//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Bhavaviveka "vs" Hinayana  (Read 185109 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #660 on: 24 February 2009, 09:00:43 PM »
Quote
Setelah mencapai pencerahan diri ada atau tidak ada?
jika berdasarkan definisi saya, diri adalah kelekatan thd kelima kelompok (panca upadana khanda), maka ketelah pencerahan yg tidak ada lagi kelekatan itu, shg yg tertinggal hanyalah kelima kelompok saja (panca khanda)

definisi "diri" menurut mas truth lover apa?

Setelah mencapai pencerahan, diri ada atau tidak ada?
 _/\_
jika anda ingin tahu, baca ulang sampai tahu apa yg saya tulis



pura2 binggung, dalam hati siapa yg tau... :whistle:
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #661 on: 24 February 2009, 10:01:03 PM »
Quote
Quote from: coedabgf on Today at 08:47:50 AM
Bukan merancang-rancang sendiri menurut keinginan/kehendak bebas diri sendiri (delusi) sebagai entitas keberadaan kehidupan manusia dalam nama dan rupa, melakukan tindakan (pengrusakan, pemusnahan/penghancuran fisik (dalam hal ini dalam melakukan tindakan bunuh diri/kematian yang disengaja)) dalam menuju pencapaian Nibanna, tetapi batin mereka yang mengetahui,  ketika seseorang merasakan tubuhnya akan berakhir, ia mengerti 'Saya merasakan tubuh ini akan berakhir' dan bertindak selalu mengawasi, selalu waspada dan terjaga sampai berakhirnya (kehidupan) tubuh ini, (seperti) sesederhana ketika lampu kehabisan minyak dan sumbu.
Ini kata/pengajaran Buddha loh!

Saya setuju dgn Bro Tesla bahwa kita tdk bisa menilai dari apa yg terlihat di permukaan.
Tapi jelas dari kutipan di atas Sang Buddha tidak membenarkan seorang Arahat membunuh diri nya sendiri dgn alasan apapun, melainkan hanya menyadari saja pada saat proses kematian diri terjadi.

benar sekali, dalam kaitannya dg tulisan saya (tulisan Nyanavira Thera yg saya terjemahkan), sama sekali tidak ada Buddha membenarkan ataupun menyalahkan tindakan bunuh diri. bahkan tulisan saya yg dikutip oleh sdr. coed itu sama sekali tidak membahas tentang bunuh diri. tidak tahu mengapa sdr. coed menghubungkannya dg bunuh diri.

menanggapi pernyataan sdr. Black Dragon, mengenai apakah Sang Buddha membenarkan bunuh diri, tentu saja saya setuju, hal itu tidak ditemukan di sutta. namun ada kisah dimana Sang Buddha mempertegas bahwa bhikkhu yg bunuh diri (Channa) tidak tercela / tidak bersalah dapat ditemukan dalam sutta.

kemudian permasalahan ke2, apakah Channa mencapai kearahatannya sebelum menggunakan pisau atau sesudah menggunakan pisau? utk ini, sdr. Black Dragon harus membaca suttanya sendiri...

Quote
Andai kata Sang Buddha pun memberitahu kpd murid2nya bahwa dia akan parinibana, saya rasa itu hanya sekedar memberitahu, bukannya merencanakan kematiannya/Parinibana.(CMIIW)
 _/\_
FYI, setidaknya umat Theravada percaya bahwa seorang Sammasam Buddha dapat memiliki umur hingga 1 kalpa. Dan parinibbana Buddha Gotama berada pada usianya 80 thn (bukan 1 kalpa). bagaimana menurutmu?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #662 on: 24 February 2009, 10:41:35 PM »
Quote
bukan suhu, MN 144,

didalamnya ada dialog Sariputta bersama Maha Cunda berusaha mencegah Channa utk menggunakan pisau.

Permisi Bro, kalo saya mau liat cari nya dmn yah?


Utk yg bahasa inggriss, saya pakai tipitaka di website access-to-insight: http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/index.html

sayangnya MN144, belum tersedia di web access-to-insight ini...

