//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS  (Read 325672 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #135 on: 29 January 2009, 09:40:10 PM »
Pesepakbola seperti Robinho itu dijual Real Madrid dengan kondisi terpaksa. Meski Robinho memberi kontribusi besar bagi Real Madrid pada musim 2007-2008, namun dia tidak lagi memiliki tempat dalam strategi permainan Real Madrid di musim berikutnya. Dan dengan dosa yang pekat, meskin Robinho sendiri mencintai klub Real Madrid, akhirnya dia menyatakan dengan tegas benar ingin hengkang dari Real Madrid ke Manchester City.

Itu kan contoh kasus yang jelas bahwa Robinho terpaksa menerima dirinya dijual ke klub lain, meski dia tidak menginginkannya.

Memang perdagangan makhluk hidup itu tidak selalu harus berujung pada kematian. Banyak sekali pedagang ikan hias bertebaran di muka bumi ini. Mereka dengan jelas memperdagangkan kehidupan, makhluk hidup, ikan-ikan. Lalu kalau seseorang membeli ikan hias itu, ikan hias itu dipelihara, dirawat dengan baik, disayangi oleh majikannya. Apakah ini bukan perdagangan makhluk hidup? Ini juga termasuk perdagangan makhluk hidup. Kriteria jelasnya adalah kehidupan ikan-ikan itu dieskploitasi. Hidup ikan-ikan itu bergantung dari sang majikan. Saya kira tidak perlu saya jelaskan lagi mengenai eksploitasi terhadap ikan-ikan hias ini.

Lalu bagaimana dengan orang yang melacurkan diri? Dirinya jelas dieksploitasi oleh 'si pembeli'. Sekali lagi, tidak ada kriteria keikhlasan dalam suatu usaha yang layak disebut sebagai perdagangan makhluk hidup atau bukan. Intinya perdagangan makhluk hidup adalah menukar makhluk hidup dengan materi lain, untuk kemudian dieksploitasi dan dikonsumsi oleh si pembeli. Dalam hal ini, orang yang melacurkan diri melakukan profesi di bidang jasa, namun jasanya adalah produk, yaitu membiarkan tubuhnya dikonsumsi oleh si pembeli.

Pemain bola tidak dikonsumsi oleh Presiden Klub. Penyanyi tidak dikonsumsi oleh Pemilik Label. Artis tidak dikonsumsi oleh Produser. Pembantu tidak dikonsumsi oleh majikan. Anak adopsi tidak dikonsumsi oleh orang tua pengadopsi. Namun wanita pelacur dikonsumsi oleh pria hidung belang.

Apakah sudah jelas perbedaannya?
« Last Edit: 29 January 2009, 10:01:09 PM by upasaka »

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #136 on: 29 January 2009, 09:49:40 PM »
bukannya perbedaannya itu hal yg diperdagangkannya !

kalo jual ayam kan jual dagingnya

kalo jual pemain sepak bola kan jual nama ma keahliannya

kalo jual diri kan jual ....... :P
i'm just a mammal with troubled soul



Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #137 on: 30 January 2009, 08:30:42 AM »
Seru juga yah kalo bahas ginian :D

Paling baik celibat deh atau sama istri sendiri...emang nafsu yg satu ini bagaikan musuh dalam selimut yg menyamar bagaikan malaikat surga dan tidak lebih baik dari kecanduan narkoba dan paling sulit ditaklukan.

IMO yg namanya jajan WTS pengendalian dirinya sangat lemah dan ini bisa diartikan....silakan diartikan sendiri  ^-^ Surga oh surga duniawi


Seringkali kita mengatakan pantas dengan kedok kata "cinta" yg kedua benar2 untuk "pleasure" yg sebenarnya adalah the real "lobha"


Asubha...asubha...asubha  :whistle:


Betul sekali. Sebetulnya dibalik semua yang sering diklaim "cinta", tidak lain adalah lobha. Orang susah menerima kenyataan itu maka membuat ide "kalau dengan pasangan sah itu suci/sakral" dan lain sebagainya. Seorang yang tidak mau menahan diri dari pemuasan seksual, sebetulnya sama saja dengan orang yang tidak mau menahan diri dari kerakusan. Mungkin memang tidak melanggar sila, tapi apakah bermanfaat? Itu kembali pada kita masing2 saja menilai.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #138 on: 30 January 2009, 08:43:21 AM »
Pesepakbola seperti Robinho itu dijual Real Madrid dengan kondisi terpaksa. Meski Robinho memberi kontribusi besar bagi Real Madrid pada musim 2007-2008, namun dia tidak lagi memiliki tempat dalam strategi permainan Real Madrid di musim berikutnya. Dan dengan dosa yang pekat, meskin Robinho sendiri mencintai klub Real Madrid, akhirnya dia menyatakan dengan tegas benar ingin hengkang dari Real Madrid ke Manchester City.

