//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: comotan dari blog tetangga  (Read 206388 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #135 on: 30 July 2009, 02:11:49 PM »
tapi bisa saja ada batu di balik udang lho, mencari potensi pendukung =)) trus bisa di jadikan kesaksiannya buat di sebar di milis2 lain untuk dagangannya ;D

Bahkan hal2 seperti hasil dari orang2 yangmenjelek2 an MMD pun juga hasil debat2nya selalu di CATAT lho =))
Kalau spekulasi udang di balik batu sih, tidak ada habisnya. Siapa pun bisa kita spekulasikan demikian.
Soal mencatat debat juga saya tidak tahu sih maksudnya apa. Tapi saya pun cenderung mengingat debat atau diskusi yang pernah saya jalani, bukan untuk dendam, tetapi untuk mengingat pola diskusi seseorang agar nyambung. Bisa juga untuk melihat perubahan seseorang dari waktu ke waktu.




well, itulah masalah nya,
Pak Hudoyo sendiri belum merasakan Akhir-Dukkha, tetapi sudah mengajarkan metode ke arah sana......
bagaimana mungkin perenang pemula menghasilkan/melatih seorang calon juara?
paling menghasilkan calon pemula baru...

kalau tidak salah menurut Sutta, adalah salah satu guru yang layak dicela....
Kalau mau pegang Lohicca Sutta, tidak ada guru (spiritual) yang pantas mengajar sekarang ini, karena itu merujuk pada seorang Samma Sambuddha. 

Quote
mengenai metode MMD, terkait dapat tidaknya mencapai pencerahan saya tidak tahu....
akan tetapi mungkin lebih baik PH menunggu hingga telah tercerahkan/arahanta atau paling tidak sotapanna, barulah mengajar......dan mempublikasikan metode-nya.
ada seperti istilah quality guaranteed....^^

ambilah contoh sikap SangBuddha, sebelum beliau tercerahkan beliau belum mengemukakan apa yang beliau termukan pada dunia ini.....
kalau belum tercerahkan, tapi mengajar metode dengan ngambil copas kiri copas kanan, ini sama saja
"membantu menyesatkan jalan seseorang"
karena mengambil keputusan disaat keraguan seperti kata AjahnChah....adalah S A L A H.

salam metta.
Kalau gitu ceramah dan panduan meditasi oleh Sangha juga dibubarkan saja, tunggu para bhikkhu menjadi arahat, baru lanjut ceramah lagi.
Maksudnya begitu?




Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #136 on: 30 July 2009, 02:37:52 PM »
Dear Kainyn

Dalam kehidupan perumah tangga, menikah dan punya uang banyak adalah bukan hal yang tabu. Sekalipun disana-sini bolong tetapi mengenai saddha tidak terkait hal menikah dan punya banyak uang sepanjang mereka melakukan pancasila dan berlindung pada Tiratana. Jadi sekalipun seseorang menikah dan punya banyak uang dan menjalankan pancasila dengan baik dan belum sotapana, saddha yang dimiliki adalah saddha yg bukan semu yaitu  saddha yg benar, yg tinggal dikembangkan adalah faktor lainnya yg masih kurang untuk mencapai sotapana dst.. Masalah perumah tangga itu mencari kemelekatan baru, itu adalah proses pematangan batin atau belum munculnya buah vipaka baik yang mendukung untuk menjadi sotapana dst.
Ya, saya setuju hal ini. Memang bukan masalah tabu atau tidak, tetapi masalah kita mengetahui dan memercayai teorinya, tetapi belum mampu merealisasikannya.



Quote
Saya ambil contoh anathapindika yang kaya, punya anak tetapi menjalankan sila hingga waktunya mencapai sotapana. Sebelum itu dia memiliki saddha yang teguh terhadap Sang Buddha. Oleh karena itu Saddha pada puthujana harus dilihat juga sejauh mana pelaksanaan Dhammanya. Bukan berarti karena munculnya kemelekatan baru lalu berarti saddhanya semu. Masalah ini harus dilihat case by case.
Sekali lagi, saddha semu itu belum tentu adalah saddha yang tidak bermanfaat. .


