//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - markosprawira

Pages: 1 ... 413 414 415 416 417 418 419 [420]
6286
Sekolah Buddhis dan Sekolah Minggu / Re: Berminat?
« on: 10 July 2007, 10:09:00 AM »
dear herie,

kenapa ga sekalian dibuatkan pelatihan aja untuk sekolah minggu???

setau saya, 17 - 19 Agustus nanti, akan ada pelatihan untuk dhammaduta di tangerang tuh......

6287
Sutta Vinaya / Re: Membalas Budi Orang Tua
« on: 10 July 2007, 09:53:39 AM »
dengan sama2 berusaha saling memahami, seharusnya akan meminimalisir pertengkaran, percekcokan atau pertentangan

6288
Buddhisme untuk Pemula / Re: [ASK]Tumimbal Lahir?
« on: 10 July 2007, 09:17:31 AM »
secara harafiah, anatta dalam pernyataan "sabbe dhamma anatta".... bahwa semua semua yang berkondisi maupun tidak berkondisi adalah bukan aku, bukan diriku, tidak bisa dimiliki dan tanpa inti

jadi tidak semata tidak ada ATMAN

6289
Sutta Vinaya / Membalas Budi Orang Tua
« on: 10 July 2007, 09:05:16 AM »
Kunyatakan, O para bhikkhu, ada dua orang yang tidak pernah dapat dibalas budinya oleh seseorang . Siapakah dua orang itu? Ibu dan Ayah.

Bahkan seandainya saja seseorang memikul ibunya ke mana-mana di satu bahunya dan memikul ayahnya di bahu yang lain, dan ketika melakukan ini dia hidup seratus tahun, mencapai usia seratus tahun; dan seandainya saja dia melayani ibu dan ayahnya dengan meminyaki mereka, memijit, memandikan, dan menggosok kaki tangan mereka, serta membersihkan kotoran mereka di sana-bahkan perbuatan itu pun belum cukup, dia belum dapat membalas budi ibu dan ayahnya. Bahkan seandainya saja dia mengakat orang tuanya sebagai raja dan penguasa besar di bumi ini, yang sangat kaya dalam tujuh macam harta, dia belum berbuat cukup untuk mereka, dia belum dapat membalas budi mereka. Apakah alasan untuk hal ini? Orang tua berbuat banyak untuk anak mereka; mereka membesarkannya, memberi makan, dan membimbingnya melalui dunia ini.

Tetapi, O para bhikkhu, seseorang yang mendorong orangtuanya yang tadinya tidak percaya, membiasakan dan mengukuhkan mereka di dalam keyakinan; yang mendorong orangtuanya yang tadinya tidak bermoral, membiasakan dan mengukuhkan mereka di dalam moralitas; yang mendorong orang tuanya yang tadinya kikir, membiasakan dan mengukuhkan mereka di dalam kedermawanan; yang mendorong orangtuanya yang tadinya bodoh batinya, membiasakan dan mengukuhkan mereka di dalam kebijaksanaan -seperti orang itu, O para bhikkhu, telah berbuat cukup untuk ibu dan ayahnya; dia telah membalas budi mereka dan lebih dari membalas budi atas apa yang telah mereka lakukan.

Kelompok Dua, Anguttara Nikaya.
(dikutip dari buku: Petikan Anguttara Nikaya, Kitab Suci Agama Buddha, terbitan Wisma Sambodhi, halaman 90 - 91)

6290
namun harus diakui bahwa WALUBI "baru" ini, jauh lebih cepat tanggap dibanding KASI dalam hal solidaritas kepada mereka yang menderita.

6291
Buddhisme untuk Pemula / Re: [ASK]Tumimbal Lahir?
« on: 09 July 2007, 01:11:21 PM »
dear Lim

menyambung pembicaraan beberapa rekan diatas, sebenarnya kita sendiri mengalami mati dan hidup trilyunan kali dalam 1 detik

jika yang anda sebut dengan tumimbal lahir adalah "mati" dalam arti padamnya jasmani ini, mungkin nanti lebih baik jika dibahas mengenai proses kematian, bagaimana???

cuma untuk bahas itu secara mendetail, kayanya ga bisa secara tulisan karena dapat menyebabkan kerancuan.....

jika anda berada di jakarta, mungkin kapan2 bisa bertemu secara langsung.......