Itu kan contoh kasus yang jelas bahwa Robinho terpaksa menerima dirinya dijual ke klub lain, meski dia tidak menginginkannya.
Seperti saya bilang, dia 'kan waktu mau jadi pemain sepak bola, tahu segala konsekwensinya. Dia tahu dan tanda tangan kontraknya, jadi dia bukan "diculik" dan dipaksa main bola. Seperti saya pun kadang "tidak mau" mengerjakan hal2 yang ga berhubungan, tetapi itu 'kan konsekwensi saya ketika memilih bekerja di bawah boss itu. Tidak mungkin saya dibilang melacurkan diri 'kan? Karena saya (dan Robinho) punya pilihan dan memang memilih untuk itu.


Quote
Memang perdagangan makhluk hidup itu tidak selalu harus berujung pada kematian. Banyak sekali pedagang ikan hias bertebaran di muka bumi ini. Mereka dengan jelas memperdagangkan kehidupan, makhluk hidup, ikan-ikan. Lalu kalau seseorang membeli ikan hias itu, ikan hias itu dipelihara, dirawat dengan baik, disayangi oleh majikannya. Apakah ini bukan perdagangan makhluk hidup? Ini juga termasuk perdagangan makhluk hidup. Kriteria jelasnya adalah kehidupan ikan-ikan itu dieskploitasi. Hidup ikan-ikan itu bergantung dari sang majikan. Saya kira tidak perlu saya jelaskan lagi mengenai eksploitasi terhadap ikan-ikan hias ini.
Walaupun saya tidak mengerti bahasa ikan, saya rasa ikan-ikan hias ataupun hewan peliharaan itu lebih memilih hidup di alam bebas ketimbang dalam akuarium atau kandang yang diatur oleh seseorang. Dan setahu saya, mereka tidak negosiasi dan tanda tangan kontrak.


Quote
Lalu bagaimana dengan orang yang melacurkan diri? Dirinya jelas dieksploitasi oleh 'si pembeli'. Sekali lagi, tidak ada kriteria keikhlasan dalam suatu usaha yang layak disebut sebagai perdagangan makhluk hidup atau bukan. Intinya perdagangan makhluk hidup adalah menukar makhluk hidup dengan materi lain, untuk kemudian dieksploitasi dan dikonsumsi oleh si pembeli. Dalam hal ini, orang yang melacurkan diri melakukan profesi di bidang jasa, namun jasanya adalah produk, yaitu membiarkan tubuhnya dikonsumsi oleh si pembeli.

Pemain bola tidak dikonsumsi oleh Presiden Klub. Penyanyi tidak dikonsumsi oleh Pemilik Label. Artis tidak dikonsumsi oleh Produser. Pembantu tidak dikonsumsi oleh majikan. Anak adopsi tidak dikonsumsi oleh orang tua pengadopsi. Namun wanita pelacur dikonsumsi oleh pria hidung belang.
Kembali lagi kalau misalnya seseorang lulusan S3 bekerja di perusahaan yang masuk pk 6.00 - pk 21.00, Senin sampai Minggu selalu masuk, gaji Rp. 1 jt/bln (UMR). Dia tidak merasa dieksploitasi dan tetap menikmati pekerjaan itu. Menurut anda, itu "pelacur" atau bukan?
Contoh lain, seseorang menjadi pekerja sosial bekerja keras dan tidak dibayar oleh organisasinya. Itu eksploitasi atau bukan? Apa batasannya?

