Pembunuhan, penipuan dari jaman batu sampai sekarang juga tidak dapat dihilangkan, dan ini tidak menyebabkan bahwa pembunuhan itu dapat di-perboleh-kan... ataukah boleh di-atur ?
Note : Bagaimana kita memandang Kisah Ambhapali yang mengumpat dahak seorang Arahat Tua (walaupun tidak diketahui dan didengar oleh orang lain) tetapi akibat konsekuensi-nya, Ambhapali dikatakan terlahir dan terkondisikan 10.000 x kelahiran sebagai Pelacur. Apakah kondisi Profesi Pelacur ini adalah Kamma Vipaka (akibat yang berasosiasi dengan akusala citta), atau Kamma Phala (Hasil/Pahala yang berasosiasi dengan kusala citta) ?
anehnya kalau membunuh dengan tidak sengaja tidak berakibat, kok mengumpat dengan tidak sengaja bisa berakibat. dan bisa beda levelnya.
Ambalipala melakukan DENGAN SENGAJA, di kelahiran saat itu. Ia melekat dengan kecantikannya..saat ia saat menginjak itu, membuat kecantikannya tergagny, ia marah/jengkel dan dilanjutkan dengan menyatakan sesuatu yg tidak benar [Ia tidak mengetahui itu dahak siapa namun ia menyatakan itu sebagai pelacur. Ia telah melakukan pelanggaran sila ke-4, karena berkata tidak benar].
Mereka yg melakukan pelanggaran varitta sila [sila ke-1, 2, 4, dan 5] berpotensi terlahir di alam apaya. Kebencian menyebabkan seseorang terlahir di alam manusia, keserakahan menyebabkan manusia terlahir di alam peta, kebodohan menyebabkan manusia terlahir di alam binatang. [statement ini saya ambil dari ceramah bhante di bali, jika ada yg tau suttanya, saya mohon di bantu. tks]
Tuduhan yg tidak benar ini di tujukan bukan hanya kepada ia yg telah melakukan 227 sila lebih, bahkan yg telah mencabut 3 akar kejahatan. Kebenciannya tersebut mengakibatkan seseorang terlahir di alam neraka. Saya belum temukan kisah lanjutan setelah di neraka ia berada di alam mana lagi.
Pemaksaan seksual juga terjadi di alam binatang. Namun, menukarkan sesuatu dengan seks saya yg saya pernah tonton di tv juga terjadi dilingkungan monyet [ketika itu seorang raja monyet tengah menyantap otak monyet dari kelompok lain yg telah di kalahkannya. Seekor betina mengiming2i dengan seksual agar dapat mencicipi otak monyet tsb] namun itu bukanlah pelacuran karena ada yg membayar untuk memuaskan hasrat seksual. sehingga saya berpendapat di alam binatang pelacuran tidak dapat terjadi dan hanya terjadi di alam manusia.
Di alam manusia pelacuran harus juga memenuhi syarat ia seorang yg cantik dan menarik minat secara seksual ditambah di jaman dulu pelacur juga memiliki kemampuan tarian, musik dan banyak hal. sehingga mereka yg terlahir cantik, pandai dan menarik ia mempunyai tabungan karma baik yg cukup agar dapat terlahir dialam manusia. Syarat itu pas ketika waktunya ambapali terlahir di alam manusia ia membayar menjadi pelacur sebanyak sekian kehidupan.
Sementara kejadian yg melanda pada angulimala, pembunuhan yg 999 jumlah itu dilakukannya BUKAN dengan ITIKAD melakukan pembunuhan. Ia tidak melanggar varitta sila ke-1.
Jika anda membaca kisah bambang ekalaya, anda akan temukan druna meminta jasanya sebagai guru dibayar dengan memotes ibu jarinya bambang ekalaya. Dijaman itu di India, semua murid yg tinggal di padepokan Gurunya memberikan "bayaran" untuk menimba ilmu dan wajar jika gurunya meminta syarat...saat itu kebiasan tersebut merupakan keharusan dan perintah guru merupakan perintah yg luar biasa beratnya utk dilanggar. Angulimala memenuhi tuntutan gurunya. Ia membunuh dalam rangka membayar jasa yg diminta gurunya dan bukan karena kebencian atau lobha.
Berikut ini saya lampirkan uraian yg di Dhammapada bab-9.8 KISAH KUKIMITA, dimana istrinya adalah seorang SOTAPATTI, yg biasa diminta suaminya untuk menyiapkan peralatan untuk BERBURU [baca: MEMBUNUH BINANTANG]:
Di Rajagaha terdapat seorang putri orang kaya yang telah mencapai tingkat kesucian sotapatti pada usia yang masih muda. Suatu hari, Kukkutamitta, seorang pemburu datang ke kota dengan kereta untuk menjual daging rusa. Melihat Kukkutamitta, si pemburu itu, wanita kaya yang masih muda ini jatuh hati seketika.
