Meski menjadi seorang bhikkhu adalah kondisi yg sempurna untuk tidak terganggu dengan berbagai belenggu, namun saya setuju bahwa 'melepaskan belenggu keduniawian' bukan berarti selalu menjadi bhikkhu. bisa juga jadi pertapa biasa.
Kembali ke topik TS, kalimat disini adalah 'melepas belenggu kerumahtanggaan'.
Saya jadi merenungkan, apakah bisa kita 'melepaskan belenggu kerumahtanggaan' sementara masih hidup di dalam keluarga tsb? Artinya kita masih tinggal secara fisik dalam keluarga tsb? Bagaimana implementasinya? ambil contoh Raja Suddhodana, bagaiman pemerintahan dijalankan? Bagaimana pelayan2 bersikap terhadap Sang Raja? Apakah Beliau hidup sbg petapa di istana sendiri?
Saya bayangkan diri sendiri juga, sebagai kepala keluarga. Bagaimana kita 'melepas belenggu kerumahtangaan' sementara masih tinggal secara fisik dengan keluarga? Anak2 kecil kita yg setiap hari minta bermain, setiap saat dipanggil papa, meredakan pertengkaran anak, membagi tugas menjaga anak dengan istri, bagaimana menafkahi keluarga? Kebutuhan sekolah, dll?
Menurut saya pribadi: TIDAK MUNGKIN untuk 'melepaskan belenggu kerumahtanggaan' sementara kita masih tinggal secara fisik dengan keluarga kita. Kondisi yg paling pas adalah menjadi seorang Bhikkhu atau seorang petapa.
::