//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - purnama

Pages: 1 2 3 4 [5] 6
61
Namo Buddhaya;
Namo Amitofo;

Sebagai mana belakangan Saya banyak hal penulisan saya cukup
meresahkan teman - teman semilis. Saya mohon maaf sebesar - besarnya
kepada semua sekte apakah Teravada, Mahayana, atau Vajrayana.
Budaya adalah budaya. Agama adalah agama. Apakah budaya bisa sejalan
dengan Budaya. itu tergantung dari diri kita memahaminya. Budaya
adalah suatu kewajiban kita untuk kita pelihara nilai - nilai luhurnya
itulah ajaran Sang Buddha kepada kita. Apapun bentuknya kita pelihara
dengan hati yang mulia. Apapun dari mana kita berasal suku apapun itu,
kita memang harus mampu menjaga budaya kita, Yang baik kita pelihara,
yang buruk kita buang.

Apakah budaya itu tionghoa, india, tibet, amerika atau apapun itu kita
harus memelihara dari kesukuan apapun itu, Mari kita berpikir dari
segi pemikiran Ym. Bhikku Ashin Jinarakhita kepada kita. Beliau
mengajarkan ke kita agar kita bisa Satu buddha. Apapun alirannya,
kepercayaaanya, ataupun darma, vinaya, sutta atau apapun
itu. Memelihara ajaran Sang buddha adalah tanggung jawab kita
bersama.Apapun itu alirannya. Begitu indahnya kalau kita memelihara
semangat almarhum YM. Bhikku Ashin Jinarakhita Kita pun merasa bahagia,
melihat teman kita walau beda aliran tapi merasa kita saudara sedarma.

Saya sendiri seorang penulis, memang saya memeliki hoby menulis
artikel, sedikitnya masih mau menulis artikel membahas kebuddhisan
walau saya hanyalah seorang umat. Saya belum tentu sebaik Saudara
sedarma dan para Sangha saya hormati yang menjadi member disini. Tapi
masih mau ada usah mau mengembangkan kebajikan. Kalo ada tulisan saya
menjelekan aliran tertentu saya mohon maaf sebelumnya.

Terima Kasih Kepada Saudara moderator;
Juga sahabat saya sedarma;
Terima kasih pada teman - teman masih mengkritik saya;
Semoga Darma selalu ada didalam pikiran dan dihati kita masing -masing
Semoga kita mampu menjalankan kebajikan darma setiap hari walau itu kecil



Sabbe Satta Bhantu Shukita;
Taddya Gate - gate parasamgate Bodhisuava.
Sadhu sadhu

Purnama
http://groups.yahoo.com/group/Dharmajala

62
Perayaan Dongzhi sebenarnya sudah ada sejak dinasti Zhou. Tapi
karena pada masa Zhou memiliki sistem kalender yang berbeda ( cat:
penempatan tahun baru ). Pada masa tersebut, Dongzhi dianggap tahun
baru. Kemudian pada masa dinasti Han, dimana sistem kalender berubah
lagi, barulah Dongzhi dirayakan secara meriah dan dengan cara yang
berbeda pada masa dinasti Zhou. Perayaan Dongzhi sekarang ini bisa
dikatakan berasal dari dinasti Han.

dong 冬 berarti musim dingin, zhi 至 berarti paling/sangat
Dongzhi adalah hari dengan siang terpendek (malam terpanjang) di bumi
bagian utara.
Matahari berada pada posisi paling selatan (23,5° LS).
Dongzhi memiliki makna yang luas dan mengandung unsur kekeluargaan.
Dan kita harus tahu bahwa keluarga merupakan salah satu pilar budaya
Tionghoa.
Selain itu dalam Dongzhi ada makanan yang melambangkan bentuk
perlawanan terhadap mereka yang zalim.

Tangyuan atau onde melambangkan persatuan dan keharmonisan keluarga.
Yuan yang artinya bulat melambangkan kesempurnaan. Tangyuan kadang
disebut tuanyuan yang artinya adalah reuni keluarga.

Selain itu juga ada pepatah yang disebutkan pada saat Dongzhi, "Tidak
memakan pil emas, tidak memakan pil perak, tidak bertambah satu
tahun." Maksudnya adalah mereka yang makan onde akan bertambah umurnya
satu tahun, dan ini merupakan suatu doa atau harapan agar kita selalu
panjang umur.

Orang Tiongkok utara memakan Jiao'er atau Huntun.
Ketika dinasti Han, banyak penduduk menderita penyakit akibat hawa
dingin hingga telinganya membeku ( cat: disebut jiaoer ). Seorang
tabib Zhang Zhongjing ( cat: 25-220 M) membuat ramuan obat yang
terdiri dari daging, bumbu serta bahan obat, yang dibungkus menyerupai
bentuk telinga.

Zaman dinasti Han penduduk sering diganggu oleh orang Xiongnu yang
dipimpin oleh dua orang yang bernama Hun dan Tun. Untuk
mengekspresikan kejengkelan mereka, dibuatlah makanan yang dinamakan
huntun. Sehingga memakan huntun diartikan memakan pemimpin Xiongnu:
Hun dan Tun.

Tidak selalu jatuh pada tanggal 13. Tahun ini dongzhi jatuh pada
bulan 11 tanggal 13. Tahun depan jatuh pada tanggal 24 bulan 11.
Dongzhi pasti jatuh di bulan 11 penanggalan Imlek.
Untuk itu kita perlu tahu sistem perhitungan jieqi dan satuan minggu
dalam penanggalan Tiongkok.

Tung che adalah tradisi perayaaan tanda terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas lindunganNYa dan berkahNYA. Sejarah Tung che pada jaman dinasti Ming pada kaisar Yongle. Tung Che. Perayaan ini sangatlah unik karena tidak dapat dipastikan kalender tionghoanya ataupun kalender internasional. Karena perayaan ini dari perhitungan posisi matahari 270 derajat dari bumi dan dimana sinar matahari mulai berkurang dan siang hari menjadi sedikit. Dan uniknya kabarnya jika kita menaruh telur diletakan diatas tanah bumi akan berdiri tegak pada saat hari tung che tersebut. kabarnya tung che dimana dipercaya semua unsur alam bersatu dengan matahari. Kebiasaan makan onde adalah tradisi tung che. Yang artinya kita menambah umur kita 1 tahun dan kita dapat diberkahi kesehatan dan umur yang panjang. Secara tradisi tung che tidak jauh dari makanan khasnya onde.

63
ASAL MULA TAHUN BARU IMLEK

Imlek (lafal Hokkian dari 阴历, pinyin: yin li, yang artinya kalender bulan) atau Kalender Tionghoa adalah kalender lunisolar yang dibentuk dengan menggabungkan kalender bulan dan kalender matahari.

Kalender Tionghua sekarang masih digunakan untuk memperingati berbagai hari perayaan tradisional Tionghua dan memilih hari yang paling menguntungkan untuk perkawinan atau pembukaan usaha. Kalender Tionghua dikenal juga dengan sebutan lain seperti "Kalender Agrikultur" (nónglì 农历/農曆), "Kalender Yin 阴历/陰曆" (karena berhubungan dengan aspek bulan), "Kalender Tua" (jìulì 旧历/舊曆) setelah "Kalender Baru" (xīnlì 新历/新曆) yaitu kalender masehi, diadopsi sebagai kalender resmi dan "Kalender Xià 夏历/夏曆" yang pada hakekatnya tidak sama dengan kalender saat ini.

1. ASAL MULA TAHUN BARU IMLEK
Tidak diketahui secara pasti kapan tahun baru imlek bermula, tetapi berdasarkan perkiraan, bermula dari sekitar tahun 2700 sebelum masehi.
Angka tahun imLek adalah angka tahun dihitung dari tahun kelahiran Khonghucu (551 SM). Jadi, angka tahun imlek adalah angka tahun Gregorian + 551 -> 2004 + 551 = 2555.
Menurut ShiJi (catatan sejarah) tulisan Sima Qian, kalender pertama dimulai ketika kaisar Kuning (Huang Di) naik tahta pada tahun 2697 SM.
Jadi, angka tahun imlek adalah angka tahun Gregorian + 2697 -> 2004 +2697 = 4701. Angka ini dipakai oleh kaum Taois untuk menyebutkan tahun Imlek.

---------------------------------------
Sejarah

Huang Di

Kalender Tionghua mulai dikembangkan pada millenium ketiga sebelum masehi, konon ditemukan oleh penguasa legendaris pertama, Huáng Dì, yang memerintah antara tahun 2698 SM - 2599 SM. Dan dikembangkan lagi oleh penguasa legendaris keempat, Kaisar Yáo. Siklus 60 tahun (gānzhī atau liùshí jiǎzǐ) mulai digunakan pada millennium kedua sebelum masehi. Kalender yang lebih lengkap ditetapkan pada tahun 841sm pada zaman Dinasti Zhōu dengan menambahkan penerapan bulan ganda dan bulan pertama satu tahun dimulai dekat dengan titik balik matahari pada musim dingin.

Dinasti Qin

Kalender Sìfēn (empat triwulan), yang mulai diterapkan sekitar tahun 484sm, adalah kalender Tionghua pertama yang memakai perhitungan lebih akurat, menggunakan penanggalan matahari 365¼ hari, dengan siklus 19 tahun (235 bulan), yang dalam ilmu pengetahuan Barat dikenal sebagai Peredaran Metonic. Titik balik matahari musim dingin adalah bulan pertamanya dan bulan gandanya disisipi mengikuti bulan ke 12. Pada tahun 256sm, kalender ini mulai digunakan oleh negara Qín, kemudian diterapkan di seluruh negeri Tiongkok setelah Qín mengambil alih keseluruhan negeri Tiongkok dan menjadi Dinasti Qín. Kelender ini tetap digunakan sepanjang separuh pertama Dinasti Hàn Barat.

Dinasti Han

Kaisar Wǔ dari Dinasti Han Barat memperkenalkan reformasi kalender baru. Kalender Tàichū (Permulaan Agung) pada tahun 104sm mempunyai tahun dengan titik balik matahari musim dingin pada bulan ke 12 dan menentukan jumlah hari untuk penanggalan bulan (satu bulan 29 atau 30 hari) dan bukan sesuai dengan prinsip terminologi matahari (yang secara keseluruhan sama dengan tanda zodiak). Sebab gerakan matahari digunakan untuk mengkalkulasi Jiéqì (ciri-ciri musim).

Dinasti Tang

Sedangkan pada zaman Dinasti Jin dan Dinasti Tang juga sempat dikembangkan Kalender Dàyǎn dan Huángjí, walaupun tidak sempat dipergunakan. Dengan pengenalan ilmu astronomi Barat ke Tiongkok melalui misi penyebaran agama kr****n, gerakan bulan dan matahari mulai dihitung pada tahun 1645 dalam Kalender Shíxiàn Dinasti Qīng, yang dibuat oleh Misioner Adam Schall.

Cara perhitungan

Kalender Tionghua memiliki aturan yang sedikit berbeda dengan kalender umum, seperti ; perhitungan bulan adalah rotasi bulan pada bumi. Berarti hari pertama setiap bulan dimulai pada tengah malam hari bulan muda astronomi. (Catatan, "hari" dalam Kalender Tionghua dimulai dari jam 11 malam dan bukan jam 12 tengah malam). Satu tahun ada 12 bulan, tetapi setiap 2 atau 3 tahun sekali terdapat bulan ganda (rùnyuè, 19 tahun 7 kali). Berselang satu kali jiéqì (musim) tahun matahari Tiongkok adalah setara dengan satu pemulaan matahari ke dalam tanda zodiak tropis. Matahari selalu melewati titik balik matahari musim dingin (masuk Capricorn) selama bulan 11.

Penerapan di masa kini

Penggunaan utama dalam kegiatan sehari-hari adalah menentukan fase bulan, yang penting bagi petani dan dimungkinkan karena setiap hari dalam kalender sesuai dengan fase tertentu dalam suatu bulan. Kalender tradisional Asia Timur lainnya mirip, atau sama, dengan kalender Tionghoa: kalender Korea sama, dalam kalender Vietnam digunakan kucing, bukan kelinci dalam shionya, dan kalender Jepang tradisional menggunakan metode penghitungan yang berbeda, sehingga ada ketidaksesuaian antara kedua kalender itu dalam tahun-tahun tertentu.

Dua belas shio

Kedua belas binatang (十二生肖 shíèr shēngxiào, atau 十二屬相 shíèr shǔxiāng) yang melambangkan kedua belas Cabang Bumi adalah, sesuai urutannya:

* tikus
* kerbau
* macan
* kelinci
* naga
* ular
* kuda
* kambing
* kera
* ayam
* anjing
* babi

Di Tiongkok yang memiliki 4 musim, musim yang dirasakan paling sukar adalah musim dingin, karena siang hari pendek sedangkan malam hari lebih panjang, dan cuaca saat itu sangat dingin. Tibanya musim semi dirasakan sebagai suatu hal yang membawa kegembiraan. Oleh karena itu mereka mengadakan suatu perayaan, dan inilah yang sekarang menjadi tahun baru imlek. Pada hari tersebut seluruh anggota
keluarga berkumpul dan saling berkunjung.

Konon, waktu pemerintahan Huangdi tahun baru dirayakan di tengah musim dingin (bulan Zi, sekitar 7-8 Desember)
Waktu Dinasti Xia, tahun baru dirayakan di awal musim semi (bulan Yin, sekitar 4-5 Februari)
Kemudian pada Dinasti Shang, tahun baru dirayakan menjelang akhir musim dingin (bulan Chou, sekitar 5-6 Januari)
Baru pada masa pemerintahan Han Wudi (Dinasti Han), tahun baru dikembalikan ke awal musim semi (bulan Yin).
-----------------------------------

LATAR BELAKANG SEJARAH Imlek TIONGHOA DI INDONESIA


Sampai dengan pertengahan abad 19 (tahun 1850an), orang Tionghoa di
Indonesia adalah mereka yang sudah beberapa generasi tinggal di Indonesia.
Pada saat mereka datang, mereka semua adalah laki-laki, kemudian mereka
menikah dengan wanita Indonesia setempat. Keturunan mereka kemudian
saling menikah di antara mereka (warga peranakan lainnya), dan inilah yang
disebut golongan peranakan. Karena sudah beberapa keturunan tinggal di
Indonesia, mereka umumnya sudah tidak bisa lagi berbahasa Mandarin atau
dialek, namun mereka masih memegang tradisi Tionghoa walaupun tidak
terlalu kuat.

Mulai akhir abad 19 dan seterusnya, gelombang orang Tionghoa berikutnya
datang ke Indonesia. Karena sudah cukup mapan, mereka mampu untuk
mendatangkan kaum wanita, sehingga mereka tidak menikah dengan penduduk
setempat, melainkan di antara gelombang yang baru datang tersebut.
Karenanya mereka masih berbahasa Tionghoa/dialek dan tetap memegang
tradisi. Mereka inilah yang disebut golongan totok.

