//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Bhavaviveka "vs" Hinayana  (Read 185103 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #630 on: 22 February 2009, 09:34:08 PM »
Saudara pencinta kebenaran, ijinkan saya promosi sejenak. Silahkan anda baca buku Komentar Anattalakkhana Sutta & Malukyaputta Sutta, dalam buku ini Anatta dijelaskan dengan sangat baik sekali oleh YM Mahasi Sayadaw. silahkan download dan baca.
http://dhammacitta.org/perpustakaan/ebook/theravada/komentar-anattalakkhana-sutta-dan-malukyaputta-sutta

GRATIS!!
_/\_

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #631 on: 22 February 2009, 10:10:55 PM »
Quote
dalam diri kita, seorang putthujana (saya asumsikan anda & saya adalah putthujana), ketika mencerapi sesuatu selalu ada pikiran "aku & milikku" sebagai manifestasi kelekatan thd 5 kelompok penyusun mahkluk hidup. sederhananya kita tidak pernah mau menerima fakta anicca, dukkha & anatta
.
Ada diri atau tidak?

Quote
seorang sekha (ariya non arahat), sudah pernah mengalami fakta secara utuh, shg ia tidak menolak lagi fakta anicca,dukkha & anatta. namun kelekatan itu sendiri belum musnah total, shg ketika mencerapi, kadang2 ada pikiran "aku & milikku" yg muncul. kadang2 tidak.

Masih tidak menghilangkan kebingungan saya, ada diri atau tidak?

Quote
seorang arahat (dan Buddha tentunya), telah berhasil memusnahkan kemelekatannya secara tuntas, shg pikiran "ini aku, ini milikku" tidak muncul sama sekali.

Yang ini mas Tesla sendiri sudah bilang tidak ada diri kan?

Terima kasih atas penjelasannya.

 _/\_

saya telah menjawab anda dalam pemahaman saya tentang apa itu diri (atta).
sebagaimana kita tahu manusia (mahkluk) tersusun atas 5 kelompok (tubuh, perasaan, percerapan, bentukan mental & kesadaran). krn ada kelekatan (upadana) di dalamnya, disitulah muncul diri. paham tentang diri, adalah kelekatan yg paling mendasar.

oleh karena itu saya menjawab dg manifestasi dari kelekatan itu terhadap pikiran. karena kelekatanan (upadana) ini tidak dapat terpisah dari panca khanda itu sendiri.
dalam pikiran seorang putthujana, pikirannya selalu 'ini aku, ini milikku'...

bagaimana denganmu? apakah yg kamu maksud dg "diri"?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #632 on: 22 February 2009, 10:15:16 PM »
CULAMALUNKYAPUTTA SUTTA

(Sumber : Kumpulan Sutta Majjhima Nikaya II,
Oleh : Team Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha,
Penerbit : Proyek Sarana Kehidupan Beragama Buddha Departemen Agama RI, 1994)

Demikian yang saya dengar.
Pada suatu ketika Sang Bhagava berada di Jetavana, taman milik Anathapindika, Savatthi. Kotbah ini dibabarkan berkenaan dengan pertanyaan Malunkyaputta kepada Sang Buddha.


Pada suatu ketika bhikkhu Malunkyaputta sedang berdedikasi sendiri dan muncul tentang:




Dunia kekal
Dunia tidak kekal
Dunia terbatas
Dunia tak terbatas
Jiwa sama dengan jasmani
Jiwa tidak sama dengan jasmani
Setelah meninggal, Tathagata ada
Setelah meninggal, Tathagata tidak ada
Setelah meninggal, Tathagata ada dan tidak ada
Setelah meninggal, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada
Saya akan menanyakan hal-hal ini kepada Sang Bhagava. Jika, Sang Bhagava menerangkan salah satu diri hal-hal itu, maka saya akan tetap melaksanakan penghidupan suci di bawah bimbingan beliau; bila ia tidak menerangkannya, saya akan meninggalkan penghidupan suci.

