//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - NOYA

Pages: 1 2 3 4 [5]
61
Diskusi Umum / Re: Surga: Tidak lepas dari diskriminasi
« on: 06 July 2010, 09:38:13 AM »
Quote
arti kata punna apa tuh ya beda dngan kusala?

Puñña berbeda dengan kusala

Sebelum berbicara lebih lanjut perlu ditandaskan dulu bahwa perbedaannya adalah hanya pada kadar loba, dosa dan moha yang menyertainya saja. Pada dasarnya keduanya adalah perbuatan baik.

Puñña berarti ‘merit’ atau perbuatan jasa. Apabila kita melakukan perbuatan baik yang masih disertai pamrih, masih ada kadar lobha, dosa dan mohanya walaupun sedikit, itu masih dikategorikan sebagai puñña dan bukan kusala. Perbuatan baik yang dilakukan dengan tujuan masuk surga adalah juga termasuk puñña. Lihat saja penjelasan di dalam Dhammapada Yamaka Vagga syair 18 yang menyatakan bahwa puñña membuat seseorang terlahir di alam surga (Idha nandati pecca nandati, katapuñño ubhayattha nandati, puñaṃ me kata’’nti nandati, bhiyyo nandati suggatiṃ gato).

Kusala berarti; clever, expert, good, right, skilfull, meritorious, profitable dan wholesome . Kusala ini berarti perbuatan yang telah terbebas dari lobha, dosa dan moha serta mendekatkan pada perealisasian Nibbāna. (Sannath Nanakara. Encyclopaedia of Buddhism.  Vol VI. Sri Lanka: The Government of Sri  Lanka. 1996. Hal. 258.) Pengertian kusala yang di dalam Tipiṭaka misalnya didapat di dalam Aṅgutara Nikaya I. 263. Di dalam Aṅgutarra Nikāya ini dijelaskan bahwa praktik kusala yang bercirikan alobha, adosa dan amoha mengantarkan pada perealisasian Nibbāna.

Di dalam Aṅguttara disebutkan sebagai berikut: Alobho nidānaṃ kammānaṃ samudayāya, adoso nidānaṃ kammānaṃ samudayāya, amoho nidānaṃ kammānaṃ samudayāya. Yaṃ, bhikkhave, alobhapakataṃ kammaṃ alobhajaṃ alobhanidānaṃ alobhasamudayaṃ, taṃ kammaṃ kusalam taṃ kammaṃ anavajjaṃ taṃ kammaṃ sukhavipākaṃ, taṃ kammaṃ kammanirodhāya saṃvattati, na taṃ kammaṃ kammasamudayāya saṃvattati. Yaṃ, bhikkhave, adosapakataṃ…………….. Yaṃ, bhikkhave, amohapakataṃ………….. taṃ kammaṃ kusalam taṃ kammaṃ anavajjaṃ taṃ kammaṃ sukhavipākaṃ, taṃ kammaṃ kammanirodhāya saṃvattati, na taṃ kammaṃ kammasamudayāya saṃvattati. Imāni kho, bhikkhave, tīṇi nidānāni kammānaṃ samudayāyā’’ti.

Dengan demikian menurut saya, setiap puñña bukan merupakan kusala. Kusala lebih tinggi dari puñña.


 _/\_

62
Dampak Lumpur Lapindo Jalan Raya Porong Ambles 5 Cm Setiap Bulan

[SURABAYA] Jalan Raya Porong, Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim) mengalami penurunan tanah sedalam lima sentimeter (cm) per bulan. Ambles tersebut sudah mencapai 90 cm sejak tahun 2008, sebagai dampak dari semburan dan luberan lumpur panas bercampur gas Lapindo setiap hari.

Dari hasil observasi Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) disimpulkan, penurunan terparah berada di pintu keluar Jalan Tol Porong, yang lebih dikenal dengan tol bunting. Penurunan disebabkan adanya rongga yang berada di dalam tanah, sehingga tanah yang ada di atasnya anjlok perlahan.