Akhir abad ke-19, di Tiongkok terjadi gerakan kebangkitan nasional yang
dipimpin oleh Dr Sun Yat-sen, yang bertujuan menggulingkan dinasti
Qing/bangsa Manchu (yang merupakan bangsa non-Han/non Tionghoa) dan
mengusir bangsa Eropa. Gerakan ini mencapai puncaknya pada tahun 1912
dengan diproklamasikannya Republic of China (Republik Tiongkok). Semangat
kebangkitan nasional ini juga menyebar ke orang-orang Tionghoa di
Indonesia yang bukan saja di antara golongan totok, tetapi juga di antara
golongan peranakan. Tahun 1900, golongan peranakan mendirikan Tiong Hoa
Hwe Koan/Zhonghua Huiguan (T.H.H.K.) yang bertujuan untuk memperkenalkan
kembali nilai-nilai budaya Tionghoa (resinifikasi) dan bahasa Mandarin
kepada golongan peranakan. Bahkan gerakan kebangkitan nasional ini juga
menyebar ke antara orang-orang Indonesia, dan karena orang Tionghoa dan
Indonesia memiliki nasib yang sama, yaitu sama-sama di bawah tekanan
bangsa Eropa, maka orang Tionghoa banyak yang bersimpati dengan pejuangan
bangsa Indonesia.

Hal ini tentu saja menakutkan pihak Belanda. Mereka takut bukan saja
karena bersatunya sesama orang Tionghoa tetapi juga bersatunya
orangTionghoa dan Indonesia. (Tahun 1740-1743 orang Tionghoa dan
Indonesia bersatu melawan Belanda dan mereka hampir saja berhasil
mengusir Belanda dari Indonesia.) Untuk mengatasi hal ini, Belanda
mendirikan Hollandsch Chineesche School (H.C.S.) yang ditujukan untuk
orang Tionghoa peranakan dengan bahasa pengantar Belanda. H.C.S. berhasil
menarik minat banyak orang Tionghoa peranakan karena lulusannya lebih
mudah mendapat pekerjaan dan pendidikan barat dianggap lebih modern. Di
sekolah ini mereka dididik secara Belanda, dan sengaja tidak diperkenalkan
kebudayaan Tionghoa, bahkan sebuah sumber menyebutkan bahwa di sekolah
Belanda (termasuk sekolah kr****n!), banyak guru yang menghujat dan
menjelekkan kebudayaan Tionghoa.

Ada satu lagi usaha yang dilakukan Belanda untuk memecah antara orang
Tionghoa. Pada saat itu, Belanda membagi penduduk menjadi 3 kelas. Yang
paling tinggi adalah golongan bangsa Eropa, kedua (menengah) adalah orang
timur asing, yaitu orang Tionghoa, India, Arab, dan kelas yang paling
rendah adalah penduduk Indonesia. Tahun 1907 Belanda mengeluarkan undang-
undang yang memberi kesempatan kepada orang Tionghoa peranakan untuk
mendapat status sama dengan orang Eropa, tetapi ada beberapa syarat
diantaranya adalah harus fasih berbahasa Belanda dan harus membuat surat
pernyataan bahwa mereka tidak cocok tinggal di kalangan masyarakat
Tionghoa! Salah satu implikasinya adalah mereka harus menanggalkan
ketionghoaan mereka.
Satu fakta yang juga perlu disebutkan, yaitu pada jaman Belanda, orang
Tionghoa yang menjadi kr****n, termasuk para pendetanya, hampir tidak ada
yang totok, pada umumnya adalah peranakan yang bersekolah di sekolah
Belanda yang memang dididik untuk tidak lagi mengenal budaya Tionghoa.
Sehingga kemudian dalam kehidupan sehari-hari para pendeta Tionghoa ini
juga tidak lagi merayakan tahun baru Imlek. Oleh karena apa yang
diperbuat pendeta biasanya menjadi teladan bagi jemaatnya, hal ini
menyebabkan banyak jemaat Tionghoa yang juga tidak merayakan tahun baru
imlek, dimulai dari golongan peranakan yang berpendidikan Belanda,
kemudian menyebar ke golongan peranakan lainnya dan golongan totok,
sehingga menimbulkan kesan bahwa orang Tionghoa kr****n tidak perlu bahkan
idak boleh merayakannya.

Kekejaman politik Belanda kemudian diteruskan oleh pemerintah Orde Baru
dengan mengeluarkan peraturan diskriminatif. Beberapa yang paling
berpengaruh misalnya larangan merayakan perayaan Tionghoa di tempat umum,
larangan terhadap bahasa Mandarin, penggantian kata Tionghoa menjadi kata
“cina” dan peraturan ganti nama. Semuanya ini melengkapi kebijaksanaan
Belanda yang akhirnya membuat banyak orang Tionghoa terpaksa melepaskan
ketionghoaannya. Sekalipun kebijaksanaan orde baru dibuat demi adanya
pembauran, tetapi pembauran yang sesungguhnya bukanlah menghilangkan
unsur budaya golongan/kelompok, melainkan mengintegrasikanya (not
assimilation, but integration). Bukankah semboyan Bhinneka Tunggal Ika –
“berbeda-beda tetapi satu” telah menjelaskannya?
KESIMPULAN
Tahun baru imlek adalah perayaan yang bersifat budaya dan tidak ada
kaitannya dengan agama apapun, dan perayaan ini adalah perayaan yang
terpenting dari semua tradisi Tionghoa lainnya. Oleh karena itu perayaan
ini seharusnya tetap dipelihara oleh semua orang Tionghoa, apapun agama
dan kebangsaannya. Tentunya kita tidak perlu berlebihan atau sampai
'mendewakan' tahun baru imlek, tetapi sebagai orang Tionghoa kalau kita
meninggalkannya apalagi menentangnya rasanya juga tidak tepat.

Adanya orang Tionghoa yang tidak merayakan imlek adalah akibat politik
yang diterapkan Belanda yang dilanjutkan dengan kebijaksanaan pembauran
yang keliru dari pemerintah orde baru, dan sama sekali tidak ada
hubunganya dengan kekr****nan. Jadi, seharusnya kekr****nan bukanlah
alasan untuk tidak merayakannya.

Apabila dibandingkan dengan orang Tionghoa di negara lain, maka melihat
kenyataan bahwa banyak orang Tionghoa kr****n di Indonesia yang menjauhi
bahkan menentang perayaan tahun baru imlek bisa dikatakan memprihatinkan.
Memprihatinkan, karena keadaan ini sengaja dibuat sedemikian rupa oleh
pihak Belanda yang justru, IRONISNYA, untuk memecah belah orang Tionghoa
itu sendiri. Sangat ironis!

Melihat kenyataan di negara lain, wajar bila orang Tionghoa di Indonesia
seharusnya juga tetap merayakan tahun baru imlek. Namun demikian, tidak
ada seorangpun yang dapat memaksa mereka (yang tidak merayakan) untuk
merayakannya. TETAPI DEMIKIAN PULA PENJAJAH BELANDA SEHARUSNYA TIDAK PUNYA
HAK UNTUK MEMAKSA ORANG TIONGHOA MENINGGALKAN KETIONGHOAANNYA. Seandainya
saja Belanda mengerti hal ini, keadaan orang Tionghoa di Indonesia akan
sangat berbeda. Ya, seandainya saja…


REFERENSI:
“Chinese Adaptation and Diversity”, oleh Leo Suryadinata, terbitan
Singapore University Press, tahun 1993
“Imlek dan Alkitab”, oleh Pdt Markus Tan, terbitan Bethlehem Publisher,
2004
“Negara dan Etnis Tionghoa”, oleh Leo Suryadinata, LP3ES, 2002
“Political Thinking of the Indonesian Chinese”, oleh Leo Suryadinata,
terbitan Singapore University press, 1997
Makalah Seminar “Kehancuran dan Kebangkitan Martabat / Jati Diri Etnis
Tionghoa di Indonesia”, oleh Benny G. Setiono
Beberapa sumber lainnya

64
Fu De Zheng Shen, secara umum disebut sebagai Tu Di Gong (Thouw Te Kong – Hokkian) adalah Dewa bumi. Karena merupakan salah satu dewa yang tertua usianya, maka beliau sering juga disebut sebagai Hou Tu.

Menurut para ahli sejarah, pemujaan terhadap Tu Di Gong sebetulnya berasal dari gabungan pemujaan-pemujaan terhadap Dewa-dewa Palawija seperti Xian Se, Tian Jun, Fang Shen, dan Shui Yong Shen, dewa-dewa penunggu tanah seperti pemujaan Bunda Bumi oleh kaisar purba.

Pemujaan terhadap Dewa Bumi ini sangat luas sekali wilayahnya. Di seluruh negeri, dapat dikatakan kelenteng Tu Di Gonglah yang paling banyak jumlahnya, ada yang besar, adapula yang kecil sekali dan sebetulnya tak layak disebut kelenteng. Umumnya keleteng pemujaan Tu Di Gong dinamakan Tu Di Miao atau Fu De Ci (Hok Tek Su – Hokkian). Kelenteng- kelenteng kecil umumnya terdapat di dusun-dusun, di tepi pematang sawah dah bahkan di halaman rumah. Karena kecilnya kelenteng ini, kadang-kadang untuk satu orang bersembahyang saja sulit. Bahkan di desa-desa terpencil yang melarat, pemujaan Tu Di Gong dilakukan di dalam sebuah jembangan air yang sudah pecah. Jembangan itu dibalik dan dari bagian dinding yang pecah ditempatkan sebuah arca Tu Di Gong, dan dianggap sebagai “kelenteng”. Sebab itu ada pemeo dikalangan rakyat yang mengatakan “you-wu zhu da – tang , mei wu zhu po – gang” yang berarti” kalau ada rumah tinggal didalam ruangan besar, kalau tak ada rumah jembangan pecah-pun jadi”. Kecuali kelenteng-kelenteng khusus, di kelenteng-kelenteng lain, biasanya disediakan juga altar pemuja Tu Di sebagai pelengkap.

Di semua tempat, Tu Di Gong biasanya di tampilkan dalam bentuk yang kurang lebih sama yaitu seorang tua, berambut dan berjenggot putih, dengan wajah tersenyum ramah. Pakaiannya bercorak seorang hartawan atau Yuan-wai (wan-gwe – hokkian), demikian juga topinya. Tapi ada juga di beberapa tempat yang menampilkan Tu Di dengan pakaian ala Cheng Huang Lao Ye (Dewata Pelindung Kota), dengan wajah putih, berambut dan jenggot hitam. Ada juga yang ditampilkan dengan berpasangan, yaitu Tu Di Gong di sebelah kiri, dan Tu Di Po (Nenek Tu Di) de siebelah kanan. Biasanya Tu Di selalu tampak menggenggam sebongkah uang emas di tangan kanannya. Tu Di Gong yang dipuja di dalam rumah umumnya tanpa pasangan. Adakalanya sang Dewa Bumi ditemani oleh seekor harimau. Harimau ini biasanya disebut Hu-jiang-jun(Houw Ciang Kun – hokkian), ia dianggap dapat membantu Tu Di mengusir roh-jahat dan menolong rakyat dari malapetaka.

Seperti juga Cheng Huang, Tu Di Gong mempunyai masa jabatan yang terbatas. Jabatan Tu Di Gong biasanya diduduki oleh orang-orang yang selama hidupnya banyak berbuat kebaikan dan berjasa bagi masayarakat. Setelah meninggal tokoh pujaan rakyat itu lalu diangkat sebagai Tu Di Gong. Sebab itu tiap tempat mempunyai Tu Di Gong tersendiri.

Tapi ada juga sebuah versi yang mengatakan bahwa Tu Di Gong sesungguhnya adalah seorang yang pernah hidup di jaman dinasti Zhou, pada masa pemerintahan kaisar Zhou Wu Wang, bernama Zhang Fu De, (lahir pada tahun 1134 SM). Sejak kecil Zhang Fu De sudah menunjukkan bakat sebagai orang yang pandai dan berhati mulia. Ia memangku jabatan sebagai menteri urusan pemungutan pajak kerajaan. Dalam mejalankan tugasnya ia selalu bertindak bijaksana tidak memberatkan rakyat, sehingga rakyat sangat mencintainya. Ia meninggal pada usia 102 tahun. Jabatannya digantikan oleh seorang yang bernama Wei Chao. Wei Chao adalah seorang tamak dan rakus lagi kejam. Dalam menarik pajak ia tidak mengenal kasihan, sehingga rakyat banyak sangat menderita. Akhirnya karena derita yang tak tertahankan, mereka banyak pergi meninggalkan kampung halamannya, sehingga sawah ladang banyak terbengkalai. Dalam hati mereka mendapatkan seorang bijaksana seperti Zhang Fu De yang telah marhum itu. (sebab itu kemudian merekan memuja Zhang Fu De (Thio Hok Tek – Hokkian )sebagai tempat memohon perlindungan. Dari nama Zhang Fu De inilah kemudian muncul gelar Fu De Zheng Shen yang dianggap sebagai Dewa Bumi.

Tu Di Gong bertugas menjaga agar kehidupan rakyat aman dan bahagia, juga mengingatkan mereka agar selalu berbuat kebaikan tugas lain adalah memeriksa dan mencatat kelakuan orang apakah yang bersangkutan sering berbuat yang bertentangan dengan ajaran Tian. Catatan yang dikumpulkan ini diserahkan kepada Cheng Huang sebagai bahan pemerikasaan apabila orang tersebut meninggal.

Kaum petani menganggap Tu Di Gong sebagai Dewa pelindungnya. kaum pedagang memandangnya sebagai roh suci yang memasok rejeki. Dan masarakat umum memandangnya sebagai pelindung keselamatan. sebab itulah perayaan dan sembahyang untuk Tu Di Gong paling banyak dilakukan dalam setahun. pada masa yang lalu,bayak kaum pedagang yang bersembahyang pada tiap tanggal 1 dan 16 Imlik tiap bulan. Sembahyang ini disebut ”zuoya” atau ”ya-fu”, dengan tujuan untuk memohon perlindungan dan rejeki dari sang Dewa. Upacara sembahyang pada tanggal 2 bulan 1 Imlik disebut ”tou-ya” (thou-ge – hokkian), tanggal 2 bulan 2 Imlik disebut sembahyang ”ya-li” untuk merayakan hari ulang tahun Tu Di, dan tanggal 16 bulan 12 Imlik disebut ”wei-ya” (atau penutup). Biasanya sembahyang ini diikuti dengan pertunjukan wayang dan tari-tarian. Sedangkan kaum tani karena menganggap hasil jerih payahnya itu adalah hasil lindungan dari sang Dewa Bumi, mereka memilih tanggal 15 bulan 3 Imlik yaitu yang lazim disebut hari raya Zhong-qiu untuk mengadakan sembahyang berterima kasih kepadanya karena hasil panennya baik. Perayaan Zhong-qiu ini sangat meriah tidak hanya didusun tapi juga di kota-kota.