Ketika hari telah petang, Malunkyaputta bangun dari meditasi dan pergi menjumpai Sang Buddha. Malunkyaputta menanyakan sepuluh hal itu dan mohon Sang Buddha memberikan jawaban dapat menjawabnya atau tidak. "Malunkyaputta, apakah saya pernah mengatakan kepadamu: Malunkyaputta, datang dan laksanakanlah penghidupan suci (brahmacari) di bawah bimbinganku dan saya akan menerangkan padamu bahwa, 'dunia kekal', 'dunia tidak kekal', setelah menilai, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada."
"Tidak. Bhante." "Apakah engkau pernah mengatakan kepadaku: 'Saya akan melaksanakan penghidupan suci di bawah bimbingan Sang Bhagava, dan Sang Bhagava akan menerangkan kepadaku tentang 'dunia kekal', 'dunia tidak kekal', .... setelah meninggal, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada."
"Tidak, Bhante."
"Bila demikian, siapakah anda dan yang akan kau tinggalkan?


Jika ada orang berkata: 'Saya tidak akan melaksanakan penghidupan suci di bawah bimbingan Sang Bhagava bila Sang Bhagava tidak menerangkan padamu 'dunia kekal', ....... setelah meninggal, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada'; karena hal itu belum diterangkan oleh Sang Tathagata maka orang itu akan mati. Misalnya, ada orang yang terkena panah beracun, lukanya dalam, karena kenalan dan keluarganya membawa seorang dokter operasi, tetapi orang itu berkata: 'Saya tak mau dokter saya, kedudukannya, aramanya, apakah ia pendek atau tinggi, hitam atau cerah kulitnya, ia tinggal di kota atau di desa .... bentuk panah yang melukai itu. Hal-hal itu belum dapat diketahui, orang itu telah meninggal, demikian pula halnya dengan kamu Malunkyaputta.


Tidak ada penghidupan suci (brahmacari) bila masih ada pandangan, 'dunia kekal', 'dunia tidak kekal', .... setelah meninggal, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada, juga masih ada kelahiran, usia tua, kematian, penderitaan, kesedihan, kesakitan, ratap tangis dan putus asa, yang saya terangkan untuk dilenyapkan sekarang di sini.


Malunkyaputta ingatlah apa yang saya tidak terangkan adalah tidak diterangkan, apa yang saya terangkan adalah diterangkan. Apakah yang saya tidak terangkan? Itu adalah 'dunia kekal, dunia tidak kekal, ..... setelah meninggal Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada.' Apa yang saya tidak terangkan ini adalah tidak menghubungkan dengan kesejahteraan, itu tidak termasuk dalam prinsip berhubungan dengan kesejahteraan, itu tidak termasuk dalam prinsip penghidupan suci (brahmacari) itu tidak mengarah ke pelenyapan nafsu, pemusnahan, kedamaian. Pengetahuan langsung (abhinna), penerangan agung (sambodhi), nibbana.


Apakah yang saya terangkan ? Itu adalah dukkha, asal mula dukkha, lenyapnya dukkha serta jalan melenyapkan dukkha (magga).


Mengapa saya terangkan ? Karena itu berhubungan dengan kesejahteraan, termasuk dalam prinsip brahmacari, mengarah ke pelenyapan nafsu, pemusnahan, kedamaian, pengetahuan langsung, penerangan agung (sambodhi), nibbana."
Itulah yang dibabarkan Sang Bhagava Bhikkhu Malunkyaputta menjadi puas dan gembira.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #633 on: 22 February 2009, 11:13:20 PM »
Quote
dalam diri kita, seorang putthujana (saya asumsikan anda & saya adalah putthujana), ketika mencerapi sesuatu selalu ada pikiran "aku & milikku" sebagai manifestasi kelekatan thd 5 kelompok penyusun mahkluk hidup. sederhananya kita tidak pernah mau menerima fakta anicca, dukkha & anatta
.
Ada diri atau tidak?

Quote
seorang sekha (ariya non arahat), sudah pernah mengalami fakta secara utuh, shg ia tidak menolak lagi fakta anicca,dukkha & anatta. namun kelekatan itu sendiri belum musnah total, shg ketika mencerapi, kadang2 ada pikiran "aku & milikku" yg muncul. kadang2 tidak.

Masih tidak menghilangkan kebingungan saya, ada diri atau tidak?

