mungkin ilustrasinya begini ya bro.. kita bawa ke game aja.. biar lebih gampang ilustrasinya..
bro kalau terbiasa main game PS3 yang gambarnya wah dan tajam, mungkin kalau disodorin game sekelas nintendo yang kualitas 8 bit, bro bakal bosan dan nolak..
nah anggaplah bro sekarang berlatih dengan tekun di vihara, ibaratnya bro mendapatkan suatu kebahagiaan yang lebih.. bahkan lebih dari memainkan game ps3, nah apakah ketika bro ditawarin level pelacur yang bisa dianggap kebahagiaannya lebih rendah dari itu, bro bisa tergoyahkan ? saya rasa tidak.. yang penting dan awal dari memulai kebahagiaan adalah berlatih untuk menggapai kebahagiaan itu..
sekedar ilustrasi lain dari kisah Sang Buddha. saya ceritakan versi simpelnya tanpa pake nama ini itu biar gampang, di mana Sang Buddha pernah "membaptis" seseorang menjadi bhikkhu. Namun si bhikkhu tersebut masih terikat ama istrinya yang cantik jelita, dan menyesal menjadi bhikku. Sang Buddha pun tahu akan hal itu, dan memintanya agar rajin berlatih.. ketika dia rajin berlatih dan mencapai tataran pencerahan.. maka dia tidak lagi tertarik akan hal2 duniawi termasuk istrinya yang cantik dan jelita itu.. karena kebahagiaan dari pencapaian pencerahan adalah tertinggi..
Dan tempat berlatih bagi nubitol ya idealnya terlepas dari pengaruh duniawi dulu, jadi idealnya bro cobalah dulu berlatih di tempat yang terlepas dari duniawi, setelah mencapai pencerahan.. cobalah kembali mencari pelacur.. bisa jadi bro pun tidak berpikiran lagi untuk itu
saya mengerti maksud anda.
apa yang telah saya jalani, bukanlah suatu kemestian, melainkan memang itulah "jalan yang telah saya lalui".
apa yang telah pernah saya lakukan, telah berlalu dan tak dapat diulangi lagi. mendatangi pelacur dan tempat pelacur, bukanlah hal yang baik. itu adalah kesalahan saya. tapi, ditengah perbuatan salah yang belum bisa saya tahan tersebut, saya mencoba melakukan hal terbaik yang bisa saya lakukan.
mungkin ilustrasinya begini bro ...
dulu, ada seorang pemuda yang stress. karena diputuskan oleh kekasih yang dicintainya. setiap hari dia mabuk-mabukan dan tak mau mandi. ibunya sering menangis, karena di rumah pemuda ini sering mengamuk. ke mana-mana ia menenteng samurai, bermaksud ingin membacok seorang lelaki yang dianggap merebut pacarnya. semua orang sudah menasihatinya. bahkan pada ahli agama juga sudah banyak menasihatinya, agar tidak insyaf. tapi pemuda itu tidak mau menerima nasihat-nasihat itu. padahal tentunya semua nasihat itu adalah nasihat yang baik.
suatu hari, pemuda yang bernama Parman itu datang kepada saya, dalam keadaan muram, dan tubuh yang dekil, sambil berkeluh-kesah, "uh... hidupku sudah tidak berarti kini, dari pada aku hidup menderita begini, lebih baik aku mati bunuh diri saja."
tidak seperti orang tuanya dan para pemuka agamanya itu, saya malah berkata, "Bagus itu, bunuh dirilah dengan cara terbaik!"
"maksudnya bagaimana, bunuh diri dengan cara terbaik?" tanya Parman.
"Makan racun, gantung diri, menusuk diri, menceburkan diri ke sumur, menenggelamkan diri ke laut, mana yang menurut mu lebih baik?" tanya saya.
"Ah sama saja." Jawa Parman.
"maukah kamu aku tunjukan cara bunuh diri yang terbaik?" tanya saya.
dia terdiam. beberapa saat kemudian menjawab dengan lemas, "ya, saya mau."
sejak pertama hingga ke akhir, saya selalu mengamati dan mengarahkan mental pemuda ini. sampai pada tahap ini, saya telah berhasil menjadi "driver" mental pemuda tersebut. tinggal beberapa langkah saja.
"saya bisa menunjukan dua hal, pertama cara bunuh diri terbaik, yang kedua cara keluar dari masalah ini dengan cara terbaik. mana yang kamu pilih?" tanya saya.