Sumber : http://www.hoktekbio.com/ftcs.htm
============================================================ =====


Biasanya Dewa bumi diangap dewa yang mampu menyimpan uang dan dapat membantu manusia untuk mengatur pengeluaran keuangannya. Karena dalam sejarahnya Hok De Tjhen Sin pada kehidupan masa lampau merupakan pejabat yang bijaksana dapat mengatur hasil pertanian disimpan dalam lumbung ketika datang bencana Hok De Tjhen Sin mengeluarkannya hasil panen yang disimpan demi masyarakat banyak. Oleh karena itu Dewa ini sangat dipuja masyarakat tionghoa agar uang yang didapat agar disimpan dengan baik dan tidak digunakan secara boros dan juga tempat bertanya tempat usaha yang baik untuk kaum pedagang, .

Kebanyakan didaerah Singapura, medan dan Malaysia. Dewa bumi sangatlah dipuja hampir disetiap jalan. ada tempat sembayang dewa bumi ini.Tu Ti Pa Kung menurut sejarah yang saya ketahui adalah adik dari Fu De Djen Sin dan dia merupakan dewa yang ada di dalam Buddha Mahayana; Tu Ti Pa Kung juga memiliki istri yang kita kenal sebagai Tu Ti Pa Po.

Dewa Bumi atau Fu De Djen Sin merupakan dewa yang dihargai oleh masyarakat Tionghoa terutama kaum pedagang. Sebenarnya Fu De Djen sin / dewa bumi kalo kita mau belajar dari beliau sangat baik terutama soal bagaimana cara mengelola hasil yang kita dapat dan disimpan; jika keperluan sangat mendadak hasil itu dapat kita gunakan.

Dalam Lingkungan Buddhis Mahayana dewa bumi atau Fu De Djen sin memiliki nama sansekerta. Nama sansekerta beliau adalah Amurva Bhumi Bodhisatvaya

[Updated on: , 02/18/08 01:17 PM ]

65
Sumber : http://www.tionghoa.com

Bao Zheng (Hanzi: 包拯) (999-1062) adalah seorang hakim dan negarawan terkenal pada jaman Dinasti Song Utara. Karena kejujurannya dia mendapat julukan Bao Qingtian (包青天) yang berarti Bao si langit biru, sebuah nama pujian bagi pejabat bersih. Musuh-musuhnya menjulukinya Bao Heizi (包黑子) yang artinya si hitam Bao karena warna kulitnya yang gelap. Nama kehormatannya adalah Xiren (希仁).

***

Kehidupan

Bao dilahirkan dalam keluarga sarjana di Luzhou (sekarang Hefei, provinsi Anhui). Kehidupan awalnya banyak mempengaruhi kepribadiannya. Orang tuanya walaupun hidup pas-pasan, namun masih sanggup menyekolahkannya dengan baik.

Ketika sedang mengandungnya, ibunya sering turun naik gunung untuk mengumpulkan kayu bakar. Di kampungnya dia banyak berteman dengan rakyat jelata sehingga dia mengerti beban hidup dan masalah mereka. Hal ini membuatnya membenci korupsi dan bertekad untuk menegakkan keadilan dan kejujuran. Orang yang berpengaruh besar pada kehidupannya adalah Liu Yun, seorang pejabat kehakiman di Luzhou, seorang pejabat yang ahli dalam puisi dan literatur serta adil dan membenci kejahatan. Dia juga seorang yang menghargai intelektual dan bakat Bao. Di bawah pengaruh Liu, Bao bertekad untuk memberikan kesetiaannya terhadap kerajaan dan cintanya pada negara dan rakyat.

Pada usia 29 tahun, dia lulus ujian kerajaan tingkat tertinggi dibawah pengujian langsung dari kaisar hingga menyandang gelar Jinshi. Sesuai hukum dan peraturan saat itu yang mengatakan bahwa seorang sarjana Jinshi dapat ditunjuk menempati posisi penting dalam pemerintahan, maka Bao diangkat sebagai pejabat kehakiman mengepalai Kabupaten Jianchang. Namun dia mengundurkan diri tak lama kemudian karena sebagai anak berbakti dia memilih pulang kampung untuk merawat orang tuanya yang sudah tua dan lemah selama sepuluh tahun. Baru setelah kematian orang tuanya, dia kembali diangkat sebagai pejabat, kali ini sebagai pejabat kehakiman Provinsi Tianchang. Ketika itu dia telah berumur 40 tahun.

Sebagai pejabat, Bao bekerja dengan adil, berani, dan berpegang pada kebenaran. Kecerdasan dan bakatnya membuat banyak orang kagum, termasuk Kaisar Song Renzong yang mempromosikannya dan memberikannya jabatan penting termasuk sebagai hakim di Bian (sekarang Kaifeng), ibukota Dinasti Song. Dia terkenal karena pendiriannya yang tak kenal kompromi terhadap korupsi diantara pejabat pemerintahan saat itu. Dia menegakkan keadilan bahkan menolak untuk tunduk pada kekuasaan yang lebih tinggi darinya bila itu tidak benar termasuk pada Guru Besar Pang(庞太师), ayah mertua kaisar yang merangkap guru besar yang membimbing putra mahkota sehingga Pang sangat menganggap Bao sebagai musuhnya.

Sejarah mencatat bahwa selama kurang lebih 30 tahun sejak dia memegang jabatan pertama kalinya, sebanyak lebih dari 30 orang pejabat tinggi termasuk beberapa mentri telah dipecat atau diturunkan pangkatnya olehnya atas tuduhan korupsi, kolusi, melalaikan tugas, dan lain-lain. Dia sangat berpegang teguh pada pendiriannya dan tidak akan menyerah selama dianggapnya sesuai kebenaran.

Enam kali dia melaporkan pada kaisar dan memintanya agar memecat pejabat tinggi, Zhang Yaozhuo, paman dari selir kelas atas kerajaan, tujuh kali untuk memecat Wang Kui, pejabat tinggi lain yang kepercayaan kaisar, bahkan dia pernah beberapa kali membujuk kaisar untuk memecat perdana mentri Song Yang. Dalam kapasitasnya sebagai juru sensor kerajaan dia selalu sukses meyakinkan kaisar tanpa membawa kesulitan bagi dirinya, padahal dalam sejarah banyak juru sensor telah mengalami nasib yang buruk, seperti misalnya Sima Qian, sejarawan dan filsuf Dinasti Han yang dikebiri karena Kaisar Han Wudi tidak bisa menerima pendapatnya.

Dalam pemerintahan, teman dekatnya adalah paman kaisar yaitu Zhao Defang yang lebih dikenal dengan nama pangeran ke delapan (八王爷, Ba Wang Ye). Di kalangan rakyat, Bao Zheng dikenal sebagai hakim yang adil dan berani memutuskan segala sesuatu berdasarkan keadilan tanpa rasa takut, juga mampu membedakan mana yang benar dan yang salah. Baginya siapapun termasuk kerabat dekat kaisar sekalipun harus dihukum bila terbukti bersalah melakukan pelanggaran. Bao meninggal tahun 1062 dan dimakamkan di makam keluarganya di Hefei, di kota itu juga dibangun kuil untuk mengenangnya (包公祠).

***

Bao Zheng dalam legenda

Bao Zheng banyak menghiasi karya literatur dalam sejarah Tiongkok, kisah hidupnya yang melegenda sering ditampilkan dalam opera dan drama, kebanyakan kisah-kisah ini didramatisasi. Dalam opera biasanya dia digambarkan sebagai pria berjenggot dengan wajah hitam dan tanda lahir berbentuk bulan sabit di dahinya (beberapa versi menyebutkan tanda ini berasal dari luka ketika dia memberi hormat dengan sangat keras pada ibunya untuk menunjukkan baktinya).

Disebutkan juga bahwa kaisar menganugerahi Bao tiga gilotin (alat penggal) dalam tugasnya sebagai hakim. Ketiga gilotin itu mempunyai dekorasi yang berbeda dan digunakan untuk menghukum orang sesuai statusnya. Guilotine kepala anjing untuk menghukum rakyat jelata, kepala macan untuk menghukum pejabat korup, dan kepala naga untuk menghukum bangsawan jahat. Dia juga dianugerahi tongkat emas kerajaan oleh kaisar sebelumnya untuk menghukum kaisar sendiri bila bersalah dan pedang pusaka kerajaan sebagai tanda berhak untuk menghukum siapapun termasuk anggota kerajaan tanpa melapor atau mendapat persetujuan dulu dari kaisar.

Dalam tugasnya dia dibantu oleh enam deputinya yaitu polisi Zhan Zhao, sekretaris Gongsun Zhi, dan empat pengawal Wang Chao, Ma Han, Zhang Long, dan Zhao Hu. Selain itu juga lima pendekar dari dunia persilatan yang dijuluki lima pendekar tikus. Keduabelas orang ini disebut “tujuh pendekar lima ksatria” (七侠五义, qi xia wu yi).

***

Beberapa kisah legendanya yang terkenal adalah :

* 鍘美案, mengisahkan Bao Zheng mengeksekusi Chen Shimei, seorang sarjana yang meninggalkan anak istrinya setelah lulus ujian kerajaan dan menikahi seorang wanita bangsawan, Chen bahkan mencoba membunuh istrinya dengan mengirim pembunuh bayaran.

* 貍貓換太子, mengisahkan Bao membongkar konspirasi dalam istana, dimana bayi putra mahkota ditukar dengan anak kucing ketika baru dilahirkan. Dalam kasus ini Bao harus berhadapan dengan kasim yang menjadi temannya pada awal karirnya, Guo Huai sehingga Bao harus memilih antara perasaan pribadi sebagai teman dan kewajibannya menegakkan keadilan. Bao menyamar sebagai dewa Yama, raja neraka untuk membongkar kejahatan Guo Huai. Guo pun akhirnya mengakui segalanya karena dia mengira telah berada di neraka.

***

Bao Zheng dalam budaya populer

Kisahnya yang difilmkan oleh sebuah perusahaan film Taiwan dengan judul Justice Bao (包青天) meraih popularitas luar biasa di Asia pada dekade 90-an, tak lama kemudian untuk mengikuti kesuksesannya, Hongkong pun ikut menggarap kisah ini dengan aktor pemeran Bao yang sama pula, Jin Chaoqun, namun tidak sesukses versi Taiwannya. Di Indonesia serial ini dulu ditayangkan di dua stasiun TV sekaligus yaitu RCTI dan TPI.

Hampir semua kisah dalam serial ini adalah fiksi yang dihubungkan dengan kehidupannya, namun sarat dengan nilai-nilai tradisional Tiongkok, seperti bakti pada orang tua, kesetiaan pada negara, dan kehormatan.

66
Zhang Heng (Mandarin: 張衡; pinyin: Zhāng Héng;) (AD 78–139), Merupakan penemu yang hidup pada era dinasti Han, Beliau memeliki pengetahuan tentang mekanik dan gear. Lahir di Nanyang propinsi Henan.
Pada usia 16 tahun ia meninggalkan rumahnya dan mengikuti pelajaran sekolah. Pada waktu itu ia belajar tentang Sastra sebelum tertarik dibidang mekanikal. Dan ia menjadi seorang sastrawan.

Zhang Heng Mulai belajar astronomy pada usia 30 dan ,memulai pekerjaannya di bidang astronomi dan matematika. Pada tahun 116, pada usia 32 tahun, Zhang menjadi pejabat pemerintah untuk kaisar An dari Dinasti Han. Zhang Heng sempat menjadi penasihat kerajaan
Zhang Heng lahir pada tahun 78 (setelah Masehi) di kota Shiqiao, sekitar 25 km sebelah utara kota Nanyang yang sekarang, Provinsi Henan. Ia terutama diakui untuk kontribusinya di bidang astronomi dan ilmu pengetahuan lainnya ketika masih bekerja pada pemerintahan. Perannya termasuk penyelidikan fenomena astronomi, menyusun kalender, meramalkan cuaca dan mengadakan penyelidikan meteorologi.

Penemuan Beliau

Astronomy, matematika, Dan sistem kalender

Pada tahun 120 AD; ia membuat perhitungan sistem kalender dan juga sebagai sebagai penemu matematika. Pada Tahun 120 Ad beliau yang memperhitungkan sistem astronomy dan Pi = 22/7 (730/232 (or approx 3.1466), ia menulis buku berjudul Ling Xian (??, ilmu bintang).
Kontribusinya yang paling diakui adalah di bidang astronomi Tiongkok kuno. Ia menulis banyak buku di bidang ini, yang paling terkenal berjudul Lingxian. Pada buku Lingxian, Ia mengajukan banyak konsep yang tergolong maju untuk masa itu, seperti bulan tidak memancarkan cahaya sendiri melainkan memantulkan sinar matahari. Selama siang hari, sinar matahari melebihi kekuatan cahaya bulan, sehingga bulan tidak terlihat.

Zhang Heng percaya bahwa ketika terjadi bulan purnama, seharusnya dapat dilihat oleh mata, dan berbagai fase bulan dikarenakan bumi yang menutupi sinar matahari.

Zhang juga menjelaskan penyebab dari gerhana bulan. Ia menyatakan bila bulan melintas pada bayangan bumi, gerhana bulan akan terjadi. Disamping itu, pada buku Lingxian, Zhang Heng membuat perhitungan diameter perkiraan dari matahari dan bulan. Ia juga mencatat 2.500 bintang yang ditelitinya ketika di Luoyang.

Zhang Heng juga menciptakan beberapa penemuan yang gemilang. Ia merencanakan dan membangun “Armillary Sphere” pertama di dunia, sebuat alat yang digunakan untuk perhitungan perbintangan. Dalam sebuah publikasinya berjudul “Diagram dan Interpretasi dari Armillary Sphere”. Ia mengukur satu tahun matahari sama dengan “365 dan seperempat” hari, suatu angka yang sangat mendekati perhitungan ahli astronomi modern yang memperkirakan 365 hari, 5 jam, 48 menit dan 46 detik.

Selain itu Zhang heng juga terkenal seorang sastrawan sebelum ia menemukan sistem astronomy.

Extra tank untuk inflow clepsydra, dan hydralisk tank
penemuan ini untuk sistem pengairan terutama sistem menarik air ke atas. juga sistem tekanan atau presure terhadap air ataupun gas. Selain itu sistem ini yang akan mempengaruhi rumah kincir angin. Di belanda. Tower waktu dan sebagainya


seismometer (alat penghitung gempa bumi)
Pada tahun 132 Ad. Zhang ,menemukan seismometer, yang diberi nama
Houfeng Didong Yi sebelum bangsa eropa. Alat seismometer itu untuk gempa bumi.alat ini digunakan pada tahun 143 Ad di daerah Gansu.

Cartography (sistem pengukuran pada tanah atau pemetaan),

Catatan mengenai dirinya untuk alat pengukuran tanah hanyalah diketahui bahwa ia sempat mendesign alat ini, tapi tidak pernah menemukannya. Yang kemudian Cartograpy di temukan oleh Pei Xiu

Odometer

Zhang heng menemukan odometer yang disebut 'ji li gu che', odometer sebenarnya pada waktu itu zhang heng melihat suatu pertunjukan akrobat tiongkok. dari situ itu mendapat ide membuat odometer.


