapi harus kita yang mencoba mengerti bagaimana mereka berpikir. Walaupun satu agama, satu gereja/vihara, satu kelompok sel, tetap saja dua orang memiliki 2 pandangan berbeda.



Quote
well, ada kasus tertentu saya bisa membuat pikiran lawan diskusi menjadi sedikit open mind dan akhirnya mulai lah berpikir kritis ttg kepercayaan di anut-nya......
tetapi ada juga yg tidak.....sy rasa mencoba tidak ada salah-nya...selama sikon masih bisa....
ada juga beberapa kasus kalau lawan bicara kita orang termuka, mau tidak mau kita angguk kepala saja apa yg di katakannya.....
relatif lah...

terima kasih banyak,anda mau mengkritik saya...setidak nya bisa menjadi masukan bagi saya sendiri....

salam metta.
Ya, dengan orang dan kondisi berbeda, hasilnya pasti juga berbeda.
Terima kasih kembali.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #36 on: 19 June 2009, 09:33:54 AM »
1. apakah itu

   kenyataan (fact)
   kebenaran (truth)
   realitas (reality)

dlm ajaran/pandangan Buddha Gautama... ?
Saya rasa ketiga hal itu adalah sama. Semuanya adalah segala sesuatu yang dipersepsi oleh enam indera.


Quote
2. adalah perbedaan kebenaran dgn kebenaran absolute?

Terkait dengan jawaban pertama, karena keterkondisian panca khanda, maka kebenaran/realita/fakta seseorang adalah berbeda dengan yang lain. Demikianlah itu disebut kebenaran relatif. Sebaliknya kebenaran mutlak adalah yang tidak terkondisi. Setahu saya, kebenaran mutlak adalah direalisasikan oleh diri sendiri dan tidak bisa diajarkan ke orang lain. Yang bisa diajarkan adalah kebenaran relatif yang membantu seseorang untuk merealisasi kebenaran mutlak.

Dalam satu diskusi di forum ini dulu, saya pernah berkata bahwa semua yang Buddha ajarkan adalah kebenaran relatif, namun bukan sembarang kebenaran relatif tetapi yang dapat mendukung para murid untuk merealisasikan sebuah kebenaran mutlak yang adalah "entah apa" dan tidak terkatakan.



Offline Mr.Jhonz

  • Sebelumnya: Chikennn
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.164
  • Reputasi: 148
  • Gender: Male
  • simple life
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #37 on: 19 June 2009, 10:16:48 AM »
Nanya lg,
bagaimana pandangan om kainy tentang kesunyataan mulia yg dibolak balik urutannya,demi sebuah kepentingan "marketing"
dan itu dilakukan oleh bhikku yg di yakini telah mencapai anagami.


Maaf jika terkesan terlalu vulgar
Kamsia.
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #38 on: 19 June 2009, 10:35:28 AM »
Nanya lg,
bagaimana pandangan om kainy tentang kesunyataan mulia yg dibolak balik urutannya,demi sebuah kepentingan "marketing"
dan itu dilakukan oleh bhikku yg di yakini telah mencapai anagami.


Maaf jika terkesan terlalu vulgar
Kamsia.

Ini saya pernah bahas. Saya tidak setuju sama sekali, karena memang jadi tidak "nyambung".
Saya pernah berikan perumpamaan peta bagi yang mau pergi dari kota A ke kota B.
Buddha memberikan urutan peta dari pintu kota A, perjalanan, lalu akhirnya menuju pintu kota B.
Sementara Bhikkhu yang diyakini Anagami (bahkan sebagian lain meyakini sebagai Arahat) memberikan peta dimulai dari pintu masuk kota B, jalan mundur ke pintu A.

Seandainya anda dari perempatan Grogol mau ke Mega Mall Pluit buat KopDar, tapi anda tidak tahu jalan.
A memberikan petunjuk: Depan Mega Mall ada sungai, sebelum ke Mega Mall ada perempatan, sebelumnya lagi ada perempatan di mana sebelah kiri ada Pluit Junction dan jalan menuju Bandara Soekarno Hatta.
B memberikan petunjuk: di perempatan Grogol ada 4 jalan, ambil arah di mana sebelah kiri anda Mal Ciputra dan sebelah kanan anda, jauh di seberang ada Universitas Tarumanegara.
Saya tanya anda, yang mana yang lebih memudahkan anda sampai di tujuan?


