Bukan merancang-rancang sendiri menurut keinginan/kehendak bebas diri sendiri (delusi) sebagai entitas keberadaan kehidupan manusia dalam nama dan rupa, melakukan tindakan (pengrusakan, pemusnahan/penghancuran fisik (dalam hal ini dalam melakukan tindakan bunuh diri/kematian yang disengaja)) dalam menuju pencapaian Nibanna, tetapi batin mereka yang mengetahui, ketika seseorang merasakan tubuhnya akan berakhir, ia mengerti 'Saya merasakan tubuh ini akan berakhir' dan bertindak selalu mengawasi, selalu waspada dan terjaga sampai berakhirnya (kehidupan) tubuh ini, (seperti) sesederhana ketika lampu kehabisan minyak dan sumbu.
Ini kata/pengajaran Buddha loh!
kutipan dari Nibanna, atta dan anatta tulisan tesla :
"Saya mendengar ini dikatakan oleh Sang Bhagava, Sang Arahat:
'Para bhikkhu, ada dua Unsur Kepadaman (nibbaanadhaatu). Apakah
yang dua itu? Unsur Kepadaman Dengan Sisa (saupaadisesaa) dan
Unsur Kepadaman Tanpa Sisa (anupaadisesaa).
Para bhikkhu, yang manakah Unsur Kepadaman Dengan Sisa? Para
bhikkhu, seorang bhikkhu adalah Arahat, yang arus kotoran batinnya
(asava) telah musnah, yang telah menjalani hidup dan melakukan apa
yang harus dilakukan, telah meletakkan beban, mencapai
kesejahteraannya sendiri, memusnahkan kelekatan pada kehidupan,
yang bebas melalui pemahaman benar. Di dalam dirinya tersisa lima
daya (indriyaa); karena belum hancur ia menderita hal-hal yang enak
dan yang tidak enak, ia mengalami hal-hal yang nikmat dan yang
menyakitkan. Musnahnya nafsu, kebencian dan ketidaktahuan, para
bhikkhu, itulah yang dinamakan Unsur Kepadaman Dengan Sisa.
Para bhikkhu, yang manakah Unsur Kepadaman Tanpa Sisa? Para
bhikkhu, seorang bhikkhu adalah Arahat ...(dst)... Para bhikkhu, semua
perasaannya, yang tidak lagi menyenangi apa yang ada di sini
sekarang, akan menjadi dingin; inilah, para bhikkhu, yang dinamakan
Unsur Kepadaman Tanpa Sisa.
Inilah, para bhikkhu, kedua Unsur Kepadaman.'
Sang Bhagava mengucapkan kata-kata itu. Ini pula yang dikatakannya:
'Kedua Unsur Kepadaman ini telah dijelaskan Oleh Yang Tak
Terbelenggu, Sang Suci, Sang Waspada:
Di sini, melalui penghancuran semua yang membawa pada keberadaan,
Satu Unsur Dengan Sisa masih ada, dalam hidup ini;
Dan satu Unsur Tanpa Sisa, yang akan datang
Di mana makhluk-makhluk (eksistensi) semuanya berakhir.
Batin mereka yang mengetahui keadaan tak terbentuk ini
Bebas, melalui penghancuran semua yang membawa pada kehidupan:
Intisari Ajaran tercapai, orang-orang ini bersukacita
Dalam penghancuran, segala keberadaan ditanggalkan.'
Kata-kata ini juga diucapkan oleh Sang Bhagava, demikian kudengar."
(Itivuttaka, Dukanipáta, II,7)
Tanpa meninggalkan nafsu, kebencian, dan delusi, tidak ada yg bebas
dari kelahiran...
(Anguttara II,i,6)
Bhikku, seperti sebuah lampu minyak yg bergantung pada minyak dan
sumbu, dan sesederhana ketika kehabisan minyak dan sumbu, sehingga
tanpa pendukung, lampu tersebut padam; Demikianlah, Bhikkhu, ketika
seorang bhikkhu merasakan tubuhnya akan berakhir, ia mengerti 'Saya
merasakan tubuh ini akan berakhir', dan ketika ia merasakan hidupnya
akan berakhir, ia mengerti 'saya merasakan hidup ini akan berakhir', dan
dia mengerti 'Dengan berakhirnya tubuh ini dan dengan berakhirnya
hidup ini, semua perasaan tidak bersukacita di dalamnya, di sini dan
sekarang akan menjadi dingin'.
(Vedaná Samyutta, 7)
Para pertapa dan brahmana, bhikkhu, yg berpikir diri dalam berbagai
bentuk, mereka semua berpikir dalam kelima kelompok kelekatan atau
salah satu darinya.
(Khandha Samyutta 47)
Nibbana, bhikkhu, adalah bukan diri. Jika nibbana adalah diri, bhikkhu,
maka nibbana tidak akan menghasilkan penderitaan, dan orang bisa
mendapatkan nibbana, 'Biarlah nibbanaku begini, biarlah nibbanaku tidak
begitu'.
Dan memang, bhikkhu, nibbana adalah bukan diri, jadi nibbana
menghasilkan penderitaan, dan tidak seorangpun mendapat nibbana,
'Biarlah nibbanaku begini, biarlah nibbanaku tidak begitu.'
semoga dimengerti
good hope and love