//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - markosprawira

Pages: 1 ... 411 412 413 414 415 416 417 [418] 419 420
6256
Theravada / Dosa Mula Citta
« on: 31 July 2007, 12:42:23 PM »
berikut tulisan dari rekan kelas abhidhamma :

Terdapat tiga hal yang menyebabkan akusala citta yaitu lobha, dosa, moha. Tetapi semua akusala citta disebabkan oleh moha karena tidak mengetahui mana yang baik atau buruk..

Bila dosa timbul bersama-sama dengan moha, citta tersebut adalah dosa-mula-citta. Dosa yang berarti kebencian dan.  moha yang berarti kebodohan. Pada saat itu tidak hanya moha yang terdapat, tetapi juga terkandung dosa. Apabila seseorang membunuh atau menyakiti mahluk hidup, berkata kasar atau mengutuk dll pasti perbuatan tersebut dilandasi oleh dosa karena mengandung arti ketidaksenangan baik secara halus atau kasar.  Maksudnya kasar adalah lebih "terlihat" seperti membunuh, memukul dll. Dan maksudnya halus disini adalah perasaan tidak senang yang halus/sedikit rasa benci pada objek yang tidak menyenangkan. Tapi tetap saja ada kebencian. Contohnya misal tidak suka dengan karakter seseorang karena tidak sejalan dengan pemikiran kita kemudian berpikir dalam hati bahwa saya tidak menyukai orang tersebut. Kadar kebencian tetap ada tetapi dalam kadar yang halus.

Terdapat akusala dan kusala citta. Setiap citta timbul bila ada kondisi yang tepat. Citta tidak dapat timbul tanpa adanya kondisi yang menimbulkannya. Bila citta yang sekarang timbul akusala citta maka hal ini akan mendorong timbulnya akusala citta secara beruntun begitu juga sebaliknya. Berarti bila sekarang kita merasakan sedikit kebencian maka kita secara sadar atau tidak sadar telah "menimbun" dosa, sehingga kelamaan hal ini (dosa) akan menjadi suatu kebiasaan yang kuat. Jika kita sadar akan hal ini maka secara perlahan-lahan berkurang kecenderungan "menimbun" dosa. Apabila orang lain berbuat kesalahan sebaiknya kita akan berusaha untuk menolong mereka agar dapat memperoleh perngertian benar tentang "penimbunan" perbuatan yang telah dilakukan.

Apabila seseorang tidak mengerti bentuk-bentuk citta, biasanya akan timbul kecenderungan untuk berpikir bahwa rasa suka atau tidak suka itu merupakan vipaka citta. Padahal sesungguhnya rasa suka atau tidak suka timbul sesudah vipaka citta tenggelam sehingga menjadi akusala/kusala citta. Contohnya bila kita mendengar suara yang kasar sekali. Vipaka citta timbul pada saat suara itu dicerap melalui telinga kemudian segera lenyap kembali. Sesudah timbul vipaka citta mungkin segera muncul akusala citta, misalnya rasa tidak suka terhadap suara kasar tersebut. Sangat dekat sekali sehingga seolah2 terjadi pada saat yang bersamaan. Seperti lampu neon, sebenarnya neon itu nyala mati secara cepat. Karena waktunya sangat dekat maka kita asumsikan bahwa neon itu nyala.. Kita harus menyadari bahwa dengan menimbun akusala citta, berarti kita cenderung mengarah pembentukan akusala kamma yang lebih banyak. Apabila kita mengerti lebih banyak tentang vipaka yang merupakan hasil dari perbuatan kita, maka hal ini akan dapat membantu kita untuk menanggulangi hasil (vipaka) yang tidak menyenangkan dalam kehidupan kita.

