[at] bro tesla
hati-hati loh bro klo mengkutip sutta, jangan ada yang dikurang atau ditambahkan untuk karena versi pandangan batas pemahaman kita atau bahkan untuk mendukung menutupi atau meyakinkan keragu-raguan atau kebingungan kita (oleh usaha kita sendiri yang masih dipenuhi lobha dan moha). Ini bisa menjadi penyebab ajaran Dhamma (pengertian) yang benar ajaran guru Buddha akan menghilang di dunia, seperti banyak ajaran-ajaran (pengertian-pengertian Dharma) guru-guru spiritual (new-age) yang bergeser dari sutta-sutta/sutra-sutra asal/awal/otentik, (kasusnya seperti) sehingga banyak orang (bahkan hanya mau) melihat sebatas pengertian-pemahaman pengajaran yang diberikan dari guru-guru tersebut (membabi buta). Membilang ehipassiko, tetapi dimana berehipassikonya. Apakah kitab-kitab awal dokumentasi pengajaran sang guru Buddha kurang atau tidak sempurna sehingga perlu ditambahkan jalan atau cara-cara lain lagi atau diganti dengan kitab-kitab ajaran-ujaran guru-guru yang baru belakangan.
mari kita ulas bukan percakapan yang berasal dari muridnya tetapi apa yang diujarkan oleh guru Buddha, dan bukan karena hanya sebatas pemikiran kita saja tetapi kita lihat catatan otentik sutta pendukung pemikiran kita secara menyeluruh.
kutipan dari indra :
Quote
"Friend Sariputta, it is not that I have no suitable food and medicine or no proper attendant. But Rather, friend Sariputta, the Teacher has long been worshipped by me with love, not without love; for it is proper for the disciple to worship the Teacher with love, not without love. Friend Sariputta, remember this: Bhikkhu Channa will use the knife blamelessly."
siapa yang mengatakan ini? (Banthe Channa), kata-kata ini hanya menjelaskan dari sudut pandang dia atas pertanggung jawab tindakan dia dalam (sepanjang) pengabdiannya (menyembah) kepada guru Buddha dalam kelemahan sakitnya sebelum melakukan bunuh diri. So he told 'remember this: Bhikkhu Channa will use the knife blamelessly'
Kemudian ada footnote pada bagian Channa mengakhiri hidupnya.
Quote
MA(Majjhima Nikaya Atthakatha): He cut his throat, and just as that moment the fear of death descended on him and sign of future rebirth appeared. Recognising that he was still an ordinary person, he was aroused and developed insight. Comprehending the formations, he attained arahantship just before he expired.
dan penjelasan dokumentasi kejadian inilah yang paling penting yang menjelaskan tentang proses kematian sesungguhnya seperti yang saya jelaskan
kutipan coeda :
Bukan merancang-rancang sendiri menurut keinginan/kehendak bebas diri sendiri (delusi) sebagai entitas keberadaan kehidupan manusia dalam nama dan rupa, melakukan tindakan (pengrusakan, pemusnahan/penghancuran fisik (dalam hal ini dalam melakukan tindakan bunuh diri/kematian yang disengaja)) dalam menuju pencapaian Nibanna, tetapi batin mereka yang mengetahui, ketika seseorang merasakan tubuhnya akan berakhir, ia mengerti 'Saya merasakan tubuh ini akan berakhir' dan bertindak selalu mengawasi, selalu waspada dan terjaga sampai berakhirnya (kehidupan) tubuh ini, (seperti) sesederhana ketika lampu kehabisan minyak dan sumbu. (Ini kata/pengajaran Buddha loh!)
Sebab jika tidak mengalami proses seperti itu, bhante channa menjadi bablas kematiannya atas segala pencapaian hasil pelatihannya.
kutipan tesla :
Setelah itu, YM Sariputta bersama YM Mahacunda pergi meninggalkannya. Setelah mereka pergi, YM Channa mengambil pisau dan mengakhiri hidupnya.