Utk yg bahasa Pali, bisa di lihat di: http://www.tipitaka.org/romn/

Quote
Kalo bisa tlg di post disini.
Maklum saya masih junior jd byk yg tdk mengerti utk buka2 perpustakaan.
Penasaran, mdh2an bisa membawa pemahaman baru.

saya akan menampilkan ringkasannya bersama dg kosakata Pali yg dianggap perlu utk menghindari kesalahan penterjemahan:


MN144. Nasehat utk Channa

[...], pada waktu itu YM Channa sedang sakit keras. YM Sariputta keluar dari samadhi menemui YM Mahacunda dan berkata, "Sahabat Cunda, mari kita temui YM Channa utk menanyakan kesehatannya". YM Mahacunda menerima ajakan YM Sariputta, mereka berdua menemui YM Channa. Setelah bertukar salam dg YM Channa, mereka duduk pada satu sisi dan YM Sariputta berkata, "Sahabat Channa, bagaimana perasaanmu? Apa dapat bertahan?[...]

"Sahabat Sariputta, aku tidak merasa baik, aku tidak akan bertahan. Rasa sakitku semakin kuat dan terus bertambah, bukan berkurang. [...menjelaskan rasa sakitnya...]. Sahabat Sariputta, aku akan menggunakan pisau, aku sudah tidak ingin hidup."

"Janganlah YM Channa menggunakan pisau! Biarlah YM Channa tetap hidup -- kami ingin YM Channa tetap hidup!"

"Jika ia kurang makanan, aku akan mencarikan makanan utknya. Jika ia kurang obat, aku akan mencarikan obat utknya. Jika ia kurang perhatian, aku akan bersamanya. Janganlah YM Channa menggunakan pisau! Biarlah YM Channa tetap hidup -- kami ingin YM Channa tetap hidup!"

"Sahabat Sariputta, bukan karena aku kekurangan makanan, atau obat, atau perhatian, namun tugasku pada Sang Guru telah selesai dari dahulu, dengan cinta dan bukan tanpa cinta.
Sahabat Saripuuta, utk murid yg telah menyelesaikan tugasnya pada Sang Guru dg cinta, ingatlah ini:
YM Channa menggunakan pisau tanpa tercela (anupavajja)"

[...kemudian YM Sariputta mengajukan pertanyaan tentang doktrin & dijawab oleh YM Channa... disusul dg YM Mahacunda memberi penjelasan tentang doktrin...]

Setelah itu, YM Sariputta bersama YM Mahacunda pergi meninggalkannya. Setelah mereka pergi, YM Channa mengambil pisau dan mengakhiri hidupnya. Kemudian YM Sariputta pergi menemui Buddha dan bertanya, "Bhante, YM Channa telah mengakhiri hidupnya, akan kemanakah ia setelah kematian?"

"Tetapi Sariputta", jawabnya, "Bukankah YM Channa mengatakannya langsung kepadamu bahwa ia tanpa cela  (anupavajjataa)!"

"Bhante, di Pajjabajira, desa Vajja, famili bhikkhu Channa adalah tidak tercela." (sepertinya Sariputta menangkap arti anupavajjataa berbeda... apa tulalit? :hammer:)

"Saripuuta, memang ada famili bhikkhu Channa yg tidak tercela, namun disini yg kukatakan adalah, seseorang yg meninggalkan jasmani sekarang dan mengambil yg lainnya, itulah yg kusebut tercela ("saupavajja"). Dan bhikkhu Channa tidak demikian. Ia mengakhiri hidupnya tanpa cela."

Setelah Sang Buddha berkata demikian, Sariputtapun bersukacita dalam penjelasan Sang Buddha.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #663 on: 24 February 2009, 11:17:43 PM »
Quote
Setelah mencapai pencerahan diri ada atau tidak ada?
jika berdasarkan definisi saya, diri adalah kelekatan thd kelima kelompok (panca upadana khanda), maka ketelah pencerahan yg tidak ada lagi kelekatan itu, shg yg tertinggal hanyalah kelima kelompok saja (panca khanda)

definisi "diri" menurut mas truth lover apa?