Quote
seorang arahat (dan Buddha tentunya), telah berhasil memusnahkan kemelekatannya secara tuntas, shg pikiran "ini aku, ini milikku" tidak muncul sama sekali.

Yang ini mas Tesla sendiri sudah bilang tidak ada diri kan?

Terima kasih atas penjelasannya.

 _/\_

Quote
saya telah menjawab anda dalam pemahaman saya tentang apa itu diri (atta).
sebagaimana kita tahu manusia (mahkluk) tersusun atas 5 kelompok (tubuh, perasaan, percerapan, bentukan mental & kesadaran). krn ada kelekatan (upadana) di dalamnya, disitulah muncul diri. paham tentang diri, adalah kelekatan yg paling mendasar.

Mas Tesla, terima kasih atas jawabannya, tapi yang mana yang benar nih karena kelekatan muncul diri atau karena kelekatan muncul paham tentang diri atau dua-duanya?

Quote
oleh karena itu saya menjawab dg manifestasi dari kelekatan itu terhadap pikiran. karena kelekatanan (upadana) ini tidak dapat terpisah dari panca khanda itu sendiri.
dalam pikiran seorang putthujana, pikirannya selalu 'ini aku, ini milikku'...

bolehkah saya bertanya? mengapa kadang-kadang saya berpikir ini bukan aku, ini bukan milikku? contohnya:
bila saya melihat orang lain, saya tidak berpikir bahwa itu adalah aku, pikiran yang muncul adalah: itu bukan aku,
begitu juga bila saya melihat barang milik orang lain, saya tidak berpikir ini milikku, pikiran yang muncul adalah: ini bukan milikku...

Quote
bagaimana denganmu? apakah yg kamu maksud dg "diri"?

Maaf lho mas, selama saya belajar agama Buddha selalu hanya dikatakan batin dan jasmani, saya bingung yang dimaksud mas Tesla dengan diri itu apa yah? Oleh sebab itu saya bertanya.

Mohon penjelasan lebih lanjut

 _/\_
The truth, and nothing but the truth...

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #634 on: 22 February 2009, 11:32:07 PM »
CULAMALUNKYAPUTTA SUTTA

(Sumber : Kumpulan Sutta Majjhima Nikaya II,
Oleh : Team Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha,
Penerbit : Proyek Sarana Kehidupan Beragama Buddha Departemen Agama RI, 1994)

Demikian yang saya dengar.
Pada suatu ketika Sang Bhagava berada di Jetavana, taman milik Anathapindika, Savatthi. Kotbah ini dibabarkan berkenaan dengan pertanyaan Malunkyaputta kepada Sang Buddha.


Pada suatu ketika bhikkhu Malunkyaputta sedang berdedikasi sendiri dan muncul tentang:




Dunia kekal
Dunia tidak kekal
Dunia terbatas
Dunia tak terbatas
Jiwa sama dengan jasmani
Jiwa tidak sama dengan jasmani
Setelah meninggal, Tathagata ada
Setelah meninggal, Tathagata tidak ada
Setelah meninggal, Tathagata ada dan tidak ada
Setelah meninggal, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada
Saya akan menanyakan hal-hal ini kepada Sang Bhagava. Jika, Sang Bhagava menerangkan salah satu diri hal-hal itu, maka saya akan tetap melaksanakan penghidupan suci di bawah bimbingan beliau; bila ia tidak menerangkannya, saya akan meninggalkan penghidupan suci.

Ketika hari telah petang, Malunkyaputta bangun dari meditasi dan pergi menjumpai Sang Buddha. Malunkyaputta menanyakan sepuluh hal itu dan mohon Sang Buddha memberikan jawaban dapat menjawabnya atau tidak. "Malunkyaputta, apakah saya pernah mengatakan kepadamu: Malunkyaputta, datang dan laksanakanlah penghidupan suci (brahmacari) di bawah bimbinganku dan saya akan menerangkan padamu bahwa, 'dunia kekal', 'dunia tidak kekal', setelah menilai, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada."
"Tidak. Bhante." "Apakah engkau pernah mengatakan kepadaku: 'Saya akan melaksanakan penghidupan suci di bawah bimbingan Sang Bhagava, dan Sang Bhagava akan menerangkan kepadaku tentang 'dunia kekal', 'dunia tidak kekal', .... setelah meninggal, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada."
"Tidak, Bhante."
"Bila demikian, siapakah anda dan yang akan kau tinggalkan?