Kemudian YM Sariputta pergi menemui Buddha dan bertanya, "Bhante, YM Channa telah mengakhiri hidupnya, akan kemanakah ia setelah kematian?"
"Tetapi Sariputta", jawabnya, "Bukankah YM Channa mengatakannya langsung kepadamu bahwa ia tanpa cela (anupavajjataa)!"
"Bhante, di Pajjabajira, desa Vajja, famili bhikkhu Channa adalah tidak tercela."
"Sariputta, memang ada famili bhikkhu Channa yg tidak tercela, namun disini yg kukatakan adalah, seseorang yg meninggalkan jasmani sekarang dan mengambil yg lainnya, itulah yg kusebut tercela ("saupavajja"). Dan bhikkhu Channa tidak demikian. Ia mengakhiri hidupnya tanpa cela."
Setelah Sang Buddha berkata demikian, Sariputtapun bersukacita dalam penjelasan Sang Buddha.
Kutipan pembicaraan diatas dilakukan setelah semua kejadian kematian Banthe Channa, dimana YM Sariputta menanyakan hal ini ‘Bhante, YM Channa telah mengakhiri hidupnya, akan kemanakah ia setelah kematian?’ kepada guru Buddha.
"Tetapi Sariputta", jawabnya, "Bukankah YM Channa mengatakannya langsung kepadamu bahwa ia tanpa cela (anupavajjataa)!"
"Bhante, di Pajjabajira, desa Vajja, famili bhikkhu Channa adalah tidak tercela."
"Sariputta, memang ada famili bhikkhu Channa yg tidak tercela”
pada tulisan cerita perbandingan ini, guru Buddha bisa menjelaskan tentang prilaku tindakan YM Channa selama masa hidupnya dan bisa menggambarkan juga, menjelaskan seluruh proses akhir kematian Bhante Channa, dimana pada akhir kata guru Buddha mengatakan (memberi suatu pernyataan) ‘namun disini yg kukatakan adalah, seseorang yg meninggalkan jasmani sekarang dan mengambil yg lainnya, itulah yg kusebut tercela ("saupavajja"). Dan bhikkhu Channa tidak demikian. Ia mengakhiri hidupnya tanpa cela’.
Disini penjelasan bukan karena proses tindakan bunuh dirinya, tetapi pencapaian proses akhir kematiannya, sebab ada peneguhan berdasarkan pada catatan dokumentasi footnote sutta ini (bukan kata-kata tambahan saya loh!) yaitu :
Quote :
MA(Majjhima Nikaya Atthakatha): He cut his throat, and just as that moment the fear of death descended on him and sign of future rebirth appeared. Recognising that he was still an ordinary person, he was aroused and developed insight. Comprehending the formations, he attained arahantship just before he expired.
Seperti ungkapan pemahaman saya :
Bukan merancang-rancang sendiri menurut keinginan/kehendak bebas diri sendiri (delusi) sebagai entitas keberadaan kehidupan manusia dalam nama dan rupa, melakukan tindakan (pengrusakan, pemusnahan/penghancuran fisik (dalam hal ini dalam melakukan tindakan bunuh diri/kematian yang disengaja)) dalam menuju pencapaian Nibanna, tetapi batin mereka yang mengetahui, ketika seseorang merasakan tubuhnya akan berakhir, ia mengerti 'Saya merasakan tubuh ini akan berakhir' dan bertindak selalu mengawasi, selalu waspada dan terjaga sampai berakhirnya (kehidupan) tubuh ini, (seperti) sesederhana ketika lampu kehabisan minyak dan sumbu.
sehingga pada akhirnya Sariputta menangkap makna sang guru dan menjadi bersuka-cita atas hasil kematian Bhante Channa. (Setelah Sang Buddha berkata demikian, Sariputtapun bersukacita dalam penjelasan Sang Buddha) menjadi percaya.
Semoga berguna dapat meluruskan dan menambah wawasan pencerahan
good hope and love