Setelah mencapai pencerahan, diri ada atau tidak ada?
 _/\_
jika anda ingin tahu, baca ulang sampai tahu apa yg saya tulis



pura2 binggung, dalam hati siapa yg tau... :whistle:

 ^-^  Setelah mencapai pencerahan, diri ada atau tidak ada?   mana jawabannya, mannaaaa.....? ;D

 _/\_
The truth, and nothing but the truth...

Offline ENCARTA

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 797
  • Reputasi: 21
  • Gender: Male
  • love letters 1945
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #664 on: 24 February 2009, 11:24:58 PM »
setelah orang meningal kelihatannya eternalis.. tapi sebenarnya juga "tidak ada" ;D

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #665 on: 24 February 2009, 11:29:51 PM »
Sebagian besar berbeda dgn MN 144 versi Bhikkhu Bodhi, terutama yang menyolok adalah:


"Sahabat Sariputta, bukan karena aku kekurangan makanan, atau obat, atau perhatian, namun tugasku pada Sang Guru telah selesai dari dahulu, dengan cinta dan bukan tanpa cinta.
Sahabat Saripuuta, utk murid yg telah menyelesaikan tugasnya pada Sang Guru dg cinta, ingatlah ini:
YM Channa menggunakan pisau tanpa tercela (anupavajja)"


Quote
"Friend Sariputta, it is not that I have no suitable food and medicine or no proper attendant. But Rather, friend Sariputta, the Teacher has long been worshipped by me with love, not without love; for it is proper for the disciple to worship the Teacher with love, not without love. Friend Sariputta, remember this: Bhikkhu Channa will use the knife blamelessly."


Kemudian ada footnote pada bagian Channa mengakhiri hidupnya.

Quote
MA(Majjhima Nikaya Atthakatha): He cut his throat, and just as that moment the fear of death descended on him and sign of future rebirth appeared. Recognising that he was still an ordinary person, he was aroused and developed insight. Comprehending the formations, he attained arahantship just before he expired.
« Last Edit: 24 February 2009, 11:31:58 PM by Indra »

Offline BlackDragon

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 154
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • *SADHAKA*
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #666 on: 25 February 2009, 04:10:34 AM »
Quote
Quote
Andai kata Sang Buddha pun memberitahu kpd murid2nya bahwa dia akan parinibana, saya rasa itu hanya sekedar memberitahu, bukannya merencanakan kematiannya/Parinibana.(CMIIW)
 

FYI, setidaknya umat Theravada percaya bahwa seorang Sammasam Buddha dapat memiliki umur hingga 1 kalpa. Dan parinibbana Buddha Gotama berada pada usianya 80 thn (bukan 1 kalpa). bagaimana menurutmu?

 :-? mgkn dgn menggunakan kesaktiannya Sang Buddha dapat hidup hingga 1 kalpa, tp justru yg dilakukan Sang Buddha hanyalah membiarkan dan menyadari proses lapuknya jasmani secara alami.

Quote
MN144. Nasehat utk Channa

[...], pada waktu itu YM Channa sedang sakit keras. YM Sariputta keluar dari samadhi menemui YM Mahacunda dan berkata, "Sahabat Cunda, mari kita temui YM Channa utk menanyakan kesehatannya". YM Mahacunda menerima ajakan YM Sariputta, mereka berdua menemui YM Channa. Setelah bertukar salam dg YM Channa, mereka duduk pada satu sisi dan YM Sariputta berkata, "Sahabat Channa, bagaimana perasaanmu? Apa dapat bertahan?[...]

"Sahabat Sariputta, aku tidak merasa baik, aku tidak akan bertahan. Rasa sakitku semakin kuat dan terus bertambah, bukan berkurang. [...menjelaskan rasa sakitnya...]. Sahabat Sariputta, aku akan menggunakan pisau, aku sudah tidak ingin hidup."

"Janganlah YM Channa menggunakan pisau! Biarlah YM Channa tetap hidup -- kami ingin YM Channa tetap hidup!"

