//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.  (Read 1821952 times)

0 Members and 6 Guests are viewing this topic.

Offline andrew

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 568
  • Reputasi: 22
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1860 on: 07 August 2010, 11:52:30 AM »
mengenai acarya guoxian yang bersujud pada mahaguru

saya pernah membaca salah satu buku mahaguru yg kira2 berisi demikian: (kalau tidak salah ingat kata2nya)

biksu yang menbantu saya upasamapada sebelumnya telah bersarana pada saya (bagian ini saya kurang ingat)

jadi kemungkinan biksu guoxian hanya membantu upasampoadanya saja

nanti saya baca lagi bukunya untuk memuaskan kalian

jangan dikomentarin dulu, takut salah ingat

nanti saya post lagi yang lengkapnya satelah saya baca



hueheheh... ok ok ngga di komentarin dulu...

tapi diketawain dulu boleh kan ... abis makin lucu sih ... :)) :)) :))

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1861 on: 07 August 2010, 11:54:09 AM »
mengenai acarya guoxian yang bersujud pada mahaguru

saya pernah membaca salah satu buku mahaguru yg kira2 berisi demikian: (kalau tidak salah ingat kata2nya)

biksu yang menbantu saya upasamapada sebelumnya telah bersarana pada saya (bagian ini saya kurang ingat)

jadi kemungkinan biksu guoxian hanya membantu upasampoadanya saja

nanti saya baca lagi bukunya untuk memuaskan kalian

jangan dikomentarin dulu, takut salah ingat

nanti saya post lagi yang lengkapnya satelah saya baca



hueheheh... ok ok ngga di komentarin dulu...

tapi diketawain dulu boleh kan ... abis makin lucu sih ... :)) :)) :))

kok sptnya ada tanda2 untuk merevisi siapa bhikshu yang menahbiskan LSY?

Offline padmakumara

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.317
  • Reputasi: 0
  • Gender: Female
  • mara devaputra
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1862 on: 07 August 2010, 11:54:52 AM »
tenang bro indra, mata saya sangat tajam

jadi komentar saya mengenai relik master hsuan hua:

itu hal yg wajar

memang di post sebelumnya dikatakan:
Saya tahu persis bahwa Master Hsuan Hua belum mampu untuk memasuki samadhi dari King Leng Yan.
 Ia belum mencapai keberhasilan/pencerahan.
Ia telah membuat banyak karma buruk secara ucapan.
Ia mengeritik Tantrayana dan berkata bahwa Xuan Yuan bukan seorang biksu sejati.
Ia juga berbicara buruk terhadap siswa siswanya sendiri.
Benak nya penuh dengan berbagai masalah dunia.

tapi masalahnya adalah artikel tsb belum selesai,
ini lanjutannya:
Ketika Master Hsuan Hua meninggal dunia, laporan kedokteran menyatakan bahwa ia meninggal karena kanker kelenjar limpa dan bahwa kedua ginjalnya tidak berfungsi.
Ini menunjukkan bahwa hasil pengamatan mata dewa saya tepat sekali.
Kalian mungkin heran mengapa saya membuat komentar ini setelah meninggalnya dia.
Sebenarnya cerita nya belum selesai begitu saja dengan dia menghembuskan napas terakhir.
Ia kemudian diadili oleh 3 hakim.
Orang orang yang terlibat adalah sebagai berikut:
Wakil dari Langit: Bodhisattva King Leng Yan.
Wakil dari Bumi : Bodhisattva Ksitigarbha.
Wakil dari Alam Manusia: Lian Shen Rinpoche (Acarya Lu Sheng Yen).
Yang dihakimi: Master Hsuan Hua beserta 4 siswa nya.
Saksi: Lian Hua Shu Ying.
Lian Hua Shu Ying melihat proses pengadilan secara keseluruhan.
Saya tidak akan memerincinya. Cukup akhir ceritanya saja.
Master Hsuan Hua beserta ke 4 siswa nya beranjali dan menjapa mantra hati saya: "Om Guru Lian Shen Siddhi Hum".
Saya kemudian memancarkan sinar kepada mereka dan membawa mereka ke alam Sukhawati.
Ia mengecam saya sewaktu masih hidup. Saya membawanya ke alam Sukhawati sewaktu ia meninggal. Apa alasannya? Untuk menunjukkan kebijaksanaan Budha yang tidak membedabedakan.
Karena Bodhisattva King Leng Yan adalah "pendamping" dari Master Hsuan Hua, saya harus memberi muka kepada beliau.
 Lagipula saya sudah mencapai pencerahan sehingga dapat melupakan semua tuduhan tuduhan yang telah ia buat terhadap saya.
Bodhisattva King Leng Yan tentu saja tahu identitas diri saya dan guru saya, San San Chiu Hou. Ia tahu bahwa guru saya meliputi trikaya dari Sakyamuni Budha, lima Budha dan 4 Bodhisattva.
Saya dapat pergi ke 10 alam dharma dengan mudah.

"Godaan sex merupakan bahaya terbesar dan merupakan penyebab banyak bencana.
Banyak hati yang hancur karena nafsu birahi."

Offline padmakumara

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.317
  • Reputasi: 0
  • Gender: Female
  • mara devaputra
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1863 on: 07 August 2010, 11:56:35 AM »
1. Seorang siswa harus mengingat Guru dan melakukan Namaskara kepada Guru 3 kali setiap harinya (pagi, siang, senja). Dengan rasa hormat seperti kepada Sang Buddha.

2. Berdana bunga ke altar, melakukan Maha Namaskara kepada Guru.

3. Guru yang seorang bhiksu maupun yang bukan, atau yang baru menerima sila lengkap, jika berada di hadapan rupang, atau kitab suci, harus diberikan penghormatan, jangan mencurigainya dan mempunyai pikiran jahat.

4. Melaksanakan tugas yang diberikan Guru dengan setulus hati, memahami sopan santun yang selalu memberikan tempat utama kepada Guru.

5. Teliti terlebih dahulu sebelum berguru, apakah cocok sebagai guru bimbingan. Seorang gurupun harus memperhatikan calon siswa, apakah mampu dibina, apabila tidak, sama-sama melanggar sila, yaitu meremehkan sila.

6. Mudah emosi, tidak memiliki welas asih, serakah dan suka kemewahan, sombong dan suka memuji diri sendiri, untuk guru yang seperti ini, kita tidak perlu berlindung kepadanya, maka sebelum berlindung seharusnya memahami sifat dan kebiasaaan Guru dengan jelas.

7. Memiliki Metta Karuna, Bijaksana serta mentaati sila, bisa menjaga kehormatan diri sendiri, tidak memihak dan jujur, mengerti semua Dharma, demikianlah seharusnya seorang guru yang baik. Oleh karena itu harus meneliti sebelum berguru.

8. Mengerti semua Dharma, serta telah mencapai Dasa Bhumi Bodhisattva, tidak ternoda oleh ke-enam indra, serta tidak memiliki kilesa, demikianlah seharusnya seorang Guru yang baik.

9. Seorang siswa (yang meminta Dharma) tidak boleh menfitnah Guru, karena menfitnah Guru bagaikan menfitnah Sang Buddha, pasti berakibat penderitaan.

10. Menfitnah Guru adalah tindakan yang sangat bodoh, karena segera akan menerima akibatnya, yaitu makhluk halus akan merasuki dirinya, pasti menderita sakit sehingga tidak dapat bebas.

11. Menfitnah Guru juga bisa melanggar hukum duniawi, terluka oleh racun, terkena bencana banjir, kebakaran, perampokan, segala makhluk halus memberikan malapetaka.