Quote
Apakah sudah jelas perbedaannya?
Jelas sekali :)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #139 on: 30 January 2009, 08:47:00 AM »
komentar dari brahmajala sutta meyebutkan 2 faktor pelanggaran sila ketiga :
sevanacittam : niat melakukan hubungan seks
maggena maggap-pati-padanam : kontak seksual melalui salah satu lubang

komentar dari khudakkapattha menyebutkan 4 faktor pelanggaran sila ketiga :
ajjha-caraniya-vatthu : dasar atau jalan untuk perbuatan salah, dalam hal ini 20 grup wanita yang tidak layak disentuh, pelacur tidak disebutkan (bagi pria)
tattha sevanacittam : niat
sevanap-payogo : usaha
sadiyanam : puas

[...]

Boleh minta detail kelompok 20 wanita itu?

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #140 on: 30 January 2009, 08:58:50 AM »
Quote from: Wolverine
komentar dari khudakkapattha menyebutkan 4 faktor pelanggaran sila ketiga :
ajjha-caraniya-vatthu : dasar atau jalan untuk perbuatan salah, dalam hal ini 20 grup wanita yang tidak layak disentuh, pelacur tidak disebutkan (bagi pria)

Jelas pelacur tidak termasuk dalam wanita yang dilarang untuk disentuh. Karena Sang Buddha melihat banyak sekali wanita yang terpaksa melacurkan diri untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Memberi ketentuan jelas untuk tidak bersetubuh dengan wanita pelacur, berarti memberi jalan buntu bagi seseorang untuk memenuhi kebutuhan ekonominya, meski usaha ini adalah mata pencahariaan tidak benar.


[at] Kainyn_Kutho
Mungkin kita berangkat dari awal pemahaman yang berbeda. Menurut nilai peri kemanusiaan dalam diri Anda, apakah usaha melacurkan diri itu termasuk dalam mata pencahariaan benar?

Sila ke tiga dalam Pancasila Buddhis menyatakan jelas untuk tidak melakukan aktivitas seks yang tidak sah alias berzinah. Pernikahan hanyalah pengesahan hubungan sepasang kekasih, yang tentunya dilandasi oleh norma-norma dan moralitas sebagai spesies unggulan bernama manusia. Oleh karena itu, secara lobha, berhubungan intim di bawah naungan mahligai pernikahan ataupun di bawah naungan pacaran adalah sama saja.

Memberi batasan bahwa aktivitas seks yang sah adalah di bawah naungan pernikahan, adalah langkah Sang Buddha untuk meminimalisasi perilaku manusia yang semakin bergumul dengan lobha. Artinya Sang Buddha menetapkan konsekuensi bagi pria dan wanita yang ingin berhubungan intim. Setelah menikah, ada tanggung jawab yang harus dipenuhi.
« Last Edit: 30 January 2009, 09:00:56 AM by upasaka »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #141 on: 30 January 2009, 09:27:13 AM »
[at] Kainyn_Kutho
Mungkin kita berangkat dari awal pemahaman yang berbeda. Menurut nilai peri kemanusiaan dalam diri Anda, apakah usaha melacurkan diri itu termasuk dalam mata pencahariaan benar?
Ya, betul sekali. Bagi saya merangsang birahi seseorang sama dengan merangsang kerakusan seseorang, membangkitkan kebencian seseorang (dalam film). Kalau pelacur salah, maka restoran, film2 tak berguna dan lagu2 picisan adalah salah.


Quote
Sila ke tiga dalam Pancasila Buddhis menyatakan jelas untuk tidak melakukan aktivitas seks yang tidak sah alias berzinah. Pernikahan hanyalah pengesahan hubungan sepasang kekasih, yang tentunya dilandasi oleh norma-norma dan moralitas sebagai spesies unggulan bernama manusia. Oleh karena itu, secara lobha, berhubungan intim di bawah naungan mahligai pernikahan ataupun di bawah naungan pacaran adalah sama saja.
Betul. Dengan istri, pacar, pelacur, hubungan seksualnya sama2 lobha. Yang membuatnya melanggar sila adalah status dari si wanita itu (bukan ibu/saudara kandung, anak di bawah umur, dan sebagainya).


Quote
Memberi batasan bahwa aktivitas seks yang sah adalah di bawah naungan pernikahan, adalah langkah Sang Buddha untuk meminimalisasi perilaku manusia yang semakin bergumul dengan lobha. Artinya Sang Buddha menetapkan konsekuensi bagi pria dan wanita yang ingin berhubungan intim. Setelah menikah, ada tanggung jawab yang harus dipenuhi.
Saya kurang tahu tentang pembahasan masalah seksual dalam pernikahan oleh Buddha. Boleh minta referensinya?


Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #142 on: 30 January 2009, 09:47:43 AM »
Quote from: Kainyn_Kutho
Ya, betul sekali. Bagi saya merangsang birahi seseorang sama dengan merangsang kerakusan seseorang, membangkitkan kebencian seseorang (dalam film). Kalau pelacur salah, maka restoran, film2 tak berguna dan lagu2 picisan adalah salah.
Kalau restoran, film-film dan lagu bisa memberikan nilai positif. Rumah makan bisa menyediakan makanan untuk orang yang lapar, film-film di DaAi TV itu memberi amanat baik bagi penontonnya. Lagu-lagu karya Bhante Giri juga "memberikan pemuasan indera pendengaran" bagi Umat Buddha. Lalu apakah usaha pelacuran itu memberi manfaat bagi kemajuan batin dan moralitas?

Quote from: Kainyn_Kutho
Betul. Dengan istri, pacar, pelacur, hubungan seksualnya sama2 lobha. Yang membuatnya melanggar sila adalah status dari si wanita itu (bukan ibu/saudara kandung, anak di bawah umur, dan sebagainya).
Betul, bahkan istri yang sedang datang bulan pun sebenarnya tidak pantas untuk digauli oleh suami. Dan ini kontradiksi dengan salah satu konsep spiritual di Timur Tengah. Lalu menurut Anda apa fungsi pernikahan? Apakah Boddhisatta Siddhattha Gautama (yang juga memiliki kebijaksanaan tinggi) sebodoh itukah untuk menikah dengan Putri Yasodhara?

Quote from: Kainyn_Kutho
Saya kurang tahu tentang pembahasan masalah seksual dalam pernikahan oleh Buddha. Boleh minta referensinya?
Banyak referensi di internet dan buku-buku. Saya kasih salah satu referensi dasarnya yah... ;D
http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=307&multi=Y&hal=1

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #143 on: 30 January 2009, 10:14:27 AM »
Kalau restoran, film-film dan lagu bisa memberikan nilai positif. Rumah makan bisa menyediakan makanan untuk orang yang lapar, film-film di DaAi TV itu memberi amanat baik bagi penontonnya. Lagu-lagu karya Bhante Giri juga "memberikan pemuasan indera pendengaran" bagi Umat Buddha. Lalu apakah usaha pelacuran itu memberi manfaat bagi kemajuan batin dan moralitas?
Bro, manfaat sesuatu itu tergantung bagaimana kita menyikapinya. Anda mau cari manfaat pelacur? Saya berikan: mengurangi pemerkosaan dan menghentikan kemunafikan. Belum lagi pelacur yang berkorban demi menghidupi anaknya. Apakah anda berani mengatakan pelacuran PASTI tidak bermanfaat?



Quote
Betul, bahkan istri yang sedang datang bulan pun sebenarnya tidak pantas untuk digauli oleh suami. Dan ini kontradiksi dengan salah satu konsep spiritual di Timur Tengah. Lalu menurut Anda apa fungsi pernikahan? Apakah Boddhisatta Siddhattha Gautama (yang juga memiliki kebijaksanaan tinggi) sebodoh itukah untuk menikah dengan Putri Yasodhara?
Itu hanyalah bentuk budaya. Fungsinya berbeda di tempat dan kebudayaan berbeda. Tidak ada yang bodoh atau pintar dalam menikah. Hanya saja aturan2 dan hukum pernikahan tidaklah relevan jika diparalelkan dengan Buddha Dhamma.


Quote
Quote from: Kainyn_Kutho
Saya kurang tahu tentang pembahasan masalah seksual dalam pernikahan oleh Buddha. Boleh minta referensinya?
Banyak referensi di internet dan buku-buku. Saya kasih salah satu referensi dasarnya yah... ;D
http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=307&multi=Y&hal=1
Bukan penafsiran orang, Bro. Bukan juga masalah pernikahannya, tetapi masalah seksual dalam pernikahan dalam Sutta, yang dibahas oleh Buddha (atau mungkin para Savaka).