Jika ada orang berkata: 'Saya tidak akan melaksanakan penghidupan suci di bawah bimbingan Sang Bhagava bila Sang Bhagava tidak menerangkan padamu 'dunia kekal', ....... setelah meninggal, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada'; karena hal itu belum diterangkan oleh Sang Tathagata maka orang itu akan mati. Misalnya, ada orang yang terkena panah beracun, lukanya dalam, karena kenalan dan keluarganya membawa seorang dokter operasi, tetapi orang itu berkata: 'Saya tak mau dokter saya, kedudukannya, aramanya, apakah ia pendek atau tinggi, hitam atau cerah kulitnya, ia tinggal di kota atau di desa .... bentuk panah yang melukai itu. Hal-hal itu belum dapat diketahui, orang itu telah meninggal, demikian pula halnya dengan kamu Malunkyaputta.


Tidak ada penghidupan suci (brahmacari) bila masih ada pandangan, 'dunia kekal', 'dunia tidak kekal', .... setelah meninggal, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada, juga masih ada kelahiran, usia tua, kematian, penderitaan, kesedihan, kesakitan, ratap tangis dan putus asa, yang saya terangkan untuk dilenyapkan sekarang di sini.


Malunkyaputta ingatlah apa yang saya tidak terangkan adalah tidak diterangkan, apa yang saya terangkan adalah diterangkan. Apakah yang saya tidak terangkan? Itu adalah 'dunia kekal, dunia tidak kekal, ..... setelah meninggal Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada.' Apa yang saya tidak terangkan ini adalah tidak menghubungkan dengan kesejahteraan, itu tidak termasuk dalam prinsip berhubungan dengan kesejahteraan, itu tidak termasuk dalam prinsip penghidupan suci (brahmacari) itu tidak mengarah ke pelenyapan nafsu, pemusnahan, kedamaian. Pengetahuan langsung (abhinna), penerangan agung (sambodhi), nibbana.


Apakah yang saya terangkan ? Itu adalah dukkha, asal mula dukkha, lenyapnya dukkha serta jalan melenyapkan dukkha (magga).


Mengapa saya terangkan ? Karena itu berhubungan dengan kesejahteraan, termasuk dalam prinsip brahmacari, mengarah ke pelenyapan nafsu, pemusnahan, kedamaian, pengetahuan langsung, penerangan agung (sambodhi), nibbana."
Itulah yang dibabarkan Sang Bhagava Bhikkhu Malunkyaputta menjadi puas dan gembira.



24. “Para bhikkhu, siapa pun, apakah ia pertapa dan brahmana yang ajaran atau paham mereka berkenaan dengan keadaan masa lampau atau berkenaan dengan keadaan masa yang akan datang, atau pun berpaham kedua-duanya, berspekulasi mengenai keadaan yang lampau dan yang akan datang, yang dengan bermacam-macam dalil menerangkan tentang keadaan yang lampau dan yang akan datang, mereka semua telah terjerat di dalam jala 62 pandangan ini. Dengan berbagai keadaan mereka jatuh dan berada di dalamnya, dan dengan berbagai cara mereka berusaha melepaskan diri, tetapi sia-sia belaka karena mereka terjerat di dalamnya. Bagaikan seorang penjala ikan yang pandai akan menjala di sebuah kolam kecil dengan sebuah jala yang baik, berpikir: ikan apa pun yang berada dalam kolam ini, walaupun berusaha membebaskan diri, tetap semuanya akan terperangkap di dalam jala ini.”