67
Sejarah Novel Kisah perjalanan ke barat

Di Tiongkok ada sebuah novel kuno yang diketahui secara luas yakni "His-yu-chi" (Catatan Perjalanan ke Barat), selama beberapa abad, kisah hidup yang telah tersiar lama ini tetap abadi. Adalah Wu Ch'eng-en (th. 1500 - 1582), seorang penulis novel dan puisi terkenal pada Dinasti Ming (1368-1644) kelahiran Shan-yang, Huai-an (sekarang Provinsi Kiangsu, Tiongkok) yang menuliskan suatu kisah berdasarkan cerita perjalanan Hsuan-tsang dari bukunya Ta-T'ang Hsi-yu-chi. Kisah cerita ini kemudian menjadi terkenal dengan legenda Kera Sakti Sun Wu-khung (Sun Go Kong atau Sun Hou-zi). Novel ini diterbitkan pertama kali pada 1592, 10 tahun setelah kematian Wu Ch'eng-en.

Cerita legenda "Catatan Perjalanan ke Barat" tersebut terdiri dari 100 bab yang dapat dibagi atas tiga bagian utama. Bagian pertama dari tujuh bab menceritakan kelahiran Sun Go Kong dari sebutir telur batu dan memiliki kekuatan mahasakti yang tiada tandingannya sehingga mengacaukan kayangan yang kemudian diturunkan dari kayangan dan dikurung oleh Buddha Sakyamuni di dalam Wu-hsing-shan (Gunung Lima Unsur Alam) sambil menunggu pembebasannya oleh seorang biksu yang akan melakukan perjalanan ke Barat mengambil kitab suci. Bagian kedua berisi lima bab yang berkaitan dengan sejarah Hsuan-tsang dan tugas utamanya dalam melakukan perjalanan ke Barat. Sedangkan bagian ketiga yang berisi 88 bab sisanya menceritakan keseluruhan perjalanan Hsuan-tsang dengan ketiga muridnya yaitu Sun Go Kong, Chu Pa-chieh, dan Sha Ho-shang

Kisah Perjalanan ke Barat yang populer dengan legenda kera saktinya itu adalah merupakan suatu karya legenda China yang luar biasa dalam menggambarkan ajaran Buddha darma yang sulit dimengerti oleh rakyat di Tiongkok waktu itu. Legenda ini merupakan gambaran kisah perjalanan Hsuan-tsang dengan berbagai kesulitan dari seorang manusia yang selalu diliputi oleh berbagai keinginan dan keserakahan (diwakili oleh Chu Pa-chieh), kebodohan batin yang merupakan refleksi karakter manusia yang lemah dan selalu membutuhkan dorongan semangat (diwakili oleh Sha Ho-shang), kesombongan, keegoisan dan pikiran yang liar (diwakili oleh Sun Go Kong). Dia adalah kera nakal yang tak pernah diam. Selalu bergerak ke sana dan ke sini dengan begitu cepatnya. Kalau sudah tidak bisa dikendalikan oleh biksu Tong (Hsuan-tsang), maka akan diperingati terlebih dahulu, tapi kalau masih nakal maka akan dibacakan mantra pemberian Avalokitesvara Bodhisattva.

Sedangkan biksu Tong sendiri menggambarkan suatu kesadaran bahwa setiap tindakan akan ada akibatnya. Tidak kalah pentingnya adalah jubah yang dikenakan oleh biksu Tong, merupakan suatu simbol perlindungan kesucian dari sifat dasar manusia. Jubah ini dikisahkan banyak memberikan perlindungan kepada biksu itu dari segala gangguan siluman yang mencoba membinasakannya ataupun menggodanya. Sedangkan Pai-Ma (kuda putih) hanyalah merupakan pelengkap cerita saja dan tidak mewakili apa-apa.

Di dalam cerita perjalanan menuju ke Barat untuk mencari kitab Buddha di bawah lindungan oleh para dewa di langit ini, tidak sulit ditemukan bahwa masalah langit dan bumi mempunyai urutannya. Dewa pada tingkat yang tinggi mengurus Dewa tingkatan rendah dan Dewa tingkatan rendah mengurus dunia manusia. Siapa yang telah merusak urutan ini, akan menerima hukumannya. Sun Go Kong menganggap dirinya paling hebat, dan mengangkat dirinya sendiri sebagai dewa tertinggi, kemudian membuat keributan di istana langit. Prajurit dari langit juga tidak bisa berbuat apa-apa terhadapnya. Namun di hadapan Buddha, kecilnya bagaikan sebutir kelereng yang tinggal disentil dan meskipun mengeluarkan seluruh kemampuannya juga tidak akan bisa melepaskan diri dari telapak tangan Buddha. Setelah dibebaskan oleh biksu Tong, ia mengikuti perjalanan ke Barat mencari kitab suci sekaligus menebus karmanya.

Demikianlah karya sastra kuno yang berasal dari kehidupan pada zaman dahulu, memiliki makna nilai yang lebih dalam kehidupan, dan semua ini merupakan pengetahuan bersama secara umum. Dan yang membuat orang merasa takjub adalah bahwa pada zaman yang belum maju di masa itu, malah terdapat penuturan tentang "sehari di langit, setahun di bumi" dalam catatannya. Semua ini mungkin merupakan catatan karangan yang paling dini tentang pengetahuan manusia terhadap ruang dimensi lain alam semesta.

Dikarenakan ingatan manusia terbatas dan singkatnya kehidupan, maka demi untuk diketahui oleh anak cucu mengenai hal-hal orang dulu, lalu dituangkan dalam buku catatan. Orang-orang pada umumnya melihatnya sebagai sesuatu yang nyata pada catatan sejarah, namun menganggap bahwa ceritanya telah mengalami proses rekaan. Pada kenyataannya memang demikian adanya. Sebetulnya dalam catatan sejarah juga belum tentu mencatat masa lampau dengan yang sebenarnya, apalagi pada masa masa sekarang ini. Manusia dalam perjalanan sejarahnya yang panjang, telah berubah semakin rumit, kesadaran dan pemikirannya sesudah lahir bagaikan kotoran lama yang semakin ditumpuk semakin tebal, membentuk zat-zat hitam yang semakin lama semakin keras. Naluri dan watak pembawaan manusia yang polos dan baik, telah dibelenggu. Dan merupakan sesuatu yang logis dan masuk akal jika orang dengan berdasarkan keinginan, tekad dan tujuannya telah membuat roman sejarah.

Akhirnya lama kelamaan, tidak ada lagi orang yang percaya dengan hal-hal dahulu. Banyak sekali hal-hal di dunia manusia yang kelihatannya bukan berdasarkan keinginan orang, manusia hanya bisa mengkhayal, namun tidak bisa mewujudkan agar segalanya tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Orang-orang sering kali mengungkapkan sebuah kalimat: "Segala sesuatu bisa dilakukan manusia, namun berhasil atau tidaknya tergantung di Atas (Tuhan)

68
Mahayana / Sejarah Bodhidarma
« on: 19 November 2008, 10:25:52 AM »
Pada era enam kerajaan terdapat Da Mo Zu Shi
{Hok Kian = Tat
Mo Co Su} nama aslinya adalah Bodhi Dharma, lahir di India Selatan
dalam suku Brahma. Setelah menjadi bikkhu, beliau dengan tekun
mendalami aliran Mahayana. Dharma {Mandarin = Da Mo}, Zu Shi = Master
/ Guru Besar. Da Mo Zu Shi merupakan pendiri aliran Chan {Jepang =
Zen} dalam Buddhisme Tiongkok. Beliau juga terkenal dengan nama Master
Of Zen. Hari lahir Da Mo Zu Shi diperingati pada tanggal 3 bulan 10 Imlek.
Pada tahun 520 Ad Bodhi Dharma meninggalkan India & pergi ke Tiongkok
(waktu ini merupakan zaman Enam Dinasti: 386-589 Ad). Beliau tiba di
Guang Zhou, & dari sini berjalan sampai ke negeri Wei (sekarang
propinsi Henan). Beliau mengunjungi Wihara Shaolin {Hok Kian = Siao
Lim Si} di pegunungan Song Shan. Di wihara ini ia memperdalam ilmu
meditasi aliran Chan & mengajarkan kepada para bikkhu di sana. Ilmu
meditasi ini kemudian menjadi dasar latihan tenaga dalam, sebagai
bagian dari ilmu silat Shaolin yang terkenal 少林功夫
{Siao Lim Kung
Fu}. Di biara ini, Hui Ke (kelak menjadi guru besar aliran Chan yang
ke-2) berguru pada Da Mo Zu Shi. Karena tertarik akan ketulusan
hatinya, Da Mo Zu Shi menyerahkan 4 gulung Sutra Leng Jia kepada Hui
Ke, dan berkata bahwa sutra tersebut paling sesuai untuk orang Tiongkok.
Da Mo Zu Shi menjadi legenda seiring dengan berkembangnya aliran Chan.
Sebuah kisah yang amat populer adalah percakapan antara Da Mo Zu Shi
dengan Kaisar Liang Wu Di di Jin Ling (sekarang Nan Jing). Liang Wu Di
adalah seorang Kaisar pemeluk agama Buddha yang banyak berbuat amal
kebajikan; mendirikan banyak kuil, penulisan kitab suci, membuat
banyak Buddha Rupang & pentahbisan bikkhu. Dengan bangga Sang Kaisar
bertanya kepada Da Mo Zu Shi : "Aku telah banyak beramal, berapa
banyakkah kebajikanku ?" Da Mo Zu Shi menjawab dengan singkat "Tidak
ada kebajikan!" Liang Wu Di terkejut dan bertanya: "Mengapa tidak ada
kebajikan?" Da Mo Zu Shi menjawab dengan tenang: "Yang Anda kerjakan
adalah perbuatan yang bermanfaat, namun itu bukan kebajikan yang
sejati." Liang Wu Di tidak dapat memahami makna dari jawaban Da Mo Zu Shi.

Da Mo Zu Shi lalu meninggalkan negeri Liang & menyeberangi sungai Yang
Zi dan masuk ke negeri Wei. Kisah Da Mo Zu Shi menyeberangi sungai
Yang Zi ini menjadi sebuah legenda tersendiri. Dikatakan bahwa Da Mo
Zu Shi menyeberangi sungai besar tersebut dengan hanya menggunakan
sebatang rumput gelagah. Pada zaman setelah itu muncul banyak lukisan
yang menggambarkan adegan tersebut.
Buddhis Mahayana yang dibawa Da Mo Zu Shi dari India ke Tiongkok
kemudian mendapat pengaruh dari agama asli Tiongkok yaitu Tao dan
Khong Hu Cu. Inilah yang kemudian disebut sebagai Zen Buddhisme,
merupakan salah satu sekte penting dalam agama Buddha Mahayana.
Mulanya Buddhisme Zen (Dhyana/Meditasi) ini dipengaruhi oleh
ajaran-ajaran Dao {Hok Kian: Tao} dan Kong Fu Zi {Khong Hu Cu}. Namun
pada perkembangannya, Buddhisme Zen ini mempengaruhi kembali Neo
Confucianisme yang terbentuk pada masa Dinasti Song (960-1279 M).

69
Ada member Dc bertanya kepada saya secara PM, Dan saya rahasiakan indentitasnya,

pertanyaannya sama dengan beberapa waktu lalu ada orang yang bertanya kepada saya di forum lain masalah ini

hii teman2,, ini surat pertama saya utk budaya tionghua. ada hal yg
ingin saya tanya kan pada teman2 benarkah ada budaya tionghua yg
menyatakan pasangan idup yg beda umur 3,6,9 thn itu pantang.konon
katanya pasangan tsb idup gk bs akur n bertengkar terus. papa saya
melarang saya pacaran dengan pria umur beda 3,6,9 thn dari saya. tapi
saat ini ada cowo yg mau pdkt sama saya tp umur nya di atas saya 3
thn. saat ini umur saya uda 26 thn. saya bingung apa benar yg papa
saya bilang itu. sampai saat ini saya belum menerima perhatian dari
cowo tsb krn saya tkt mengecewakan papa saya. menurut temen2 saya
harus bagaimana ya.atas saran dan pendapat dari temen2 saya ucapkan
terima kasih.

"meicen_shie"

http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/38409
===============================================================

Jawaban dari saya secara singkat

Intinya adalah Pasangan yang beda umur dengan kelipatan 3 adalah
kurang cocok untuk kita, bisa saja terjadi kecocokan dari unsur atau
element wu xing,

mengapa bisa begitu karakter dalam diri kita dan pasangan kita itu
berbeda, tidak sama, tapi ada kalau kelipatan 3 biasanya lebih
cenderung, tidak sesuai dengan kita, awal memang tidak terlihat,
tetapi akhir hubungan baru lah terlihat.

Perbandingan karakter kita dengan pasangan kelipatan 3 adalah cukup
rumit, menjaga hubungan serasi, banyak halangannya, dibanding yang
diluar kelipatan 3, semua orang ingin kehidupannya harmonis. Tapi dari
setiap hubungan pastilah ada halangannya, Kalau kelipatan 3 jauh lebih
berat untuk menjaga hubungan tersebut.

contoh beda 3 tahun sering cecok mulut

beda 6 tahun sering bertengkar

beda 9 tahun bisa bisa egois diri

Beda 12 tahun Mau menang sendiri dari sifat masing masing.

intinya seperti itu.
==========

Untuk semua pembaca DC, Dan juga yang bertanya secara pribadi ke saya
 :lotus:

70
Pertanyaan
Saya mau tahu mengenai perjalanan sejarah dari sudut pandang budaya Tionghoa dalam hal mengangkat anak.
Bagaimanakah caranya (ritualnya). Bagaimana dengan hukumnya jika ditilik dari kehidupan Tionghoa dimasa lampau & masa modern.

thx atas penerangannya
============================================================ ======
Jawaban.
Dalam Tradisi tionghoa ada 3 jenis pengakatan anak :

1. Anak tersebut anak yatim piatu tidak diketahui nama marganya, nama orang tuanya. Biasanya jenis seperti ini kita berhak memberi nama anak tersebut dan memberi nama marganya dia sebagai anggota keluarga kita.

2. Anak Tersebut anak yatim piatu ada nama marganya, jenis ini tidak perlu diberi nama marganya tinggal kasih namanya, dia masih bisa tinggal dalam lingkungan keluarga kita.

3. Anak yang dikwepang atau anak asuh. Katagori anak asuh adalah anak yang punya orang tua dan punya nama marganya dan nama sendiri, biasanya anak yang di kwepang masih tinggal bersama orang tua aslinya, dan memanggil keluarga kita sebagai anggota keluarga dalam. Contoh si A di kwepang sama keluarga b. Si A tetap memanggil papa dan mamanya kandungnya sendiri biasanya II Atau Ithio ( Bibi atau Paman). Sementara didalam Keluarga si B ia memanggil Baba dan Mama dalam artian si A memiliki 2 orang tua.