"Jika ia kurang makanan, aku akan mencarikan makanan utknya. Jika ia kurang obat, aku akan mencarikan obat utknya. Jika ia kurang perhatian, aku akan bersamanya. Janganlah YM Channa menggunakan pisau! Biarlah YM Channa tetap hidup -- kami ingin YM Channa tetap hidup!"

"Sahabat Sariputta, bukan karena aku kekurangan makanan, atau obat, atau perhatian, namun tugasku pada Sang Guru telah selesai dari dahulu, dengan cinta dan bukan tanpa cinta.
Sahabat Saripuuta, utk murid yg telah menyelesaikan tugasnya pada Sang Guru dg cinta, ingatlah ini:
YM Channa menggunakan pisau tanpa tercela (anupavajja)"

[...kemudian YM Sariputta mengajukan pertanyaan tentang doktrin & dijawab oleh YM Channa... disusul dg YM Mahacunda memberi penjelasan tentang doktrin...]

Setelah itu, YM Sariputta bersama YM Mahacunda pergi meninggalkannya. Setelah mereka pergi, YM Channa mengambil pisau dan mengakhiri hidupnya. Kemudian YM Sariputta pergi menemui Buddha dan bertanya, "Bhante, YM Channa telah mengakhiri hidupnya, akan kemanakah ia setelah kematian?"

"Tetapi Sariputta", jawabnya, "Bukankah YM Channa mengatakannya langsung kepadamu bahwa ia tanpa cela  (anupavajjataa)!"

"Bhante, di Pajjabajira, desa Vajja, famili bhikkhu Channa adalah tidak tercela." (sepertinya Sariputta menangkap arti anupavajjataa berbeda... apa tulalit? )

"Saripuuta, memang ada famili bhikkhu Channa yg tidak tercela, namun disini yg kukatakan adalah, seseorang yg meninggalkan jasmani sekarang dan mengambil yg lainnya, itulah yg kusebut tercela ("saupavajja"). Dan bhikkhu Channa tidak demikian. Ia mengakhiri hidupnya tanpa cela."

Setelah Sang Buddha berkata demikian, Sariputtapun bersukacita dalam penjelasan Sang Buddha.

Thx Bro atas Postingannya, setidaknya saya bisa sedikit mengerti apa yg dibicarakan.
Tapi untuk yg ini sy no comment deh, krn bingung ;D
Masih tdk bisa memahami, kenapa Sang Buddha berkata demikian. ;D

Ada yg bisa comment???

 _/\_
Hanya orang bodoh yg merasa dirinya cukup pintar.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #667 on: 25 February 2009, 04:42:42 AM »
Sebagian besar berbeda dgn MN 144 versi Bhikkhu Bodhi, terutama yang menyolok adalah:


"Sahabat Sariputta, bukan karena aku kekurangan makanan, atau obat, atau perhatian, namun tugasku pada Sang Guru telah selesai dari dahulu, dengan cinta dan bukan tanpa cinta.
Sahabat Saripuuta, utk murid yg telah menyelesaikan tugasnya pada Sang Guru dg cinta, ingatlah ini:
YM Channa menggunakan pisau tanpa tercela (anupavajja)"


Quote
"Friend Sariputta, it is not that I have no suitable food and medicine or no proper attendant. But Rather, friend Sariputta, the Teacher has long been worshipped by me with love, not without love; for it is proper for the disciple to worship the Teacher with love, not without love. Friend Sariputta, remember this: Bhikkhu Channa will use the knife blamelessly."

benar sekali, saya sendiri menemui banyak kejanggalan dari terjemahan sutta ini. mis paragraf berikut:

"Sahabat Sariputta, bukan karena aku kekurangan makanan, atau obat, atau perhatian, namun tugasku pada Sang Guru telah selesai dari dahulu, dengan cinta dan bukan tanpa cinta.
Sahabat Saripuuta, utk murid yg telah menyelesaikan tugasnya pada Sang Guru dg cinta, ingatlah ini:
YM Channa menggunakan pisau tanpa tercela (anupavajja)"


jika bhikkhu Boddhi mengusulkan kalimat ke2 menggunakan kata kerja worship (menyembah), saya mengusulkan kata kerja tugas (melayani). kedua2nya sama-sama janggal, namun kalimat berikutnya itu menambah kejanggalannya: sudah seharusnya (proper) bagi murid/pengikut "menyembah" gurunya? (tidak heran jika sekarang umat Buddha menjadi penuh ritual penyembahan yah ;) )