Quote
Contoh : Misal ada kasus Si Bewok bukan beragama Buddha. Lalu dia berpacaran dengan si Angel yg beragama Buddha. Saat itu SiBewok lagi dalam kesulitan finansial dsb, dan si Angel bukan cewek matre, dia mensupport si Bewok. Dan si Bewok ini juga berusaha mencari pekerjaan yang layak. Dan berjalannya waktu si Bewok memiliki saddha kepada Sang Buddha dan memiliki keinginan untuk menjadi bhikkhu. Tetapi si Angel belum rela, akhirnya si Bewok merasa ada suatu tanggung jawab moral karena saat lagi susah si Angel penuh perhatian memberikan dukungan lahir dan batin, selain itu si Brewok juga cinta  kepada Angel(sekalipun dia ingin menanggalkan cinta itu demi dhamma) dan dia menunda untuk menjadi Bhikkhu. Dan memenuhi keinginan Angel untuk menikah sampai saat tertentu si Angel siap melepas si Brewok untuk menjadi bhikkhu sesuai komitmen mereka berdua.

Nah dari kasus ini Si brewok dan Angel telah memunculkan kemelekatan baru tapi mereka tetap melaksanakan pancasila dengan baik. Hanya karena vipaka dan kondisinya belum pas sehingga muncul kemelekatan baru tapi bukan berarti saddha mereka semu/relatif. Jadi Saddha yg mutlak dilihat dari benih pandangan benar, pengertian benar dan pelaksanaan Dhamma yg benar, atau dengan kata lain dimulai dari langkah pertama dalam melaksanakan Dhamma. Saddha yang benar/mutlak beserta faktor lainnya akan membimbing orang pada tercapainya magga dan phala.

Smoga bermanfaat _/\_
Dalam kasus-kasus seperti ini, berbeda dengan yang saya katakan. Kasusnya adalah orang masih belum bisa melepaskan karena terikat kondisi. Sama seperti kasus Ghatikara yang "hanya" mencapai Anagami dalam kehidupan manusianya karena tidak menjadi bhikkhu. Ia tetap berumahtangga untuk merawat kedua orang tuanya yang sudah tua dan sakit payah.

Kasus yang saya berikan adalah hanya untuk menunjukkan bahwa seorang putthujjana sebetulnya belum merealisasi Buddha Dhamma, dengan kata lain, belum melihat kebenaran sejati. Sebelum melihat kebenaran sejati, alangkah baiknya jangan bersikap "tidak tergoyahkan" karena yang kita pikir "benar" belum tentu "benar". Tapi apakah Saddha semu tidak diperlukan? Diperlukan tentunya. Kalau orang tidak punya saddha bahwa kemelekatan adalah awal dari dukkha, maka tidak mungkin ia berlatih sesuai dhamma; atau jika seseorang penuh keragu-raguan, maka perkembangannya adalah 'jalan di tempat'.



Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #137 on: 30 July 2009, 03:11:55 PM »
Realisasi Kebenaran Mutlak <--- Ini Arahat kan?
Sotapanna belum merealisasi 'kebenaran mutlak'

Tidak hanya Putthujjana, Sotapanna pun masih menimbulkan kemelekatan2 baru. Hanya Arahat yg tidak.
Apakah berarti hanya ketika mencapai Arahat kita baru bisa mempunyai Saddha?
Menurut saya, Sotapanna sudah merealisasi kebenaran mutlak, bedanya, mereka masih terkondisi kotoran bathin lainnya.
Dalam Sotapanna Sutta, dikatakan seorang sotapanna melihat khanda, kemunculan dan tenggelamnya, maka ia disebut seorang pemenang arus dhamma.

Akibat dari masa lampau masih ada dalam dirinya sehingga masih mungkin timbul nafsu, kebencian, namun ia tidak menimbulkan yang baru, oleh karena itu mereka tidak bisa mundur, dan terus maju dalam dhamma.



Quote
Dengan pendefenisian diatas, sy menyimpulkan bahwa Bro Kai menyamakan Saddha dengan Realisasi Kebenaran Mutlak (Pencerahan Sejati).... CMIIW
Padahal berbeda. Sy pikir ada sedikit kesalahpahaman disini ???