6292
Sutta Vinaya / Nanda Sutta (Ud III.2) -- Mengenai Nanda
« on: 09 July 2007, 01:02:00 PM »
Demikian telah kudengar. Satu ketika Sang Bhagava tengah bersemayam dekat Savatthi, di Hutan Jeta, Taman Anathapindika. Adapun pada saat itu YM Nanda -- saudara tiri Sang Bhagava, putra bibi dari pihak ibu -- memberitahu sejumlah besar bhikkhu, "Aku tidak puas menjalani kehidupan suci, sobat-sobat. Aku tidak dapat memikul kehidupan suci. Berhenti dari latihan ini, aku akan kembali ke kehidupan awam."

Kemudian seorang bhikkhu tertentu pergi kepada Sang Bhagava dan, ketika tiba, setelah menyalami beliau, duduk di satu sisi. Sementara ia tengah duduk di sana, ia berkata kepada Sang Bhagava: "Bhante, YM Nanda -- saudara tiri Sang Bhagava, putra bibi dari pihak ibu -- telah memberitahu sejumlah besar bhikkhu, 'Aku tidak puas menjalani kehidupan suci, sobat-sobat. Aku tidak dapat memikul kehidupan suci. Berhenti dari latihan ini, aku akan kembali ke kehidupan awam.'"

Kemudian Sang Bhagava mengamanatkan seorang bhikkhu tertentu, "Mari, bhikkhu. Atas namaku, panggillah Nanda, katakan, 'Sang Guru memanggilmu, sobat.'"

"Baiklah, bhante," bhikkhu tersebut menjawab dan, setelah pergi kepada YM Nanda, ketika tiba ia berkata, "Sang Guru memanggilmu, sobat."

"Baiklah, sobat," YM Nanda menyahut. Kemudian ia pergi kepada Sang Bhagava dan, ketika tiba, setelah menyalami beliau, duduk di satu sisi. Sementara ia tengah duduk di sana, Sang Bhagava berkata kepadanya, "Apakah benar, Nanda, bahwa engkau telah memberitahu sejumlah besar bhikkhu, 'Aku tidak puas menjalani kehidupan suci, sobat-sobat. AKu tidak dapat memikul kehidupan suci. Berhenti dari latihan ini, aku akan kembali ke kehidupan awam.'?"

"Ya, bhante."

"Namun mengapa, Nanda, engkau tidak puas menjalani kehidupan suci?"

"Bhante, sewaktu aku meninggalkan rumah, seorang gadis Sakya -- tercantik di seluruh negeri -- mengerling kepadaku, dengan rambutnya yang setengah tersisir, dan berkata, 'Kembalilah segera, tuan.' Mengingat itu, aku tidak puas menjalani kehidupan suci. Aku tidak dapat memikul kehidupan suci. Berhenti dari latihan ini, aku akan kembali ke kehidupan awam."

Kemudian, memegang tangan YM Nanda -- bagai seorang lelaki yang kuat dapat melenturkan lengannya yang terjulur atau menjulurkan lengannya yang terlentur -- Sang Bhagava lenyap dari Hutan Jeta dan muncul kembali di antara para dewa di Surga Tavatimsa. Adapun pada saat itu kira-kira 500 bidadari berkaki-merah-muda telah datang untuk melayani Sakka, penguasa para dewa. Dan Sang Bhagava berkata kepada YM Nanda, "Nanda, apakah engkau melihat 500 bidadari berkaki-merah-muda itu?"

"Ya, bhante."

"Bagaimana pendapatmu, Nanda: Yang mana lebih cantik, lebih indah dipandang, lebih mempesona -- si gadis Sakya, yang tercantik di seluruh negeri, atau 500 bidadari berkaki-merah-muda ini?"

