Dear All,
Pacceka-Buddha, hanya muncul saat tidak ada Samma-Sambuddha dan tidak terdengar lagi Dhamma Sang Buddha. Pacceka-Buddha hanya mengalami pencerahan untuk dirinya sendiri, ia tidak bisa mengajarkannya pada makhluk lain. Oleh karena itu tidak ada ajaran "Pacceka-Buddha".
Jika ia hidup dimasa Samma-Sambuddha, atau dimasa adanya Dhamma Sang Buddha, maka ia akan bergabung dalam Sangha dan merealisasi Arahata-Magga-Phala.
Jalan Ariya Beruas Delapan, adalah khas Buddhist.
Sebab, diluar Buddha-Dhamma , tidak ada yang menembus Empat Kesunyataan Mulia ( itu artinya tidak ada samma-ditthi disana ). Diluar Buddha Dhamma, tidak diakui bahwa hidup itu hakekatnya adalah penderitaan, sebab penderitaan adalah nafsu keinginan, berakhirnya penderitaan, dan adanya Jalan Menuju Berakhirnya Penderitaan.
Diluar Buddha-Dhamma, semua mengajarkan adanya "ATTA" ( Atman ) yang merupakan "percikan" dari Brahman. Ini adalah bukan "samma-ditthi".
Siapapun yang masih menganggap adanya "Atman" yang merupakan "percikan" Brahman, ia akan terbelenggu dan tidak bisa membebaskan diri dari samsara. Inilah sakaya-ditthi.
“ Walaupun seorang petapa atau brahmana menyatakan mengemukakan pemahaman penuh mengenai semua jenis kemelekatan, namun mereka tidak sepenuhnya menggambarkan pemahaman penuh mengenai semua jenis kemelekatan. Mereka menggambarkan pemahaman penuh mengenai kemelekatan terhadap kesenangan indera, kemelekatan terhadap peraturan dan pantangan, namun tanpa menggambarkan pemahaman penuh mengenai kemelekatan terhadap doktrin tentang diri. Mereka tidak memahami satu jenis kemelekatan ini seperti apa adanya. Maka dari itu, mereka menggambarkan hanya pemahaman penuh mengenai kemelekatan terhadap kesenangan indera, kemelekatan terhadap pandangan-pandangan, kemelekatan terhadap peraturan dan pantangan, namun tanpa menggambarkan pemahaman penuh mengenai KEMELEKATAN TERHADAP DOKTRIN TENTANG DIRI.” [ Culasihanada Sutta ; Majjhima-Nikaya, sutta ke-11 ]
Sabda Sang Buddha tersebut diatas dengan jelas menyatakan bahwa factor-kritis yang membedakan ajaran Sang Buddha dari semua pandangan keagamaan dan filsafat lain adalah “pemahaman penuh Beliau mengenai kemelekatan terhadap doktrin tentang diri.” Akibatnya, hal ini berarti bahwa hanya Sang Buddha sendiri yang dapat menunjukkan bagaimana cara menanggulangi semua pandangan tentang diri lewat pengembangan penembusan kebenaran akan tanpa-diri. Karena guru-guru spiritual lain tidak memiliki pemahaman mengenai “tanpa-diri” ( Anatta ) ini, maka pernyataan-pernyataan bahwa mereka telah sepenuhnya memahami tiga jenis kemelekatan yang lainnya ( kemelekatan terhadap kesenangan indera, kemelekatan terhadap pandangan-pandangan, kemelekatan terhadap peraturan dan pantangan ) juga menjadi meragukan.
( cuplikan dari artikel saya, "Apakah Romo Hudoyo Berpandangan-Salah / Menyimpang [?]" )
[/b]
Banyak petapa dan Brahmana jaman Sang Buddha, masih melekat pada hiasan2 bunga, dan wangi2an, dan berbagai kemelekatan lain.
Semasa saya masih Kejawen, saya mengenal beberapa petapa sakti yang juga hidup selibat. Tapi , ada satu kemelekatan halus yang tidak bisa dihilangkan oleh Beliau2 tersebut, yaitu kemelekatan pada adanya "Atta" dan adanya "Brahman", serta kemelekatan pada kebahagiaan "Jhana". Inilah titik yang membedakan petapa2 diluar Buddha-Dhamma dengan petapa2 yang merupakan siswa Sang Buddha.
Semoga Bermanfaat.
May All Beings Attain Enlightenment,
Sadhu,Sadhu,Sadhu.