Ya, Saddha yang sejati dan tidak tergoyahkan, berkenaan dengan realisasi kebenaran mutlak. Dalam hal ini, tidak perlu dipupuk, tidak perlu indoktrinasi, karena sudah melihat sendiri, maka ia yakin. Misalnya Suppabuddha penderita kusta, tidak banyak tahu ajaran-ajaran Buddha lainnya, tetapi ia mengetahui kebenaran mutlak, maka Buddha sendiri mengatakan seratus atau seribu Sakka tidak akan bisa menggoyahkan keyakinannya.

Saddha dari kepercayaan, yang saya sebut semu, ada baiknya tidak dibentuk menjadi "tidak tergoyahkan", karena hanya akan menjadikan seseorang keras kepala atau fanatik. Dan walaupun dibentuk menjadi "tidak tergoyahkan", sebetulnya goyah, rentan dan rapuh sejalan dengan berlalunya waktu. Ini kita lihat dari kisah Bodhisatta yang sudah bertemu Buddha berkali-kali, "saddha"-nya sudah berkembang, namun dalam kehidupan sebagai Jotipala, tidak punya Saddha kepada Buddha Kassapa. Baru setelah mendengarkan ajaran Buddha Kassapa, "saddha" itu terbentuk kembali.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #138 on: 30 July 2009, 04:30:01 PM »
Masalahnya adalah 'pemikiran2' Pak Hud yg dilontarkan:
~ JMB-8 diragukan dari mulut SB (yg bisa diartikan: menurut Pak Hud JMB-8 sesungguhnya tidak bisa mengantar ke pencerahan)
~ Meragukan bait2 Tipitaka, kecuali Malunkya cs...
~ Bersikap dualisme: di depan umat Buddhist melontarkan bahwa MMD adalah metode SB, tapi di umat lain tidak disinggung2 dari SB... harusnya bersikap konsisten. Dengan bersikap begini jadi terbaca bahwa MMD jadi sekedar barang komersial yg pondasinya lemah, bisa diubah2 sesuai pasar dengan tujuan marketing semata. Bukan vipassana murni yg pondasinya kokoh dan konsisten.
Untuk JMB & Tipitaka, no comment.

Mengenai dualisme, kadang tidak bisa dilihat sepihak juga. Saya pun kadang memilih apa yang harus dibicarakan, tergantung dari lawan bicara. Terus terang, persepsi orang awam tentang agama Buddha juga lumayan buruk. Pertama karena tradisi yang tercampur dan disalah-kaprah sebagai ajaran Buddha (patung, ramal-meramal, dll). Belum lagi ajaran-ajaran lain yang "numpang" memakai atribut Buddhis.
Ke dua adalah memang tidak susah menemukan umat Buddha yang suka menjelekkan agama lain (mungkin di forum Buddhis hanya menyebutkan agama lain menyerang Buddhis).

Berbicara dengan seorang awam yang spiritual dan filosofis, label agama apa pun, termasuk Buddha, merupakan hal yang tidak nyaman. Saya biasa membicarakan ajaran Buddha tanpa menyertakan label Buddhisme. Baru ketika mereka tertarik dan bertanya, saya dengan enteng menjawab, "itu ajaran Buddha," dan biasanya mereka setengah percaya setengah tidak (karena dalam pikiran mereka, Buddha = sosok gendut ceria yang dipuja-puja buat dapet hoki). Kalau saya ngomong Buddha di awal, maka tidak ada perbincangan. Mungkin Pak Hudoyo mengalami hal yang sama. Jika mengenalkan "agama" Buddha, umat lain tidak berniat vipassana.

Saya justru melihat bhw poin penolakan JMB-8 dan dalam hal tipitaka adalah suatu yg mendasar yah

Mengenai dualisme, disini bro Kai sebenarnya justru menguatkan bhw dualisme itu sesungguhnya dilakukan utk tujuan marketing yaitu supaya menarik bagi kalangan non buddhism

Sementara apa yg dilakukan oleh bro Kai (yg sama spt saya lakukan juga) yaitu semata memberitahu mengenai kebenaran yg sesungguhnya ke lingkungan sekitar yg non buddhis tapi bukan untuk tujuan marketing, bukan utk supaya orang ikut

Jadi dalam hal ini, saya setuju dengan ko will dimana 3 hal ini adalah permasalahan fundamental mengenai MMD

