Saya tidak habis pikir, menurut saya kok baru kali ini ya di dalam kalangan Buddhist, ada seorang yang menganggap dirinya telah sadar, kemudian sering menganjurkan untuk meninggalkan "metode-kuno" Jalan Ariya Beruas Delapan dan cukup "eling", "diam", dan "berhenti"... .
Ini pun sikap Pak Hud mendua:
~ Terkait memasarkan MMD, Pak Hud mengaku perlunya Sadar, Eling, tanggalkan Aku dsbnya, juga menyatakan JMB-8 dan Tipitaka diragukan dari mulut SB (yg dapat diartikan bahwa, Pak Hud sudah merealisasi "kesadaran Penuh" sehingga bisa melihat kebenaran sesunguhnya)
~ Di pihak lain (mungkin karena sering lepas kontrol dan dipertanyakan), Pak Hud mengaku HANYA eling ketika meditasi duduk, di luar itu AKU-nya kembali.
Menurut saya, jika seseorang mencapai taraf 'eling hanya ketika meditasi duduk' itu sih oke2 (biasa) saja... belum pada kapasitasnya bisa mengoreksi JMB-8 dan Tipitaka.
Jika mempunyai meditasi teknik tersendiri, janganlah membawa bendera2 Ajaran tertentu sembari mengoreksi Ajaran tsb... contohlah Anand Khrisna, yg membimbing meditasi dengan metode tersendiri, namun tidak pernah membawa dan mengoreksi bendera ajaran lain.
Para Arya dari zaman dulu sd sekarang, yg sudah merealisasi tingkatan batin mumpuni, tidak ada yg mengoreksi JMB-8 dan Tipitaka. Bahkan Master Vipassana kelas dunia, SN Goenka dan Gurunya U Ba Khin, yg mengusung meditasi vipassana Universal-pun, mengakui Tipitaka dan JMB-8.
Sesungguhnya, apa yg ingin dicapai dengan sesumbar "Jalan itu diragukan"... "Jalan ini diragukan"..., berdebat kesana-kesini? Ribut di milis2 dan forum2?
Apa yg dapat saya perhatikan dari para guru / master meditasi sejati adalah: mereka tidak pernah malang melintang debat dan ribut2 dgn para pemula di milis2 dan forum2....
::