12. Menfitnah Guru akan mendatangkan rintangan dari makhluk halus, setelah meninggal masuk ke alam samsara, yaitu alam neraka, alam preta (setan kelaparan), dan alam binatang.

13. Seorang siswa bila melaksanakan tugas dari Guru, jangan menyulitkan Guru (menambah keruwetan). Kalau menyimpang dari petunjuk Guru bahkan menghianati Guru akan masuk ke neraka Avici.

14. Neraka Avici adalah neraka yang paling sengsara, karena menfitnah Guru, bisa berakibat begitu menakutkan, dengan penderitaan yang tiada habisnya.

15. Seorang siswa harus membantu Guru yang menyebarkan Dharma yang benar dengan setulus hati, bila ada niat meremehkan sama dengan melanggar sila-sila yang tersebut di atas.

16. Sepenuh hati berdana kepada Guru, menghormati Guru, karena dengan pemberkatan dari Guru baru dapat melenyapkan rintangan dan kilesa.

17. Seorang Tantrika, nyawapun bersedia dikorbankan apalagi hanya harta benda, oleh karena itu, orang yang suka memberi persembahan dengan rela adalah orang yang memiliki kesejahteraan (kebahagiaan)

18. Seorang pelaksana bila belum menjumpai seorang Guru, maka tidak akan dapat mencapai kebuddhaan, oleh karena itu, keberhasilan seorang pelaksana adalah berkat jasa dan anugerah dari Guru.

19. Melayani Guru adalah tekad awal seorang siswa yang sama pentingnya dengan memberikan persembahan kepada Sang Buddha.

20. Guru juga mewakili Tri Ratna, oleh karena itu memberikan persembahan yang terbaik kepada Guru akan mendapat pahala yang tiada taranya.

21. Memberikan persembahan kepada Guru dan Sang Buddha adalah ladang jasa yang terbaik, sehingga mempercepat pencapaian kebodhian.

22. Menghormati Guru secara tulus, penuh kesabaran, jujur, pasti memperoleh kebijaksanaan berasal dari Sang Buddha.

23. Jangan menginjak bayangan Guru, dan jangan duduk di ranjang Guru, serta jangan menggunakan peralatan yang sering dipakai Guru, semua ini termasuk sila.

24. Dengan senang hati menerima ajaran Guru, kalau tidak sanggup boleh menyampaikan alasannya secara baik-baik.

25. Karena diajarkan Guru, siswa baru dapat mencapai keberhasilan, maka Guru adalah ladang jasa yang terbaik, oleh karena itu seorang siswa jangan melanggar perintah Guru.

26. Menjaga harta benda Guru sama seperti jiwa sendiri dan tidak boleh pemborosan. Menghormati orang yang dihormati Guru dan menghormati sanak saudaranya serta jangan meremehkannya.

27. Di hadapan Guru harus berpenampilan rapi, tidak boleh ada tingkah laku yang aneh-aneh dan kurang sopan seperti mengangkat kaki, bertolak pinggang.

28. Penampilan siswa Sang Buddha harus rapi, saat duduk kaki tidak boleh dilonjorkan, bila Guru berdiri harus segera ikut berdiri.

29. Jalan yang akan dilalui Guru, siswa sebaiknya berdiri di samping, dan dengan hormat menyambut dan mengantarnya. Bila Guru batuk, membuang ingus, juga tidak boleh merasa jijik.

30. Di hadapan Guru tidak boleh berbisik-bisik, semua tindakan yang kurang sopan, harus dihilangkan.

31. Sikap menerima petunjuk dari Guru harus tenang dan menghormati. Saat berjalan di jalanan yang agak berbahaya, siswa seharusnya berjalan di depan.

32. Di hadapan Guru harus bersemangat, tidak lesu. Gerakan yang kurang penting harus dihilangkan, jangan menyandarkan tubuh ke dinding.

33. Sewaktu mencuci pakaian, mandi dan mencuci kaki, sebaiknya memberitahukan Guru, agar tidak terlihat Guru.

34. Tidak boleh menyebut nama Guru sesukanya, bila ada yang bertanya sebaiknya menyebutkan gelarnya.

35. Siap menerima tugas dari Guru, dan selalu mengingat tugas yang diberikan Guru, serta berusaha menyelesaikannya dengan baik.

36. Menutupi mulut dengan tangan apabila ingin tertawa, bersin, batuk. Jika ingin berbicara harus memberi hormat terlebih dahulu.

37. Bila kaum wanita mendengarkan ceramah Dharma, harus berpenampilan rapi, tangan beranjali dan penuh perhatian.

38. Guru mengajarkan Dharma, kaum wanita haru menjalankan dengan cermat, tidak boleh angkuh, mempelajari Dharma dengan sikap bagaikan pengantin wanita yang menundukkan kepala.

39. Kaum wanita belajar Dharma harus bisa menjauhi sikap memamerkan diri dan tidak melekat kepada perhiasan. Segala macam hal yang tidak atau kurang baik harus dijauhi.

40. Belajar budi pekerti Sang Guru, bila Guru melakukan kesalahan kecil, jangan disebarluaskan. Belajar menuruti kehendak Sang Guru baru bisa memperoleh hasil. Kalau selalu membesar-besarkan kesalahan Sang Guru, akan membuat siswa sendiri tidak bisa maju, serta dapat mencelakakan siswa sendiri karena telah meremehkan Sang Guru.

41. Semua masalah yang berkaitan dengan Dharma harus ikuti petunjuk dari Guru, jika tidak memperoleh petunjuk dari Sang Guru, tidak boleh melakukannya.

42. Dana Paramita dari pembabaran Dharma seharusnya diperuntukkan untuk Sang Guru, bila ingin menggunakannya harus memperoleh izin dari Sang Guru.

43. Silsilah Sang Guru harus dijaga, antara sesama siswa tidak diperbolehkan saling mengangkat sesama siswa sebagai Guru, ini adalah silsilah.

44. Memberikan barang kepada Sang Guru harus memberikan dengan dua tangan. Apabila menerima sesuatu dari Sang Guru, juga harus menerima dengan kedua tangan yang melebihi kepala.

45. Siswa Sang Buddha harus belajar dengan sepenuh hati dan terus-menerus, yang tidak sesuai sila jangan dijalankan. Tidak boleh secara sengaja mencari-cari kesalahan Sang Guru.

46. Ajaran Sang Guru harus dilaksanakan semuanya, bila tidak dapat melaksanakan karena sakit, harus dijelaskan secara baik, sehingga tidak melanggar sila.

47. Semua tindakan harus selalu membuat Sang Guru gembira, dengan rajin membantu Sang Guru mengatasi masalah yang sulit. Berdana dan melayani Sang Guru dengan hormat dan rajin. Banyak cara untuk melayani Sang Guru, sehingga tidak dapat disebutkan semua.

48. Demikianlah Sabda Sang Buddha :"Berlindung kepada Guru, akan mendapatkan keberhasilan yang besar."

49. Bagi siswa yang baru berlindung, diharuskan membaca "Gurupancasika" agar tidak melanggar sila.

50. Setelah siswa menerima abhiseka perlindungan, kemudian diberikan pelajaran Tantra agar menjadi sadhana yang benar, juga harus mengajari "14 Sila Pokok Tantrayana", agar semua siswa baru dapat menjalankan semua sila dan menjadi pelaksana Vajrayana yang baik.
"Godaan sex merupakan bahaya terbesar dan merupakan penyebab banyak bencana.
Banyak hati yang hancur karena nafsu birahi."