Dalam Tradisi Tionghoa yang dimaksud dengan anak yang dikwepang adalah anak yang kondisinya badannya kurang sehat atau tidak cocok dengan orang tuanya menurut perhitungan Bajinya, biasanya menitip anak asuh tujuannya adalah agar si anak bisa tumbuh dengan sehat dan masih menghormati kedua orang tuanya sendiri dan orang tua Asuhnya.

Biasanya dalam tradisi tionghoa ada jenis kwepang kepada para dewata terutama Dewi Laut Atau Ma Cho Po, tujuannya adalah agar si anak dilindungi oleh Ma Cho Pho dalam perjalanan hidupnya tidak mengalami gangguan dari segi kesehatan, mahluk halus dan sebagainya, sampai ia dewasa. Biasanya tradisi ini masih dilakukan oleh beberapa masyarakat tionghoa.

Begitulah penjelasan singkat dari saya.

2. Pertanyaan :

> Tanya satu hal lagi, boleh tidak ngangkat anak hanya karena hitung2an
> fengshuinya dianggap cocok dengan calon ortu angkat? si anak sendiri
> tidak punya ciong dengan ortu kandung. Btw, ada pengaruhnya tidak sih
> soal angkat mengangkat anak ini dengan fengshui ortu (kandung &
> angkat) dan si anak?

============================================================ ====

Jawab

aduh kenapa sih kalu urusan kweepang segala mesti ditarik sama urusan
pekji ? ck ck ck itu namanya pembodohan ama pemelintiran budaya neh.

Anak yg diadopsi atau diangkat anak sama org lain or keluarga lain ada
bbrp tujuan , jadi gak selalu urusannya itu sama ramal meramal.

Ini yg mesti dilurusinlar.

Ada 2 alasan utama urusan angkat anak di budaya Tionghoa.
1.demi pendidikan dan masa depan anak, juga demi kesehatan si anak
2.karena alasan bazhi yg bentrok unsur2nya si anak dgn orgtuanya.

Kondisi pertama itu biasanya anak dari keluarga yg miskin, mencari
ayah angkat dari keluarga yg berkecukupan. Atau jg berpengharapan biar
anaknya pintar, dicari ayah angkatnya yg berpendidikan tinggi, pernah
kehilangan anaknya/pendek umur maka dicari org lain yg dianggap
berbadan sehat dan panjang umur.

Begitu jg kalu dikweepang kepada "dewa", kurang lebih sama.
Contohnya misalnya itu anak jiwanya pengecut , dikweepang sama Kwan
Kong biar ada keberanian dan sifat tanggungjawab. Sakit2an ya dicari
ortu angkat "dewa" panjang umur or shou xing, mau anaknya pinter cari
Wenchang dijun en so on.
Tapi emang ada seh yg kalu diitung itu anak ada masalah dimasa
depannya , dicari ortu angkat yg "dewa" buat ngelindungin anaknya.
Ada yg angkat Yuhuang Dadi jadi ortu angkat tjoema gara2 masalah bunyi
jiujiu or 99 yg artinye 99 panjang umur getu lho.

So gak semua urusan kweepang berkweepang or angkat mengangkat anak itu
bau2 mistik.

Secara umum, upacara pengangkatan itu taroh 1 meja, disebutnya
ganpanZi, diatasnya ada teko arak,cangkir, hiolo, lilin.
Anak yg mau diangkat anak dibimbing utk kowtow kpd orgtua angkatnya
dan kasih arak,makanan trus bilang"ayah angkat silahkan minum dan
makan". Org yg mengangkat anak trus kasih nama kpd anak angkat itu.
Orangtua anak itu memberi celana, ikat pinggang kpd orgtua angkat anaknya.
Orangtua angkat itu kasih baju utk anak angkatnya, dibajunya ditaruh 1
jarum yg artinya secara tulus hati mengangkat itu anak, dan jg
terkadang dikasih bawang yg bunyinya chong yg senada dgn chongming yg
artinya pintar. Berharap anak angkatnya menjadi pintar.

So tujuannya itu sebenarnya pengharapan biar anaknya bisa menjadi org
yg baik dan sehat. Boekan urusan hoki berhoki, kecuali diangkat anak
ama konglomerat ya hehehehehehehehehehe.

Abis itu masih ada serangkaian kegiatan lagi buat itu anak angkat ama
ortu angkatnya yg intinya seh pengharapan biar sianak itu panjang
umur, sehat dan berhasil menjadi org.
==========================================================

3. Pertanyaaan

Apa saja yang saya mesti ketahui alasan tentang angkat anak dalam tradisi tionghoa ?

============================================================ =
Jawab :

Ada tiga hal alasan mengakat anak :

satu, karena dia tidak punya keturunan
nah kalau kasusnya seperti ini, biasanya mengangkat anak dari keluarga sendiri biasanya laki-laki, yang marganya sama, tapi lalu diasuh sama orangtua angkatnya, dan si anak ini nanti memenuhi kewajiban (mengurus orangtua) ya kepada orangtua angkatnya ini, bukan kepada orangtua kandungnya.
Kalau yang seperti ini sih kaga pake upacara macem-macem deh, gentleman agreement aje diantara ortu kandung dan ortu angkat aja, orang lain nggak perlu tahu, bahkan si anak sendiri seringkali enggak tahu.
Sehubungan hak waris, dia berhak mewarisi dari ortu angkat, bukan dari ortu kandung.
Tapi biasanya juga yang angkat anak ini biasanya keadaan ekonominya lebih baik dari ortu kandung, apalagi di kampung yang mana makan tuh susah. Yang anak satu-satunya donk kebagian jatah makan lebih daripada yang anaknya tujuh.

Dua, karena urusan 'ciong'
tanggal lahir tertentu yang dianggap tidak cocok sama ortu kandungnya, bisa menyebabkan sakit, mati atau bangkrut atau apalah yang sahibul hikayat dibilang jelek, kemudian di "kias" dengan cara diangkat anak oleh orang lain. Nah kalau yang ini upacaranya seru, pake acara merangkak di kolong meja makan, lalu menyuguhkan teh, pake sembayang depan altar leluhur, kepada langit dan bumi, lalu makan-makan, announcement sama keluarga dan kerabat dekat bahwa si A sekarang jadi anaknya si C dan bukan anaknya si B.
Kalau yang begini nanti si anak tetap tinggal sama ortu kandungnya, tapi panggilannnya diganti, biasanya jadi panggil Asuk atau Acek atau Apak terhadap ayah sendiri. Yet nanti waktu ortu angkatnya meninggal, dia harus ikut 'tuaha' pakai baju belacu itu tuh. Tapi dia nggak punya hak waris dari ortu angkatnya (kecuali dikasih wasiat) dan tetap punya hak waris dari ortu kandungnya.

Tiga, karena urusan 'mancing' anak
Tapi nggak pake segala sembayangan dan makan-makan. Hanya saja ortu yang nggak punya anak angkat anak - biasanya anak kerabat sendiri, untuk tinggal di rumahnya, panggil mama-papa sama ortu angkatnya, - hanya sementara aja- sampai si ortu angkat punya anak sendiri, nah lalu si anak angkat boleh tetap tinggal dirumah itu atau dikembalikan kepada ortu kandungnya terserah ortu angkatnya, tapi kalau pulang pun dengan dikasih kado - hantaran kayak sangjit - karena berhasil "mancing".
Nah anak yang bisa "mancing" ini bisa dua-tiga kali mancing yang berarti nanti punya dua-tiga ortu angkat. Kalau yang begini sih gak punya hak waris dan nggak wajib "tuaha" kalau ortu angkatnya meninggal.

71
Tata Cara Sembayang Kepada orang yang baru meninggal

Dalam lingkungan Tradisi masyarakat tionghoa; salah satunya adalah penghormatan kepada leluhur termasuk salah satu bagian tradisi masyarakat Tionghoa. Disini saya membahas bagaimana tata cara sembayang masyarakat tionghoa kepada orang yang baru saja meninggal.

1. Hari 1 Penguburan / pembakaran : Pada hari pertama penguburan diadakan upacara penguburan. Upacara penguburan masyarakat Tionghoa ; tidaklah jauh beda dengan masyarakat budaya lainnya. Disini Dalam lingkungan Masyarakat Tionghoa biasanya akan dimulai upacara resesi sembayang, biasanya pemuka agama melakukan doa kepada si meninggal dan juga diikuti oleh keluarga si meninggal. Setelah itu penurunan peti mati; disini pihak keluarga dilarang melihat penurunan peti mati dan termasuk tamu pengunjung. (salah satu kepercayaan masyarakat tionghoa, bila melihat turunnya peti. ada kemungkin menyusul si meninggal atau usahanya jatuh atau meninggal). Setelah itu penaburan kembang ke liang kubur dengan dibarengi doa, dan setiap pihak keluarga mengambil satu gegam tanah dan dilempar kepeti mati sebagai tanda menghormati si meninggal. Setalah selesai resesi ini dilanjuti pemuka agama dengan pembagian gandum,koin, kacang ijo, jagung sebagai simbolik si meninggal memberikan berkah kepada pihak keluarga( semangkin banyak mendapatkanya semangkin banyak rejekinya). Dan terakhir upacara si pemuka agama melakukan doa kepada barang - barang sembayang seperti rumah rumahan dan material yang dibutuhkan oleh si meninggal. (catatan salah satu nya adanya kepercayaan adanya perlu kacung yang terdiri dari 1 orang wanita dan 1 orang pria yang di beri nama; saya masih menulusuri ini), lalu dibakar.

2. Hari dari meninggal hari ke 3 : Orang baru saja meninggal hari ke 3. Masyarakat tionghoa mengadakan salah satu sembayang menghormat leluhur. Disini Sesajian makanan, minuman dan juga kertas sembayang di bawa oleh pihak keluarga. Sembayang ini di adakan sebelum jam 4 pagi sampai jam 5 pagi. Dimaksudkan untuk memberi penghormatan kepada simeninggal yang baru bangkit dari kematiannya. (Buddhis mahayana menggunakan perhitungan 7 hari meninggal si almarhum

3. Hari 40 si meninggal sama seperti hari ke 3 perbedaaanya tidak perlu subuh untuk sembayang. (Buddhis mahayana perhitungannya 49 Hari).

4. Hari ke 100 Diadakan pesta di kuburan atau tempat tinggal si almarhum ( kalau dibakar). Diundang tamu untuk ikut sembayang si almarhum. Dan tetap disembayangi.

hari ke 1000 Sama pada hari ke 40

Catatan pinggiran selama 40 hari kematian almarhum pihak keluarga dilarang memakai pakaian merah. Karena pakaian merah simbol kebahagian. Dilarang mengunjungi pernikahan dan atau mengadakan pesta pernikahan.

72
Xuē Rénguì atau Shi Djin Koei (simplified Chinese: 薛仁贵; traditional Chinese: 薛仁貴; pinyin: Xuē Rénguì; 614-683), Sebenarnya adalah tokoh jendral yang berasal dari dinasti Tang. Nama kecilnya Shi Djin koei adalah Xue li (薛禮). Dia menjadi sangat terkenal karena kemampuannya dalam memimpin perang korea tepatnya daerah barat Tujue dan melawan kaum goguryeo . Shi Djin koei juga pernah kekalahan besar didaerah Tu fan karena Sebagian anak buahnya menolak mendengar nasihat dari Shi Djin Koei.

Xuē Rénguì lahir tahun 614, semasa pemerintah kaisar Yang dari negeri Sui. Dan mengabdi kepada kaisar tong taizong pada saaat tahun 644 semasa melawan Goguryeo.
Pada Saat Perang ini Xue bertemu dengan jendral Zhang shigui untuk bergabung dalam pasukannya. Pada saat pasukan Jendral Liu Jun’ang dikepung Xue ren Gui berhasil menyelamatkan beliau dari sinilah tokoh Shi Djin Koei mulai dikenal masyarakat., Karena kisah kepahlawanannya Kaisar Tong Taizong memberikan kedudukan sebagai Jendral ketika berhasil menang dari perang Gogureyo.

Pertama kali dia memperoleh perhatian kaisar Tang Taizong adalah
karena baju zirahnya yang berwarna putih. Di mana saat itu dia memakai
tombak trisula menyerbu ke pasukan Gaoli dan menimbulkan banyak
korban. Di masa kaisar Tang Gaozong, dia pernah menyelamatkan sang
kaisar ketika ada banjir bandang di daerah istana peristirahatan jaman
itu (Wan Ning Gong ? saya lupa detailnya) dengan cara berteriak keras
sehingga membangunkan kaisar.

Juga tercatat dia pernah sekali kalah besar dalam perang melawan Tujue
karena ada persaingan dengan panglima lainnya. Si panglima saingan itu
tidak mau menuruti perintah Xue dan berakibat kekalahan besar bagi
pasukan Tang. Satu kejadian yang fenomenal dalam hidupnya adalah
dengan tiga anak panah dia membunuh tiga panglima musuh. Apakah benar
demikian, saya juga tidak tahu.

Selain itu dia pernah dihukum karena dianggap membunuh tawanan perang
yang sudah menyerah dan merebut hasil pampasan perang. Akan tetapi
kaisar Tang Gaozong kemudian memberikan amnesti mengingat
jasa-jasanya. Di kemudian hari dia juga mengalami pengasingan sebelum
kemudian ditugaskan kembali melawan Tujue. Kalau tidak salah itu
peperangan besarnya yang terakhir. Di perang itu pasukan Tang menang
besar karena pasukan Tujue gentar mendengar nama Xue Rengui yang
dikira sudah meninggal (karena pengasingan).


Semasa pengabdian Shi Djin Koei Pada dinasti Tang pada tahun 649 sampai dengan
Tahun 683. Shi Djin koei mengalami kesuksesan besar dalam berperang dan berhasil mengalahkan musuh-musuhnya terutama perangnya didaerah kawasan timur asia. Tahun 683, Shi Djin Koei meninggal Dunia yang kemudian dilanjutkan oleh kedua anaknya Xue Na dan Xue Chu Yu.

Dalam cerita fiksi Shi Djin Koei di ceritakan banyak sekali dalam kisah drama dan opera seperti Xue Ren Gui Pulang Kampung Halaman , Xue ren Gui Kampanye menuju timur ,dengan gemilang drama ini dimainkan pada jaman dinasti Yuan. Dan actor yang pertama kali memeran Shi Djin Koei adalah Zhang Guobin.

============================================================ ====
Dalam cerita fiksi terbitan bahasa Indonesia.

Shi Djin Koei Tjeng Tang (terbitan Gabungan Tridharma Indonesia 1983).
dan Sie Djien Koei Tjeng See (Zhambala 1984).
Cerita dari See JinKui ini sangat pandjang mulai dari character ini
dilahirkan sampai dia meninggal disusul dgn cerita keturunannya sampai
jaman sesudah Wu CheTian [Bu CekTian] emperror wanita yg pertama dari
Tang dynasti. Lee SieBin [Hokkian] adalah emperornya dan dia terkenal
dlm cerita ini dgn menalukkan Korea dan keturunannya menalukkan kaum
SiungNu di utara [daerah machuria dan Mongolia [orang2 suku Tartar ,
Hun etc].