Note: saya rangkum buku "buddha dhamma dalam kehidupan sehari-hari" dan lain2

Salam metta,
Rendy PJ

6257
Diskusi Umum / Re: Buddhadharma dan Rokok
« on: 27 July 2007, 04:04:52 PM »
Baik menurut Buddhisme adalah Baik untuk Diri Sendiri dan Baik untuk Orang/Mahluk lainnya.....

nah apakah rokok baik/bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang/mahluk lainnya???

juga jika dibilang tidak terkait dengan sila ke-5, saya rasa ngga juga yah
coba aja larang perokok yang biasanya merokok 2 pak sehari, untuk berhenti, gimana???  8->

ini mengabaikan tingkat kemauan org tersebut.....  :>-

6258
Diskusi Umum / Re: Pembuktian dalam Buddhisme
« on: 27 July 2007, 03:19:41 PM »
Anak TK diajari bahwa hujan adalah ciptaan X, dan itu harus diterima....
Naek ke SD, anak mulai diajari tentang IPA, tapi tetap hujan adalah ciptaan X
di SMP, mulai diterangkan mengenai siklus air... dari hujan, air tanah sampai menguap dan menjadi hujan lagi
Di SMA, malah lebih detail digambarkan bagaimana komposisi air dari H2O, bagaimana reaksinya sampai terjadi hujan asam dan sebagainya

demikian juga pembuktian...... anak TK jika dibilang air itu terdiri dari 2 molekul H dan 1 molekul O, dia pasti ga akan mau terima.....
kenapa demikian???
yah memang kapasitasnya belum sampe kesana.....

Demikian juga Nibbana.
Jika ingin dibuktikan, kita harus "sekolah" dulu sampe bisa mengerti dan membuktikan "Nibbana"
jika tidak demikian, sama aja kaya menggunakan otak anak TK, untuk mengerti pelajaran anak SMA

Jika terus berkeras untuk tetap menggunakan otak anak TK, yah selamanya ga akan bisa memahami pelajaran anak SMA

kalau pinjam iklan salah satu rokok:
Menjadi Tua Itu Pasti
Menjadi Dewasa, Itu Pilihan......

semoga ini bisa menginspirasikan kita untuk tidak terjebak pada konsep2 dan terus berjuang pada upaya pengikisan dosa, lobha dan moha....

6259
suhu, saya mikir bagaimana mungkin teori ttg kondisi batin (52 citta) dan lain2nya bisa membantu vipassana?

bisakah mengamati "saat ini" atau "pikiran" dengan pikiran?
saya pikir esensi dari vipassana adalah pengamatan secara pasif, tidak menilai, tidak berusaha mengubah sesuatu.. hanya mengamati...

saat kita mencoba memikirkan teori2 abhidhamma, "saat ini" sudah lewat, sudah mati... hanya pengamatan murni dan pasiflah yg bisa mengamati "saat ini". barusan kita mikir "oh, pikiran gua ada unsur citta marah", bukankah kita sudah keluar dari "saat ini".

tambah lagi, pointnya meditasi adalah melepas. bagaimana kita bisa melepas kalo kita memegang teori erat2?
bukankah pengertian itu didapat dari meditasi? meditasi dulu baru dapat pengertian. dari pengalaman saya, kalo baca teori dulu baru meditasi, hasilnya gak bagus...
ps: pengertian di sini adalah penembusan hasil praktek, bukan "pengertian" intelektual.
ps: teori di sini adalah teori yg gak berhubungan sama teknik meditasi.

bagaimana menurut anda?


dear morpheus,

ehm kesadaran/citta dan cetasika itu muncul bersamaan, seperti adanya 2 sisi koin yang selalu ada pada saat bersamaan... jadi mereka akan muncul dan padam secara bersamaan..

jadi jika anda bilang pasif, sebenarnya justru pengamatan itu aktif, karena justru proses munculnya kesadaran itu yang diamati.......... demikian juga pada vipassana... jadi bukan seperti anda mengamati orang luar yang tidak melibatkan anda

ini khan kesadaran anda, jadi anda harusnya bisa atur dong....... justru itu gunanya abhidhamma dan vipassana... membantu kita untuk mengerem kesadaran yang selama ini tidak pernah dikendalikan sehingga menjadi liar....