25. “Para bhikkhu, bagi Dia yang di luar jala, Ia yang telah mencapai kesempurnaan, Tathagata, yang sedang berada di hadapan kamu, karena segala belenggu pengikat penyebab kelahiran kembali telah diputuskannya. Selama kehidupan jasmaninya masih ada, maka selama itu para dewa dan manusia dapat melihatnya. Tetapi tatkala kehidupan jasmaninya terputus di akhir masa kehidupannya, maka para dewa dan manusia tidak dapat lagi melihatnya. Bagaikan sebatang pohon mangga yang ditebang, maka semua buah yang ada di pohon mengikutinya. Demikian pula, walaupun tubuh jasmani dari Dia yang telah mencapai kesempurnaan, Tathagata, masih berada di depan kamu, namun demikian semua belenggu penyebab kelahiran kembali telah diputuskannya. Selama kehidupan jasmaninya masih ada, maka selama itu para dewa dan manusia dapat melihatnya. Tetapi tatkala kehidupan jasmaninya terputus di akhir masa kehidupannya, maka para dewa dan manusia tidak dapat lagi melihatnya.”
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #635 on: 22 February 2009, 11:42:55 PM »
Quote
Mas Tesla, terima kasih atas jawabannya, tapi yang mana yang benar nih karena kelekatan muncul diri   atau karena kelekatan muncul paham tentang diri  atau dua-duanya?
paham tentang diri adalah wujud kelekatan yg paling mendasar, sedangkan wujud lainnya masih banyak. utk bahasa normalnya yg bisa dilihat dipermukaannya adalah 'ego'.

Quote
bolehkah saya bertanya? mengapa kadang-kadang saya berpikir ini bukan aku, ini bukan milikku? contohnya:
bila saya melihat orang lain, saya tidak berpikir bahwa itu adalah aku, pikiran yang muncul adalah: itu bukan aku,
begitu juga bila saya melihat barang milik orang lain, saya tidak berpikir ini milikku, pikiran yang muncul adalah: ini bukan milikku...
pikiran "ini aku, ini milikku" selalu muncul dalam diri putthujana dalam artian ia selalu menghubungkan apa yg dicerapinya dg pikiran tersebut.
pikiran "bukan aku, bukan milikku" jg muncul karena hubungannya (sbg lawan) pikiran "ini aku, ini milikku".

jika tidak ada pikiran ini aku, bagaimana mungkin ada pikiran ini bukan aku?

Quote
Maaf lho mas, selama saya belajar agama Buddha selalu hanya dikatakan batin dan jasmani,
batin dan jasmani itu sama dg kelima kelompok penyusun mahkluk (panca khanda).
1. jasmani (rupa)
2. batin (perasaan; pencerapan; bentukan mental; kesadaran)

batin & jasmani sendiri belum bisa disebut sebagai diri (atta). kelekatan terhadap batin & jasmanilah baru memunculkan diri. bisa dilihat para arahat & buddha, setelah pencerahannya tetap saja memiliki batin & jasmani kan? ;)

    Melekat pada jasmani, maka 'aku ada', ...;
    melekat pada perasaan ...;
    melekat pada persepsi ...;
    melekat pada bentukan ...;
    melekat pada kesadaran, maka 'aku ada', ...."
    Khandha Samyutta ix,1

Quote
saya bingung yang dimaksud mas Tesla dengan diri itu apa yah? Oleh sebab itu saya bertanya.
lho kan sudah saya jawab:
Quote
saya telah menjawab anda dalam pemahaman saya tentang apa itu diri (atta).
sebagaimana kita tahu manusia (mahkluk) tersusun atas 5 kelompok (tubuh, perasaan, percerapan, bentukan mental & kesadaran). krn ada kelekatan (upadana) di dalamnya, disitulah muncul diri. paham tentang diri, adalah kelekatan yg paling mendasar.
« Last Edit: 22 February 2009, 11:44:54 PM by tesla »
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #636 on: 23 February 2009, 08:27:01 AM »
Quote
masalah nnya...Mahayana menulis arahat masih bisa merosot.....jadi maksud nya itu apa?
Theravada sendiri tidak pernah mengatakan arahat masih bisa merosot...

apa seorang arahat masih bisa menjadi perumah tangga....
dalam arti kesucian itu bisa pelan-pelan kotor kembali.. ^^

dalam arti lain Sammasambuddha masih bisa kotor?
apabila dialasankan menjadi Arahat tidak sama Sammasambuddha dalam pencapaian..
berarti hal ini menujukkan perbedaan Nirvana kelas Arahat dan kelas Sammasambuddha.?