Ini terbitan yang kedua kalinya.
Terbitan-terbitan untuk 'dakwah' agama Buddha ini, edisi pertamanya
sudah terbit tahun 1979 (baik untuk "Tjeng Tang" maupun "Tjeng See").
============================================================ =
KOMIK

Tetapi terbitan ini bukan komik aslinya.
Melainkan hanyalah terbitan ulang dari aslinya yang terbitan KengPo,
karya Oey Kim Tiang (text-nya) dan Siauw Tik Kwie (gambarnya),
yang terbit tahun 1950-an.
See Jin Koei terkenal dgn kekuatan makannya dan kekuatan tenaganya.dan
mulai bekerja dari pangkat serdadu jadi marschal kerajaan. Banyak
dongengan didalam cerita ini dipakai utk kebudayaan suku china
diIndonesia pulau jawa terutama dlm tradisi penguburan, tradisi
penjaga pintu [dikiri kanan pintu dikelenteng sering ada penjaga yg
merah dan putih mukanya yg sebetulnya juga marshal2 dari emperor ini].
Story dari Bu CekTian [Wu CheTian] juga termasuk dari selir emperor
sampai jadi empress pertama.

Dalam cerita ini ada love story juga dari anaknya See JinKui jaitu
See TengSan dgn salah satu dari isterinya Hoan LeeHoa. Dimana scene yg
paling terkenal adalah dia digantung setengah gunung oleh Hoan LeeHoa
[ katanya sebelum reincarnation LeeHoa ini pernah menghina See TengSan
= dan dlm dunia hidup ini harus dibayar kembali]

Kalau dibikin buku atau TVserie story ini jauh lebih panyang dari
SamKok [SanKuo] sebab panyangnya sampai 4 generation - sampai emperor
yg menggantikan Bu CekTian yg menurut story adalah LeeTan dan love
storynya dgn HongKiauw.

Mystic story dari dongengan ini biasanya banyak yg dipakai untuk
menerangkan kebudayaan suku china diIndonesia.

Buku Fiksi:
------------

Sebagai buku (bukan komik), cerita Sie Jin Kwie sudah berulang kali
ditulis dalam bahasa Indonesia, sejak tahun awal abad ke-XX

Fiksi Sie Jin Kwie dalam bahasa Indonesia (Melayu Rendah) dimulai
dengan "Wa Kang Tjap Peh LoHoan Ong" terbitan Kho Tjeng Bie
pada tahun 1912.
Disusul judul-judul fiksi tentang Kaisar Lie Sie Bin dari dinasti Tong
yang lainnya.

Beberapa judul terbit beberapa kali, sejak 1912 itu, sampai sekarang.
Misalnya saya punya "Lo Tong Tjeng Souw Pak", tulisan Kwee Khay
Kee (Monsieur Kekasih) tahun 1953. Juga "Sie Djin Koei Tjeng Tang
(Soat Tong Houw Toan)" dan Sie Djin Koei Tjeng See", lalu
"Hong Kiauw - Lie Tan", oleh penulis yang sama. Cerita fiksi ini
dilanjutkan dengan "Sih Kong" yang terbit dalam bentuk komik.

Selain itu di tahun 1993 muncul kembali "Sie Jin Kwie Berperang Ke
Korea" tulisan Marcus Aceng Setiawan (Marcus AS) yang dilanjutkannya
dengan menerbitkan "Sii Jin Kwie Berperang Ke Barat" di tahun 1998.
============================================================ =====
Dalam buku dan pementasan drama di Indonesia.

Shi Djin Koei ini masuk budaya Jawa sudah tahun 1920an, ada : "macapat" (kumpulan cerita yang dinyanyikan) Setya Raja yang dibukukan dan bahkan sekarang masih ada di perpustakaan Leiden. Waktu tahun 1960an menjadi cerita berseri di Ketoprak Mataram Yogyakarta yang sangat terkenal waktu itu (TV belum masuk Indonesia) dan diganti nama Jendral Sudiro (Sudiro = Pemberani).
Yang di perpustakaan KITLV Leiden itu sudah diterbitkan di Indonesia (Hindia
Belanda) oleh Balai Pustaka di tahun 1938.

Selain itu Tokoh Shi Djin Koei juga pernah dikarang Oleh Oey Kim Tian. Pada masa Tahun 1980-an dalam cerita silatnya. Juga penokohan Shi Djin Koei juga pernah dimainkan oleh sekelompok Srimulat yang berasal dari Jawa timur dengan alat musik tradisonal jawa dan cerita alur dari negeri tiongkok ini dan juga pernah ditampilkan dalam acara Telivisi Swata acara tersebut bernama Ketoprak Humor pada Era tahun 2000. Cerita ini mulai ada semenjak era reformasi.

Tak aja ketoprak ternyata tokoh ini berhasil mengakat salah satu opera tiongkok yang sudah lama hilang yaitu Wayang Potehi. Jadi Yang penasaran siapa sih Shi Djin koei itu ternyata orang ini adalah nyata dan bernama asli Xue Ren Gui. Jadi supaya kita nonton wayang potehi atau Operet lainya Kita udah tau Shi Djin koei itu adalah seorang Jendral hebat yang memiliki keahlian Berperang dan Strategi. Shi Djin koei juga sama hebatnya dengan Kuan Kong loh, kalo kita nonton wayangnya. Dalam kisah fiksinya Shi Djin Koei itu juga mampu sakti mandraguna juga. Kalo yang aslinya ngak bisa.
Hanya Xue Ren Gui Sangat cerdik dan berani dalam mengambil keputusan.

Salam Hangat
Purnama

http://www.friendster.com/group-discussion/index.php?t=msg&th=1794582&start=0&

73
erhubungan dengan mencuatnya kembali pertanyaan Khonghucu filsafat
atau agama maka saya meneruskan pemikiran umat Khonghucu dari milis
tetangga sebagai masukan.

Hormat saya,

Yongde

http://asia.groups.yahoo.com/group/Junzigroup/message/286

--- In Junzigroup [at] yahoogroups.com, Sugiaman Gonassis <aman_wu74 [at] ...>
wrote:

Khonghucu itu agama atau bukan ? Ini sebenarnya pertanyaan basi yang
berulang-ulang tapi senantiasa muncul 'mengganggu' umat KHC. Sudah
banyak pakar yang mengajukan pendapat mereka, dari pelbagai sudut
pandang. Mungkin sampai berbuih mulut mereka, tetapi bagi sebagian
orang yang mempunyai maksud tertentu senantiasa tidak digubris
walaupun argumen itu sangat berdasar.
Jika sekarang saya ikut nimbrung mengemukakan argumen itu juga tidak
membuat masalah menjadi jernih. Ini karena pihak pro dan kontra
menggunakan sudut pandang yang berbeda.
Nah, karena yang kontra ini biasanya para pejabat yang berkuasa dan
sering menafsirkan hukum semau mereka, mau tak mau kita juga harus
menghadapinya dari sudut pandang mereka. Saya tidak akan mengajukan
bukti baru melainkan akan menyanggah semua alasan para pejabat 'bebal'
yang masih bersikeras mengatakan Khonghucu bukanlah agama (di Indonesia).

Yang saya bahas dan bantah kebenarannya disini adalah
Surat Kepala Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan kepada Menteri
Agama RI Nomor: BD/BA.01.2/453/2002 tentang Kajian Khonghucu. (Ini
yang saya temukan di internet dan melihat tahunnya yakni 2002 mungkin
ini versi yang terbaru. Jika anda sekalian ada yang lebih baru lagi,
tolong saya diberitahu dan nanti akan kita bahas lagi). ==> yang
berwarna merah adalah bunyi surat asli sedang yang hitam adalah
sanggahan saya.

Rabu, 20/11/2002

Surat Kepala Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan kepada Menteri
Agama RI Nomor: BD/BA.01.2/453/2002 tentang Kajian Khonghucu berisi
antara lain:

1. Status Khonghucu

a. Dalam laporan penelitian "Studi tentang Aplikasi UU Nomor 1 Tahun
1965 dan Penjelasannya"*) antara lain dinyatakan bahwa "masih belum
jelasnya status Khonghucu disebabkan masih simpang siurnya penafsiran
terhadap UU No. 1/PNPS/1965, khususnya pada "Penjelasan" pasal 1 yang
berbunyi '......Agama yang dipeluk oleh Penduduk Indonesia ialah:
Islam, kr****n, ka****k, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu (Confusius) ini'
{alenea 1}. Hal ini dapat dibuktikan dalam sejarah perkembangan
agama-agama di Indonesia. Karena 6 macam agama ini adalah agama yang
dipeluk oleh hampir seluruh penduduk Indonesia, maka mereka mendapat
jaminan seperti yang dinyatakan oleh pasal 29 ayat 2 Undang-Undang
Dasar 1945 mereka juga mendapat bantuan dan perlindungan (pasal 29
ayat 2 UUD 1945 alenea 2), 'Ini tidak berarti bahwa agama-agama lain,
seperti: Yahudi, Zarazustrian, Shinto, Thaoisme dilarang di
Indone-sia. Mereka juga memperoleh jaminan pasal 29 ayat 2 dan mereka
dibiarkan adanya, asal tidak
mengganggu ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam peraturan ini atau
peraturan perundangan lainnya ini (alenea 3).

Bagi umat Khonghucu, undang-undang tersebut dijadikan sebagai dasar
yuridis formal bahwa Khonghucu diakui Negara sebagai agama. Sedangkan
bagi pemerintah, undang-undang Nomor: 1/PNPS/1965 tersebut bukan
merupakan pengakuan Negara terhadap eksistensi sesuatu agama, tetapi
merupakan peraturan mengenai tindak pidana terhadap penyalahgunaan
dan/atau penodaan agama.


==> Bagi umat Khonghucu, undang-undang tersebut dijadikan sebagai
dasar yuridis formal bahwa Khonghucu diakui Negara sebagai agama.
Bukankah memang benar demikian ?
Pada jaman dahulu di sebuah negeri ada peraturan bahwa orang yang
melintas perbatasan dengan menunggang kuda akan dikenai biaya masuk.
Lalu ada seorang yang bernama Kongsun Lung karena tidak mau membayar
biaya masuk lalu berdebat dengan penjaga perbatasan dan mengatakan
bahwa "saya naik kuda putih dan kuda putih bukanlah kuda !"
Kini di Indonesia, telah dilakukan sebuah penelitian oleh Ketua Badan
Litbang Agama dan Diklat Keagamaan yang mengembangkan dalil "Agama
yang dipeluk tapi bukan agama !" (Ini pasti teori filosofis yang rumit
sekali dan setara dengan dalil 'Kuda putih bukan kuda')
Diatas sudah jelas disebutkan bahwa UU No. 1/PNPS/1965 menyatakan
'Agama yang dipeluk oleh Penduduk Indonesia ialah: Islam, kr****n,
ka****k, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu (Confusius) ini'. Bukankah ini
berarti Khonghucu adalah salah satu agama yang dipeluk penduduk
Indonesia ? agama khan ? Apakah disini berlaku dalil 'kuda putih bukan
kuda' ? Apakah kalimat ini harus diartikan 'Khonghucu adalah agama
yang dipeluk tapi bukan agama' ?
Lalu disebutkan pula pada alinea ke 2 bahwa 'Karena 6 macam agama ini
adalah agama yang dipeluk oleh hampir seluruh penduduk Indonesia...'
Ini lebih jelas lagi bahwa disebutkan ada 6 macam agama. Apakah dengan
dalil baru Balitbang Depag, maka kalimat ini harus diartikan '6 macam
agama tapi bukan 6 agama' ? Saya yakin ketua Balitbang yang
menyimpulkan seperti ini pastilah tidak sedang mabuk dan punya
penjelasan yang logis untuk hal ini. Jika menurut beliau penjelasan
filosofis ini mungkin terlalu canggih untuk orang awam seperti kita,
setahu saya ada umat agama KHC yang bergelar Prof. Dr. Dr. Dr. (gelar
Dr.-nya 3 kali) yang akan sanggup mencerna penjelasan dari dalil
hebat ini.

Sanggahan kedua : Dalam isi UU No. 1/PNPS/1965 , baik secara tersirat
maupun tersurat jelas dikatakan bahwa Khonghucu adalah agama yang
dipeluk penduduk Indonesia. Agama lho ! Bukan aliran kepercayaan ! Dan
lagi bukankah UU ini juga suatu bentuk produk hukum yang sah (yuridis
formal) ? Jadi kalimat Bagi umat Khonghucu, undang-undang tersebut
dijadikan sebagai dasar yuridis formal bahwa Khonghucu diakui Negara
sebagai agama. Bukankah memang benar demikian ?
Yang diminta umat KHC adalah konsistensi pemerintah dalam mengakui
produk hukum yang mereka buat sendiri. Ini demi terjaminnya kepastian
hukum karena negara NKRI adalah negara hukum !

===> Balitbang menyebutkan : Sedangkan bagi pemerintah ....,
undang-undang Nomor: 1/PNPS/1965 tersebut bukan merupakan pengakuan
Negara terhadap eksistensi sesuatu agama, tetapi merupakan peraturan
mengenai tindak pidana terhadap penyalahgunaan dan/atau penodaan agama.
Pemerintah disini harus diperjelas dulu. Jika digebyah-uyah 'Pokok
Pemerintah' maka akan ada kesan bahwa Pemerintah RI ini plin-plan
seperti halnya Ketua Balitbang Depag yang mengeluarkan dalil 'Agama
yang dipeluk tapi bukan agama'.
Undang-undang Nomor: 1/PNPS/1965 dalam produk jaman Presiden Ir.
Soekarno dan setahu saya sampai beliau diganti, tidak ada penyangkalan
terhadap eksistensi agama KHC. Pengganti beliau adalah Presiden
Suharto yang kemudian menjadikan presiden sebelumnya sebagai 'tahanan
rumah' sehingga tidak heran jika kebijakannya berbeda dengan
pemerintah sebelumnya.
Saya yakin yang dimaksud pemerintah disini oleh Ketua Balitbang Depag
pastilah Presiden Suharto dan bukannya Presiden Sukarno. Nah inilah
ujian sesungguhnya, apakah negara ini adalah negara hukum atau
kekuasaan presiden belaka. Mari kita lanjutkan pembahasannya dengan
garis bawah bawah pemerintah disini adalah Presiden Suharto dan
bukannya Presiden Sukarno (kecuali jika anda nekad menyebutkan bahwa
Negara ini memang hendak menganut asas plin-plan).