« Last Edit: 19 June 2009, 10:37:07 AM by Kainyn_Kutho »

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #39 on: 19 June 2009, 10:45:48 AM »
kebenaran relatif itu kebenaran yang terikat waktu dan tempat...
misalkan,
apakah warna merah itu merah delima atau merah muda......
apakah makanan pangsit itu enak atau tidak enak....
batu tenggelam di dasar kolam....( karena di bumi.)
kebenaran ini pasti menimbulkan beberapa pandangan.......


kebenaran absolut seperti...
semua yang terbentuk tidaklah kekal......baik dibulan di bumi atau diplanet lain semua sama..
manusia terdiri dari 5 khandha.


tetapi hendaknya bisa dimengerti...
misalkan "semua binatang sama yakni terdiri dari jasmani dan batin" ( paramatha ) disini bisa saja di salah artikan menjadi kambing = anjing.
padahal dalam samuthi kambing tidak sama dengan anjing....

harap kedua kebenaran ini bisa di pahami.^^

metta.

Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #40 on: 19 June 2009, 10:53:05 AM »
^
Kebenaran adalah hal yg dipercaya, merupakan kebenaran.. tidak dipercaya pun tetap merupakan kebenaran (Hasil Talk Show: Hidup bukan hanya AKU) ;D
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #41 on: 19 June 2009, 10:54:41 AM »
kebenaran relatif itu kebenaran yang terikat waktu dan tempat...
misalkan,
apakah warna merah itu merah delima atau merah muda......
apakah makanan pangsit itu enak atau tidak enak....
batu tenggelam di dasar kolam....( karena di bumi.)
kebenaran ini pasti menimbulkan beberapa pandangan.......


kebenaran absolut seperti...
semua yang terbentuk tidaklah kekal......baik dibulan di bumi atau diplanet lain semua sama..
manusia terdiri dari 5 khandha.


tetapi hendaknya bisa dimengerti...
misalkan "semua binatang sama yakni terdiri dari jasmani dan batin" ( paramatha ) disini bisa saja di salah artikan menjadi kambing = anjing.
padahal dalam samuthi kambing tidak sama dengan anjing....

harap kedua kebenaran ini bisa di pahami.^^

metta.
Itu adalah teori dari kebenaran mutlak. Memang benar. Tetapi sebelum kita mencapai kesucian, maka kita hanya memahami kebenaran mutlak itu dari sudut pandang kebenaran relatif. Sama seperti unsur Tilakkhana lainnya juga demikian.


Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #42 on: 19 June 2009, 11:00:36 AM »
Nanya lg,
bagaimana pandangan om kainy tentang kesunyataan mulia yg dibolak balik urutannya,demi sebuah kepentingan "marketing"
dan itu dilakukan oleh bhikku yg di yakini telah mencapai anagami.


Maaf jika terkesan terlalu vulgar
Kamsia.

Ini saya pernah bahas. Saya tidak setuju sama sekali, karena memang jadi tidak "nyambung".
Saya pernah berikan perumpamaan peta bagi yang mau pergi dari kota A ke kota B.
Buddha memberikan urutan peta dari pintu kota A, perjalanan, lalu akhirnya menuju pintu kota B.
Sementara Bhikkhu yang diyakini Anagami (bahkan sebagian lain meyakini sebagai Arahat) memberikan peta dimulai dari pintu masuk kota B, jalan mundur ke pintu A.

Seandainya anda dari perempatan Grogol mau ke Mega Mall Pluit buat KopDar, tapi anda tidak tahu jalan.
A memberikan petunjuk: Depan Mega Mall ada sungai, sebelum ke Mega Mall ada perempatan, sebelumnya lagi ada perempatan di mana sebelah kiri ada Pluit Junction dan jalan menuju Bandara Soekarno Hatta.
B memberikan petunjuk: di perempatan Grogol ada 4 jalan, ambil arah di mana sebelah kiri anda Mal Ciputra dan sebelah kanan anda, jauh di seberang ada Universitas Tarumanegara.
Saya tanya anda, yang mana yang lebih memudahkan anda sampai di tujuan?

Quote
Jadi, Sang Buddha mengajarkan:
(1) Dukkha
(2) Penyebab Dukkha
(3) Lenyapnya Dukkha
(4) Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha

dan Ajahn Brahm mengajarkan:
(1) Kebahagiaan (Lenyapnya Dukkha)
(2) Jalan Menuju Kebahagiaan (Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha)
(3) Tidak adanya Kebahagiaan (Dukkha)
(4) Penyebab tidak adanya Kebahagiaan (Penyebab Dukkha).