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1864 on: 07 August 2010, 12:00:11 PM »
Quote from: 4DMYN
tentang ramal meramal dan ilmu-ilmu gaib memang mahaguru secara terbuka mengatakan bahwa hal itu dilakukan hanya sebagai pancingan (baca: Marketing tools). dan memang bukan ajaran Buddha.

Anda berani mengaku secara terbuka bahwa ramal-meramal dan "ilmu-ilmu gaib" yang dilakukan LSY hanyalah marketing tools. Terimakasih atas sikap kooperatif Anda dalam berdiskusi. Seperti yang sudah saya nyatakan sebelumnya, Sang Buddha tidak pernah menyetujui dan mendukung untuk melakukan hal-hal tersebut. Artinya, jika sekarang ada aliran atau orang yang mengatas-namakan Buddhisme (Agama Buddha ataupun Ajaran Sang Buddha) namun melakukan hal tersebut, itu namanya tidak sesuai dengan Buddhisme.


Quote from: 4DMYN
Dalam kesehariannya Buddha mungkin tidak memakai perhiasan di tubuhnya. tapi beliau  menerima banyak perhiasan , emas, perak, baju  donasi dari umat-umat-Nya atau dengan kata lain: Sang Buddha itu kaya raya  seumur hidupnya . Masa-masa Sang Buddha boleh dibilang tidak memiliki harta itu hanya pada saat beliau bermeditasi di bawah pohon Boddhi ! .  Salah satu penyebab Devadatta iri hati adalah donasi yang melimpah ruah kepada Buddha.  Anda mungkin tau kisah Anathapindika yang mendonasikan sebagian besar hartanya untuk keperluan sangha, sampai-sampai dia menjadi jatuh miskin, (walaupun di kemudian hari usahanya menanjak lagi, dan kembali menjadi orang kaya ).
Sedangkan kisah tentang membunuh itu ada di kisah jataka, dimana Bodhisatta membunuh 500 perampok untuk menyelamatkan orang-orang lainnya.

nb: Sehubungan dengan mahaguru Lu Sheng Yen, beliau dalam keseharian tidak memakai perhiasan, hanya dalam upacara-upacara tertentu saja. Saya sudah pernah mempostingkan artikel bahwa perhiasan itu hanya sebagai lambang saja.
 
kutipan teks:
sumber: http://www.sacred-texts.com/bud/lob/lob39.htm

"Listen well, inhabitants of Cravasti! Seven days from this day, the merchant Anathapindika, riding an elephant, will go through the streets of the city. He will ask all of you for alms, which he will then offer to the Buddha and to his disciples. Let each one of you give him whatever he can afford."

On the day announced, Anathapindika mounted his finest elephant and rode through the streets, asking every one for donations for the Master and for the community. They crowded around him: this one gave gold, that one silver; one woman took

p. 194

off her necklace, another her bracelet, a third an anklet; and even the humblest gifts were accepted. 


Now, there lived in Cravasti a young girl who was extremely poor. It had taken her three months to save enough money to buy a piece of coarse material, out of which she had just made a dress for herself. She saw Anathapindika with a great crowd around him.

"The merchant Anathapindika appears to be begging," she said to a bystander.

"Yes, he is begging," was the reply.

"But he is said to be the richest man in Cravasti. Why should he be begging?"

"Did you not hear the royal proclamation being cried through the streets, seven days ago?"

"No."

"Anathapindika is not collecting alms for himself. He wants every one to participate in the good he is doing, and he is asking for donations for the Buddha and his disciples. All those who give will be entitled to a future reward."
The young girl said to herself, "I have never done anything deserving of praise. It would be wonderful to make an offering to the Buddha. But I am poor. What have I to give?" She walked away, wistfully. She looked at her new dress. "I have only

p. 195

this dress to offer him. But I can not go through the streets naked."

She went home and took off the dress. Then she sat at the window and watched for Anathapindika, and when he passed in front of her house, she threw the dress to him. He took it and showed it to his servants.

Jika kembali merujuk pada kisah Jataka di Mahayana, memang saddhana abhicaruka itu termasuk dalam upaya kausalya. Namun setahu saya, kisah Bodhisatta yang membunuh 500 perampok itu tidak terdapat dalam Jataka di Theravada. Membandingkan sifat-sifat Buddha Gotama di Sutta Theravada dan Buddha Gotama di Sutra Mahayana seperti membandingkan 2 orang berbeda dengan nama yang sama. Saya tidak ingin meruncingkan topik yang ini dulu...

Namun jika Anda mengutip kisah Jataka itu sebagai referensi saddhana abhicaruka, saya masih kurang setuju. Di kisah Jataka itu, yang membunuh adalah Bodhisatta. Ketika Siddhattha Gotama sudah menjadi Buddha, Beliau tidak lagi membunuh dan tidak menyetujui pembunuhan. Jadi sekali lagi: jika ada ajaran yang mengajarkan membunuh (meskipun katanya untuk menolong), itu jelas bukan Ajaran Buddha Gotama.

----------------------

Dahulu, Buddha dan Sangha menerima pemberian yang bermacam-macam dari umat. Mulai dari makanan basi, jubah, bahkan hutan sebagai tempat tinggal (vihara) untuk Sangha. Namun Sang Buddha dan Sangha tidak pernah menyimpan materi-materi duniawi seperti perhiasan, uang, kendaraan (kuda atau gajah), dipan (kursi), dan sebagainya. Beberapa perbedaan antara Buddha Gotama dan LSY adalah:

  • Buddha tidak menyimpan dan memakai perhiasan ― LSY menyimpan dan memakainya
  • Buddha tidak menerima dan menggunakan gajah atau kuda sebagai kendaraan ― LSY menerima dan menggunakan Rolls Royce sebagai kendaraan
  • Buddha tidak menyimpan uang untuk membangun vihara ― LSY menerima donasi uang dan menggunakannya

Bukti historik juga membuktikan Buddha Gotama hidup dalam kesederhanaan. Buddha Gotama hidup berkelana dari satu daerah ke daerah lain; hanya memakai kain kuning sebagai jubah, dengan sebuah mangkuk, berjalan kaki tanpa menggunakan alas, tidak menyimpan uang dan perhiasan, menyebarkan Ajaran-Nya tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, tidak mencari orang kaya dan justru lebih fokus pada orang-orang miskin. Buddha Gotama sering dicerca oleh petapa aliran lain di zaman-Nya sebagai petapa gundul, dan para bhikkhu (yang berpindapata) sering diejek sebagai pengemis.

Ini perbedaan jelas antara prinsip Buddha Gotama dan LSY. Saya tidak menyatakan bahwa prinsip LSY itu salah atau benar. Saya hanya menyajikan fakta bahwa prinsip LSY tidak sejalan dengan prinsip Buddha Gotama. Apakah Anda setuju?
Tentang ajaran membunuh pakai mantra, memang berasal dari tantrayana, yang notabene tercampur dengan ajaran-ajaran india. gue nocomment deh.

Kalo di jaman sekarang semua bhiksu disuruh berjalan kaki untuk menyebarkan dharma, kayaknya koq ketinggalan jaman ya, (evangelis agama tetangga sudah naik pesawat jet untuk menyebarkan agama). kalo mau mengundang bhiksu datang ke indonesia gak pake pesawat terbang kasihan juga bhiksunya. masa bhiksu disuruh pake kekuatan abhinna untuk menyeberangi lautan.

soal bhiksu menyimpan uang sebenarnya wajar-wajar saja sesuai dengan jaman. kalau jaman dahulu jadi bhiksu gak punya uang, banyak umat yang berebutan untuk berdana kepadanya. coba kalau jaman sekarang, apalagi tinggal di negeri orang bule, dimana masyarakat disana menganggap bhiksu itu pengangguran, gak berguna, dan gak menghasilkan duit. Mana mungkin bhiksu yang gak menyimpan uang bisa hidup di negeri orang bule?