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #144 on: 30 January 2009, 10:26:11 AM »
Quote from: Kainyn_Kutho
Bro, manfaat sesuatu itu tergantung bagaimana kita menyikapinya. Anda mau cari manfaat pelacur? Saya berikan: mengurangi pemerkosaan dan menghentikan kemunafikan. Belum lagi pelacur yang berkorban demi menghidupi anaknya. Apakah anda berani mengatakan pelacuran PASTI tidak bermanfaat?
Saya rasa mengurangi tingkat pemerkosaan dan menghentikan kemunafikan adalah tidak tepat. Anda berani menjamin hal itu pasti terjadi secara signifikan apabila pelacuran makin marak? Pemilik restoran, aktor-aktris, dan pencipta lagu maupun penyanyi juga memberikan nafkah untuk keluarganya. Yang saya tekankan adalah manfaat positif dari si konsumen, orang yang membeli "produk" pelacuran. Coba cermati sekali lagi.

Quote from: Kainyn_Kutho
Itu hanyalah bentuk budaya. Fungsinya berbeda di tempat dan kebudayaan berbeda. Tidak ada yang bodoh atau pintar dalam menikah. Hanya saja aturan2 dan hukum pernikahan tidaklah relevan jika diparalelkan dengan Buddha Dhamma.
Budaya hanyalah mencakup aspek tata-cara pernikahan. Bukan dalam aspek fungsi pernikahannya. Orang-orang suku primitif pun mengenal adanya pernikahan. Tujuannya untuk mengesahkan hubungan sepasang kekasih. Hubungannya tidak bisa diganggu-gugat, keduanya terikat hak dan tanggung-jawab, dan konsekuen dengan kesepakatannya ini. Ini jelas menunjukkan bahwa selaras dengan ajaran Sang Buddha. Pernikahan itu wujud kebahagiaan tertinggi di duniawi (Digha Nikaya).

Quote from: Kainyn_Kutho
Bukan penafsiran orang, Bro. Bukan juga masalah pernikahannya, tetapi masalah seksual dalam pernikahan dalam Sutta, yang dibahas oleh Buddha (atau mungkin para Savaka).
Yang jelas, Sang Buddha pernah menyatakan bahwa mengasingkan diri dari keramaian duniawi adalah pertapaan yang tinggi. Hidup setia pada pasangan yang sah adalah pertapaan yang tinggi pula. Lalu bila saya hidup setia dengan seorang wanita secara kumpul kebo, apakah itu pertapaan yang tinggi juga? Manusia itu hidup secara norma masyarakat juga, bro. Memang benar orang yang menikah itu juga dilandasi modus untuk mencari sarana penyaluran seks yang legal, atau Anda sebut itu dengan munafik. Tapi itulah yang disahkan secara norma. Bisa Anda bayangkan kalau semua Umat Buddha menganggap bahwa berhubungan intim dengan wanita pelacur itu tidak bertentangan dengan sila ke-3? Hmm... Kalau saya punya pikiran seperti itu, saya mungkin sudah menderita penyakit AIDS.
« Last Edit: 30 January 2009, 10:28:29 AM by upasaka »

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #145 on: 30 January 2009, 10:41:04 AM »
tolong diperjelas ini membahas dari sudut norma masyarakat atau menurut buddhism? akibatnya pada pribadi atau pada komunitas?

Quote
Saya rasa mengurangi tingkat pemerkosaan dan menghentikan kemunafikan adalah tidak tepat. Anda berani menjamin hal itu pasti terjadi secara signifikan apabila pelacuran makin marak? Pemilik restoran, aktor-aktris, dan pencipta lagu maupun penyanyi juga memberikan nafkah untuk keluarganya. Yang saya tekankan adalah manfaat positif dari si konsumen, orang yang membeli "produk" pelacuran. Coba cermati sekali lagi.

mengurangi tingkat pemerkosaan dan menghentikan kemunafikan << yg ini saia setuju, krn dibahas secara individu
apabila pelacuran makin marak << yg ini kan dibahas secara komunitas, yg membuat ini juga bukan diri sendiri, tapi secara mayoritas

Quote
Hidup setia pada pasangan yang sah adalah pertapaan yang tinggi pula
benar, bila dibandingkan dengan org tak menikah yg 'jajan disana sini' dan org yg sering selingkuh, tapi tidak bagi org yg hidup selibat