"Bhante, dibanding dengan 500 bidadari berkaki-merah-muda ini, si gadis Sakya, yang tercantik di seluruh negeri itu, seperti seekor monyet hangus dengan telinga dan hidung buntung. Dia tidak masuk hitungan. Dia bahkan tidak nempil sedikitpun. Sama sekali tidak bisa diperbandingkan. Lima ratus bidadari ini jauh lebih cantik, lebih indah dipandang, lebih mempesona."

"Lalu bergembiralah, Nanda. Bergembiralah! Aku adalah jaminanmu untuk memperoleh 500 bidadari berkaki-merah-muda."

"Bila Sang Bhagava adalah jaminanku untuk memperoleh 500 bidadari berkaki-merah-muda, aku akan puas menjalani kehidupan suci di bawah Sang Bhagava."

Kemudian, memegang tangan YM Nanda -- bagai seorang lelaki yang kuat dapat melenturkan lengannya yang terjulur atau menjulurkan lengannya yang terlentur -- Sang Bhagava lenyap dari antara para dewa di Surga Tavatimsa dan muncul kembali di Hutan Jeta. Para bhikkhu mendengar, "Mereka bilang bahwa YM Nanda -- saudara tiri Sang Bhagava, putra bibi dari pihak ibu -- menjalani kehidupan suci demi para bidadari. Mereka bilang bahwa Sang Bhagava adalah jaminannya untuk memperoleh 500 bidadari berkaki-merah-muda."

Kemudian para bhikkhu yang adalah sahabat dari YM Nanda berkeliling dengan menyebutnya sebagai orang upahan dan pedagang: "Sahabat kita Nanda, mereka bilang, adalah orang upahan. Sahabat kita Nanda, mereka bilang, adalah pedagang. Ia menjalani kehidupan suci demi para bidadari. Sang Bhagava adalah jaminannya untuk memperoleh 500 bidadari berkaki-merah-muda."

Kemudian YM Nanda -- merasa terhina, malu, dan muak bahwa para bhikkhu yang adalah sahabatnya menyebutnya sebagai orang upahan dan pedagang -- pergi untuk bersemayam menyendiri, waspada, tekun, dan penuh tekad. Ia tak lama kemudian masuk dan bersemayam dalam tujuan utama dari kehidupan suci yang untuk itu para putra kaum dengan benar berkelana dari kehidupan berumah ke tak-berumah, mengetahui dan menyadari itu untuk dirinya di sini dan sekarang. Ia mengetahui: "Kelahiran berakhir, kehidupan suci terpenuhi, tugas terlaksana. Tiada lagi demi dunia ini." Dan dengan demikian YM Nanda
menjadi salah seorang dari para arahat.

Kemudian satu dewa tertentu, pada malam yang sangat larut, cahayanya yang sangat luar biasa menerangi seluruh Hutan Jeta, menghampiri Sang Bhagava. Ketika tiba, setelah menyalami beliau, ia berdiri di satu sisi. Sementara ia tengah berdiri di sana, ia berkata kepada Sang Bhagava: "Bhante, YM Nanda --
saudara tiri Sang Bhagava, putra bibi dari pihak ibu -- lewat habisnya noda-noda, telah masuk dan bersemayam dalam pembebasan benak serta pembebasan kebijaksanaan yang tanpa noda, mengetahui dan menyadari itu untuk dirinya di sini dan sekarang." Dan pada Sang Bhagava, pengetahuan muncul: "Nanda, lewat habisnya noda-noda, telah masuk dan bersemayam dalam pembebasan benak serta pembebasan kebijaksanaan yang tanpa noda, mengetahui dan menyadari itu untuk dirinya di sini dan sekarang."

Kemudian, ketika malam telah berlalu, YM Nanda pergi kepada Sang Bhagava dan, ketika tiba, setelah menyalami beliau, duduk di satu sisi. Sementara ia tengah duduk di sana, ia berkata kepada Sang Bhagava: "Bhante, mengenai Sang Bhagava sebagai jaminanku untuk memperoleh 500 bidadari berkaki-merah-muda, aku dengan ini membebaskan Sang Bhagava dari janji tersebut."