Kalimat 'undang-undang Nomor: 1/PNPS/1965 tersebut bukan merupakan
pengakuan Negara terhadap eksistensi sesuatu agama' ini lebih aneh
lagi. Yang membuat UU inikan pemerintah RI, memangnya MATAKIN, MUI, NU
atau badan-badan lain bisa menghasilkan produk hukum dengan
mengatasnamakan UU/PNPS ? Jadi jelas bahwa UU ini adalah produk
pemerintah dan disana disebutkan bahwa 'agama yang dipeluk oleh
Penduduk Indonesia ialah .. Khonghucu' dipertegas dengan kalimat 'hal
ini dapat dibuktikan ...'. Kalimat-kalimat ini mengakui eksistensi
(keberadaan ~ maaf kalau saya salah mengartikan kata eksistensi) dari
agama KHC di Indonesia sehingga bisa dipeluk oleh penduduknya. Jika
agama ini tidak eksis berarti tidak mungkin ada yang memeluknya !
Bantahan dari umat KHC (termasuk dari MATAKIN) juga merupakan bukti
nyata bahwa agama KHC dan pemeluknya itu memang ada (eksis). Bagaimana
mungkin Ketua Balitbang bisa menyimpulkan seperti ini ?
Kesimpulan ini jauh lebih membingungkan daripada teori 'Kuda putih
bukan kuda'. Produk hukum ini jelas-jelas menyebutkan adanya agama KHC
yang dipeluk penduduk Indonesia tapi disimpulkan bahwa 'bukan
pengakuan negara'. Untuk memikirkan hal ini saya jadi teringat film
'Mission Impossible' yang diawal cerita selalu disebutkan "Misi ini
adalah rahasia dan jika anggota misi ini sampai tertangkap maka negara
tidak akan mengakuinya'. Jadi Kesimpulan Ketua Balitbang ini mungkin
kira-kira seperti ini : "Undang-Undang ini memang dikeluarkan
pemerintah tapi jika perlu pemerintah boleh mengingkari produk yang
dikeluarkan ini (seperti halnya misi dalam mission impossible)'.

Kalimat 'merupakan peraturan mengenai tindak pidana terhadap
penyalahgunaan dan/atau penodaan agama'. Anggaplah ini benar, tapi
kata 'agama' ini jadi tidak jelas karena kerancuan dari kesimpulan
sebelumnya. Mungkin bagi Balitbang Depag, kata '6 agama' ini harus
diartikan sebagai 'Islam, kr****n, ka****k, Hindu, Budha, Dan !' sebab
KHC bukan agama (menurut Balitbang). Jadi agama ke enam di Indonesia
adalah 'Dan' (sebab kata Khong Hu Cu mungkin kesalahan ketik yang
tidak perlu diakui oleh pemerintah). Apakah begini artinya ?
Kalo menurut saya, kata 'agama' dalam kalimat ini mengacu pada 6 agama
itu dimana Khonghucu harus tercantum didalamnya sesuai dengan alinea 1
dan 2.
Dan jika kesimpulan ini menyebutkan bahwa peraturan ini mengenai
penyalahgunaan dan/atau penodaan agama, maka Ketua Balitbang Depag
yang terhormat ini adalah orang yang harus dikenai tuntutan pidana
karena telah menodai salah satu dari 6 agama ini karena beliau
jelas-jelas mengeluarkan dalil bahwa 'Khonghucu Bukan Agama' ! (Ini
bukan saya yang mengatakan tapi Ketua Balitbang Depag sendiri yang
menyimpulkan bahwa UU No I/PNPS/1965 ini tetap ada/berlaku)


b. Presiden RI dalam Sidang Kabinet tanggal 27 Januari 1979
menginstruksikan, antara lain:

1) Aliran Khonghucu bukanlah agama

2) Aliran Khonghucu dapat terus dipeluk oleh penganutnya apabila tidak
bertentangan dengan Pancasila dan tidak bertentangan dengan
usaha-usaha Pemerintah dalam mempersatukan bangsa.

==> Sekali lagi harus digarisbawahi bahwa Presiden RI disini adalah
Presiden Suharto dan bukan Presiden Sukarno yang mengeluarkan UU No.
I/PNPS/1965. Saya tidak tahu apakah seorang presiden itu harus taat
hukum ataukah kebal hukum ? Bagaimana mungkin seorang Presiden
mengeluarkan kebijakan yang berbeda dengan Undang-Undang ? Jika memang
kedudukan Presiden lebih tinggi dari UU, mengapa ia tidak mencabut UU
No I/PNPS/1965 lebih dulu baru mengeluarkan instruksi Presiden tahun
1979 ?
Ataukah Presiden Suharto saat itu belum yakin akan pemikirannya
sendiri sehingga tidak berani mencabut UU ini ? Karena ini tidak bisa
dipastikan (karena yang bersangkutan sudah meninggal dunia dan jika
masih hiduppun, belum tentu beliau mau mengaku), jadi mari kita telaah
dari sudut lain :
(Sesungguhnya saya ingin tahu apakah instruksi ini sudah diformalkan
menjadi Inpres nomor sekian ataukah cuma 'petunjuk' bapak Presiden
secara lisan. Sayang laporan dari Balitbang ini tidak menyebutkan
nomor inpres yang 'melanggar hukum' ini)

==> 'Aliran Khonghucu bukanlah agama', apa yang dimaksud dengan
'aliran Khonghucu' ini ? Ajaran Nabi Kong Zi itu mengandung
Universalitas sehingga penganut agama lainpun tidak bisa menemukan
kesalahan didalamnya. Sebagai akibatnya, sejak jaman dahulu banyak
filsuf dan juga tokoh agama lain yang 'menyitir' sabda-sabda Beliau
dan lalu mengklaim bahwa Kong Zi mendukung aliran mereka. Awalnya di
Tiongkok sejak jaman dinasti Jin sudah ada pembedaan antara penganut
agama KHC dan agama Dao. Lalu seiring dengan masuknya agama Buddha ke
Tiongkok, akhirnya pengaruh ajaran Kong Zi itu meresap begitu dalam
sehingga agama Buddha dan Dao di Tiongkok tidak bisa melepaskan
pengaruh ajaran Kong Zi. Karena itulah ada aliran Buddhisme Chan yang
mengakui 'berpadunya' 3 agama KHC, Buddha dan Dao.
Di Indonesia, Kwee Tek Hai karena menganggap (ini pandangan pribadi
beliau) agama KHC saja kurang memenuhi hasratnya, maka ia mendirikan
aliran Tridharma (KHC, Buddha dan Dao jadi satu). Karena Tridharma ini
adalah aliran baru, maka dia tidak dianggap agama murni melainkan
salah satu aliran daripada agama Buddha dibawah Walubi. Apakah ini
yang dimaksud dengan 'aliran Khonghucu' oleh Presiden Suharto sehingga
beliau ngotot memaksakan MATAKIN untuk menjadi 'bawahan' dari agama
Buddha ? Lagi-lagi kita terbentur karena beliau ini sudah meninggal
dunia tanpa sempat memberikan penjelasan akibat kebijakannya yang
serba membingungkan yakni tidak mencabut UU diatasnya tapi membuat
peraturan baru yang bertolak belakang.

==> Aliran Khonghucu dapat terus dipeluk oleh penganutnya. Justru
inilah yang patut diselidiki apakah aliran Khonghucu beserta
penganutnya ini benar-benar ada ataukah hanya ada dalam pikiran
Presiden Suharto. Tidak ada produk hukum yang mengakui eksistensi
aliran Khonghucu. Beda dengan Agama KHonghucu dengan pemeluknya yang
jelas-jelas sudah 'dibuktikan' seperti dalam alinea ke dua UU no
I/PNPS/1965. Apakah Balitbang Depag ini sudah meneliti keberadaan
pemeluk aliran KHC ini, apakah aliran Khonghucu ini sama dengan agama
Khonghucu ?

==> .... apabila tidak bertentangan dengan Pancasila dan tidak
bertentangan dengan usaha-usaha Pemerintah dalam mempersatukan bangsa.
Apakah agama KHC bertentangan dengan Pancasila dan pernah menuntut
berdirinya negara Khonghucu yang lepas dari negara Kesatuan RI ? Tidak
pernah ada bukti tentang itu bukan ? Saya cuma ingin tanya pada Ketua
Balitbang Depag yang mengajukan inpres ini, apakah aturan kedua yakni
bertentangan dengan Pancasila dan bertentangan dengan upaya penyatuan
bangsa ini juga berlaku untuk agama lain ? Apa sangsinya bagi
agama-agama lain jika melakukan hal itu ? Saya tidak berani menjawab
hal ini, tapi ketua Balitbang Depag-lah yang harus menjawabnya.


c. Keputusan Presiden Nomor: 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi
Presiden Nomor: 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan dan Adat
Istiadat Cina.


Lahirnya Keppres ini menimbulkan pandangan dan pendapat khususnya
warga keturunan Cina melalui MATAKIN bahwa dengan lahirnya Keppres
tersebut, Khonghucu diakui sebagai agama dan berdasarkan Undang-undang
HAM, mereka menuntut pengembalian hak-hak sipil umat Khonghucu yaitu:

a. Pelaksanaan perkawinan secara Khonghucu

b. Pencantuman agama Khonghucu pada kolom agama di KTP

c. Pemberian pelajaran agama Khonghucu di sekolah-sekolah bagi
murid-murid yang beragama Khonghucu.

d. Menuntut suatu unit kerja di lingkungan Departemen Agama.

Bagi pemerintah, lahirnya Keppres tersebut tidak dapat dijadikan
pedoman atau dasar yuridis formal bahwa Khonghucu diakui sebagai
agama, sebab Inpres Nomor: 14 Tahun 1967 yang dicabut tersebut
sedikitpun tidak menyinggung keberadaan Khonghucu sebagai agama,
tetapi isi atau substansi Inpres tersebut menyatakan bahwa, perayaan/
pesta agama dan adat istiadat Cina untuk tidak dilakukan menyolok di
depan umum. Dengan lahirnya Keppres Nomor 6 Tahun 2000, maka
perayaan/pesta agama dan adat istiadat Cina sudah tidak ada pembatasan
lagi dalam arti bisa dilakukan secara terbuka. Demikian pula penetapan
Imlek sebagai Hari Libur Nasional bukan berarti pengakuan Konghuchu
sebagai agama, karena penetapan suatu hari libur tidak selalu
berhubungan dengan hari besar keagamaan.

===> Pencabutan Inpres no 14/1967 memang tidak menyinggung keberadaan
KHC sebagai agama. Lagian mengapa juga KHC tidak boleh menuntut
pencantuman Agama KHC dalam KTP karena UU No I/PNPS/1965 tidak pernah
dicabut, artinya UU itu tetap berlaku. Bantahan sebelumnya yang
diuraikan diatas (secara logika) mementahkan semua kesimpulan
Balitbang Depag yang menyebutkan KHC bukan agama (kecuali Balitbang
mengeluarkan bantahan baru atau tetap bersikeras mematenkan dalil
'agama yang dipeluk bukan agama').
Jadi selama UU No I/PNPS/1965 belum dicabut, maka agama KHC sebagai
salah satu dari 6 agama (yang eksistensinya) di Indonesia diakui dalam
UU tsb berhak untuk mendapatkan pelayanan yang sama dengan 5 agama
yang lain (sesuai UUD 1945). Kecuali jika ada UU lain yang jelas-jelas
mengakui bahwa Negara ini (atas usul Balitbang Depag) memberlakukan
'diskriminasi' khusus terhadap agama KHC sehingga pemeluknya tidak
mempunyai hak yang sama dengan kelima agama yang lain.


Perbedaan penafsiran Keppres ini telah diduga sebelumnya, sehingga
Departemen Agama mengeluarkan Surat Edaran Nomor SJ/B.VII/HM.00/
220/2000 tanggal 24 Januari 2000 yang isinya menyatakan bahwa lahirnya
Keppres Nomor 6 Tahun 2000 jangan sampai dipersepsikan atau dianggap
sebagai pengakuan pemerintah terhadap agama Khonghucu.

===> Surat Edaran Nomor SJ/B.VII/HM.00/ 220/2000 tanggal 24 Januari
2000 yang isinya menyatakan bahwa lahirnya Keppres Nomor 6 Tahun 2000
jangan sampai dipersepsikan atau dianggap sebagai pengakuan pemerintah
terhadap agama Khonghucu. Ini benar karena pengakuan KHC sebagai agama
tidak berdasarkan Keppres Nomor 6 Tahun 2000, melainkan berdasarkan UU
No I/PNS/1965 dan undang-undang ini tidak pernah dicabut. (kecuali
jika Depag juga menganut teori 'Agama yang dipeluk bukan agama')

Dari uraian di atas nampak bahwa masih terdapat perbedaan penafsiran
peraturan perundangan yang berkaitan dengan Khonghucu, sehingga
diperlukan sikap tegas pemerintah mengenai hal ini, misalnya dengan
menindaklanjuti perintah Presiden dalam Sidang Kabinet tanggal 27
Januari 1979 (lihat No. 2).

===> Saran yang sangat ngawur ! Harusnya jika Depag memang berniat
tidak mengakui agama KHC (karena alasan tertentu yang saya tidak
tahu), seharusnya cabut dulu UU No I/PNPS/1965 dan bukannya
menindaklanjuti kata-kata Presiden dalam Sidang Kabinet 27 Januari
1979 yang tidak dijelaskan disini apa bentuk formal dari produk
hukumnya (Inpres atau Perpres nomor sekian) !
Inilah yang dinamakan sikap tegas dan Benar !


Sebenarnya ada poin 2 tentang Pencatatan Perkawinan bagi Umat
Khonghucu. Ini tidak perlu diuraikan lebih lanjut karena terkait
dengan poin satu yakni Status Khonghucu. Jika Depag tidak bisa
memberikan bantahan yang lebih logis maka Khonghucu secara sah tetap
agama dan poin ke 2 sudah pasti memenangkan umat KHC !

74
Mahayana / Empat Ajaran Liao-Fan
« on: 18 November 2008, 01:05:07 PM »
Narator : “Menciptakan Takdir” berarti membentuk nasib dan bukannya menjadi terikat olehnya.

Ajaran “Belajar Menciptakan Takdir” membicarakan prinsip di balik nasib dan pengetahuan yang diperlukan untuk merobahnya.

Dengan menceritakan pengalaman-pengalaman pribadinya dan upaya-upaya yang dilakukannya dalam mengubah takdir, Liao-Fan mengajari anaknya, Tian-Chi, untuk tidak terikat oleh nasib tetapi sebaliknya berusaha sekuat tenaga untuk mempraktekkan kebajikan dan mengikis habis perbuatan yang salah.



Orang jangan menolak berbuat baik semata-mata karena tindakan tersebut kelihatannya tidak berarti manfaatnya, atau melakukan kejahatan hanya karena tampak sepele.

Jika dilakukan dengan cara yang benar, dapat dipastikan bahwa takdir seseorang akan berubah. Seiring dikatakan “Dengan menahan diri dari tindakan yang salah dan melaksanakan segala bentuk perbuatan baik, malapetaka juga akan menyingkir dan nasib baik berdatangan.”Inilah prinsip di balik penciptaan nasib seseorang.