mengenai "saat ini" : itu akibat dari kesadaran yang tidak terkontrol.... pada Buddha yang tercerahkan, citta selalu disadari pada "saat ini" juga......

itulah dampak dari guna abhidhamma dan vipassana yang saya sebut diatas, yaitu untuk menarik supaya kita selalu sadar setiap saat....

mengenai meditasi dan melepas teori:
ehm kalau boleh dijelaskan, bro.... meditasi vipassana ditujukan untuk melepas kemelekatan pada "aku", jadi bukan melepas teori loh......
nah melepas teori yang dimaksud jika anda akan memulai meditasi, adalah supaya jangan membanding-bandingkan...... kasus ini banyak terjadi pada mereka yang suka baca namun jarang berdiskusi dan tukar pikiran dengan yang lebih ahli, sehingga pada waktu mereka meditasi, mereka itu sudah ada "pamrih", ada "tujuan" yang ingin dicapai misal tingkat kesucian, jhana dan sebagainya
padahal jika dilihat diatas, justru meditasi adalah untuk melepas kemelekatan pada "aku", namun mereka yang memegang teori itu, justru melekatkan diri pada "aku"

semoga penjelasan ini dapat dimengerti yah......... atau kita bisa bincang2 di pluit hari minggu besok

anumodana............

6260
Buddhisme untuk Pemula / Re: pelimpahan jasa
« on: 26 July 2007, 06:38:39 PM »
 [at] Litar : pendapat anda benar sekali..... pelimpahan jsa akan sangat membantu bagi sanak saudara dan leluhur yang ada di alam menderita, cuma seinget saya, cuma berlaku di alam Peta doang, itupun Peta tertentu......

sedangkan di alam lain, misal Dewa, sepertinya mereka sudah cukup berbahagia, sehingga pelimpahan jasa ini tidak terlalu menambah kebahagiaan mereka juga..... lebih banyak berguna bagi pengembangan batin anda......

6261
Buddhisme untuk Pemula / Re: [ASK]Tumimbal Lahir?
« on: 26 July 2007, 06:18:58 PM »
lirik ke benny juga ah.......  [-o<

6262
cuma mo tanya iseng2 nih... setau gw sih, Buddha cuma ngajarin dalam 1x kehidupan doang.... karena setelah fisiknya (yang sankhata atau berkondisi) tidak ada lagi, maka akan menjadi asankhata atau tidak berkondisi.....

nah kalau buddha amitabha sedang mengajar di sukhavati, seharusnya dia ga akan ngajar lagi di bumi ini dong???

mungkin itu hal esensi yang perlu dipertanyakan dulu yah..

maaf jika ada kata2 yang salah.......

6263
Pada hari minggu tanggal 29 Juli 2007, di Vihara Dharma Sukha Pluit
Jalan Pluit Permai VIII No. 7
Jakarta Utara
 
Topiknya : "Manfaat Abhidhamma Dalam Kehidupan Sehari-hari"

Pembicara : Ir. Selamat Rodjali (Pakar dan Praktisi Abhidhamma)
                  Bhante Kamsai
 
Kebaktian dimulai pkl 08.30 s/d selesai

6264
Studi Sutta/Sutra / Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« on: 26 July 2007, 03:10:31 PM »
Kalau menurut Bhante kenapa sang Buddha menerangkan tentang asal usul kehidupan padahal beliau mengetahui itu tdk penting, dan apakah setiap cerita2 atau mengenai dhamma bs di pertanggung jawabkan kebenarannya?

boleh tau di sutta mana ada asal usul kehidupan????

setau saya sih, yang ada adalah asal usul kehidupan di bumi ini

kalau asal usul atau asal mula kehidupan, itu accinteya atau tidak terjangkau oleh logika manusia biasa.......