Juga ditambah sikap Pak Hudoyo sendiri yg masih tidak stabil... yg akan melahirkan pemikiran bahwa:
~ sikap belum stabil, gampang emosi, berarti belum mengikis kekotoran batin sd titik tertentu, kok berani2nya meragukan JMB-8?
~ sikap yg belum stabil ini, artinya belum mencapai 'tahapan tertentu', artinya belum bisa membuktikan MMD sebagai 'Vipassana alternatif yg telah ter-uji coba'...
~ beberap statement dan sikap pak hud yg menunjukkan bahwa: Pak Hud hanya bermeditasi ketika duduk, mencapai keheningan batin ketika duduk... sikap yg ditunjukkan dan statement ini bertolak belakang dengan inti Vipassana sendiri, yakni: lebih mementingkan kesadaran dalam keseharian, meditasi duduk hanyalah sarana latihan. Hasil sesungguhnya terlihat dalam keseharian.

Bagi saya, tetap saja Pak Hudoyo seorang yang masih sangat terbatas dan jauh dari kesempurnaan. Namun bukan berarti tidak bisa memberikan manfaat dan kemajuan bagi orang lain. Misalnya saja waktu itu ada member yang baru masuk dan bicaranya suka ke mana-mana. Setelah beberapa lama, saya bahkan sudah tidak mau lagi meladeninya, apalagi membimbingnya bagai adik saya. Tetapi Pak Hudoyo menerimanya dan menganggap sebagai anak sendiri. Kalian pasti tahu siapa itu. Bagi beberapa orang, mungkin itu adalah guyonan, bagi saya, itu adalah salah satu teladan.

Sangat setuju mengenai anak itu, hanya kalau saya lihat kembalikan ke motifnya. Ada yg membimbing supaya tahu kebenaran, tanpa pamrih apapun seperti anda yg memberitahu teman mengenai ini loh kebenaran tanpa ada niat utk marketing/menarik

Nah apakah dalam kondisi anak itu, bisa dilihat motif tanpa pamrih, ataukah justru itu merupakan strategi promosi "produknya"?

Pun saya sangat setuju jika memang sikap membimbing siapa saja tanpa kecuali, dijadikan teladan.
Sangat disayangkan jika ada oknum yg membimbing tapi dengan pamrih

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #139 on: 30 July 2009, 04:40:47 PM »
mengenai metode MMD, terkait dapat tidaknya mencapai pencerahan saya tidak tahu....
akan tetapi mungkin lebih baik PH menunggu hingga telah tercerahkan/arahanta atau paling tidak sotapanna, barulah mengajar......dan mempublikasikan metode-nya.
ada seperti istilah quality guaranteed....^^

ambilah contoh sikap SangBuddha, sebelum beliau tercerahkan beliau belum mengemukakan apa yang beliau termukan pada dunia ini.....
kalau belum tercerahkan, tapi mengajar metode dengan ngambil copas kiri copas kanan, ini sama saja
"membantu menyesatkan jalan seseorang"
karena mengambil keputusan disaat keraguan seperti kata AjahnChah....adalah S A L A H.

salam metta.
Kalau gitu ceramah dan panduan meditasi oleh Sangha juga dibubarkan saja, tunggu para bhikkhu menjadi arahat, baru lanjut ceramah lagi.
Maksudnya begitu?

mungkin kasus yg diangkat jadi berbeda yah bro...... para bhikkhu mengajarkan mengenai JMB-8, memberikan landasan berbasis Tipitaka sehingga ini jelas acuannya

hal yg berbeda dengan MMD dimana Tipitaka 99.9% ditolak termasuk pelaksanaan JMB-8 yg sesungguhnya adalah jalan menuju kesucian
bahkan MMD menekankan tidak ada tujuan, tidak ada jalan, tidak ada "kesucian", yg notabene cocok dengan JK spt sudah diulas oleh bro ratna kumara

Ko Will pernah bilang ke PH : Kalau memang mau usung JK, ga perlu bawa bendera vipassana, bendera buddhism ( [at]  ko will : cmiiw)

semoga perbedaanya bisa terlihat yah

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #140 on: 30 July 2009, 06:30:39 PM »
Mau usung JK? Ngapaen? ??? Masa kampanye dah lewat loh.. Lagian kalah menang dah jelas ^-^
appamadena sampadetha

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #141 on: 30 July 2009, 06:58:04 PM »
Mau usung JK? Ngapaen? ??? Masa kampanye dah lewat loh.. Lagian kalah menang dah jelas ^-^

walahhhh ini lagi :)) makin cepat? makin baik!


