Seperti yang telah dijelaskan, Pacceka Buddha dan Siswa Mulia adalah makhluk Tarita. Dengan demikian, setelah mereka menembus Jalan menuju Kearahattaan, selanjutnya mereka memasuki tahap pencapaian Buah (Phàla samàpatti) dan pencapaian Penghentian (Nirodha Samàpatti) demi kebahagiaan dan kedamaian mereka sendiri, tidak bekerja demi kebaikan makhluk-makhluk lain. Di lain pihak, seorang Buddha Yang Mahatahu (Samma-Sambuddha) tidak akan berusaha demi dirinya sendiri saja. Bahkan sebenarnya, dalam masa pemenuhan Kesempurnaan pun ia telah bertekad, “Setelah memahami Empat Kebenaran Mulia, Aku akan membantu yang lain untuk memahaminya juga (Buddho bodheyyaÿ) dan seterusnya. (Sumber : Riwayat Agung Para Buddha)
Di jaman Buddha Dipankara, banyak sekali siswa Buddha Dipankara, ada yg mencapai Arahat, ada yg belum. Pertapa Sumedha saat itu telah sanggup mencapai Kearahatan, namun Beliau tidak mau menjadi Arahat. Karena menjadi Arahat akan menghambatnya utk menjadi Sammasambuddha. (Dalam Mahayana, Arahat akan menjadi Buddha juga karena aspek lain yg dibicarakan secara lebih luas yg tidak dibahas dlm Theravada). Para siswa lain yg tidak memiliki cita2 seperti Sumedha, sudah jelas karena mereka belum memahami keistimewaan dari memilih jalur Sammasambuddha. Sumedha sendiri dapt menjadi Arahat toh menolaknya, padahal saat itu Sumedha masih putthujana (blm mencapai kesucian seperti para siswa ARahat dari Buddha Dipankara). Nah...ini bersumber dari Theravada sendiri lho, apakah para siswa Dipankara yg sudah Arahat yg notabene sudah suci tidak memilih seperti pilihan Sumedha? Sumedha yg cuma bercita-cita menjadi Buddha (blm benar2 mencapai Kebuddhaan) tapi para penduduk dan dewa sudah menhujani beliau dgn bunga2 layaknya seorang yg telah suci.
Saya tidak bermaksud mengatakan para Arahat tidak mulia. Jangan Salah paham. Selama ini saya juga sangat sangat respek kepada para Arahat. hehe...
Cuma di sini kita hanya saling belajar, saling mencari masukan. Toh saya juga senang kalo anda2 menjadi Arahat dan mendatangi saya utk mengajar.
Saya mempelajari Theravada dan Mahayana secara terbuka. Kalo dlm theravada mengatakan Arahat telah selesai. Saya setuju,tetapi setelah saya lihat mahayana mengatakan Arahat masih punya "ruang" utk maju, saya tidak akan membantahnya juga tidak mengatakan bahwa hanya ini yg benar. Kita tidak bisa membuktikan secara teoritis, ini tentu kita sama2 setuju, karena sama2 paham bahwa harus ehipassiko, praktikkan. Saya sendiri blm tahu siapa sesungguhnya diri saya, lantas utk apa saya harus membela salah satu aliran religius, emangnya aliran itu punya bapa saya, kira2 begitu , hehe..
Saya hanya menerima informasi dan menyadari ooooo....ajarannya begitu. Kemudian terdapat perbedaan pendapat antar aliran, okelah..masing2 punya pendapat masing2, si A bilang dia benar, si B bilang dia benar, okelah.., saya tidak mau membela. Akhirnya saya akui karena saya cocok ke Mahayana, maka saya memberi peluang kepada pikiran saya utk membuktikan apakah suatu saat pilihan saya benar atau salah. Toh jika salahpun ,saya tidak akan menyesal, karena semua orang belajar dari kesalahan. Setelah baca RIWAYAT AGUNG PARA BUDDHA yg notabene kitab dari Theravada, terus terang saya semakin kokoh dgn cita-cita menjadi SAMMASAMBUDDHA saya yg saya canangkan seperti nasihat dalam Mahayana agar membangkitkan Bodhicitta yg ternyata SAMA dgn ABHINAHARA dalam Theravada.
sadhu-sadhu-sadhu...semoga cita-cita luhur itu terealisasikan.
tetapi pada waktu di hadapkan pada pencapaian arahat atau sammasambuddha...
dan sumedha sendiri
belum pernah merasakan "nibbana se-utuh-nya"...
dalam Theravada sendiri "nibbana" arahat dan "nibbana" sammasambuddha itu sama kualitas nya.
tidak ada beda-nya.....sama-sama
padam.ini jika di lihat dari segi "pencapaian nibbana"
tetapi kalau ukuran luhur tentu sammasambuddha lebih luhur.
-----------------------------------------
saat ini bukanlah topik pencapaian Sammasambuddha...melainkan masalah disini dibahas adalah
1. arahat masih bisa merosot..
2. bagian mana yang dikatakan sammasambuddha bebas dari penderitaan
(toh 4 kesunyataan mulia di langgar dan hukum paticasammupada di langgar)
3.pengertian "nirvana" dalam mahayana itu sebenarnya apa....soalnya tidak sesuai dengan "nibbana" dalam theravada.
(nibbana theravada = padam...
sedangkan nirvana mahayana = pergi ke suatu alam/tempat...lalu bisa milih mau lahir dimana terus mengajarkan dhamma lagi)
4.apakah enak nya menjadi sammasambuddha?...toh sama-sama akan lahir lagi.
dan sama-sama akan menderita ( jara-marana )
5.muncul 1 pertanyaan lagi. ^^
jika dikatakan Buddha gotama telah mencapai "pencerahan beberapa kalpa sebelum nya"
mengapa Buddha gotama menghina seorang sammasambuddha, sehingga harus melunasi kamma nya dengan meditasi selama 6 tahun dan begitu menderita,barulah mencapai kesempurnaan.
mengapa buddha gotama bisa menghina...padahal kenyataan nya orang yang telah tercerahkan sudah tahu akibat hal itu...