Dalam konteks jaman sekarang di negeri orang bule, asalkan tidak melekat secara berlebihan pada uang, saya kira bhiksu itu masih wajar-wajar saja apabila menyimpan uang.

Btw, Sang Buddha tidak menggunakan uangnya untuk membangun vihara, karena sudah ada umat yang bermurah hati membuatkan vihara untuk beliau dan murid-muridnya. Coba pada waktu itu gak ada donatur yang murah hati, mungkin beliau sudah menggunakan uangnya sendiri  untuk membangun vihara juga.
« Last Edit: 07 August 2010, 12:03:19 PM by 4DMYN »

Offline andrew

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 568
  • Reputasi: 22
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1865 on: 07 August 2010, 12:00:55 PM »

ini lanjutannya:
Ketika Master Hsuan Hua meninggal dunia
, laporan kedokteran menyatakan bahwa ia meninggal karena kanker kelenjar limpa dan bahwa kedua ginjalnya tidak berfungsi.
Ini menunjukkan bahwa hasil pengamatan mata dewa saya tepat sekali.
Kalian mungkin heran mengapa saya membuat komentar ini setelah meninggalnya dia.
Sebenarnya cerita nya belum selesai begitu saja dengan dia menghembuskan napas terakhir.
Ia kemudian diadili oleh 3 hakim.
Orang orang yang terlibat adalah sebagai berikut:
Wakil dari Langit: Bodhisattva King Leng Yan.
Wakil dari Bumi : Bodhisattva Ksitigarbha.
Wakil dari Alam Manusia: Lian Shen Rinpoche (Acarya Lu Sheng Yen).

Yang dihakimi: Master Hsuan Hua beserta 4 siswa nya.
Saksi: Lian Hua Shu Ying.
Lian Hua Shu Ying melihat proses pengadilan secara keseluruhan.




makin ngakak aja gw baca yang ini,  ampun dah...  ga bisa ngomong gw ... huahahahhaa :)) :))

master hsuan hua di adili LSY ??? :)) :))
« Last Edit: 07 August 2010, 12:03:03 PM by andrew »

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1866 on: 07 August 2010, 12:02:24 PM »

ini lanjutannya:
Ketika Master Hsuan Hua meninggal dunia, laporan kedokteran menyatakan bahwa ia meninggal karena kanker kelenjar limpa dan bahwa kedua ginjalnya tidak berfungsi.
Ini menunjukkan bahwa hasil pengamatan mata dewa saya tepat sekali.
Kalian mungkin heran mengapa saya membuat komentar ini setelah meninggalnya dia.
Sebenarnya cerita nya belum selesai begitu saja dengan dia menghembuskan napas terakhir.
Ia kemudian diadili oleh 3 hakim.
Orang orang yang terlibat adalah sebagai berikut:
Wakil dari Langit: Bodhisattva King Leng Yan.
Wakil dari Bumi : Bodhisattva Ksitigarbha.
Wakil dari Alam Manusia: Lian Shen Rinpoche (Acarya Lu Sheng Yen).
Yang dihakimi: Master Hsuan Hua beserta 4 siswa nya.
Saksi: Lian Hua Shu Ying.
Lian Hua Shu Ying melihat proses pengadilan secara keseluruhan.




makin ngakak aja gw baca yang ini,  ampun dah...  ga bisa ngomong gw ... huahahahhaa

terima kasih uda wakilin gw ketawa...

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1867 on: 07 August 2010, 12:04:50 PM »
Quote from: 4DMYN
tentang ramal meramal dan ilmu-ilmu gaib memang mahaguru secara terbuka mengatakan bahwa hal itu dilakukan hanya sebagai pancingan (baca: Marketing tools). dan memang bukan ajaran Buddha.

Anda berani mengaku secara terbuka bahwa ramal-meramal dan "ilmu-ilmu gaib" yang dilakukan LSY hanyalah marketing tools. Terimakasih atas sikap kooperatif Anda dalam berdiskusi. Seperti yang sudah saya nyatakan sebelumnya, Sang Buddha tidak pernah menyetujui dan mendukung untuk melakukan hal-hal tersebut. Artinya, jika sekarang ada aliran atau orang yang mengatas-namakan Buddhisme (Agama Buddha ataupun Ajaran Sang Buddha) namun melakukan hal tersebut, itu namanya tidak sesuai dengan Buddhisme.


Quote from: 4DMYN
Dalam kesehariannya Buddha mungkin tidak memakai perhiasan di tubuhnya. tapi beliau  menerima banyak perhiasan , emas, perak, baju  donasi dari umat-umat-Nya atau dengan kata lain: Sang Buddha itu kaya raya  seumur hidupnya . Masa-masa Sang Buddha boleh dibilang tidak memiliki harta itu hanya pada saat beliau bermeditasi di bawah pohon Boddhi ! .  Salah satu penyebab Devadatta iri hati adalah donasi yang melimpah ruah kepada Buddha.  Anda mungkin tau kisah Anathapindika yang mendonasikan sebagian besar hartanya untuk keperluan sangha, sampai-sampai dia menjadi jatuh miskin, (walaupun di kemudian hari usahanya menanjak lagi, dan kembali menjadi orang kaya ).
Sedangkan kisah tentang membunuh itu ada di kisah jataka, dimana Bodhisatta membunuh 500 perampok untuk menyelamatkan orang-orang lainnya.

nb: Sehubungan dengan mahaguru Lu Sheng Yen, beliau dalam keseharian tidak memakai perhiasan, hanya dalam upacara-upacara tertentu saja. Saya sudah pernah mempostingkan artikel bahwa perhiasan itu hanya sebagai lambang saja.
 
kutipan teks:
sumber: http://www.sacred-texts.com/bud/lob/lob39.htm

"Listen well, inhabitants of Cravasti! Seven days from this day, the merchant Anathapindika, riding an elephant, will go through the streets of the city. He will ask all of you for alms, which he will then offer to the Buddha and to his disciples. Let each one of you give him whatever he can afford."

On the day announced, Anathapindika mounted his finest elephant and rode through the streets, asking every one for donations for the Master and for the community. They crowded around him: this one gave gold, that one silver; one woman took

p. 194

off her necklace, another her bracelet, a third an anklet; and even the humblest gifts were accepted. 


Now, there lived in Cravasti a young girl who was extremely poor. It had taken her three months to save enough money to buy a piece of coarse material, out of which she had just made a dress for herself. She saw Anathapindika with a great crowd around him.

"The merchant Anathapindika appears to be begging," she said to a bystander.

"Yes, he is begging," was the reply.

"But he is said to be the richest man in Cravasti. Why should he be begging?"

"Did you not hear the royal proclamation being cried through the streets, seven days ago?"

"No."

"Anathapindika is not collecting alms for himself. He wants every one to participate in the good he is doing, and he is asking for donations for the Buddha and his disciples. All those who give will be entitled to a future reward."
The young girl said to herself, "I have never done anything deserving of praise. It would be wonderful to make an offering to the Buddha. But I am poor. What have I to give?" She walked away, wistfully. She looked at her new dress. "I have only

p. 195

this dress to offer him. But I can not go through the streets naked."

She went home and took off the dress. Then she sat at the window and watched for Anathapindika, and when he passed in front of her house, she threw the dress to him. He took it and showed it to his servants.