::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #142 on: 30 July 2009, 07:05:05 PM »
Sebelumnya maaf menyela, tapi mengingat forum ini bersifat bebas dan thread ini pun terbuka, saya hanya bermaksud bertanya secara retorika..


Dikatakan tidak ada jalan, tidak ada tujuan, tidak ada kesucian oleh MMD ----> ditentang habis-habisan.

Dikatakan tidak ada jalan, tidak ada tujuan, tidak ada kesucian oleh Zen dan Sutra Mahayana ----> dibiarkan saja.

2 hal yang sama tapi reaksi yang berbeda? tanya kenapa? ???


Petapa Gotama menolak ajaran dari 2 gurunya, setelah melalui pengalaman langsung dan mengetahui bahwa ajaran-ajaran mereka tidak membawa pada pembebasan sejati yang dicarinya. Demikian juga setelah mencapai penerangan, sebagai Samma Sambuddha, menolak ajaran petapa lainnya melalui penglihatan langsung.
Sudahkah yang menolak MMD juga memraktekkan metode MMD? Atau hanya memahami secara konseptual dan karena dirasa berbeda dengan prakteknya atau kosa kata kamus pribadinya lalu menolak? Atau karena ingin larut dalam riuh-ramai gempita mainstream?

Maksud saya sebenarnya, tidak ada lagi gunanya membahas berkepanjangan. Lihat.. Hanya perlu beberapa hari dan thread seperti ini sudah 10 page. Padahal tidak ada banyak yang ditawarkan dari 'topik zombie' yang dibangkitkan dari kubur ini.. Hanya terlihat lebih banyak diskusi bersifat searah, tidak ada kubu 'lawan' yang menawarkan pandangan lain. Kalaupun ada beberapa gelintir yang mencoba memberikan pandangan berbeda untuk menetralisir, tetap saja pembelaan yang agak lemah ini pun tidak bisa diterima sepenuhnya. Karena tidak mewakili secara yang bersangkutan bukanlah praktisi MMD atau 'tokoh kontroversial' itu sendiri. Orang-orang yang tidak banyak tahu-menahu hanya akan terseret dalam pandangan mayoritas. Apakah ini 'ehipassiko' dalam bentuk baru? Atau harus setelah MMD berurat-akar lama beribu-ribu tahun seperti masalah 'Mahayana-Hinayana' baru akan dibiarkan saja dan dicari rekonsiliasinya?
Jika keinginan orang-orang yang menolak MMD tidak terpenuhi, solusi apa yang akan diambil? Menggugat? Hajar bleh? Atau back to practice, back to method masing-masing? Kalau yang terakhirlah jawabannya, mengapa tidak dari sekarang saja?

Cukup sekian deh cuap-cuap tak berguna saya ini.. Karena pertanyaan-pertanyaannya bersifat retorika, maka tidak perlu dijawab. Makasih..

Mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #143 on: 30 July 2009, 08:32:27 PM »
Jadi ikutan mo nambahin nanya juga ah ... :))

Lha klo emang gak ada atta ? yang menuju-nya itu jadinya apa juga yah ? :))

ikut kyai xuvie juga ah ...

karena pertanyaan-pertanyaannya bersifat retorika, maka tidak perlu dijawab. Makasih..

salam,

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #144 on: 30 July 2009, 08:37:58 PM »
 [at]  Bro g.citra
ini bukan ngejawab pertanyaannya yah.. tapi cuma meralat kata2 di atas..
gak ada atta = nihilisme/annihilasionisme. lebih tepatnya 'bukan atta'
appamadena sampadetha

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #145 on: 30 July 2009, 09:02:52 PM »
oke ... ente emang 'jeli' bro ... :jempol:

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #146 on: 30 July 2009, 09:18:03 PM »
Dari sepemahaman saya, dan dikaitkan dengan Prajnaparamita Sutra, dalam Zen pernyataan tidak ada jalan, tidak ada tujuan, tidak ada kesucian, dinyatakan ketika seseorang sudah melihat ketidakekakalan, Anitya /Anicca yang berujung pada Anatman/ Anatta.