Dia mengikuti Kukkutamitta, menikah dengannya dan berumah tangga di sebuah desa kecil. Dari hasil perkawinannya, lahirlah tujuh orang anak laki-laki, dan setelah tiba waktunya semua anak mereka menikah.
Suatu hari, Sang Buddha meninjau sekeliling alam kehidupan pada dini hari dengan kemampuan batin luar biasa-Nya. Beliau menemukan bahwa si pemburu, ketujuh putranya dan istri-istri mereka sudah memiliki kesiapan batin untuk mencapai tingkat kesucian sotapatti.
Paginya, Sang Buddha pergi ke tempat di mana pemburu telah menyusun perangkap buruannya di dalam hutan. Sang Buddha meletakkan jejak kaki Beliau di dekat perangkap, lalu duduk di bawah semak-semak yang rindang, tidak jauh dari perangkap tersebut.
Ketika pemburu datang, dia melihat tidak ada binatang di dalam perangkap. Sebaliknya, dia melihat jejak kaki dan menduga bahwa seseorang telah datang sebelumnya dan melepaskan binatang tersebut.
Ketika dia melihat Sang Buddha duduk di bawah semak-semak yang rindang, dia mengira Beliaulah orang yang telah melepaskan binatang dari dalam perangkap. Dengan marah pemburu itu mengeluarkan busur dan anak panahnya untuk memanah Sang Buddha.
Tetapi sewaktu dia menrik anak panahnya, dia menjadi tidak bisa bergerak dan tetap berdiam pada posisi seperti patung.
Anak-anak pemburu itu menyusul dan menemukan ayah mereka Mereka juga melihat Sang Buddha pada jarak tertentu dan mengira Beliau pastilah musuh ayah mereka. Mereka semua mengambil busur-busur dan anak-anak panah, dan mereka membidik Sang Buddha. Tetapi mereka juga tidak bisa bergerak dan menjadi seperti patung.
Ketika pemburu dan putra-putranya tidak kembali, istri pemburu menyusul mereka ke dalam hutan bersama dengan ketujuh menantunya. Melihat suami dan semua anaknya dengan panah mereka membidik pada Sang Buddha, dia mengangkat kedua tangannya dan berteriak,
"Jangan membunuh ayahku."
Ketika sang suami mendengar kata-kata istrinya, dia berpikir,
"Ini pastilah ayah mertua saya,"
dan anak-anaknya berpikir,
"Ini pastilah kakek kami,"
dan kemudian cinta kasih timbul pada mereka.
Kemudian wanita itu berkata kepada mereka,
"Singkirkan busur dan anak-anak panah kalian, dan beri penghormatan kepada ayah saya."
Sang Buddha menyadari bahwa pada waktu itu, pikiran pemburu dan ketujuh anaknya telah melembut dan mereka tergerak menyingkirkan busur-busur dan anak-anak panah mereka. Setelah menyingkirkan busur-busur dan anak-anak panah mereka, mereka memberi penghormatan kepada Sang Buddha dan Sang Buddha menjelaskan ajaran Dhamma kepada mereka.
Akhirnya pemburu, ketujuh putranya, dan ketujuh menantunya, semua berjumlah lima belas, mencapai tingkat kesucian sotapatti.
Kemudian Sang Buddha pulang kembali ke vihara, dan memberi tahu kepada Ananda Thera dan bhikkhu-bhikkhu lain perihal Kukkutamitta dan keluarganya yang telah mencapai tingkat sotapatti pada dini hari.
Para bhikkhu kemudian bertanya kepada Sang Buddha,
"Bhante, apakah istri pemburu yang telah mencapai sotapanna, tidak bersalah melakukan pembunuhan; jika dia mengambilkan barang-barang seperti jaring, busur-busur, dan anak-anak panah untuk keperluan suaminya pada saat hendak berburu ?"
Terhadap pertanyaan itu Sang Buddha menjawab,
" Para bhikkhu, para sotapanna tidak membunuh, mereka tidak mengharapkan yang lain terbunuh. Istri pemburu itu hanya menuruti kemauan suaminya mengambil barang-barang untuknya. Seperti halnya tangan yang tidak luka, tangan itu tidak dapat dimasuki racun. Juga karena dia tidak mempunyai niat melakukan kejahatan, maka dia tidak melakukan kejahatan."
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 124 berikut :
Apabila seseorang tidak mempunyai luka di tangan, maka ia dapat menggenggam racun. Racun tidak akan mencelakakan orang yang tidak luka. Tiada penderitaan bagi orang yang tidak berbuat jahat.
Saya rasa itu sih perbedaannya, mungkin yg lain mo melanjutkan ato mo dipisahkan saja treadnya...salam