"Nanda, setelah meliput benakmu dengan benakku sendiri, aku menyadari bahwa 'Nanda, lewat habisnya noda-noda, telah masuk dan bersemayam dalam pembebasan benak serta pembebasan kebijaksanaan yang tanpa noda, mengetahui dan menyadari itu untuk dirinya di sini dan sekarang.' Dan satu dewa memberitahuku bahwa 'YM Nanda, lewat habisnya noda-noda, telah masuk dan bersemayam dalam pembebasan benak serta pembebasan kebijaksanaan yang tanpa noda, mengetahui dan menyadari itu untuk dirinya di sini dan sekarang.' Ketika pikiranmu terbebas dari noda-noda lewat ketaklekatan, aku dengan begitu terbebas dari janji tersebut."

Kemudian, menginsyafi pentingnya hal tersebut, Sang Bhagava ketika itu mengutarakan sabda ini:

Orang yang telah
menyeberangi lumpur,
meremukkan duri keinderawian,
mencapai akhir ketidaktahuan,
adalah seorang bhikkhu yang tak terganggu
oleh kebahagiaan & penderitaan.

6293
Sutta Vinaya / Yasoja Sutta (Ud III.3) -- Mengenai Yasoja
« on: 09 July 2007, 12:46:43 PM »
Demikian telah kudengar. Satu ketika Sang Bhagava tengah bersemayam dekat Savatthi, di Hutan Jeta, Taman Anathapindika. Adapun pada saat itu kira-kira 500 bhikkhu, diketuai oleh YM Yasoja, telah tiba di Savatthi untuk menemui Sang Bhagava. Sementara para bhikkhu pengunjung ini tengah bertukar salam
dengan para bhikkhu tuan-rumah, membenahi pemondokan, dan menyimpan jubah & mangkuk, mereka membuat suara yang keras, kegaduhan yang hingar bingar. Kemudian Sang Bhagava berkata kepada YM Ananda, "Ananda, apakah suara yang keras itu, kegaduhan yang hingar bingar itu, bagai para nelayan dengan ikan tangkapan mereka?"

"Bhante, mereka kira-kira 500 bhikkhu, diketuai oleh YM Yasoja, yang telah tiba di Savatthi untuk menemui Sang Bhagava. Sementara para bhikkhu pengunjung ini tengah bertukar salam dengan para bhikkhu tuan-rumah, membenahi pemondokan, dan menyimpan jubah & mangkuk, mereka membuat suara yang keras, kegaduhan yang hingar bingar."

"Kalau demikian, Ananda, amanatkan para bhikkhu itu atas namaku, 'Sang Guru memanggil kalian, sobat-sobat.'"

Menanggapi, "Baiklah, bhante," YM Ananda pergi kepada para bhikkhu tersebut dan berkata, "Sang Guru memanggil kalian, sobat-sobat."

"Baiklah, sobat," para bhikkhu menanggapi YM Ananda dan lalu pergi kepada Sang Bhagava. Setelah tiba mereka menyalami beliau dan duduk di satu sisi. Sementara mereka tengah duduk di sana, Sang Bhagava berkata kepada mereka, "Para bhikkhu, mengapa kalian membuat suara yang keras itu, kegaduhan yang
hingar bingar itu, bagai para nelayan dengan ikan tangkapan mereka?"

Ketika ini dikatakan, YM Yasoja berkata kepada Sang Bhagava, "Bhante, 500 bhikkhu ini telah tiba di Savatthi untuk menemui Sang Bhagava. Sementara mereka tengah bertukar salam dengan para bhikkhu tuan-rumah, membenahi pemondokan, dan menyimpan jubah & mangkuk, mereka membuat suara yang keras, kegaduhan yang hingar bingar."

"Pergilah, para bhikkhu. Aku membubarkan kalian. Kalian hendaknya tidak berada di sekitarku."

