//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Diskriminasi Perempuan Buddhis  (Read 9216 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline kiman

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 348
  • Reputasi: 13
  • Gender: Female
  • HUM !
Re: Diskriminasi Perempuan Buddhis
« Reply #15 on: 04 November 2008, 10:06:19 PM »
coba kalian google mengenai Arya Tara. Beliau dari perempuan, bs mencapai pencerahan. Beliau juga menentang diskriminasi ini sehingga Beliau menunjukkan kepada orang2 bahwa perempuan pun bisa mencapai pencerahan sempurna.
U CAN GET DHARMA WITHOUT MONEY

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Diskriminasi Perempuan Buddhis
« Reply #16 on: 04 November 2008, 10:25:51 PM »
yg dianggap sbg diskriminasi (padahal bukan) sama sekali tidak ada hubungannya dengan pencerahan, pada masa Sang Buddha banyak sekali Bhikkhuni yang mencapak kesucian Arahat. Perempuan mempunyai peluang yg sama dengan laki-laki dalam hal pencapaian Kesucian

Offline EonStrife

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 14
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Diskriminasi Perempuan Buddhis
« Reply #17 on: 01 March 2011, 06:35:09 PM »
Bhikkhuni yang sudah senior tidak boleh menegur bhikkhu yang walaupun baru ditabhiskan. Ini adalah untuk melindungi bhikkhuni dari sifat ego dan sombong "menguasai laki-laki". Dalam Anguttara Nikaya dan Majjhima Nikaya ada disebutkan tentang sifat negatif wanita yang salah satunya adalah "menguasai" laki-laki. Kalau sudah mendapat kesempatan menguasai dan mengatur laki-laki, seseorang sulit mencapai kesucian. Contoh saja PM Margaret Thatcer (PM Inggris tahun 80-an) yang memerintah dengan strength. Contoh lain Hartati Murdaya yang menguasai banyak laki-laki (sehingga banyak yang takut dan nurut).

Atau ini untuk melindungi Bhikkuni supaya gak ditonjok oleh para Bhikku pemula (yg masih fresh di benaknya pemikiran pria >>>>> wanita) :))

Offline kweeCheng

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 2
  • Reputasi: 0
Re: Diskriminasi Perempuan Buddhis
« Reply #18 on: 09 March 2011, 12:07:36 AM »
Bhikkhuni yang sudah senior tidak boleh menegur bhikkhu yang walaupun baru ditabhiskan. Ini adalah untuk melindungi bhikkhuni dari sifat ego dan sombong "menguasai laki-laki". Dalam Anguttara Nikaya dan Majjhima Nikaya ada disebutkan tentang sifat negatif wanita yang salah satunya adalah "menguasai" laki-laki. Kalau sudah mendapat kesempatan menguasai dan mengatur laki-laki, seseorang sulit mencapai kesucian. Contoh saja PM Margaret Thatcer (PM Inggris tahun 80-an) yang memerintah dengan strength. Contoh lain Hartati Murdaya yang menguasai banyak laki-laki (sehingga banyak yang takut dan nurut). 

Menurut pandangan saya, apabila seseorang melakukan tindakan yg salah (tanpa membedakan jenis kelamin dan jabatan seseorang) selayaknya ditegur dan diberitahu. Dengan harapan yang ditegur menyadari dan memperbaiki kesalahanya.
Apakah akan kita biarkan seseorang terus melakukan kesalahan hanya karena jenis kelaminya?
Lagi pula menegur dalam logika saya bukan merupakan suatu kesalahan, tujuanya kan baik (merubah yg salah menjadi benar)


Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Diskriminasi Perempuan Buddhis
« Reply #19 on: 09 March 2011, 12:21:11 AM »
tapi bukannya jaman sekarang diskriminasi terhadap perempuan sudah hilang, contoh pekerjaan pria sekarang pun di kerjakan wanita, baik jadi supir bus, tukang bangunan dll. dan banyak juga wanita yg lebih dominan menguasai atau mengatur laki2 (dalam rumah tangga ataupun pekerjaan) boleh di kata malah mulai kebalik diskriminasi mulai muncul terhadap pria. :-?
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline NOYA

  • Teman
  • **
  • Posts: 66
  • Reputasi: 7
  • Gender: Female
  • I still need to learn more.
Re: Diskriminasi Perempuan Buddhis
« Reply #20 on: 02 April 2011, 06:46:01 PM »
UNEK UNEK SAYA SEBAGAI WANITA  :))

Sang Buddah tidak diskriminatif, tidak gender bias! Ini kunci yang perlu kita pegang.