& bagaimanapun kalimat ke2 ini diterjemahkan dalam arti2 yg lain, tidak dapat menghilangkan misteri apakah Channa telah arahat yg berada di akhir kalimat (misalnya kalimat itu saya hilangkan):

"Sahabat Sariputta, bukan karena aku kekurangan makanan, atau obat, atau perhatian, --- deleted -- ingatlah ini:
YM Channa menggunakan pisau tanpa tercela (anupavajja)"


misterinya adalah bagaimana mungkin Channa dapat mengklaim bahwa pisau yg digunakan adalah tanpa cela (anupavajja)? dan dalam hubungannya dg jawaban Buddha thd Sariputta:

namun disini yg kukatakaan adalah, seseorang yg meninggalkan jasmani sekarang dan mengambil yg lainnya, itulah yg kusebut tercela ("saupavajja")

Quote
Kemudian ada footnote pada bagian Channa mengakhiri hidupnya.

Quote
MA(Majjhima Nikaya Atthakatha): He cut his throat, and just as that moment the fear of death descended on him and sign of future rebirth appeared. Recognising that he was still an ordinary person, he was aroused and developed insight. Comprehending the formations, he attained arahantship just before he expired.
a
justru krn itulah... saya meragukan kitap komentar ini. bagi saya, kitap komentar ini berusaha menutup kemungkinan bahwa arahat dapat bunuh diri. selain di kitab ini, di kitab Milinda-Panha yg ditulis 500 thn setelah Buddha parinibbana jg bertujuan demikian. sedangkan dalam 4 Nikaya tertua, tidak ada cerita demikian. kejanggalan kitab ini adalah:

1. he cut his throat --- ini adalah asumsi penulis kitab komentar. tau dari mana ia bahwa pisau itu utk ke leher, bukan ke perut atau ke jantung? yg tercatat dalam Majjhima Nikaya adalah kata "menggunakan pisau" saja...

2. Recognising that he was still an ordinary person --- bagaimana jika seorang yg telah punya claim ia tidak tercela, mendapati ternyata ia adalah tercela? tentu saja Buddha akan menjawab Sariputta akan pencapaian kearahatannya menjelang kematian. Namun Buddha menjawab Sariputta dg klaim Channa sendiri & artinya tidak ada masalah dg klaim tersebut:
"Tetapi Sariputta", jawabnya, "Bukankah YM Channa mengatakannya langsung kepadamu bahwa ia tanpa cela  (anupavajjataa)!"


bagi saya di sini, kitab komentar hanya menambah kebinggungan saja.

bagaimana menurutmu?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #668 on: 25 February 2009, 08:12:23 AM »
jadilah arahat terlebih dahulu, setelah itu kalau mau hara kiri...lapor lah ke teman-teman dhamma citta disini...

beda-nya adalah kalau Ananda menggunakan Iddhi,
disitu mungkin arahat Channa tidak memiliki Iddhi, jadi pakai manual alias pisau.

dan bisa saja arahat Channa mau mengakhiri hidup karena sudah mengetahui "waktu" -nya
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #669 on: 25 February 2009, 08:19:42 AM »
 [at] marcedes

betul... konon, Ananda dg iddhi, membakar tubuhnya utk mengakhiri hidup. bisa bantu referensinya? saya tidak ketemu...