Menanggapi, "Baiklah, bhante," para bhikkhu bangkit dari tempat duduk mereka, menyalami Sang Bhagava, mengitarinya -- menjaganya tetap di sisi kanan mereka -- dan berangkat. Setelah membenahi pemondokan dan mengambil jubah & mangkuk, mereka pergi mengembara di antara orang-orang Vajji. Setelah mengembara secara bertahap di antara orang-orang Vajji, mereka sampai di sungai Vaggamuda. Di sana di tepi sungai Vaggamuda mereka membuat pondok-pondok dari daun dan memasuki masa Vassa [musim hujan].

Kemudian YM Yasoja berbicara kepada para bhikkhu selagi mereka memasuki masa Vassa: "Sobat-sobat, Sang Bhagava membubarkan kita, demi kebaikan kita, demi kesejahteraan kita, karena kewelasasihan, dan terdorong kewelasasihan. Mari kita bersemayam dalam sebuah cara sedemikian hingga Sang Bhagava akan merasa senang dengan persemayaman kita."

"Baiklah, sobat," para bhikkhu menanggapi YM Yasoja. Dan dengan bersemayam menyendiri, waspada, tekun, & penuh tekad, masing-masing dari mereka mencapai Tiga Pengetahuan [yakni, pengingatan mengenai kehidupan-kehidupan lampau, pengetahuan mengenai muncul & berlalunya makhluk-makhluk hidup, dan pengetahuan mengenai habisnya noda-noda batiniah] dalam masa Vassa itu juga.

Kemudian Sang Bhagava, setelah bersemayam di Savatthi selama waktu yang disukai, berangkat mengembara dalam arah menuju Vesali. Setelah mengembara secara bertahap, beliau tiba di Vesali dan bersemayam di sana di Aula Beratap Bubungan di Hutan Besar. Kemudian, setelah meliput dengan benak
beliau benak dari para bhikkhu yang bersemayam di tepi Sungai Vaggamuda, Sang Bhagava berkata kepada YM Ananda, "Arah ini tampak cerah bagiku, Ananda. Arah ini tampak cemerlang bagiku. Sama sekali tidak buruk bagiku untuk pergi & memperhatikan di mana para bhikkhu di tepi Sungai Vaggamuda tengah bersemayam. Kirimlah seorang utusan kepada mereka dan katakan, 'Sang Guru memanggil kalian, sobat-sobat. Sang Guru ingin menemui kalian.'"

Menanggapi, "Baiklah, bhante," YM Ananda pergi kepada seorang bhikkhu tertentu dan berkata, "Marilah, sobat. Pergilah kepada para bhikkhu di tepi Sungai Vaggamuda dan katakan pada mereka, 'Sang Guru memanggil kalian, sobat-sobat. Sang Guru ingin menemui kalian.'"

"Baiklah, sobat," bhikkhu tersebut menanggapi YM Ananda. Kemudian -- bagai seorang lelaki yang kuat dapat menjulurkan lengannya yang terlentur atau melenturkan lengannya yang terjulur -- ia lenyap dari Aula Beratap Bubungan di Hutan Besar dan muncul di hadapan para bhikkhu di tepi Sungai Vaggamuda.
Kemudian ia berkata kepada mereka, "Sang Guru memanggil kalian, sobat-sobat. Sang Guru ingin menemui kalian."

"Baiklah, sobat," para bhikkhu menanggapinya. Setelah membenahi pemondokan dan mengambil jubah & mangkuk, mereka lenyap dari tepi Sungai Vaggamuda -- bagai seorang lelaki yang kuat dapat menjulurkan lengannya yang terlentur atau melenturkan lengannya yang terjulur -- dan muncul di hadapan Sang Bhagava di Aula Beratap Bubungan di Hutan Besar.