Jika kembali merujuk pada kisah Jataka di Mahayana, memang saddhana abhicaruka itu termasuk dalam upaya kausalya. Namun setahu saya, kisah Bodhisatta yang membunuh 500 perampok itu tidak terdapat dalam Jataka di Theravada. Membandingkan sifat-sifat Buddha Gotama di Sutta Theravada dan Buddha Gotama di Sutra Mahayana seperti membandingkan 2 orang berbeda dengan nama yang sama. Saya tidak ingin meruncingkan topik yang ini dulu...

Namun jika Anda mengutip kisah Jataka itu sebagai referensi saddhana abhicaruka, saya masih kurang setuju. Di kisah Jataka itu, yang membunuh adalah Bodhisatta. Ketika Siddhattha Gotama sudah menjadi Buddha, Beliau tidak lagi membunuh dan tidak menyetujui pembunuhan. Jadi sekali lagi: jika ada ajaran yang mengajarkan membunuh (meskipun katanya untuk menolong), itu jelas bukan Ajaran Buddha Gotama.

----------------------

Dahulu, Buddha dan Sangha menerima pemberian yang bermacam-macam dari umat. Mulai dari makanan basi, jubah, bahkan hutan sebagai tempat tinggal (vihara) untuk Sangha. Namun Sang Buddha dan Sangha tidak pernah menyimpan materi-materi duniawi seperti perhiasan, uang, kendaraan (kuda atau gajah), dipan (kursi), dan sebagainya. Beberapa perbedaan antara Buddha Gotama dan LSY adalah:

  • Buddha tidak menyimpan dan memakai perhiasan ― LSY menyimpan dan memakainya
  • Buddha tidak menerima dan menggunakan gajah atau kuda sebagai kendaraan ― LSY menerima dan menggunakan Rolls Royce sebagai kendaraan
  • Buddha tidak menyimpan uang untuk membangun vihara ― LSY menerima donasi uang dan menggunakannya

Bukti historik juga membuktikan Buddha Gotama hidup dalam kesederhanaan. Buddha Gotama hidup berkelana dari satu daerah ke daerah lain; hanya memakai kain kuning sebagai jubah, dengan sebuah mangkuk, berjalan kaki tanpa menggunakan alas, tidak menyimpan uang dan perhiasan, menyebarkan Ajaran-Nya tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, tidak mencari orang kaya dan justru lebih fokus pada orang-orang miskin. Buddha Gotama sering dicerca oleh petapa aliran lain di zaman-Nya sebagai petapa gundul, dan para bhikkhu (yang berpindapata) sering diejek sebagai pengemis.

Ini perbedaan jelas antara prinsip Buddha Gotama dan LSY. Saya tidak menyatakan bahwa prinsip LSY itu salah atau benar. Saya hanya menyajikan fakta bahwa prinsip LSY tidak sejalan dengan prinsip Buddha Gotama. Apakah Anda setuju?
Tentang ajaran membunuh pakai mantra, memang berasal dari tantrayana, yang notabene tercampur dengan ajaran-ajaran india. gue nocomment deh.

Kalo di jaman sekarang semua bhiksu disuruh berjalan kaki untuk menyebarkan dharma, kayaknya koq ketinggalan jaman ya, (evangelis agama tetangga sudah naik pesawat jet untuk menyebarkan agama). kalo mau mengundang bhiksu datang ke indonesia gak pake pesawat terbang kasihan juga bhiksunya. masa bhiksu disuruh pake kekuatan abhinna untuk menyeberangi lautan.

soal bhiksu menyimpan uang sebenarnya wajar-wajar saja sesuai dengan jaman. kalau jaman dahulu jadi bhiksu gak punya uang, banyak umat yang berebutan untuk berdana kepadanya. coba kalau jaman sekarang, apalagi tinggal di negeri orang bule, dimana masyarakat disana menganggap bhiksu itu pengangguran, gak berguna, dan gak menghasilkan duit. Mana mungkin bhiksu yang gak menyimpan uang bisa hidup di negeri orang bule?

Dalam konteks jaman sekarang di negeri orang bule, asalkan tidak melekat secara berlebihan pada uang, saya kira bhiksu itu masih wajar-wajar saja apabila menyimpan uang.

Btw, Sang Buddha tidak menggunakan uangnya untuk membangun vihara, karena sudah ada umat yang bermurah hati membuatkan vihara untuk beliau dan murid-muridnya. Coba pada waktu itu gak ada donatur yang murah hati, mungkin beliau sudah menggunakan uangnya sendiri  untuk membangun vihara juga.


degradasi vinaya dan esensi kebhikkhuan
i'm just a mammal with troubled soul



Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1868 on: 07 August 2010, 12:05:08 PM »
Quote from: 4DMYN
tentang ramal meramal dan ilmu-ilmu gaib memang mahaguru secara terbuka mengatakan bahwa hal itu dilakukan hanya sebagai pancingan (baca: Marketing tools). dan memang bukan ajaran Buddha.

Anda berani mengaku secara terbuka bahwa ramal-meramal dan "ilmu-ilmu gaib" yang dilakukan LSY hanyalah marketing tools. Terimakasih atas sikap kooperatif Anda dalam berdiskusi. Seperti yang sudah saya nyatakan sebelumnya, Sang Buddha tidak pernah menyetujui dan mendukung untuk melakukan hal-hal tersebut. Artinya, jika sekarang ada aliran atau orang yang mengatas-namakan Buddhisme (Agama Buddha ataupun Ajaran Sang Buddha) namun melakukan hal tersebut, itu namanya tidak sesuai dengan Buddhisme.


Quote from: 4DMYN
Dalam kesehariannya Buddha mungkin tidak memakai perhiasan di tubuhnya. tapi beliau  menerima banyak perhiasan , emas, perak, baju  donasi dari umat-umat-Nya atau dengan kata lain: Sang Buddha itu kaya raya  seumur hidupnya . Masa-masa Sang Buddha boleh dibilang tidak memiliki harta itu hanya pada saat beliau bermeditasi di bawah pohon Boddhi ! .  Salah satu penyebab Devadatta iri hati adalah donasi yang melimpah ruah kepada Buddha.  Anda mungkin tau kisah Anathapindika yang mendonasikan sebagian besar hartanya untuk keperluan sangha, sampai-sampai dia menjadi jatuh miskin, (walaupun di kemudian hari usahanya menanjak lagi, dan kembali menjadi orang kaya ).
Sedangkan kisah tentang membunuh itu ada di kisah jataka, dimana Bodhisatta membunuh 500 perampok untuk menyelamatkan orang-orang lainnya.

nb: Sehubungan dengan mahaguru Lu Sheng Yen, beliau dalam keseharian tidak memakai perhiasan, hanya dalam upacara-upacara tertentu saja. Saya sudah pernah mempostingkan artikel bahwa perhiasan itu hanya sebagai lambang saja.
 
kutipan teks:
sumber: http://www.sacred-texts.com/bud/lob/lob39.htm

"Listen well, inhabitants of Cravasti! Seven days from this day, the merchant Anathapindika, riding an elephant, will go through the streets of the city. He will ask all of you for alms, which he will then offer to the Buddha and to his disciples. Let each one of you give him whatever he can afford."

On the day announced, Anathapindika mounted his finest elephant and rode through the streets, asking every one for donations for the Master and for the community. They crowded around him: this one gave gold, that one silver; one woman took

p. 194

off her necklace, another her bracelet, a third an anklet; and even the humblest gifts were accepted. 


Now, there lived in Cravasti a young girl who was extremely poor. It had taken her three months to save enough money to buy a piece of coarse material, out of which she had just made a dress for herself. She saw Anathapindika with a great crowd around him.

"The merchant Anathapindika appears to be begging," she said to a bystander.

"Yes, he is begging," was the reply.