Anumodana
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #670 on: 25 February 2009, 08:47:28 AM »
mengenai apakah yg bebas bunuh diri adalah arahat. saya tidak berpikir demikian... misalnya Godhika Thera, beliau bukanlah arahat. namun pencapaiannya terhambat pada kesehatannya. Akhirnya ia memutuskan utk menggunakan pisau, dan mencapai tingkat kesucian arahat pada akhir hidupnya.

walaupun Godhika Thera konon belum arahat ketika menggunakan pisau, namun ia telah mencapai tingkat kesucian tertentu (tidak tahu apakah sotapanna, sakadagami, atau anagami). namun bukan karena pencapaian tingkat kesuciannya jg yg membuat ia tanpa cela. saya melihat, tindakan bunuh diri tsb adalah bukti bahwa bhikhu2 zaman itu tidak lagi melekat pada tubuh. shg jika tubuh mereka tidak mendukung dalam latihan mereka, mereka akan mengakhirinya. bukan karena keserakahan, namun karena kebijaksanaan...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #671 on: 25 February 2009, 10:02:27 AM »
 [at] bro tesla

hati-hati loh bro klo mengkutip sutta, jangan ada yang dikurang atau ditambahkan untuk karena versi pandangan batas pemahaman kita atau bahkan untuk mendukung menutupi atau meyakinkan keragu-raguan atau kebingungan kita (oleh usaha kita sendiri yang masih dipenuhi lobha dan moha). Ini bisa menjadi penyebab ajaran Dhamma (pengertian) yang benar ajaran guru Buddha akan menghilang di dunia, seperti banyak ajaran-ajaran (pengertian-pengertian Dharma) guru-guru spiritual (new-age) yang bergeser dari sutta-sutta/sutra-sutra asal/awal/otentik, (kasusnya seperti) sehingga banyak orang (bahkan hanya mau) melihat sebatas pengertian-pemahaman pengajaran yang diberikan dari guru-guru tersebut (membabi buta). Membilang ehipassiko, tetapi dimana berehipassikonya. Apakah kitab-kitab awal dokumentasi pengajaran sang guru Buddha kurang atau tidak sempurna sehingga perlu ditambahkan jalan atau cara-cara lain lagi atau diganti dengan kitab-kitab ajaran-ujaran guru-guru yang baru belakangan.


mari kita ulas bukan percakapan yang berasal dari muridnya tetapi apa yang diujarkan oleh guru Buddha, dan bukan karena hanya sebatas pemikiran kita saja tetapi kita lihat catatan otentik sutta pendukung pemikiran kita secara menyeluruh.
kutipan dari indra :
Quote
"Friend Sariputta, it is not that I have no suitable food and medicine or no proper attendant. But Rather, friend Sariputta, the Teacher has long been worshipped by me with love, not without love; for it is proper for the disciple to worship the Teacher with love, not without love. Friend Sariputta, remember this: Bhikkhu Channa will use the knife blamelessly."

siapa yang mengatakan ini? (Banthe Channa), kata-kata ini hanya menjelaskan dari sudut pandang dia atas pertanggung jawab tindakan dia dalam (sepanjang) pengabdiannya (menyembah) kepada guru Buddha dalam kelemahan sakitnya sebelum melakukan bunuh diri. So he told 'remember this: Bhikkhu Channa will use the knife blamelessly'

Kemudian ada footnote pada bagian Channa mengakhiri hidupnya.
Quote
MA(Majjhima Nikaya Atthakatha): He cut his throat, and just as that moment the fear of death descended on him and sign of future rebirth appeared. Recognising that he was still an ordinary person, he was aroused and developed insight. Comprehending the formations, he attained arahantship just before he expired.

dan penjelasan dokumentasi kejadian inilah yang paling penting yang menjelaskan tentang proses kematian sesungguhnya seperti yang saya jelaskan
kutipan coeda :
Bukan merancang-rancang sendiri menurut keinginan/kehendak bebas diri sendiri (delusi) sebagai entitas keberadaan kehidupan manusia dalam nama dan rupa, melakukan tindakan (pengrusakan, pemusnahan/penghancuran fisik (dalam hal ini dalam melakukan tindakan bunuh diri/kematian yang disengaja)) dalam menuju pencapaian Nibanna, tetapi batin mereka yang mengetahui,  ketika seseorang merasakan tubuhnya akan berakhir, ia mengerti 'Saya merasakan tubuh ini akan berakhir' dan bertindak selalu mengawasi, selalu waspada dan terjaga sampai berakhirnya (kehidupan) tubuh ini, (seperti) sesederhana ketika lampu kehabisan minyak dan sumbu. (Ini kata/pengajaran Buddha loh!)
Sebab jika tidak mengalami proses seperti itu, bhante channa menjadi bablas kematiannya atas segala pencapaian hasil pelatihannya.