Liao-Fan: Ayah meninggal ketika saya masih kecil dan ibu membujuk saya untuk belajar ilmu pengobatan daripada menjadi seorang sarjana.



Ibu : Belajar ilmu pengobatan merupakan jalan yang baik untuk menyokong dirimu sendiri dan menolong orang lain. Selain itu, dengan keahlian seperti itu engkau tidak perlu khawatir lagi dalam mencari nafkah dan bahkan bisa terkenal dengan ilmu pengobatanmu. Ayahmu juga selalu berharap seperti itu.



Liao-Fan: Suatu hari, di kuil Awan Welas Asih, saya bertemu dengan orang tua yang berpenampilan luar biasa dan berjenggot panjang. Dia begitu mirip petapa suci sehingga saya cepat-cepat memberi hormat padanya. Orang tua itu berkata pada saya…



Orang Tua : Engkau ditakdirkan menjadi pejabat Negara. Engkau dapat mencapai kedudukan Sarjana Terpandang Tingkat Pertama tahun depan, tetapi mengapa engkau tidak belajar untuk mengikuti ujian?



Liao-Fan : Jadi saya menceritakan padanya bagaimana ibu menyarankan saya berhenti berusaha menjadi sarjana dan sebaliknya mempelajari ilmu pengobatan. Kemudian saya menanyakan nama, tempat lahir dan tempat tinggalnya. Dia menjawab...



Orang Tua : Nama panggilan saya Kong. Saya datang dari Propinsi Yunnan. Saya mewarisi pengetahuan dari Tuan Shao, rang yang mengembangkan seni meramal. Menurut perhitungan, saya seharusnya meneruskannya kepadamu.



Liao-Fan : Saya membawa Tuan Kong ke rumah saya dan memebritahu ibu mengenainya. Ibu berpesan untuk memperlakukannya dengan baik dan berkata…



Ibu : Karena Tuan Kong begitu ahli dalam seni meramal masa depan, dia seharusnya juga mengetahui masa lalu kita. Mari kita tanya padanya dan uji keasliannya.



Liao-Fan : Hasilnya, saya menemukan perhitungan Tuan Kong sangat tepat bahkan untuk hal-hal kecil. Setelah mendengar nasehatnya, kembali terpikir oleh saya untuk belajar. Saya kemudain meminta nasehat sepupu saya Shen-Chen. Dia memberiku saran …



Sepupu : Kawanku, Tuan Yu Hai-Gu sedang mengajar di rumah Sheng Yo-Fu. Saya dengan sengan hati akan membawa kamu ke sana untuk menumpang tinggal dan belajar.



Liao-Fan : Itulah ceritanya bagaimana saya menjadi murid Yu. Kembali, Tuan Kong membuat ramalan untukku.



Tuan Kong : Sebagai murid, engkau akan memperoleh ranking ke-14 dalam ujian kabupaten, ranking ke-71 dalam ujian daerah, dan ranking ke-9 dalam ujian propinsi.



Liao-Fan : Tahun berikutnya, pada tiga tempat pelaksanaan ujian itu, saya mendapatkan ranking persis dengan yang diramalkan Tuan Kong. Kemudian Tuan Kong membeberkan ramalan bagi seluruh hidup saya.



Tuan Kong : Engkau akan lulus ujian ini dan ujian itu pada tahun sekian dan sekian engkau akan menjadi pegawai negeridi tahun sekian, dan pada tahun sekian engkau akan mendapatkan kenaikan pangkat. Akhirnya, engakau akan ditunjuk sebagai hakim selama 3 ½ tahun, engkau akan meletakkan jabatan dan kembali ke kampung halaman. Pada umur 53 tahun engkau akan mati sekitar pukul 01.00 pagi di bulan ke-8 tanggal 14. Sayang sekali engkau tidak akan mempunyai anak.



Liao-Fan : Saya mencatat dan mengingat semua perkataannya. Sejak itu, hasil dan setiap ujian yanga saya ikuti ternyata sesuai dengan ramalan Tuan Kong. Tuan Kong meramalkan saya abru akan dinaikkan jabatan setelah meneirma upah seberat 91 goni dan 5 gantang beras. Akan tetapi, hanya dengan menerima 71 goni beras, saya telah mendapat rekomendasi kenaikan pangkat dari Tuan Tu, pejabat senior bidang pendidikan. Ini membuat saya diam-diam mulai meragukan ramalan-ramalan Tuan Kong.



Liao-Fan : Akan tetapi, ramalan Tuan Kong pada akhirnya ternyata tepat, sebab rekomendasi tadi ditolak Tuan Yang, atasan Tuan Tu. Hingga beberapa tahun kemudian, saat Tuan Ying Chiu-Min melihat hasil ujian saya terdahulu dan berseru…



Tuan Ying : Kelima karangan singkat ini sungguh bagus, sama baiknya dengan laporan untuk Kaisar sendiri! Bagaimana mungkin kita dapat mengubur karya sarjana sehebat ini?



Liao-Fan : Tuan Ying memerintahkan pengadilan mengeluarkan surat perintah resmi bagu saya untuk dijadikan kandidat “siswa kerajaan” di bawah otoritas beliau. Setelah menjalani kenaikan pangkat yang bersejarah ini, perhitungan menunjukkan bahwa saya telah menerima persis 91 goni dan 5 gantang beras. Sejak itu, apakah itu kenaikan pangkat, promosi atau pun peningkatan jumlah kekayaan, saya betul-betul percaya bahwa semuanyanya terjadi sesuai dengan waktunya. Bahkan umur orang pun sudah ditakdirkan.



Saya mulai melihat bahwa segalanya ini sudah pasti, dan berhenti untuk mencari kemenangan dan keuntungan. Setelah terpilih sebagai seorang siswa kerajaan, saya diharuskan memasuki Universitas Beijing. Tahun-tahun di ibukota, minta saya untuk bermeditasi tumbuh dan saya sering duduk diam tanpa memikirkan apa pun, saya kehilangan minat terhadap buku dan berhenti belajar sama sekali.



Sebelum saya memasuki Universitas Nasional di Nanjing, saya berkunjung kepada Yun Gu, seorang guru Zen yang telah cerah, di Pegunungan Chishia. Kami duduk saling berhadapan di dalam Aula Zen selama tiga hari tiga malam tanpa tidur. Guru Yun-Gu akhirnya bertanya kepada saya ..



Guru Yun-Gu : Orang biasa tidak mampu mencapai tingkat kesucian karena mereka terlalu banyak memiliki pikiran yang berkeliaran dan palsu. Dalam meditasi tiga hari yang kita jalankan, saya tidak melihat sedikit pun danya pikiran yang bercabang dalam diri Anda. Bagaimana bisa begitu?



Liao-Fan : Saya menjawab, “Tuan Kong telah meramal dengan tepat semua yang akan terjadi dalam hidup saya. Saya telah mengerti bahwa hidup, mati, promosi, dan kegagalan sduah ditakdirkan. Tidak ada gunanya bagi saya untuk memikirkan atau berusaha mendapatkannya. Itulah sebabnya Guru tidak melihat adanya pikiran yang berkeliaran dalam diri saya.” Guru Yun-Gu tertawa.



Guru Yun-Gu : Tadinya saya pikir engkau orang yang punya kemampuan luar biasa! Sekarang saya sadar engkau bukan siapa-siapa melainkan Cuma orang wam, dan rata-rata!



Liao-Fan : Merasa bingung atas perkataan Guru Yun-Gu, saya memohon penjelasan darinya.



Guru Yun-Gu : Batin orang rata-rata selalu ditempati oleh pikiran yang melantur dan khayalan, sehingga secara alamiah kehidupan mereka diikat oleh hawa yin-yang, dan nasib. Kita tidak dapat menyangkat bahwa takdir itu memang ada, namun hanya orang-orang biasa yang terikat olehnya. Takdir tidak dapat mengikat mereja yang mengembangkan kebajikan agung.



Narator : Jasa-jasa baik yang berhasil dikumpulkan dari perbuatan-perbuatan besar sedemikian agungnya sehingga nasib ‘asli’ juga dapat berubah menjadi lebih baik dengan melakukan perbuatan-perbuatan itu.



Guru Yun-Gu : Jasa-jasa yang dikumpulkan sesungguhnya dapat mengubah takdir mereka dari penderitaan kepada kebahagiaan, dari kemiskinan kepada kemakmuran, dan umur pendek menjadi umur panjang. Demikian pula halnya, takdir tidak dapat menjamin mereka yang melakukan perbuatan yang luar biasa jahatnya.



Narator : Kejahatan yang berat dan kuat dapat menghancurkan hidup orang yang dipenuhi kemakmuran dan nasib baik karena akibat kejahatan itu akan merusak takdirnya semula. Hidup orang itu dapat berubah dari baik menjadi buruk.

75


•   Thiu Djiam dan  Ciam Sie

Thiu Djiam

Djiu Djiam adalah Prasarana atau tempat buli - buli bamboo Butiran yang di beri nomor untuk Djiam si. Djiu djiam diperuntukan kepada masyarakat yang hendak mencari jawaban dari persoalan dalam kehidupannya.  Cara mengunakannya adalah mengocok tabung Djiu Djiam sampai Satu Buli bambu jatuh, kemudian diletakan ke hiolo untuk dipertanyakan keabsahannya buli tersebut untuk  menentukan jawaban untuk si penanya.


Asal usul adanya Ciam Sie.
         
Pada jaman dahulu sudah banyak orang-orang yang datang ke klenteng mencari Guru-Guru agama untuk meminta bantuan atau pertolongan. Ada yang menanyakan nasib dan jodoh mereka, dan ada juga untuk penyembuhan penyakit-penyakit serta meminta obat-obatan.

Tetapi pada bulan bulan-bulan tertentu, para Guru itu tidak ada di klenteng karena mencari obat-obatan di hutan atau di pegunungan, seperti ginseng, jamur, dan lain-lainnya. Dalam pencarian obat ini dibutuhkan waktu berbulan-bulan lamanya.

Untuk itu para Guru membuat Ciam Sie supaya masyarakat atau orang-orang yang datang dari jauh tidak kecewa karena Gurunya tidak berada di tempat.


Masyarakat yang tertolong kemudian membawa oleh-oleh untuk Guru tersebut sebagai tanda terima kasih. Karena Guru-Guru tidak berada di tempat, maka diletakkan di atas meja sembahyang. Ada juga yang datang membawa persembahan kepada Dewa.

Ciamsi, qianshi, qiuqian adalah suatu cara mencari jawaban atas permasalahan diri yang dihadapi oleh orang-orang. Adapun isinya adalah syair-syair yang merupakan cuplikan dari kisah-kisah jaman dahulu. Seperti kisah Sanguo, Chunqiu, maupun kisah-kisah
lainnya.

Ciamsie baru mulai ada dalam catatan sejarah pada masa dinasti Tang.
Cara ini berasal dari Yuanyang daogoan, dimana daoshi disana menggunakan cara ciamsie untuk memutuskan hubungan yang bisa buruk karena ada orang yang bertanya kepada daoshi.

Hubungan buruk ini adalah suatu bentuk manipulasi pikiran oleh "oknum". Dan hal itu harus kita akui banyak terjadi di kepercayaan apapun bahwasanya umat-umat sering dieksploitasi oleh pemuka agama.
Jadi ciamsie adalah suatu cara dimana berfungsi memutuskan hubungan yang bisa dimanipulasi dan juga memberikan jawaban dengan "hati" sipenanya itu sendiri.

Taoism mengenai istilah lingzhi atau pengobatan kejiwaan. Banyak bentuk ritual maupun kegiatannya bersifat lingzhi. Tapi pengobatan lingzhi itu juga tidak luput dari konsep 3 hun dan 7 po.


•   Poh Pwee

Sejarah penggunaan pwee dengan prinsip Yin Yang dan Sheng sudah ada
tercatat sejak jaman Musim Semi dan Gugur, yaitu kira-kira 600an B.C.E.
Tentunya dengan metode dan konsep yang berbeda, yaitu mereka menggunakan batang-batang bambu untuk menyusun garis Yang dan garis Yin dan konsepnya adalah mencari tahu atau memprediksi keadaan atau situasi dengan membaca gejala atau sinyal dari alam. Metode ini berkaitan dengan Yijing.

Pwa pwee dalam ilmu metaphysic Tiongkok, termasuk bagian dari bu. Bukan merupakan alat atau sarana berkomunikasi dengan mahluk lain tapi lebih kearah membaca tanda alam yang berkaitan dengan permasalahan atau pertanyaan kita misalnya metode Tudi.

Tapi dibanyak kegiatan ritual dan upacara penghormatan, pwee ini merupakan alat atau sarana berkomunikasi dengan alam lain.
Kegiatan ini sudah ada sejak jaman dinasti Xia.

Kehadiran Pok Pue itu sebenarnya untuk bertanya kepastian jawaban kepada para dewa. Pok pue itu ngak hanya untuk ciam si tapi juga misal mau bersihkan altar,
mengangkat sajian, mengambil buah, Dan juga bertanya secara simple seperti Ciam si. Kegunaan pok pue sebenarnya hampir sama dengan Ciam si. Untuk mengetahui Ciam si anda bisa mencarinya di search engine. Perbedaannya Pok pue simpel dan sederhana.


Lambang atau simbol pokpue itu adalah :

Bagian terbuka dan bagian tertutup, sama seperti koin memiliki 2 bagian, sisi muka dan sisi belakang. (gambarnya disini sih ngak bisa ditampilkan, maaf sebenarnya musti diterangin sama benda nya) yang terdiri dari 2 buah seperti pisang yang dibelah dua (bentuk barangnya, seperti pisang dibelah dua sisi yang dipotong adalah sisi terbuka, sementara sisi lengkung itu tertutup).

Cara / Tradisi menggunakan pok pue :

1. Anda Diwajibkan Sembayang dahulu kepada Thian Atau Tuhan Yang Maha Esa.

2. Dilanjutkan sembayang kepada para dewa.

3. Setelah selesai sembayang baru anda bisa menggunakan pok pue.

4. Untuk mengetahui pokpue saya beri keterangan dengan singkatan
SB = sisi terbuka, ST = Sisi Tertutup.

5. Anda bertanya dahulu pertanyaan yang anda tunjukan, Dalam tradisi Ciamsi pok pue adalah alat digunaka terlebih dahulu sebelum bertanya lebih lanjut seperti Ciam si (Ciam si memberi keterangan rinci, pok pue tidak sifatnya sederhana).

Contoh pertanyaan simpel misal "boleh ngak minta nasehat dari Ciamsi ?"

6. jawabanya anda bisa lihat dari pok pue (dalam artian):

SB Dan SB berarti Sang Dewa tidak mengerti pertanyaan anda minta
diperjelas.

ST dan ST Berarti Sang dewa menolak.

SB Dan ST adalah Sang dewa menerima.

Pages: 1 2 3 4 [5] 6
anything