Adapun pada saat itu Sang Bhagava tengah duduk dalam konsentrasi yang tak tergoyahkan [entah di dalam jhana keempat, tataran ruang tanpa batas atau tataran kesadaran tanpa batas]. Kemudian para bhikkhu itu membatin, "Nah, dalam persemayaman batiniah apakah Sang Bhagava tengah bersemayam?" Kemudian mereka menyadari, "Beliau tengah bersemayam dalam persemayaman batiniah yang tak tergoyahkan." Maka mereka semua duduk dalam konsentrasi tak tergoyahkan.

Kemudian YM Ananda -- ketika malam telah sangat larut, pada akhir jaga pertama -- bangkit dari duduknya, mengatur jubahnya menutupi satu bahu, berdiri menghadap Sang Bhagava dengan tangan dirangkapkan di depan dadanya, dan berkata kepada Sang Bhagava: "Malam telah sangat larut, bhante. Jaga pertama telah usai. Para bhikkhu pengunjung telah duduk lama di sini. Sudilah Sang Bhagava menyambut mereka." Ketika ini dikatakan, Sang Bhagava tetap membungkam.

Kemudian kedua kalinya, ketika malam telah sangat larut, pada akhir jaga kedua, YM Ananda bangkit dari duduknya, mengatur jubahnya menutupi satu bahu, berdiri menghadap Sang Bhagava dengan tangan dirangkapkan di depan dadanya, dan berkata kepada Sang Bhagava: "Malam telah sangat larut, bhante.
Jaga kedua telah usai. Para bhikkhu pengunjung telah duduk lama di sini. Sudilah Sang Bhagava menyambut mereka." Ketika ini dikatakan, Sang Bhagava tetap membungkam.

Kemudian ketiga kalinya, ketika malam telah sangat larut, pada akhir jaga ketiga, sewaktu fajar akan menyingsing dan wajah malam mulai berseri-seri, YM Ananda bangkit dari duduknya, mengatur jubahnya menutupi satu bahu, berdiri menghadap Sang Bhagava dengan tangan dirangkapkan di depan dadanya,
dan berkata kepada Sang Bhagava: "Malam telah sangat larut, bhante. Jaga ketiga telah usai. Fajar akan menyingsing dan wajah malam mulai berseri-seri. Para bhikkhu pengunjung telah duduk lama di sini. Sudilah Sang Bhagava menyambut mereka."

Kemudian Sang Bhagava, keluar dari konsentrasinya yang tak tergoyahkan, berkata kepada YM Ananda, "Ananda, seandainya engkau tahu, engkau tidak akan berbicara seperti itu. Aku, beserta ke-500 bhikkhu ini, telah duduk dalam konsentrasi yang tak tergoyahkan."

Kemudian, menginsyafi pentingnya hal tersebut, Sang Bhagava ketika itu mengutarakan sabda ini:

Pada siapa ini telah terkalahkan --
duri keinderawian
caci maki,
penyerangan,
& keterikatan:
bagai sebuah gunung, ia berdiri kokoh,
tak terganggu oleh kebahagiaan atau penderitaan
: seorang bhikkhu.

6294
Meditasi / Re: membatalkan seluruh proses meditasi saya ngaa ya ?
« on: 09 July 2007, 12:38:59 PM »
jika dilihat dari proses meditasi, seharusnya meditasi anda bermanfaat

namun sayangnya anda "kaget" dimana "kaget" ini merupakan salah satu dari akusala cetasika

setahu saya, jika memang anda konsentrasi penuh, seharusnya dari awal pun, anda sudah tidak mendengar (dan "mengikuti") langkah Fenny

jadi sebenarnya, meditasi anda sudah bubar, bukan sejak dijilat, namun sejak anda "mengikuti" dan konsentrasi ke langkah Fenny tersebut.

dan yang sebenarnya dianggap "membatalkan" disini, bukan Fenny loh.... melainkan anda sendiri yang sudah mengalihkan objek meditasi ke langkah kaki Fenny itu

maaf jika ada keterangan yang salah karena saya juga bukan praktisi meditasi...

6295
Theravada / Abhidhamma in Daily Life by Nina van Gorkom
« on: 06 July 2007, 04:53:37 PM »

Pages: 1 ... 413 414 415 416 417 418 419 [420]
anything