"But he is said to be the richest man in Cravasti. Why should he be begging?"

"Did you not hear the royal proclamation being cried through the streets, seven days ago?"

"No."

"Anathapindika is not collecting alms for himself. He wants every one to participate in the good he is doing, and he is asking for donations for the Buddha and his disciples. All those who give will be entitled to a future reward."
The young girl said to herself, "I have never done anything deserving of praise. It would be wonderful to make an offering to the Buddha. But I am poor. What have I to give?" She walked away, wistfully. She looked at her new dress. "I have only

p. 195

this dress to offer him. But I can not go through the streets naked."

She went home and took off the dress. Then she sat at the window and watched for Anathapindika, and when he passed in front of her house, she threw the dress to him. He took it and showed it to his servants.

Jika kembali merujuk pada kisah Jataka di Mahayana, memang saddhana abhicaruka itu termasuk dalam upaya kausalya. Namun setahu saya, kisah Bodhisatta yang membunuh 500 perampok itu tidak terdapat dalam Jataka di Theravada. Membandingkan sifat-sifat Buddha Gotama di Sutta Theravada dan Buddha Gotama di Sutra Mahayana seperti membandingkan 2 orang berbeda dengan nama yang sama. Saya tidak ingin meruncingkan topik yang ini dulu...

Namun jika Anda mengutip kisah Jataka itu sebagai referensi saddhana abhicaruka, saya masih kurang setuju. Di kisah Jataka itu, yang membunuh adalah Bodhisatta. Ketika Siddhattha Gotama sudah menjadi Buddha, Beliau tidak lagi membunuh dan tidak menyetujui pembunuhan. Jadi sekali lagi: jika ada ajaran yang mengajarkan membunuh (meskipun katanya untuk menolong), itu jelas bukan Ajaran Buddha Gotama.

----------------------

Dahulu, Buddha dan Sangha menerima pemberian yang bermacam-macam dari umat. Mulai dari makanan basi, jubah, bahkan hutan sebagai tempat tinggal (vihara) untuk Sangha. Namun Sang Buddha dan Sangha tidak pernah menyimpan materi-materi duniawi seperti perhiasan, uang, kendaraan (kuda atau gajah), dipan (kursi), dan sebagainya. Beberapa perbedaan antara Buddha Gotama dan LSY adalah:

  • Buddha tidak menyimpan dan memakai perhiasan ― LSY menyimpan dan memakainya
  • Buddha tidak menerima dan menggunakan gajah atau kuda sebagai kendaraan ― LSY menerima dan menggunakan Rolls Royce sebagai kendaraan
  • Buddha tidak menyimpan uang untuk membangun vihara ― LSY menerima donasi uang dan menggunakannya

Bukti historik juga membuktikan Buddha Gotama hidup dalam kesederhanaan. Buddha Gotama hidup berkelana dari satu daerah ke daerah lain; hanya memakai kain kuning sebagai jubah, dengan sebuah mangkuk, berjalan kaki tanpa menggunakan alas, tidak menyimpan uang dan perhiasan, menyebarkan Ajaran-Nya tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, tidak mencari orang kaya dan justru lebih fokus pada orang-orang miskin. Buddha Gotama sering dicerca oleh petapa aliran lain di zaman-Nya sebagai petapa gundul, dan para bhikkhu (yang berpindapata) sering diejek sebagai pengemis.

Ini perbedaan jelas antara prinsip Buddha Gotama dan LSY. Saya tidak menyatakan bahwa prinsip LSY itu salah atau benar. Saya hanya menyajikan fakta bahwa prinsip LSY tidak sejalan dengan prinsip Buddha Gotama. Apakah Anda setuju?
Tentang ajaran membunuh pakai mantra, memang berasal dari tantrayana, yang notabene tercampur dengan ajaran-ajaran india. gue nocomment deh.

Kalo di jaman sekarang semua bhiksu disuruh berjalan kaki untuk menyebarkan dharma, kayaknya koq ketinggalan jaman ya, (evangelis agama tetangga sudah naik pesawat jet untuk menyebarkan agama). kalo mau mengundang bhiksu datang ke indonesia gak pake pesawat terbang kasihan juga bhiksunya. masa bhiksu disuruh pake kekuatan abhinna untuk menyeberangi lautan.

soal bhiksu menyimpan uang sebenarnya wajar-wajar saja sesuai dengan jaman. kalau jaman dahulu jadi bhiksu gak punya uang, banyak umat yang berebutan untuk berdana kepadanya. coba kalau jaman sekarang, apalagi tinggal di negeri orang bule, dimana masyarakat disana menganggap bhiksu itu pengangguran, gak berguna, dan gak menghasilkan duit. Mana mungkin bhiksu yang gak menyimpan uang bisa hidup di negeri orang bule?

Dalam konteks jaman sekarang di negeri orang bule, asalkan tidak melekat secara berlebihan pada uang, saya kira bhiksu itu masih wajar-wajar saja apabila menyimpan uang.

Btw, Sang Buddha tidak menggunakan uangnya untuk membangun vihara, karena sudah ada umat yang bermurah hati membuatkan vihara untuk beliau dan murid-muridnya. Coba pada waktu itu gak ada donatur yang murah hati, mungkin beliau sudah menggunakan uangnya sendiri  untuk membangun vihara juga.


menurut Bro 4DMYN ada sebagian ajaran Buddha Gotama yg sudah out-of-date dan perlu di amandemen untuk menyesuaikan dengan perkembangan jaman? begitukah?

apakah Bro 4DMYN setuju dengan ajaran Buddha Gotama bahwa "Dhamma telah sempurna dibabarkan ...dst"

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1869 on: 07 August 2010, 12:06:50 PM »
Bro Padmakumara, saya sarankan agar anda membuka mata, bacalah buku yg tidak bias, yg berasal dari sumber lain selain maha guru anda

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1870 on: 07 August 2010, 12:08:08 PM »
tenang bro indra, mata saya sangat tajam

jadi komentar saya mengenai relik master hsuan hua:

itu hal yg wajar

memang di post sebelumnya dikatakan:
Saya tahu persis bahwa Master Hsuan Hua belum mampu untuk memasuki samadhi dari King Leng Yan.
 Ia belum mencapai keberhasilan/pencerahan.
Ia telah membuat banyak karma buruk secara ucapan.
Ia mengeritik Tantrayana dan berkata bahwa Xuan Yuan bukan seorang biksu sejati.
Ia juga berbicara buruk terhadap siswa siswanya sendiri.
Benak nya penuh dengan berbagai masalah dunia.