6265
Studi Sutta/Sutra / Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« on: 26 July 2007, 02:33:44 PM »
Kalau menurut Bhante kenapa sang Buddha menerangkan tentang asal usul kehidupan padahal beliau mengetahui itu tdk penting, dan apakah setiap cerita2 atau mengenai dhamma bs di pertanggung jawabkan kebenarannya?
Mungkin penting untuk beberapa orang untuk merealisasi Dhamma, dan mungkin ga penting untuk beberapa orang lain. 
Cerita2 di Tipitaka apa bisa dipertanggungjawakan?  Ehm...kalau bisa mengurangi keserakahan, kebencian, kebodohan, mengapa tidak?  Cerita model apa aja yang bisa untuk menyebabkan jelek menjadi baik...kan no problem. 
Siapa yang mau menuntut pertanggungjawabannya?   :-w

tul banget....... saya setuju banget dengan pengikisan lobha, dosa  dan moha itu....

soal cerita, ga usah terlalu dipertentangkan....... buat apa meributkan konsep???

6266
Sutta Vinaya / Kisah Tiga Pertapa
« on: 26 July 2007, 10:39:26 AM »
Syair 209, 210, dan 211
XVI. (1) Kisah Tiga Pertapa

Suatu ketika terjadi di Savatthi, satu-satunya putra dari sebuah keluarga, pertama kali menjadi seorang bhikkhu, kemudian sang ayah mengikuti menjadi bhikkhu, dan akhirnya sang ibu menjadi seorang bhikkuni. Mereka sangat dekat satu sama lainnya sehingga mereka jarang tinggal terpisah. Keluarga itu
tinggal di vihara seperti tinggal di rumah sendiri, berbicara dan makan bersama, membuat bhikkhu-bhikkhu lain merasa terganggu. Bhikkhu lain melaporkan kelakuan mereka kepada Sang Buddha, dan Sang Buddha memanggil
mereka.

Sang Buddha berkata, "Sekali kamu telah bergabung dalam pasamuan Sangha, kamu seharusnya tidak lagi tinggal bersama seperti sebuah keluarga. Jangan melihat mereka yang kaucinta dan melihat mereka yang tidak kaucinta, kedua hal itu merupakan penderitaan, maka kamu seharusnya tidak tergantung kepada seseorang atau sesuatu yang kamu cintai."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 209, 210, dan 211 berikut ini :

Orang yang memperjuangkan apa yang seharusnya dihindari,
dan tidak memperjuangkan apa yang seharusnya diperjuangkan;
melepaskan apa yang baik dan melekat pada apa yang tidak menyenangkan,
akan merasa iri terhadap mereka yang tekun dalam latihan.

Janganlah melekat pada apa yang dicintai atau yang tidak dicintai.
Tidak bertemu dengan mereka yang dicintai dan
bertemu dengan mereka yang tidak dicintai,
keduanya merupakan penderitaan.

Oleh sebab itu janganlah mencintai apapun,
karena berpisah dengan apa yang dicintai adalah meyedihkan.
Tiada lagi ikatan bagi mereka yang telah bebas
dari mencintai dan tidak mencintai.

6267
Sutta Vinaya / Kisah Pangeran Abhaya
« on: 26 July 2007, 10:35:29 AM »
Syair 171
XIII. (4) Kisah Pangeran Abhaya

Suatu waktu, Pangeran Abhaya pulang kembali dengan kemenangan setelah berhasil memberantas sebuah pemberontakan di perbatasan negara. Raja Bimbisara sangat senang kepadanya sehingga selama tujuh hari, Abhaya yang telah memberikan kejayaan dan kemuliaan negara mendapat sambutan dan hiburan, bersama seorang gadis penari untuk menghiburnya. Pada hari terkahir, ketika si penari sedang menghibur pangeran dan teman-temannya di taman, penari itu terkena stroke yang hebat, dia terjatuh dan meninggal dunia seketika. Pangeran terkejut dan amat sangat sedih. Dengan sedih, Pangeran pergi menemui Sang Buddha untuk mencari pelipur lara. Kepadanya Sang Buddha berkata,"O Pangeran, air mata yang engkau cucurkan melalui kelahiran yang berulang-ulang tidak dapat diukur. Kumpulan-kumpulan dunia ini (khandha) adalah tempat di mana orang bodoh terlelap di dalamnya."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 171 berikut :

Marilah, pandanglah dunia ini yang seperti kereta kerajaan yang penuh hiasan,
yang membuat orang bodoh terlelap di dalamnya.
Tetapi bagi orang yang mengetahui,
maka tak ada lagi ikatan dalam dirinya.