kutipan tesla :
Setelah itu, YM Sariputta bersama YM Mahacunda pergi meninggalkannya. Setelah mereka pergi, YM Channa mengambil pisau dan mengakhiri hidupnya.
Kemudian YM Sariputta pergi menemui Buddha dan bertanya, "Bhante, YM Channa telah mengakhiri hidupnya, akan kemanakah ia setelah kematian?"
"Tetapi Sariputta", jawabnya, "Bukankah YM Channa mengatakannya langsung kepadamu bahwa ia tanpa cela  (anupavajjataa)!"
"Bhante, di Pajjabajira, desa Vajja, famili bhikkhu Channa adalah tidak tercela."
"Sariputta, memang ada famili bhikkhu Channa yg tidak tercela, namun disini yg kukatakan adalah, seseorang yg meninggalkan jasmani sekarang dan mengambil yg lainnya, itulah yg kusebut tercela ("saupavajja"). Dan bhikkhu Channa tidak demikian. Ia mengakhiri hidupnya tanpa cela."

Setelah Sang Buddha berkata demikian, Sariputtapun bersukacita dalam penjelasan Sang Buddha.


Kutipan pembicaraan diatas dilakukan setelah semua kejadian kematian Banthe Channa, dimana YM Sariputta menanyakan hal ini ‘Bhante, YM Channa telah mengakhiri hidupnya, akan kemanakah ia setelah kematian?’ kepada guru Buddha.
"Tetapi Sariputta", jawabnya, "Bukankah YM Channa mengatakannya langsung kepadamu bahwa ia tanpa cela  (anupavajjataa)!"
"Bhante, di Pajjabajira, desa Vajja, famili bhikkhu Channa adalah tidak tercela."
"Sariputta, memang ada famili bhikkhu Channa yg tidak tercela”
pada tulisan cerita perbandingan ini, guru Buddha bisa menjelaskan tentang prilaku tindakan YM Channa selama masa hidupnya dan bisa menggambarkan juga, menjelaskan seluruh proses akhir kematian Bhante Channa, dimana pada akhir kata guru Buddha mengatakan (memberi suatu pernyataan)  ‘namun disini yg kukatakan adalah, seseorang yg meninggalkan jasmani sekarang dan mengambil yg lainnya, itulah yg kusebut tercela ("saupavajja"). Dan bhikkhu Channa tidak demikian. Ia mengakhiri hidupnya tanpa cela’.
Disini penjelasan bukan karena proses tindakan bunuh dirinya, tetapi pencapaian proses akhir kematiannya, sebab ada peneguhan berdasarkan pada catatan dokumentasi footnote sutta ini (bukan kata-kata tambahan saya loh!) yaitu :
Quote :
MA(Majjhima Nikaya Atthakatha): He cut his throat, and just as that moment the fear of death descended on him and sign of future rebirth appeared. Recognising that he was still an ordinary person, he was aroused and developed insight. Comprehending the formations, he attained arahantship just before he expired.

Seperti ungkapan pemahaman saya :
Bukan merancang-rancang sendiri menurut keinginan/kehendak bebas diri sendiri (delusi) sebagai entitas keberadaan kehidupan manusia dalam nama dan rupa, melakukan tindakan (pengrusakan, pemusnahan/penghancuran fisik (dalam hal ini dalam melakukan tindakan bunuh diri/kematian yang disengaja)) dalam menuju pencapaian Nibanna, tetapi batin mereka yang mengetahui,  ketika seseorang merasakan tubuhnya akan berakhir, ia mengerti 'Saya merasakan tubuh ini akan berakhir' dan bertindak selalu mengawasi, selalu waspada dan terjaga sampai berakhirnya (kehidupan) tubuh ini, (seperti) sesederhana ketika lampu kehabisan minyak dan sumbu.

sehingga pada akhirnya Sariputta menangkap makna sang guru dan menjadi bersuka-cita atas hasil kematian Bhante Channa. (Setelah Sang Buddha berkata demikian, Sariputtapun bersukacita dalam penjelasan Sang Buddha) menjadi percaya.