Wakil Kepala Humas Badan Pelaksana (Bapel) Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), Akhmad Kusairi, mengemukakan hal itu di Surabaya, Sabtu (3/7) pagi. Karena ambles, BPLS kemudian meninggikan jalan sepanjang satu kilometer dari Desa Ketapang, Tanggulangin hingga Tugu Kuning di Kelurahan Siring, Porong. Peninggian pada jalur ini mencapai satu meter pada tempat amblesan yang terdalam di depan Gerbang Tol Porong.

Sementara itu, anggota Komisi V DPR Imam Nachrawi menganggap proyek peninggian Jalan Raya Porong, sebagai pekerjaan mubazir, karena tidak lama jalan tersebut akan dipindah ke lokasi jalan arteri baru. "Proyek ini terkesan mengada-ada karena menghabiskan dana anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN)," kata Imam Nachrawi, seusai melakukan inspeksi mendadak (sidak) bersama empat anggota Komisi V lainnya, Jumat (2/7). Menurut Nachrawi, pihaknya mendapat banyak keluhan dari masyarakat tentang pembangunan proyek peninggian jalan itu, karena mereka selalu menghirup debu ketika proyek dikerjakan. Keluhan terbesar dari pengemudi truk dan angkutan umum serta pengguna kendaraan roda dua.

Audit
Komisi V DPR RI juga mendorong Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) segera melakukan audit menyeluruh terhadap penggunaan APBN di lingkup BPLS. Nachrawi memberi contoh, ada pompa besar mangkrak di pinggir Kali Porong. Pompa tersebut dibeli dengan harga miliaran rupiah. Karena itu perlu audit. Kepala Humas BPLS, Achmad Zulkanaen mengatakan, proyek peninggian jalan merupakan bagian dari tindak lanjut rekomendasi Kementerian Pekerjaan Umum, Jasa Marga dan BPLS.

Menurut Zulkarnaen, sejak BPLS dibentuk 2007, anggarannya mencapai Rp 4 triliun, tetapi hanya terserap Rp 1,3 triliun. Minimnya penyerapan disebabkan, anggaran dialokasikan untuk proyek relokasi infrastruktur. Masih ada lahan yang belum terbebaskan, sehingga pembangunan fisik belum bisa dikerjakan di atas lahan yang belum tersedia.
Seperti diberitakan semburan dan luberan lumpur terjadi sejak 29 Mei 2006. Luberan lumpur ditampung dalam kolam raksasa seluas 700 hektare dan sebagian dibuang langsung ke Selat Madura, melalui Kali Porong. Sebanyak 13.000 lebih rumah telah tenggelam karena semburan tersebut. [080/070]

63
Diskusi Umum / Re: Status Wanita di Tengah Masyarakat Buddhis
« on: 05 July 2010, 10:32:51 PM »
Quote
bagus sih tapi bahasa pali ya? saya buta bahasa pali .. 


betul...betul...kasus yang sama juga terjadi pada saya saat membaca Aṭṭhakathā. Lebih parahnya lagi, Aṭthakatha yang di dalam bahasa Inggris juga sangat sedikit. Jadi tambah sulit memahami Atṭhakathā. Mimpi menemukan Aṭṭhakathā dalam bahasa Indonesia juga masih jauhhhhhhhhhhhh banget kayaknya.  Cuapek dechhhhhhhh.............

64
Dear Lixmon...

Kayaknya lagunya udah dipostingkan oleh Ce' Yuri di atas. gak pa2 sih. Ini berarti, lagunya keren banget............Ayo semua........semangat ngajar sekolah minggu.

BE BRAVO!!!!!!!

65
Diskusi Umum / Re: Surga: Tidak lepas dari diskriminasi
« on: 05 July 2010, 10:22:50 PM »
Quote
Sebenarnya banyak cerita2 Buddhis yang mengisahkan bagaimana seorang wanita yang terlahir di alam dewa sebagai bidadari dikelilingi oleh banyak bidadari, namun tidak ditemukan seorang bidadari dikelilingi oleh banyak bidadara.

1. Dimana saja ya?

2. Apakah hal ini karena seperti yang disebutkan oleh teman di atas tadi  bahwa hal ini karena adanya pengaruh "budaya patriarki"? Dan apakah karena penulisan literature-literature agama, termasuk Tipiṭaka banyak dilakukan oleh "laki-laki"?