Alasan beliau, ini adalah siasat bagi promosi Buddhisme di Barat, karena orang Barat sering bilang Buddhisme itu agama pesimistik.
kalau saya melihat nya nyambung kok...walau pintu masuk berbeda...

pernah ada cerita dimana seorang yang menjadi bikkhu untuk mengejar gadis surgawi yang di tampakkan oleh buddha....akan tetapi se-iring berlatih akhirnya orang tersebut mengerti dan tidak meminta janji sang buddha untuk -nya.
bukankah sama saja, motivasi awal mengejar kebahagiaan akan tetapi akhir nya mengerti tentang dukkha.^^

salam metta.

Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #43 on: 19 June 2009, 11:03:23 AM »
kebenaran relatif itu kebenaran yang terikat waktu dan tempat...
misalkan,
apakah warna merah itu merah delima atau merah muda......
apakah makanan pangsit itu enak atau tidak enak....
batu tenggelam di dasar kolam....( karena di bumi.)
kebenaran ini pasti menimbulkan beberapa pandangan.......


kebenaran absolut seperti...
semua yang terbentuk tidaklah kekal......baik dibulan di bumi atau diplanet lain semua sama..
manusia terdiri dari 5 khandha.


tetapi hendaknya bisa dimengerti...
misalkan "semua binatang sama yakni terdiri dari jasmani dan batin" ( paramatha ) disini bisa saja di salah artikan menjadi kambing = anjing.
padahal dalam samuthi kambing tidak sama dengan anjing....

harap kedua kebenaran ini bisa di pahami.^^

metta.
Itu adalah teori dari kebenaran mutlak. Memang benar. Tetapi sebelum kita mencapai kesucian, maka kita hanya memahami kebenaran mutlak itu dari sudut pandang kebenaran relatif. Sama seperti unsur Tilakkhana lainnya juga demikian.
kata-kata anda sama dengan saudara coedabgf,
apakah harus sampai mencapai sotapanna-arahat untuk mengerti dhamma? tanpa itu semua...sekarang lebih baik di lihat langsung.
ketika kita memakan garam dan dengan kondisi sadar mengetahui rasa garam "asin"
apakah masih harus meragukan rasa dari garam itu.
apakah meragukan kondisi sadar dari diri sendiri?

salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #44 on: 19 June 2009, 11:26:07 AM »
Quote
Jadi, Sang Buddha mengajarkan:
(1) Dukkha
(2) Penyebab Dukkha
(3) Lenyapnya Dukkha
(4) Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha

dan Ajahn Brahm mengajarkan:
(1) Kebahagiaan (Lenyapnya Dukkha)
(2) Jalan Menuju Kebahagiaan (Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha)
(3) Tidak adanya Kebahagiaan (Dukkha)
(4) Penyebab tidak adanya Kebahagiaan (Penyebab Dukkha).

Alasan beliau, ini adalah siasat bagi promosi Buddhisme di Barat, karena orang Barat sering bilang Buddhisme itu agama pesimistik.
kalau saya melihat nya nyambung kok...walau pintu masuk berbeda...

pernah ada cerita dimana seorang yang menjadi bikkhu untuk mengejar gadis surgawi yang di tampakkan oleh buddha....akan tetapi se-iring berlatih akhirnya orang tersebut mengerti dan tidak meminta janji sang buddha untuk -nya.
bukankah sama saja, motivasi awal mengejar kebahagiaan akan tetapi akhir nya mengerti tentang dukkha.^^

salam metta.


Mungkin bagi anda nyambung, silahkan saja. Bagi saya pribadi, saya tidak cocok dengan orang yang memberikan peta jalan mundur. Ajaran Buddha dimulai dari menyadari Dukkha, bukan keinginan mengejar Kebahagiaan.

Mengenai kisah Thera Nanda, sepupu Buddha yang dijanjikan bidadari kaki merah, yang menyebabkan perubahan adalah rasa malu dari Nanda. Rasa malu yang ditimbulkan dari penghinaan rekan-rekan bhikkhu begitu besar sehingga menekan nafsunya. Jadi memang bukan karena mengejar-ngejar bidadari (kebahagiaan) itu, lalu tiba-tiba nafsu hilang dan jadi arahat. Ketika seseorang menyadari dukkha, maka penghentian nafsu adalah mungkin. Ketika penghentian nafsu ada, maka keengganan dan kebebasan dari belenggu adalah mungkin.

Dan kembali lagi, kapasitas saya dalam dhamma, dibandingkan dengan Buddha, setetes air banding samudera pun masih kurang cocok perbandingannya. Oleh karena itu saya tidak memberikan dhamma dengan menyuruh orang menghadap matahari, mengusap wajah sambil berkata "Rajoharanam" kemudian membenarkan metode itu dengan mengatakan, "Buddha juga dulu begitu".


 

anything