"Jalan keluar bagaimana?" Parman balik nanya.
"kekasih mu itu. kau sangat sakit hati dengan kekasih mu itu kan. saya bisa tawarkan 2 jalan, pertama bagaimana agar kekasihmu itu kembali kepada pelukanmu, jalan kedua adalah bagaimana cara membalas dendam sakit hati mu itu." Demikian kata saya.
"Saya ingin kekasih saya itu kembali kepada saya." sorot pandang Parman mulai bersinar. "Bagaimana caranya?"
"aku akan mengajarkan sebuah mantra kepadamu. saya jamin 100 persen, bila mantra ini kamu bacakan, kekasihmu itu akan segera mencari dan kembali kepadamu. tapi ingatlah, bila ia kembali kepadamu, janganlah kau menyakitinya seperti dia menyakitimu" kata saya. "Apa kamu sanggup dengan persayratannya?"
"saya sanggup, apapun persyaratannya. bahkan nyawa saya pertaruhkan!"
"Bacalah mantra yang aku ajarkan ini sebanyak seribu kali setiap malam. lakukan dalam 7 malam. selama membaca mantra, tubuhmu tidak boleh bergerak sedikitpun!"
Pemuda itu semakin bersemangat. ia komat-kamit menghapal mantra yang saya ajarkan. lama sekali hapalnya, maklum mantra yang saya ajarkan agak panjang. lagi pula, daya hapal si pemuda itu rendah, mungkin pengaruh dari minuman keras yang dia konsumsi.
"jangan lupa, " kata saya, "kau tidak boleh membaca mantra ini dalam keadaan badan yang kotor. kau harus membersihkan badanmu, dan tempat untuk baca mantra pun harus bersih! setelah 7 malam, temuilah saya lagi!"
Pemuda itu dengan bersemangat menyatakan siap melaksanakan semua perintah saya. saya teringat, bahwa para meditator yang berlatih meditasi di bawah bimbingan saya, banyak merasa malas dan bosan bermeditasi. tapi pemuda ini tampak bersemangat meditasi dengan melafal mantra. kenapa? karena ia terdorong untuk memenuhi suatu hasrat keduniawiannya, dan sudah tidak tahan dengan stress yang dia alami.
tiga hari kemudian saya bertemu dengan Parman. wajahnya tampak bercahaya, badan dan bajunya bersih dan harum. sangat berbeda dengan kondisinya pada 3 hari yang lalu. "Bagaimana, apa kamu sudah melaksanakan semuanya dengan baik?" tanya saya.
dengan malu dia menjawab, "sudah, tapi saya belum sanggup sampai ke seribu, baru sampai hingga 300 kali baca mantra, sayapun tertidur. pada malam kedua hanya sampai 500. dan tadi malam, hanya sampai 700. ngantuk berat."
"ketahuilah, kematian itu lebih berat dari pada beratnya rasa ngantuk yang kau hadapi! pertahankan dirimu, kalau perlu sampai mati, bukannya kau ingin mati?" tanya saya.
Parman tersenyum, "Tidak, saya tidak akan melanjutkan membaca mantra lagi."
"lha kenapa?" tanya saya.
"sekarang hati saya telah tenang dan damai. saya tidak marah, tidak dendam dan tidk stress. saya rela dengan apa yang terjadi. rela, dia bersama laki-laki lain." tampak dia menyatakannya dengan tenang dan tulus.
Sejak saat itu, pemuda tersebut insyaf, kembali kepada kehidupan yang sehat secara jasmani dan batin.
panjang lebar telah saya ceritakan, sekedar untuk menggambarkan tentang bagaimana saya melakukan "Politik Mental". apa yang saya lakukan terhadap pemuda tersebut saya sebut sebagai Politik Mental. Bagaimana seandannya waktu itu saya berkata, "jadilah anak baik, agar kau masuk sorga! iklaskan saja pacarmu itu?" maka ia tidak akan menerima nasihat itu. atau saya berkata, "maukah kau ku ajarkan meditasi, agar kamu dapat merealisasi nibbana?" saya harus memperhatikan "kekuata mental apa" yang bisa mendorong orang untuk bermeditasi. karena untuk mencapai konsentrasi tercerap itu dibutuhkan impuls batin. impuls batin ini tidak hanya bentuk-bentuk mental positif, tapi bisa jadi dari bentuk-bentuk mental negatif seperti misalnya rasa dendam, marah dan benci. Demikian pula saya melakuan politik mental terhadap diri saya sendiri.