66
Diskusi Umum / Re: Surga: Tidak lepas dari diskriminasi
« on: 05 July 2010, 09:45:07 PM »
Surga  dalam pengertiannya sebagai Sugati

Sugati berarti ‘good going’ atau ‘ good destiniy’. Sugati merupakan sebutan untuk alam-alam yang bahagia ‘diatas’ manusia. Sugati sering juga disebut sebagai saggaṃ lokaṃ.  Hal inilah yang secara umum dikenal sebagai alam surga. Alama surga ini sebagai hasil melakukan puñña, bukan kusala. Alam surga bukanlah tujuan akhir umat Buddha. Tujuan akhirnya adalah Nibbāna.


Surga: bidadari dan bidadara

Kita harus mencari dulu kutipan dan sumber yang valid tentang anggapan bahwa terlahir di alam surga bagi pria nantinya akan ditemani  bidadari cantik dan sebaliknya, di dalam Tipiṭaka atau Aṭṭhakathā jika kita ingin melihat masalah ini dari Buddhist perspective. Apalagi, tadi samanera masih menyebutnya sebagai “mungkin di dalam Tipiṭaka”. Kata bidadari dalam bahasa Pāli adalah devi “a female deva”. Saya tidak menemukan adanya padanan kata bidadara dalam bahasa Pāli. Saya mengira hanyalah kata deva sebagai padanan kata terdekat untuk kata bidadara. 

Bagaimana kalau ternyata mereka menemani satu sama lain. Deva ditemani devi yang sering dipahami sebagai bidadari dan devi ditemani deva yang dalam thread ini mungkin yang dimaksud sebagai bidadara. Dan bagaimana pula kalau ternyata ada deva yang tidak ditemani banyak bidadari dan justru malah ada banyak devi yang ditemani bidadara. Siapa tahu?

Selanjutnya saat membahas alam surga di dalam agama Buddha, kita harus sadar betul bahwa ada 26 alam surga yang diklasifikasikan sebagai alam deva dan brahma. Lihat saja misalnya kutipan di dalam Vibhaṅga Aṭthakathā halaman 521 menyebutkan bahwa ada 26 alam surga dan 1 alam manusia sehingga ada 27 alam (sattavīsati). Selanjutnya dikatakan bahwa 26 alam surga dibagi dalam 6 kelompok (chabbīsati devalokā) yaitu 6 kāmāvacara,  ada 9 alam brahma, 5 alam suddhāvāsa, 4 alam Arūpa, satu Asaññasatta dan satu alam vehapphala (Iti cha kāmāvacarā, nava brahmalokā, pañca suddhāvāsā, cattāro arūpā asaññasattavehapphalehi saddhiṃ chabbīsati devalokā; manussalokena saddhiṃ sattavīsati). Dengan demikian, kalaupun ada deva yang ditemani bidadari, devi yang tidak ditemani bidadara dan atau devi yang ditemani bidadara, hal ini terjadi di alam deva kāma loka. Sehingga, pembahasan surga ini juga harus spesifikan pada surga yang mana? Karena menurut saya tidak ada bidadari dan bidadara untuk teman bersenang-senang di alam-alam yang tinggi (alam 9 brahma, 5 suddhāvāsa, 4 Arūpa, Asaññasatta dan Vehapphala)

Selanjutnya, karena belum ada orang yang kembali dari surga dan menceritakan kepada kita kebenarannya, saya lebih melihat keberadaan alam surga sebagai motivasi untuk berbuat baik dan melakukan puñña saja. Motivasi seperti ini diperuntukkan bagi orang-orang yang batinnya belum siap melakukan kusala. Mereka masih cenderung melakukan sesuatu berdasarkan iming-iming kenikmatan dan kebahagiaan duniawi, termasuk kebahagiaan terlahir dengan banyak bidadari di alam surga tadi. Bagi orang yang mengerti hakikat hidup ini, saya pikir tidak lagi mempedulikan surga itu ada apa tidak, namun peduli dengan pelenyapan lobha, dosa dan moha di dalam pikirannya.

 _/\_

Pages: 1 2 3 4 [5]