Semoga berguna dapat meluruskan dan menambah wawasan pencerahan
good hope and love




« Last Edit: 25 February 2009, 10:15:19 AM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #672 on: 25 February 2009, 10:20:53 AM »
bagaimana menurutmu?

Menurut saya, saya lebih mempercayai para penulis kitab komentar daripada Bro Tesla, saya yakin mrk tentunya memiliki kualifikasi untuk itu.

_/\_

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #673 on: 25 February 2009, 10:24:49 AM »
[at] bro tesla

hati-hati loh bro klo mengkutip sutta, jangan ada yang dikurang atau ditambahkan untuk karena versi pandangan batas pemahaman kita atau bahkan untuk mendukung menutupi atau meyakinkan keragu-raguan atau kebingungan kita (oleh usaha kita sendiri yang masih dipenuhi lobha dan moha).
terimakasih atas nasehatnya,

justru itulah makanya saya menyajikan suttanya secara lengkap. bagian yg tidak saya tampilkan saya beri tanda [...] krn saya tidak berniat utk mengetiknya, bukan saya abaikan.

kemudian karena itu jugalah saya tidak menggunakan kitab komentar krn itu adalah pemahaman individu (bhikkhu) setelah Buddha parinibbana... seperti kata anda, masih ditutupi oleh moha.

Quote
Ini bisa menjadi penyebab ajaran Dhamma (pengertian) yang benar ajaran guru Buddha akan menghilang di dunia, seperti banyak ajaran-ajaran (pengertian-pengertian Dharma) guru-guru spiritual (new-age) yang bergeser dari sutta-sutta/sutra-sutra asal/awal/otentik, (kasusnya seperti) sehingga banyak orang (bahkan hanya mau) melihat sebatas pengertian-pemahaman pengajaran yang diberikan dari guru-guru tersebut (membabi buta). Membilang ehipassiko, tetapi dimana berehipassikonya. Apakah kitab-kitab awal dokumentasi pengajaran sang guru Buddha kurang atau tidak sempurna sehingga perlu ditambahkan jalan atau cara-cara lain lagi atau diganti dengan kitab-kitab ajaran-ujaran guru-guru yang baru belakangan.
penambahan kitab-kitab adalah fakta yg telah terjadi.

Quote
...berdasarkan pada dokumentasi footnote (bukan kata-kata tambahan saya loh!) yaitu :
FYI, footnote yg anda pakai adalah kitab komentar yg muncul belakangan. sebaiknya anda konsisten pada kata anda sendiri utk memakai kitab awal saja, bukan kitab belakangan.

Quote
Seperti ungkapan pemahaman saya :
Bukan merancang-rancang sendiri menurut keinginan/kehendak bebas diri sendiri (delusi) sebagai entitas keberadaan kehidupan manusia dalam nama dan rupa, melakukan tindakan (pengrusakan, pemusnahan/penghancuran fisik (dalam hal ini dalam melakukan tindakan bunuh diri/kematian yang disengaja)) dalam menuju pencapaian Nibanna, tetapi batin mereka yang mengetahui,  ketika seseorang merasakan tubuhnya akan berakhir, ia mengerti 'Saya merasakan tubuh ini akan berakhir' dan bertindak selalu mengawasi, selalu waspada dan terjaga sampai berakhirnya (kehidupan) tubuh ini, (seperti) sesederhana ketika lampu kehabisan minyak dan sumbu.
rekan marcedes jg menanggapi bahwa tidak tertutup kemungkinan YM Channa telah mengetahui batas umurnya. saya tidak menolak kemungkinan ini. yg jadi pertanyaan cuma, kenapa harus pakai pisau lagi kalau emang umurnya sudah sampai?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #674 on: 25 February 2009, 10:25:15 AM »
bagaimana menurutmu?

Menurut saya, saya lebih mempercayai para penulis kitab komentar daripada Bro Tesla, saya yakin mrk tentunya memiliki kualifikasi untuk itu.

_/\_
_/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~