tapi masalahnya adalah artikel tsb belum selesai,
ini lanjutannya:
Ketika Master Hsuan Hua meninggal dunia, laporan kedokteran menyatakan bahwa ia meninggal karena kanker kelenjar limpa dan bahwa kedua ginjalnya tidak berfungsi.
Ini menunjukkan bahwa hasil pengamatan mata dewa saya tepat sekali.
Kalian mungkin heran mengapa saya membuat komentar ini setelah meninggalnya dia.
Sebenarnya cerita nya belum selesai begitu saja dengan dia menghembuskan napas terakhir.
Ia kemudian diadili oleh 3 hakim.
Orang orang yang terlibat adalah sebagai berikut:
Wakil dari Langit: Bodhisattva King Leng Yan.
Wakil dari Bumi : Bodhisattva Ksitigarbha.
Wakil dari Alam Manusia: Lian Shen Rinpoche (Acarya Lu Sheng Yen).
Yang dihakimi: Master Hsuan Hua beserta 4 siswa nya.
Saksi: Lian Hua Shu Ying.
Lian Hua Shu Ying melihat proses pengadilan secara keseluruhan.
Saya tidak akan memerincinya. Cukup akhir ceritanya saja.
Master Hsuan Hua beserta ke 4 siswa nya beranjali dan menjapa mantra hati saya: "Om Guru Lian Shen Siddhi Hum".
Saya kemudian memancarkan sinar kepada mereka dan membawa mereka ke alam Sukhawati.
Ia mengecam saya sewaktu masih hidup. Saya membawanya ke alam Sukhawati sewaktu ia meninggal. Apa alasannya? Untuk menunjukkan kebijaksanaan Budha yang tidak membedabedakan.
Karena Bodhisattva King Leng Yan adalah "pendamping" dari Master Hsuan Hua, saya harus memberi muka kepada beliau.
 Lagipula saya sudah mencapai pencerahan sehingga dapat melupakan semua tuduhan tuduhan yang telah ia buat terhadap saya.
Bodhisattva King Leng Yan tentu saja tahu identitas diri saya dan guru saya, San San Chiu Hou. Ia tahu bahwa guru saya meliputi trikaya dari Sakyamuni Budha, lima Budha dan 4 Bodhisattva.
Saya dapat pergi ke 10 alam dharma dengan mudah.



bisa diedit, siapa saya dan guru saya itu? dan 4 siswa itu siapa saja?
andaipun qualified menjadi cerita dongeng, masih kurang jelas buat anak2 baca
i'm just a mammal with troubled soul



Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1871 on: 07 August 2010, 12:08:53 PM »
tenang bro indra, mata saya sangat tajam

jadi komentar saya mengenai relik master hsuan hua:

itu hal yg wajar

memang di post sebelumnya dikatakan:
Saya tahu persis bahwa Master Hsuan Hua belum mampu untuk memasuki samadhi dari King Leng Yan.
 Ia belum mencapai keberhasilan/pencerahan.
Ia telah membuat banyak karma buruk secara ucapan.
Ia mengeritik Tantrayana dan berkata bahwa Xuan Yuan bukan seorang biksu sejati.
Ia juga berbicara buruk terhadap siswa siswanya sendiri.
Benak nya penuh dengan berbagai masalah dunia.

tapi masalahnya adalah artikel tsb belum selesai,
ini lanjutannya:
Ketika Master Hsuan Hua meninggal dunia, laporan kedokteran menyatakan bahwa ia meninggal karena kanker kelenjar limpa dan bahwa kedua ginjalnya tidak berfungsi.
Ini menunjukkan bahwa hasil pengamatan mata dewa saya tepat sekali.
Kalian mungkin heran mengapa saya membuat komentar ini setelah meninggalnya dia.
Sebenarnya cerita nya belum selesai begitu saja dengan dia menghembuskan napas terakhir.
Ia kemudian diadili oleh 3 hakim.
Orang orang yang terlibat adalah sebagai berikut:
Wakil dari Langit: Bodhisattva King Leng Yan.
Wakil dari Bumi : Bodhisattva Ksitigarbha.
Wakil dari Alam Manusia: Lian Shen Rinpoche (Acarya Lu Sheng Yen).
Yang dihakimi: Master Hsuan Hua beserta 4 siswa nya.
Saksi: Lian Hua Shu Ying.
Lian Hua Shu Ying melihat proses pengadilan secara keseluruhan.
Saya tidak akan memerincinya. Cukup akhir ceritanya saja.
Master Hsuan Hua beserta ke 4 siswa nya beranjali dan menjapa mantra hati saya: "Om Guru Lian Shen Siddhi Hum".
Saya kemudian memancarkan sinar kepada mereka dan membawa mereka ke alam Sukhawati.
Ia mengecam saya sewaktu masih hidup. Saya membawanya ke alam Sukhawati sewaktu ia meninggal. Apa alasannya? Untuk menunjukkan kebijaksanaan Budha yang tidak membedabedakan.
Karena Bodhisattva King Leng Yan adalah "pendamping" dari Master Hsuan Hua, saya harus memberi muka kepada beliau.
 Lagipula saya sudah mencapai pencerahan sehingga dapat melupakan semua tuduhan tuduhan yang telah ia buat terhadap saya.
Bodhisattva King Leng Yan tentu saja tahu identitas diri saya dan guru saya, San San Chiu Hou. Ia tahu bahwa guru saya meliputi trikaya dari Sakyamuni Budha, lima Budha dan 4 Bodhisattva.
Saya dapat pergi ke 10 alam dharma dengan mudah.



menurut anda yg sebenarnya terjadi adalah, LSY yg meletakkan relik di sana, atau LSY dengan kekuatannya mensucikan Master Hsuan Hua sehingga tubuhnya meninggalkan relik?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1872 on: 07 August 2010, 12:10:19 PM »
adakah buku LSY yg menuliskan kisah yg tidak memuji diri sendiri dan tidak merendahkan orang lain?

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1873 on: 07 August 2010, 12:12:07 PM »
Quote from: 4DMYN
tentang ramal meramal dan ilmu-ilmu gaib memang mahaguru secara terbuka mengatakan bahwa hal itu dilakukan hanya sebagai pancingan (baca: Marketing tools). dan memang bukan ajaran Buddha.

Anda berani mengaku secara terbuka bahwa ramal-meramal dan "ilmu-ilmu gaib" yang dilakukan LSY hanyalah marketing tools. Terimakasih atas sikap kooperatif Anda dalam berdiskusi. Seperti yang sudah saya nyatakan sebelumnya, Sang Buddha tidak pernah menyetujui dan mendukung untuk melakukan hal-hal tersebut. Artinya, jika sekarang ada aliran atau orang yang mengatas-namakan Buddhisme (Agama Buddha ataupun Ajaran Sang Buddha) namun melakukan hal tersebut, itu namanya tidak sesuai dengan Buddhisme.


Quote from: 4DMYN
Dalam kesehariannya Buddha mungkin tidak memakai perhiasan di tubuhnya. tapi beliau  menerima banyak perhiasan , emas, perak, baju  donasi dari umat-umat-Nya atau dengan kata lain: Sang Buddha itu kaya raya  seumur hidupnya . Masa-masa Sang Buddha boleh dibilang tidak memiliki harta itu hanya pada saat beliau bermeditasi di bawah pohon Boddhi ! .  Salah satu penyebab Devadatta iri hati adalah donasi yang melimpah ruah kepada Buddha.  Anda mungkin tau kisah Anathapindika yang mendonasikan sebagian besar hartanya untuk keperluan sangha, sampai-sampai dia menjadi jatuh miskin, (walaupun di kemudian hari usahanya menanjak lagi, dan kembali menjadi orang kaya ).
Sedangkan kisah tentang membunuh itu ada di kisah jataka, dimana Bodhisatta membunuh 500 perampok untuk menyelamatkan orang-orang lainnya.

nb: Sehubungan dengan mahaguru Lu Sheng Yen, beliau dalam keseharian tidak memakai perhiasan, hanya dalam upacara-upacara tertentu saja. Saya sudah pernah mempostingkan artikel bahwa perhiasan itu hanya sebagai lambang saja.
 
kutipan teks:
sumber: http://www.sacred-texts.com/bud/lob/lob39.htm

"Listen well, inhabitants of Cravasti! Seven days from this day, the merchant Anathapindika, riding an elephant, will go through the streets of the city. He will ask all of you for alms, which he will then offer to the Buddha and to his disciples. Let each one of you give him whatever he can afford."

On the day announced, Anathapindika mounted his finest elephant and rode through the streets, asking every one for donations for the Master and for the community. They crowded around him: this one gave gold, that one silver; one woman took

p. 194

off her necklace, another her bracelet, a third an anklet; and even the humblest gifts were accepted. 