Pemahaman Tanpa Atta (Anatta) perlu diikuti dengan pemahaman Anicca. Sang Buddha tidak pernah mangatakan tidak ada atta dalam pengertian pribadi, orang, si Badu, si Unyil yang terdiri dari pancaskanda.  Tetapi Sang Buddha melihat secara mendalam bahwa SIFAT pancaskanda ini adalah tidaklah kekal, Anicca. Karena sifatnya yang anicca, yang tidak bisa dimiliki, dipegang, diperintah oleh kita sesuka hati, maka dikatakan bukan milik kita, bukan diri sejati kita, ANATTA. Lebih lengkapnya bisa dibaca di Anattalakkhana Sutta.

Jadi ada jalan, tujuan, kesucian, tetapi semuanya ini terkena ANICCA karena itu ANATTA dan karenanya dikatakan Kosong dari ATTA (Sunyata)

Apakah pemahaman MMD sama seperti ini, saya belum menemukan penjelasan yang gamblang dari pernyataan tidak ada jalan, tidak ada tujuan, tidak ada kesucian dari pihak MMD

CMIIW
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #147 on: 30 July 2009, 09:45:10 PM »
apa bisa dibilang Intinya : - MMD itu hanya mendompleng Ajaran Buddha
       

Atau mau dibilang : MMD ajaran universal? tidak terikat ajaran/agama manapun?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #148 on: 30 July 2009, 09:49:40 PM »
Di situs reminya sih judul besarnya

MEDITASI MENGENAL DIRI

Krishnamurti Vipassana Meditation

jelas bukan buddhist dan juga bukan universal, tapi Krishnamurti

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #149 on: 30 July 2009, 10:45:01 PM »
Komentar terakhir saya untuk topik ini.

Dari jawaban Bhante Pannavaro di atas, “kalau engkau bertemu Buddha, bunuh Buddha!”

Saya menangkap sebuah pesan : Janganlah Melekat Kepada Sang Buddha, Guru, Sutta, dan sebagainya.

“Jika Kau bertemu Buddha, bunuh dia!”, kalimat ini sebenarnya merupakan ungkapan dari Master Zen Linji, pendiri aliran Linji Zen Buddhisme yang selalu mendorong siswanya untuk tidak melekat pada sosok guru dan berusaha mencapai pencerahan deangan usaha sendiri.

Salah satu poin dari MMD adalah tidak melekat, jika saya tidak salah tangkap. JIKA benar segala penyangkalan-penyangkalan dari Pak Hud adalah karena mengusung “bendera” ajaran agar orang, khususnya umat Buddha tidak melekat, maka ini adalah hal yang biasa sekaligus luar biasa.  :)

JIKA benar mengusung ketidakmelekatan, sepertinya saya pribadi mungkin bisa memahami mengapa dalam awal MMD khusus umat Buddha tidak diperkenankan melakukan ritual puja bakti sedangkan agama lain diperkenankan. Hal ini mungkin karena ritual puja bakti akan membelenggu pikiran umat Buddha dengan segala konsep ajaran yang berbau Buddhisme, sehingga dengan demikian umat Buddha akan mengait-kaitkan konsep ajaran Buddhisme dengan MMD yang “senada” dengan Buddhisme ketika melakukan MMD. Dan akhirnya kemelekatan akan ajaran, sutra, guru, dll tidak tersingkirkan. Sedangkan umat agama lain tidak memiliki konsep ajaran yang senada, sehingga tidak diperlukan tahapan “penyingkiran” konsep.

Sekali lagi hanya JIKA memang mengusung ketidakmelekatan sebagai tahapan awal MMD, dan JIKA memang Pak Hud ini menggunakan metode pengajaran seperti pengajaran Master Linji.

Terakhir, ini semua hanya perkiraan, benar atau salah, saya tidak tahu. MMD is a Cheerleader or a Cancer? I' don't  know  

Yang saya tahu: menggunakan belum berarti melekat, melekat pastilah menggunakan.

Selanjutnya no comment.
_/\_
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -