//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Bhavaviveka "vs" Hinayana  (Read 183716 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #555 on: 18 February 2009, 04:17:34 PM »
Bakal Buddha Tidak Pernah Merasakan Sakit Pada siang hari yang panas, seseorang akan pergi ke danau, mandi dan menyelam; dalam keadaan demikian ia tidak merasakan panas dan teriknya matahari. Demikian pula halnya dengan Bakal Buddha yang meliputi dirinya dengan welas asih, dalam usahanya menyejahterakan makhluk-makhluk lain, masuk ke dalam samudra Kesempurnaan dan menyelam di sana. Karena ia diliputi oleh perasaan welas asih, ia tidak merasakan sakit, sekalipun bagian-bagian tubuhnya terpotong, atau oleh berbagai penyiksaan. (RAPB)

Ini pernyataan yang agak kontroversial, apa iya Bakal Buddha mati rasa (ba'al)? mau bertanya kepada mas Momod Indra ahh... apakah kutipan ini benar menurut RAPB mas Indra?

 _/\_

Itu adalah terjemahan apa adanya tanpa penambahan dan tanpa pengurangan, tapi tetap diperlukan kedewasaan pembaca untuk mencerna makna yg terkandung di dalamnya.

saya ilusitrasikan begini
misalnya, ada 1 kg emas murni terletak di tumpukan sampah yang sedang terbakar dan di dekat2 situ tidak ada tongkat atau alat untuk megambil emas itu, maka saya akan rela menahankan tangan saya terbakar untuk mengambil emas itu. bukan saya tidak merasa sakit secara fisik, tapi saya rela menahankan sakitnya.

_/\_

Tuhhh.. mas Chingik, penerjemahnya sendiri mengatakan bahwa bakal Buddha bukannya tidak merasakan sakit. Bakal Buddha juga merasakan sakit, cuma mereka menahan rasa sakit tsb.
Bagaimana pendapat mas Chingik?

 _/\_

Memang yg namanya makna ya berlapis.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #556 on: 18 February 2009, 04:21:40 PM »
1. arahat masih bisa merosot..

Jangan kuatir, mahayana memang membagi beberapa jenis Arahat, ada juga yg tidak merosot.
Yg pentingkan kita jangan sampai menjadi Arhat yg merosot.
Dari yg saya baca ttg Arahat dlm Theravada, saya percaya adlaah ttg Arahat yg tidak merosot.  Jadi santai aja..hehe..


Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #557 on: 18 February 2009, 04:23:37 PM »
Quote
2. bagian mana yang dikatakan sammasambuddha bebas dari penderitaan
(toh 4 kesunyataan mulia di langgar dan hukum paticasammupada di langgar)
Memangnya Buddha blm bebas dari penderitaan? Sudah kok...

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #558 on: 18 February 2009, 04:30:06 PM »
Quote
3.pengertian "nirvana" dalam mahayana itu sebenarnya apa....soalnya tidak sesuai dengan "nibbana" dalam theravada.
(nibbana theravada = padam...
sedangkan nirvana mahayana = pergi ke suatu alam/tempat...lalu bisa milih mau lahir dimana terus mengajarkan dhamma lagi)
Fenomenanya memang terlihat seperti itu, tetapi secara pirnsipil tetap sama, karena padamnya lobha dosa moha. Lalu mengapa lahir? Tidak, Buddha tidak lahir lagi. Tapi kok Mahayana mengatakan pergi ke suatu tempat dan lahir dan mengajar lagi??? Inilah kemampuan sejati yg ditunjukkan Buddha yg tidak bisa dipahami oleh logika awam bro. hahaha..

Oya, Memangnya Theravada bukan padam lobha dosa moha? iya tentu padam itu juga. Tapi hati2 jangan anggap Theravada mengatakan padam lalu lenyap. Banyak yg bilang lenyap,  Itu ekstrim namanya sama seperti paham nihilis.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #559 on: 18 February 2009, 04:33:15 PM »
Quote
4.apakah enak nya menjadi sammasambuddha?...toh sama-sama akan lahir lagi.
dan sama-sama akan menderita ( jara-marana )
Aduuh....hehe...
 Buddha itu tidak lahir maupun lenyap. Harus punya kedewasaaan berpikir utk mencerna makna ini.  Yg sering dikatakan Buddha lahir lagi disuatu tempat  lalu begini begitu, itu jangan disamakan dgn kondisi makhluk awam. 

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #560 on: 18 February 2009, 04:37:46 PM »
Quote
5.muncul 1 pertanyaan lagi. ^^
jika dikatakan Buddha gotama telah mencapai "pencerahan beberapa kalpa sebelum nya"
mengapa Buddha gotama menghina seorang sammasambuddha, sehingga harus melunasi kamma nya dengan meditasi selama 6 tahun dan begitu menderita,barulah mencapai kesempurnaan.

mengapa buddha gotama bisa menghina...padahal kenyataan nya orang yang telah tercerahkan sudah tahu akibat hal itu...

Tujuannya untuk mengajari kita agar jangan menghina. Orang tercerahkan sanggup melakukan hal2 yg bermanfaat tanpa melekat pd egonya, karena tanpa ego itulah maka dia bebas secara leluasa bermanifestasi dlm wujud apa saja utk menyadarkan orang yg kondisinya tepat utk tersadarkan.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #561 on: 18 February 2009, 04:42:16 PM »
Mas Chingik dan mas Gandallf,

sudah berapa kali saya bertanya persoalan yang sama tapi belum dijawab nih.

Saya masih belum tahu bagaimanakah proses pencapaian Samyak Sambodhi yang dialami oleh pangeran Siddharta dibawah pohon Bodhi menurut kitab Mahayana?

Tolong dijelaskan untuk menghilangkan kebingungan saya mas.

 _/\_
Prosesnya sama. Lihat di Agama Sutra aja..

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #562 on: 18 February 2009, 04:50:14 PM »
Oya, Memangnya Theravada bukan padam lobha dosa moha? iya tentu padam itu juga. Tapi hati2 jangan anggap Theravada mengatakan padam lalu lenyap. Banyak yg bilang lenyap,  Itu ekstrim namanya sama seperti paham nihilis.

hampir tidak ditemukan penjelasan apapun setelah LDM padam (nibbana)
& panca khandha tercerai (pari-nibbana) dalam sutta Theravada.

setahu saya, Buddha tidak pernah menjelaskan apa2 lagi di luar itu. (tentunya dalam kitab Theravada yah)

yg ditemukan mungkin cuma sepenggal kecil di Udana 8.3 & itupun tidak menjelaskan apa-apa, kecuali bahwa "ITU" ada.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #563 on: 18 February 2009, 04:50:52 PM »
Quote
There is, monks, an unborn — unbecome — unmade — unfabricated. If there were not that unborn — unbecome — unmade — unfabricated, there would not be the case that emancipation from the born — become — made — fabricated would be discerned. But precisely because there is an unborn — unbecome — unmade — unfabricated, emancipation from the born — become — made — fabricated is discerned.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #564 on: 18 February 2009, 04:57:24 PM »
Oya, Memangnya Theravada bukan padam lobha dosa moha? iya tentu padam itu juga. Tapi hati2 jangan anggap Theravada mengatakan padam lalu lenyap. Banyak yg bilang lenyap,  Itu ekstrim namanya sama seperti paham nihilis.

hampir tidak ditemukan penjelasan apapun setelah LDM padam (nibbana)
& panca khandha tercerai (pari-nibbana) dalam sutta Theravada.

setahu saya, Buddha tidak pernah menjelaskan apa2 lagi di luar itu. (tentunya dalam kitab Theravada yah)

yg ditemukan mungkin cuma sepenggal kecil di Udana 8.3 & itupun tidak menjelaskan apa-apa, kecuali bahwa "ITU" ada.

yo..i..

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #565 on: 18 February 2009, 05:12:42 PM »
Mas Chingik dan mas Gandallf,

sudah berapa kali saya bertanya persoalan yang sama tapi belum dijawab nih.

Saya masih belum tahu bagaimanakah proses pencapaian Samyak Sambodhi yang dialami oleh pangeran Siddharta dibawah pohon Bodhi menurut kitab Mahayana?

Tolong dijelaskan untuk menghilangkan kebingungan saya mas.

 _/\_
Prosesnya sama. Lihat di Agama Sutra aja..

mas Chingik,

mana? mannnaaaa.....?

 _/\_

The truth, and nothing but the truth...

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #566 on: 18 February 2009, 05:21:14 PM »
Mas Chingik dan mas Gandallf,

sudah berapa kali saya bertanya persoalan yang sama tapi belum dijawab nih.

Saya masih belum tahu bagaimanakah proses pencapaian Samyak Sambodhi yang dialami oleh pangeran Siddharta dibawah pohon Bodhi menurut kitab Mahayana?

Tolong dijelaskan untuk menghilangkan kebingungan saya mas.

 _/\_
Prosesnya sama. Lihat di Agama Sutra aja..

mas Chingik,

mana? mannnaaaa.....?

 _/\_


sorry lupa, yg jelas secara garis besar Agama Sutra sama dgn Nikaya pali.
nanti deh kalo sempat di pos .

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #567 on: 18 February 2009, 05:31:37 PM »
Mas Chingik dan mas Gandallf,

sudah berapa kali saya bertanya persoalan yang sama tapi belum dijawab nih.

Saya masih belum tahu bagaimanakah proses pencapaian Samyak Sambodhi yang dialami oleh pangeran Siddharta dibawah pohon Bodhi menurut kitab Mahayana?

Tolong dijelaskan untuk menghilangkan kebingungan saya mas.

 _/\_
Prosesnya sama. Lihat di Agama Sutra aja..

mas Chingik,

mana? mannnaaaa.....?

 _/\_


oya, yg di theravada kira2 di kitab mana, nanti saya bisa ketemu yg Agama Sutra.

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #568 on: 18 February 2009, 06:24:17 PM »
Mas Chingik dan mas Gandallf,

sudah berapa kali saya bertanya persoalan yang sama tapi belum dijawab nih.

Saya masih belum tahu bagaimanakah proses pencapaian Samyak Sambodhi yang dialami oleh pangeran Siddharta dibawah pohon Bodhi menurut kitab Mahayana?

Tolong dijelaskan untuk menghilangkan kebingungan saya mas.

 _/\_
Prosesnya sama. Lihat di Agama Sutra aja..

mas Chingik,

mana? mannnaaaa.....?

 _/\_


oya, yg di theravada kira2 di kitab mana, nanti saya bisa ketemu yg Agama Sutra.

Mas Chingik kalau tidak salah mengenai proses pencerahan itu di Tipitaka Pali ada di Vinaya Pali.

 _/\_
The truth, and nothing but the truth...

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #569 on: 18 February 2009, 07:05:40 PM »

Quote
Maksud saya kemana-mana kita pakai baju itu kemelekatan kan? sekali-sekali keluar rumah tanpa pakaian mas... untuk membuktikan jangan melekat   Grin

gimana yang punya isteri dan suami? kemelekatan kan? sekali sekali suami atau isteri orang lain?  untuk membuktikan tidak melekat   Grin

Maksud saya: apa batasan kemelekatan?
 Namaste
ada penderitaan maka ada kemelekatan, tidak ada kemelekatan, maka penderitaan tidak ada. ^^

Quote
Nah... dalam RAPB, jelas dikatakan bahwa petapa sumedha telah memenuhi semua persyaratan untuk pencapaian ARAHAT (savaka buddha), tetapi karena chanda (keinginan luhur) beliau untuk mencapai sammasambuddha, maka pencapaian ARAHAT ditinggalkan (petapa sumedha tidak mencapai tingkat ARAHAT atau NIBBANA yang dimana kalau mencapai nibbana dan parinibbana maka tidak terlahirkan lagi di alam manapun lagi). Oleh karena ikrar-nya tersebut, Petapa Sumedha harus menjalani tumimbal lahir selama 4 asankheya kappa dan 100 ribu kappa untuk menyempurnakan parami...

Sedangkan dalam konsep MAHAYANA (terutama dilihat dari Saddharmapundarika Sutra), dikatakan bahwa para Sravaka (Arahat) --- Dalam hal ini yang telah mencapai Arahat / tidak ditunda ---- disetarkan dengan bodhisatva tingkat 7, dan jika para Sravaka ingin menempuh jalan bodhisatva dan bertujuan mencapai sammasambuddha, dapat keluar dari nibbana ekstrim (katanya nibbana para sravaka) untuk mencapai sammasambuddha. (Demikian juga BUDDHA GOTAMA dalam sutra saddharmapundarika meramalkan pencapaian sammasambuddha di masa mendatang dari beberapa sravaka/Arahat seperti Arahat Ananda dsbnya)...

Nah, persoalannya terjadi perbedaan di sini... Dari cerita penempuhan jalur bodhisatta (karir bodhisatta calon sammasambuddha seperti petapa sumedha) versi Theravada (sumber RAPB), jelas dikatakan bahwa Petapa Sumedha tidak merealisasikan pencapaian Savaka Buddha / Arahat, tetapi memasuki jalur/karir bodhisatta untuk pencapaian sammasambuddha. BEDA DENGAN KONSEP MAHAYANA, dimana setelah seorang individu merealisasikan ARAHAT / SRAVAKA BUDDHA, seorang ARAHAT dalam kembali menempuh jalur bodhisatva dengan bertumimbal lahir atau beremanasi atau berinkarnasi atau semacamnya dalam rangka pencapaian sammasambuddha.
Yaah....karena pada dasarnya Sammasambuddha lebih luhur. Lihat saja Sumedha walapun belum mencapai kesucian (cuma 4 jhana 5 abhinna), toh ketika mencanangkan ikrarnya, Api neraka aja menjadi padam (lihat RAPB).  Dan masih banyak lagi memuji keluhuran ikrar ini. Semua ini menurut saya membuka kemungkinan bahwa jalur Arahat utk menempuh Sammasambuddha adalah memungkinkan. Oya , perlu dicatat walaupun Mahayana mengatakan Arahat masih ada ruang utk maju lagi, tetapi ruang ini sangat kecil alias sangat sulit seorang Arahat sampai bisa membangkitkan cita2 Agung ini. (SEbenarnya ini secara implisit mengatakan bahwa Arahat memang sudah final sama seperti pandangan Theravada, tetapi Mahayana tidak mau menutup pintu kemungkinan ini rapat2, karena bagaimanapun Arahat blm tahu apa yg Buddha tahu, ini yg menjadi kunci bahwa bisa saja dia belajar lagi dlm arti belajar utk meraih pengetahuan sempurna)
saudara Chingik .... Nibbana itu tidak ada yang namanya "ragu-ragu" masih bisa maju atau tidak bisa maju..semua itu telah di ketahui nya dengan sempurna...

apabila ada seseorang arahat telah mencapai Nibbana, dan dirinya sendiri tidak tahu/tidak yakin dalam pencapaiannya...itu bukan arahat. ^^

Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

 

anything