6268
Sutta Vinaya / KHANTI PARAMAM TAPO TITIKHA
« on: 26 July 2007, 10:33:05 AM »
Sabar menerima adalah tapa brata tertinggi.

Latihan kesabaran merupakan latihan termulia,kata Para Buddha.tanpa kesabaran seseorang takkan mampu seutuhnya berlatih dan mempertahankan silanya.tanpa kemurnian sila,sulit untuk menumbuh kembangkan
samadhi.tanpa samadhi yang mantap,hanya sedikit harapan untuk mengembangkan pañña (kebijaksanaan).

Banyak diantara kita yang termasuk orang yang tidak sabaran.menunggu terlalu lama muncul
ketidaksabaran,mendapat teguran muncul ketidaksabaran.itu hanya sedikit contoh2 tentang ketidaksabaran,yang terkadang menyebabkan suatu pertengkaran.Sang Buddha berkata "SOVACASSATA(MUDAH
DINASEHATI)".jika kita tidak suka diberitahu apa yang pantas dilakukan,dan menjadi marah,berarti kita adalah orang yang keras kepala,kita tidak mempraktekkan apa yang Sang Buddha nasehatkan.dalam sabda yang lain Sang Buddha berkata "kalau orang mengikatmu,memotong anggota badanmu dengan sebuah gergaji lalu muncul kebencian dalam hatimu,maka kamu bukanlah pengikut ajaran saya".dewasa ini jangankan digergaji,dicubit saja orang sudah marah atau bahkan ada yang hanya ditegur saja dia sudah membunuh.sungguh susah mempraktekkan khanti(kesabaran) dalam hidup kita sehari2.

Ada satu cerita ketika seorang samanera memberitahu Y.M.Sariputra bahwa jubahnya tidak rata(rapi),Ia(Bhante Sariputra) bukan hanya membetulkannya dengan hati2,Ia pun mengemukakan kepuasannya dan meminta kepada samanera itu menunjukkan lagi apabila dia merasa perlu melakukan itu.lihatlah!Siswa Utama,Tangan kanan Sang buddha,dengan senang hati mengakui
kekurangannya.

Y.M.Sariputra berkata "Bahkan jika seorang samanera belia berusia tujuh tahun yang baru ditahbiskan hari ini menunjukkan sesuatu yang keliru,saya akan menghargainya dan mengakui kekurangan saya".sungguh sikap yang sangat mulia.lebih dari itu khanti bukan hanya sabar saat dinasehati/ditegur tapi khanti(sabar) juga saat menahan penderitaan yang dibebankan padanya,sabar dalam menghadapi kesalahan pihak lain.bila suatu saat kita melakukan kesalahan baik dalam ucapan maupun perbuatan lalu seseorang menasehati/menegur kita,atau kita dipersalahkan untuk sesuatu yang tidak pernah kita lakukan dan kita bisa menerima dengan hati yang lapang,itulah barulah sikap manusia bajik yang berbudi luhur.

6269
Sutta Vinaya / Faedah Kehidupan seorang Petapa
« on: 26 July 2007, 10:27:29 AM »
44. Menjauhi kedustaan, menahan diri dari dusta, ia berbicara  benar, tidak menyimpang dari kebenaran, jujur dan dapat dipercaya,  serta tidak mengingkari kata-katanya sendiri di dunia.