Dibandingkan dengan ajaran agama lain, agama Buddha paling respect terhadap wanita. Pengakuan bahwa  kesempatan wanita dalam merealisasi tujuan tertinggi (Nibbāna) oleh Sang Buddha adalah point yang luar biasa.

Kalaupun ada "SLIGHT diskriminasi" adalah pada masa selanjutnya oleh umat Buddha dan dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya dimana agama Buddha berkembang. Misalnya saja, sekarang ini ada  praktek bahwa wanita tidak boleh naik ke areal pohon Bodhi (bisa ditanyakan kepada para bhikkhu yang tinggal di Sri Lanka). Tetapi ini bukanlah Sang Buddha dan bukan agama Buddha yang mengajarkan demikian. Ini adalah praktek yang sudah dipengaruhi kultur daerah.


Pada saat membaca beberapa Buddhis literature (tentang ajaran yang mengatakan bahwa sasana akan berumur 500 tahun karena wanita menjadi bhikkhuni,  tentang ketidakmungkinan wanita menjadi Buddha dan menjadi cakkavati) memang kadang saya bertanya "oh...apakah ini karena wanita lebih rendah dari pria?" Misalnya pada saat membaca konsep Raja Cakkavatti. Dikatakan dengan tegas bahwa wanita tidak bisa menjadi raja cakkavatti (Aṭṭhānametaṃ, bhikkhave, anavakāso yaṃ itthī rājā assa cakkavattī. Netaṃ ṭhānaṃ vijjati. Ṭhānañca kho etaṃ, bhikkhave, vijjati yaṃ puriso rājā assa cakkavattī. Ṭhānametaṃ vijjatī’’. A.N. I. 28.)

Hal ini harus disikapi dengan cara positive thinking oleh wanita. Pertama, Sang Buddha tidak melarang wanita menjadi Raja. Nah konsep ini yang harus dimaknai secara positive oleh wanita bahwa kita bisa menjadi pemimpin. Walaupun tidak dapat mendapat julukan cakkavatti, tetapi wanita dapat menjadi raja besar.  Dalam teori tentang kepemimpinan, Sang Buddha mengajarkan bahwa semua raja (raja pria dan wanita) memenuhi kewajiban dengan baik seperti: berlaku sesuai Dhamma dan menyejahterakan rakyatnya (dhammikaṃ-rakkhāvaraṇāguttiṃ. A.N.I. 109) pastilah akan dicintai rakyatnya dan menjadi raja besar.

Melihat konsep bahwa wanita tidak bisa menjadi Buddha (A.N. I. 28), hal ini tidak berati bahwa wanita tidak bisa mencapai kesucian tertinggi. Tentu banyak sutta dan cerita di Therigātha yang dapat dijadikan bukti.

So, para wanita mari berpikir positif. Dan kepada semuanya (pria dan wanita), mari menjadi sadar gender. Gender adalah membedakan wanita dan pria berdasarkan cultur sosial. Secara faktor bilogi, memang kita berbeda, tetapi kita tetap mempunyai potensi yang sama untuk merealisasi kebenaran. 

Pria dan wanita kan sama-sama kumpulan pancakkhandha yang sedang berjuang mencapai Nibbāna.  :-?

Offline Aui

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 47
  • Reputasi: 1
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Diskriminasi Perempuan Buddhis
« Reply #21 on: 03 April 2011, 03:48:43 PM »
wah ga bole tuu, .  . ;D

 

anything