kalau Theravada kan tidak ada beda nibbana arahat(savaka) dan nibbana sammasambuddha( arahat juga)
sedangkan mahayana ada beda?...tolong infonya
Tafsiran kemerosotan Arahat bukan pernyataan sepihak Mahayana. Hal ini sudah terjadi perdebatan dari berbagai sekte. Sarvastivada yg bagian dari pecahan Theravada juga menyatakan kemerosotan Arahat. Masing2 punya pandangan masing2, mereka saja saling berdebat Arahat jenis apa yg merosot, jenis apa yg tidak merosot. Merosot sebatas apa, dll.
Coba kaji juga ttg Arahat yg tidak sanggup menahan sakit dan memilih bunuh diri, apa karena ada kaitan dgn kekuatiran mengalami kemerosotan, saya sejujurnya blm tahu, tapi silakan kemukakan pandangan anda. NO problem. hehe..

Apakah ada contoh bahwa ada Arahat yg bunuh diri?
Setahu saya, di dalam Theravada, seorang Sotapana "saja" tidak akan bisa melakukan tindakan bunuh diri. Apalagi seorang Arahat?

Ada (coba tanya sdr. Wolverine utk referensinya)

Bagi saya, bunuh diri seorang Arahat dan putthujana adalah berbeda. Ketika seorang putthujana bunuh diri, ada "dirinya" yg menolak eksistensinya sendiri. Ketika seorang telah mencapai "sotapanna" saja, artinya orang tsb telah melenyapkan sakkaya-ditthi. di situ, tidak ada lagi "diri" yg menolak eksistensi lagi, walau aktifitas yg tampak di luar bagi kita putthujana di sana adalah bunuh diri. padahal setelah pandangan salah tentang adanya diri lenyap, "diri" mana yg mau di bunuh?

Sejauh pengetahuan saya, Arahat yg membunuh diri tidak ada.
Yang ada adalah siswa yang menjadi arahat diantara aktivitas bunuh diri (dengan menggorok leher) menjelang kematian.
yaa... gitu deh

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #637 on: 23 February 2009, 09:44:30 AM »
jika anda membaca hanya sutta (MN144) maka kuat kesannya bahwa Channa telah arahat sebelum ia menggunakan pisau utk menggorok lehernya.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #638 on: 23 February 2009, 10:22:56 AM »
MN 114: Sevitabbasevitabba Sutta (Things that should and should not be practiced) ?

didalamnya hanya dialog antara Sang Buddha dengan YM Sariputta. Yang ini bukan?
There is no place like 127.0.0.1

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #639 on: 23 February 2009, 11:13:46 AM »
bukan suhu, MN 144,

didalamnya ada dialog Sariputta bersama Maha Cunda berusaha mencegah Channa utk menggunakan pisau.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #640 on: 23 February 2009, 11:16:51 AM »
upss, salah nomor :))
There is no place like 127.0.0.1

cunda

  • Guest
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #641 on: 23 February 2009, 04:00:43 PM »
upss, salah nomor :))

namaste suvatthi hotu

coba suhu lihat di


Majjhimanikāye; Uparipaṇṇāsapāḷi; 5. Saḷāyatanavaggo; 2. Channovādasuttaṃ 389


thuti

Offline BlackDragon

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 154
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • *SADHAKA*
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #642 on: 23 February 2009, 09:21:33 PM »
jika anda membaca hanya sutta (MN144) maka kuat kesannya bahwa Channa telah arahat sebelum ia menggunakan pisau utk menggorok lehernya.

Permisi Bro, kalo saya mau liat cari nya dmn yah?
thx
Hanya orang bodoh yg merasa dirinya cukup pintar.