Menjauhi ucapan fitnah, menahan diri dari menfitnah; apa yang ia  dengar di sini tidak akan diceritakannya di tempat lain sehingga  menyebabkan pertentangan dengan orang-orang di sini. Apa yang ia  dengar di tempat lain tidak akan diceritakannya di sini sehingga  menyebabkan pertentangan dengan orang-orang di sana. Ia hidup  menyatukan mereka yang terpecah-belah, pemersatu, mencintai  persatuan, mendambakan persatuan; persatuan merupakan tujuan  pembicaraannya. Inilah sîla yang dimilikinya.

Menjauhi ucapan kasar, menahan diri dari penggunaan kata-kata kasar;  ia hanya mengucapkan kata-kata yang tidak tercela, menyenangkan,  menarik, berkenan di hati, sopan, enak didengar dan disenangi orang. Inilah sîla yang dimiliknya.

Menjauhi pembicaraan sia-sia, menahan diri dari percakapan yang  tidak bermanfaat; ia berbicara pada saat yang tepat, sesuai dengan  kenyataan, berguna, tentang Dhamma dan Vinaya. Pada saat yang tepat, ia mengucapkan kata-kata yang berharga untuk didengar, penuh dengan gambaran yang tepat, memberikan uraian yang jelas dan tidak berbelit-belit. Inilah sîla yang dimilikinya.


6270
Sutta Vinaya / Tiga Jenis Mentalitas
« on: 26 July 2007, 10:25:12 AM »
Para Bhikkhu,ada tiga jenis manusia yang terdapat didunia ini.apakah yang tiga itu?Ada manusia dengan pikiran seperti luka menganga,manusia dengan pikiran seperti kilat dan manusia dengan pikiran seperti berlian.

Para Bhikkhu,seperti apakah manusia yang memiliki pikiran seperti luka menganga?dia adalah orang yang cepat naik darah dan mudah jengkel.jika dikritik sedikit saja,dia sudah kehilangan kesabaran,lalu menjadi marah dan jengkel;dia keras kepala dan menunjukkan kemarahan,kebencian, dan kejengkelan.persis seperti luka bernanah yang jika dipukul dengan tongkat atau pecahan tanah liat akan mengeluarkan lebih banyak nanah,demikian juga orang yang cepat naik darah...........dan menunjukkan kemarahan,kebencian dan kejengkelan.orang seperti ini dikatakan memiliki pikiran seperti luka menganga.

Dan seperti apakah manusia yang memiliki pikiran seperti kilat?Dia adalah orang yang memahami sebagaimana adanya,"Inilah penderitaan";dia memahami sebagaimana adanya,"Inilah asal mula penderitaan";dia memahami sebagaimana adanya,"Inilah berhentinya penderitaan";dia memahami sebagaimana adanya,"Inilah jalan menuju berhentinya penderitaan".Sama seperti orang yang baik penglihatannya akan dapat melihat objek didalam kegelapan lewat sinar kilat,demikian pula orang yang memahami Empat Kebenaran Mulia sebagaimana adanya.orang seperti ini dikatakan memiliki pikiran seperti kilat.

Dan seperti apakah orang yang pikirannya seperti berlian?Dia adalah orang yang lewat hancurnya noda2 didalam kehidupan ini juga,masuk dan berdiam didalam pembebasan pikiran yang tanpa noda,pembebasan lewat kebijaksanaan,karena dia telah merealisasikannya bagi dirinya sendiri lewat pengetahuan langsung.sama seperti tidak ada yang tidak dapat dipotong oleh berlian.demikian pula orang itu lewat hancurnya noda-noda,didalam
kehidupan ini juga,masuk dan berdiam didalam pembebasan pikiran yang tanpa noda,pembebasan lewat kebijaksanaan,karena dia telah merealisasikannya bagi dirinya sendiri lewat pengetahuan langsung.orang seperti ini dikatakan memiliki pikiran yang seperti berlian.

(Anguttara Nikaya)

Pages: 1 ... 411 412 413 414 415 416 417 [418] 419 420
anything