Quote
hidup setia dengan seorang wanita secara kumpul kebo, apakah itu pertapaan yang tinggi juga
bukan masalah setia atau tidaknya, tapi kelakuannya, setia sm 1 org tapi kumpul kebo ya sama aja kelakuannya
« Last Edit: 30 January 2009, 10:45:59 AM by Reenzia »

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #146 on: 30 January 2009, 10:56:00 AM »
[at] Reenzia

"mengurangi tingkat pemerkosaan dan menghentikan kemunafikan"

^ Bro Kainyn_Kutho menuliskan demikian. Tingkat pemerkosaan dan kemunafikan apa yang dibahas ini? Individu? Ya, benar. Efeknya ke arah mana? Tentu saja ke msyarakat. Apakah seorang yang tidak pernah memperkosa kemudian tingkat pemerkosaannya akan turun? Turun apanya kalau dia belum pernah memiliki jam terbang dalam memperkosa. Sudah jelas statement itu bila ditarik jauh ke masa depan maka condong pada poros masyarakat.

Maksud Sang Buddha menyatakan "Hidup setia pada pasangan yang sah adalah pertapaan yang tinggi pula", adalah hidup di jalan kebenaran, sesuai Dhamma. Fokus dan sati serta sampajana (;D) pada pasangan. Mensejahterakan pasangan. Memperbanyak perbuatan baik, tidak melakukan kejahatan (selingkuh dan berzinah), serta menyucikan pikiran (saling menyokong sesama suami-istri). Coba ditelaah lebih lanjut.

Sang Buddha itu berperilaku sesuai dengan norma masyarakat dan norma bangsa. Dilihat dari nilai kemanusiaan mana bahwa kumpul kebo adalah etis?
« Last Edit: 30 January 2009, 10:58:25 AM by upasaka »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #147 on: 30 January 2009, 11:08:03 AM »
Saya rasa mengurangi tingkat pemerkosaan dan menghentikan kemunafikan adalah tidak tepat. Anda berani menjamin hal itu pasti terjadi secara signifikan apabila pelacuran makin marak? Pemilik restoran, aktor-aktris, dan pencipta lagu maupun penyanyi juga memberikan nafkah untuk keluarganya. Yang saya tekankan adalah manfaat positif dari si konsumen, orang yang membeli "produk" pelacuran. Coba cermati sekali lagi.
Lagi-lagi anda keliru menangkap. Saya katakan sekali lagi, manfaat itu bukan karena objeknya, tetapi karena kita masing-masing. Apakah pelacuran ditingkatkan atau dikurangi, selama kita menyikapinya dengan tidak benar, maka tidak akan bermanfaat. Yang saya berikan contohnya (mengurangi pemerkosaan & kemunafikan) adalah manfaat adanya pelacur bagi mereka yang menyikapi dengan benar. Anda tidak netral kalau mengatakan produk pelacuran tidak bermanfaat, sedangkan produk lagu ga mutu itu bermanfaat. Saya bilang bermanfaat atau tidak, tergantung dari kitanya masing-masing.

Sama seperti pertambahan/pengurangan pelacuran, pertambahan/pengurangan lagu tak bermutu TIDAK menjamin kemajuan bathin masyarakat. Lalu apakah suatu produk bermanfaat atau tidak, itu tergantung kita menyikapinya, dan saya sudah memberikan contoh bagaimana pelacuran bisa bermanfaat.


Quote
Budaya hanyalah mencakup aspek tata-cara pernikahan. Bukan dalam aspek fungsi pernikahannya. Orang-orang suku primitif pun mengenal adanya pernikahan. Tujuannya untuk mengesahkan hubungan sepasang kekasih. Hubungannya tidak bisa diganggu-gugat, keduanya terikat hak dan tanggung-jawab, dan konsekuen dengan kesepakatannya ini. Ini jelas menunjukkan bahwa selaras dengan ajaran Sang Buddha. Pernikahan itu wujud kebahagiaan tertinggi di duniawi (Digha Nikaya).
Betulkah hanya tata-cara pernikahannya? Betulkah menurut anda aspek fungsinya tetap sama?
Saya kasih contoh sederhana. Apakah perkawinan dalam masyarakat India kuno yang mengenal Kasta sama dengan kita sekarang? Apakah aspek fungsi pernikahan kakak-beradik, asal mula suku Sakya, sama seperti dalam masyarakat sekarang? Kalau anda masih bilang sama, coba research tentang nikah mut'ah.