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #643 on: 23 February 2009, 10:38:05 PM »
Untung sang guru Buddha tidak merancang melakukan hal itu yach pada akhir hidupnya (pada kondisi sakit), apa akibatnya klo sang Guru melakukan hal ini sebagai panutan, begitu juga pada orang-orang (murid-muridNya) yang dihormati sebagai orang bijaksana. Bisa-bisa sperti di suatu daerah di pulau jawa atau tradisi di jepang sana, dimana penduduknya cenderung menyelesaikan masalah dengan cara tersebut.  :o  ???
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #644 on: 24 February 2009, 01:10:43 AM »
Quote
Mas Tesla, terima kasih atas jawabannya, tapi yang mana yang benar nih karena kelekatan muncul diri   atau karena kelekatan muncul paham tentang diri  atau dua-duanya?
paham tentang diri adalah wujud kelekatan yg paling mendasar, sedangkan wujud lainnya masih banyak. utk bahasa normalnya yg bisa dilihat dipermukaannya adalah 'ego'.

Quote
bolehkah saya bertanya? mengapa kadang-kadang saya berpikir ini bukan aku, ini bukan milikku? contohnya:
bila saya melihat orang lain, saya tidak berpikir bahwa itu adalah aku, pikiran yang muncul adalah: itu bukan aku,
begitu juga bila saya melihat barang milik orang lain, saya tidak berpikir ini milikku, pikiran yang muncul adalah: ini bukan milikku...
pikiran "ini aku, ini milikku" selalu muncul dalam diri putthujana dalam artian ia selalu menghubungkan apa yg dicerapinya dg pikiran tersebut.
pikiran "bukan aku, bukan milikku" jg muncul karena hubungannya (sbg lawan) pikiran "ini aku, ini milikku".

jika tidak ada pikiran ini aku, bagaimana mungkin ada pikiran ini bukan aku?

Quote
Maaf lho mas, selama saya belajar agama Buddha selalu hanya dikatakan batin dan jasmani,
batin dan jasmani itu sama dg kelima kelompok penyusun mahkluk (panca khanda).
1. jasmani (rupa)
2. batin (perasaan; pencerapan; bentukan mental; kesadaran)

batin & jasmani sendiri belum bisa disebut sebagai diri (atta). kelekatan terhadap batin & jasmanilah baru memunculkan diri. bisa dilihat para arahat & buddha, setelah pencerahannya tetap saja memiliki batin & jasmani kan? ;)

    Melekat pada jasmani, maka 'aku ada', ...;
    melekat pada perasaan ...;
    melekat pada persepsi ...;
    melekat pada bentukan ...;
    melekat pada kesadaran, maka 'aku ada', ...."
    Khandha Samyutta ix,1

Quote
saya bingung yang dimaksud mas Tesla dengan diri itu apa yah? Oleh sebab itu saya bertanya.
lho kan sudah saya jawab:
Quote
saya telah menjawab anda dalam pemahaman saya tentang apa itu diri (atta).
sebagaimana kita tahu manusia (mahkluk) tersusun atas 5 kelompok (tubuh, perasaan, percerapan, bentukan mental & kesadaran). krn ada kelekatan (upadana) di dalamnya, disitulah muncul diri. paham tentang diri, adalah kelekatan yg paling mendasar.


terima kasih atas penjelasannya,

Jadi benar menurut pendapat mas Tesla bahwa semula ada diri, setelah mencapai pencerahan diri menjadi tiada.

Diri muncul karena pikiran "ini aku, ini milikku" selalu muncul dalam diri putthujana dalam artian ia selalu menghubungkan apa yg dicerapinya dg pikiran tersebut.
 
Setelah mencapai pencerahan yang tinggal hanya batin dan jasmani, karena diri yang timbul karena pikiran selalu menghubungkan apa yang dicerapinya sebagai "ini aku, ini milikku" telah lenyap.

Dengan demikian bila pikiran yang selalu menghubungkan apa yang dicerapinya sebagai "ini aku, ini milikku" telah lenyap maka ia telah mencapai pencerahan.

Begitukah?

Quote
Melekat pada jasmani, maka 'aku ada', ...;
    melekat pada perasaan ...;
    melekat pada persepsi ...;
    melekat pada bentukan ...;
    melekat pada kesadaran, maka 'aku ada', ...."
    Khandha Samyutta ix,1

ada di website mana nih mas? kok saya nggak ketemu?

Mohon penjelasan lebih lanjut.

 _/\_
« Last Edit: 24 February 2009, 01:18:45 AM by truth lover »
The truth, and nothing but the truth...

 

anything