Now, there lived in Cravasti a young girl who was extremely poor. It had taken her three months to save enough money to buy a piece of coarse material, out of which she had just made a dress for herself. She saw Anathapindika with a great crowd around him.

"The merchant Anathapindika appears to be begging," she said to a bystander.

"Yes, he is begging," was the reply.

"But he is said to be the richest man in Cravasti. Why should he be begging?"

"Did you not hear the royal proclamation being cried through the streets, seven days ago?"

"No."

"Anathapindika is not collecting alms for himself. He wants every one to participate in the good he is doing, and he is asking for donations for the Buddha and his disciples. All those who give will be entitled to a future reward."
The young girl said to herself, "I have never done anything deserving of praise. It would be wonderful to make an offering to the Buddha. But I am poor. What have I to give?" She walked away, wistfully. She looked at her new dress. "I have only

p. 195

this dress to offer him. But I can not go through the streets naked."

She went home and took off the dress. Then she sat at the window and watched for Anathapindika, and when he passed in front of her house, she threw the dress to him. He took it and showed it to his servants.

Jika kembali merujuk pada kisah Jataka di Mahayana, memang saddhana abhicaruka itu termasuk dalam upaya kausalya. Namun setahu saya, kisah Bodhisatta yang membunuh 500 perampok itu tidak terdapat dalam Jataka di Theravada. Membandingkan sifat-sifat Buddha Gotama di Sutta Theravada dan Buddha Gotama di Sutra Mahayana seperti membandingkan 2 orang berbeda dengan nama yang sama. Saya tidak ingin meruncingkan topik yang ini dulu...

Namun jika Anda mengutip kisah Jataka itu sebagai referensi saddhana abhicaruka, saya masih kurang setuju. Di kisah Jataka itu, yang membunuh adalah Bodhisatta. Ketika Siddhattha Gotama sudah menjadi Buddha, Beliau tidak lagi membunuh dan tidak menyetujui pembunuhan. Jadi sekali lagi: jika ada ajaran yang mengajarkan membunuh (meskipun katanya untuk menolong), itu jelas bukan Ajaran Buddha Gotama.

----------------------

Dahulu, Buddha dan Sangha menerima pemberian yang bermacam-macam dari umat. Mulai dari makanan basi, jubah, bahkan hutan sebagai tempat tinggal (vihara) untuk Sangha. Namun Sang Buddha dan Sangha tidak pernah menyimpan materi-materi duniawi seperti perhiasan, uang, kendaraan (kuda atau gajah), dipan (kursi), dan sebagainya. Beberapa perbedaan antara Buddha Gotama dan LSY adalah:

  • Buddha tidak menyimpan dan memakai perhiasan ― LSY menyimpan dan memakainya
  • Buddha tidak menerima dan menggunakan gajah atau kuda sebagai kendaraan ― LSY menerima dan menggunakan Rolls Royce sebagai kendaraan
  • Buddha tidak menyimpan uang untuk membangun vihara ― LSY menerima donasi uang dan menggunakannya

Bukti historik juga membuktikan Buddha Gotama hidup dalam kesederhanaan. Buddha Gotama hidup berkelana dari satu daerah ke daerah lain; hanya memakai kain kuning sebagai jubah, dengan sebuah mangkuk, berjalan kaki tanpa menggunakan alas, tidak menyimpan uang dan perhiasan, menyebarkan Ajaran-Nya tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, tidak mencari orang kaya dan justru lebih fokus pada orang-orang miskin. Buddha Gotama sering dicerca oleh petapa aliran lain di zaman-Nya sebagai petapa gundul, dan para bhikkhu (yang berpindapata) sering diejek sebagai pengemis.

Ini perbedaan jelas antara prinsip Buddha Gotama dan LSY. Saya tidak menyatakan bahwa prinsip LSY itu salah atau benar. Saya hanya menyajikan fakta bahwa prinsip LSY tidak sejalan dengan prinsip Buddha Gotama. Apakah Anda setuju?
Tentang ajaran membunuh pakai mantra, memang berasal dari tantrayana, yang notabene tercampur dengan ajaran-ajaran india. gue nocomment deh.

Kalo di jaman sekarang semua bhiksu disuruh berjalan kaki untuk menyebarkan dharma, kayaknya koq ketinggalan jaman ya, (evangelis agama tetangga sudah naik pesawat jet untuk menyebarkan agama). kalo mau mengundang bhiksu datang ke indonesia gak pake pesawat terbang kasihan juga bhiksunya. masa bhiksu disuruh pake kekuatan abhinna untuk menyeberangi lautan.

soal bhiksu menyimpan uang sebenarnya wajar-wajar saja sesuai dengan jaman. kalau jaman dahulu jadi bhiksu gak punya uang, banyak umat yang berebutan untuk berdana kepadanya. coba kalau jaman sekarang, apalagi tinggal di negeri orang bule, dimana masyarakat disana menganggap bhiksu itu pengangguran, gak berguna, dan gak menghasilkan duit. Mana mungkin bhiksu yang gak menyimpan uang bisa hidup di negeri orang bule?

Dalam konteks jaman sekarang di negeri orang bule, asalkan tidak melekat secara berlebihan pada uang, saya kira bhiksu itu masih wajar-wajar saja apabila menyimpan uang.

Btw, Sang Buddha tidak menggunakan uangnya untuk membangun vihara, karena sudah ada umat yang bermurah hati membuatkan vihara untuk beliau dan murid-muridnya. Coba pada waktu itu gak ada donatur yang murah hati, mungkin beliau sudah menggunakan uangnya sendiri  untuk membangun vihara juga.


menurut Bro 4DMYN ada sebagian ajaran Buddha Gotama yg sudah out-of-date dan perlu di amandemen untuk menyesuaikan dengan perkembangan jaman? begitukah?

apakah Bro 4DMYN setuju dengan ajaran Buddha Gotama bahwa "Dhamma telah sempurna dibabarkan ...dst"
ajaran Buddha tidak pernah Out Of Date, karena bukan seperti ajaran sains yang berkembang seiring dengan penemuan baru, sesuai dengan konsep ada penemuan baru maka ada yang out of date. karena itu Dharma tidak bertambah maupun tidak berkurang, tidak pernah usang maupun Out Of Date.
cuma jika membandingkan kondisi di Jaman Sang Buddha dengan kondisi jaman sekarang, saya rasa koq gak mungkin kalau semua bhiksu-bhiksu disuruh kembali ke tradisi jaman Sang Buddha, berjalan kaki berpindapata dan membabarkan dharma. Bhiksu-bhiksu jaman sekarang butuh kendaraan dan pesawat terbang.


Offline padmakumara

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.317
  • Reputasi: 0
  • Gender: Female
  • mara devaputra
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1874 on: 07 August 2010, 12:13:56 PM »
oh buddha, semoga ada orang bijak yang sudi memberitahu saya mengenai hal ini


3.   Klaim autentifikasi dari Gaden Tri Rinpoche kepada LSY
4.   Surat Gaden Tri Rinpoche Lobsang Nyima (3-11-1996) post oleh Sdr. Pariahina di blognya. (Sssst…….. Ini bukan surat undangan tapi surat balasan, ayo tebak alasannya)
5.   Buku LYS ke-120.12. tentang pertemuan dengan Ganden Tri Rinpoche.

apa itu isinya

semoga para murid buddha sekalian memberitahu kepada saya yang tidak memiliki apapun ini
"Godaan sex merupakan bahaya terbesar dan merupakan penyebab banyak bencana.
Banyak hati yang hancur karena nafsu birahi."

 

anything