Quote
Yang jelas, Sang Buddha pernah menyatakan bahwa mengasingkan diri dari keramaian duniawi adalah pertapaan yang tinggi. Hidup setia pada pasangan yang sah adalah pertapaan yang tinggi pula.
Ini yang saya cari. Dulu saya baca dari Samaggi-phala, ayatnya ada di Anguttara Nikaya IV,55. Tetapi ternyata tidak ada dikatakan tentang setia pada satu pasangan adalah pertapaan juga. Bisa bantu saya?


Quote
Lalu bila saya hidup setia dengan seorang wanita secara kumpul kebo, apakah itu pertapaan yang tinggi juga? Manusia itu hidup secara norma masyarakat juga, bro.
Betul, maka saya bilang umat Buddha harus mematuhi norma yang berlaku dan hukum negara, walaupun dalam dhamma tidak dikatakan bertentangan. Dan ya, "kumpul kebo" yang setia pada satu pasangan adalah satu bentuk pertapaan juga (walaupun tidak sesuai dilakukan di negara yang tidak melegalkannya, seperti Indonesia).


Quote
Memang benar orang yang menikah itu juga dilandasi modus untuk mencari sarana penyaluran seks yang legal, atau Anda sebut itu dengan munafik.
Yang saya sebut munafik adalah mengutuk para pelacur sementara menikmati keindahan pelacur; bathinnya terusik oleh pelacur, tapi mengaku suci. Tidak ada yang munafik dalam memuaskan hasrat secara benar dengan istri.


Quote
Tapi itulah yang disahkan secara norma. Bisa Anda bayangkan kalau semua Umat Buddha menganggap bahwa berhubungan intim dengan wanita pelacur itu tidak bertentangan dengan sila ke-3? Hmm... Kalau saya punya pikiran seperti itu, saya mungkin sudah mennderitas penyakit AIDS.
Lagi-lagi anda menyalahkan objek luar.
Baiklah, kalau berhadapan dengan bayi yang harus disuapi dogma-dogma tentang sila, saya tidak akan menjawab.
Kalau berhadapan dengan orang yang berusaha dewasa dan mengerti tentang dhamma, saya akan menjawab dengan jujur bahwa itu tidak bertentangan dengan sila ke tiga.
Anda mungkin sudah kena AIDS? Saya telah menggenggam pelacur tidak bersalah lebih dari 10 tahun. Begitu pula sejak belajar Dhamma, (dalam kondisi tertentu) saya melihat tetap tidak melanggar sila ke tiga. Ironisnya, saya tidak pernah menggunakan jasa pelacur sama sekali. Jadi saya atau anda yang ngaco? Atau jika anda terkena AIDS, anda mau melemparkan kesalahan pada sila ke tiga-nya?
:)
« Last Edit: 30 January 2009, 11:10:55 AM by Kainyn_Kutho »

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #148 on: 30 January 2009, 11:16:45 AM »
untuk memperjelas lebih baik kita menguraikan dengan jelas apa sih tujuan dari pernikahan, dan mempunyai satu pasangan hidup saja?
menurut saia agar kita sedikit demi-sedikit melepaskan diri dari lobha seksualitas, dengan mempunyai satu pasangan saja
kita melatih diri agar tidak lebih membabi-buta menikmati seksualitas

- tak menikah dan memperkosa
- menikah dan memperkosa
- tak menikah dan menggunakan jasa pelacuran
- menikah dan menggunakan jasa pelacuran
- menikah dan tak menggunakan jasa pelacuran
- tak menikah dan tak menggunakan jasa pelacuran, lepas dari lobha seksualitas
« Last Edit: 30 January 2009, 11:18:51 AM by Reenzia »

Offline N1AR

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 930
  • Reputasi: 22
  • Yui
Re: TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS
« Reply #149 on: 30 January 2009, 11:17:50 AM »
kalau menyukai sex dibawah umur atau menyukai nenek gitu. bagimana dalam pandangan buddhist :))
kalau menyukai binatang juga gimana? atau cuma suka liat aja atau istilahnya ngintip