Login with username, password and session length
0 Members and 1 Guest are viewing this topic.
QuoteSuatu pandangan yang benar, ketika di lekati maka akan timbul miccha ditthi yang halus (cetasika). contoh : kita tahu rakit itu di pakai untuk menyeberang... kalo rakit itu di lekati terus maka akan timbul miccha ditthi yang halus. Begitu juga dengan kita...kita tahu ajaran Sang Buddha adalah benar... tetapi ketika ada aliran lain yang tidak setuju dengan kita...dan membuat batin kita bergejolak ... ini termasuk miccha ditthi (yg halus) lho.Wah, cocok sekali! Dalam Alagaddupama Sutta (MN, 22) dikatakan "rakit" itu bukan buat dipegang, tetapi untuk 'menyeberang'. Setelah menyeberang menggunakan "rakit" tersebut, maka "rakit" tersebut tidak untuk disimpan atau dipertahankan (=melekat), namun ditinggalkan. Demikianlah memang dikatakan dalam mengikuti ajaran Buddha, ada hal2 baik yang harus ditinggalkan, apalagi hal2 yang jahat (yang membangkitkan keserakahan, kebencian dan kebodohan bathin). delete....
Suatu pandangan yang benar, ketika di lekati maka akan timbul miccha ditthi yang halus (cetasika). contoh : kita tahu rakit itu di pakai untuk menyeberang... kalo rakit itu di lekati terus maka akan timbul miccha ditthi yang halus. Begitu juga dengan kita...kita tahu ajaran Sang Buddha adalah benar... tetapi ketika ada aliran lain yang tidak setuju dengan kita...dan membuat batin kita bergejolak ... ini termasuk miccha ditthi (yg halus) lho.
Miccha ditthi cetasika (yang halus itu) di pimpin oleh LOBHA (keserakahan/kemelekatan pd objek).
Mau melamar jadi Tipitaka bhandagarika ga? huehehehehehe....maklum orang yang membaca dan mengerti Tipitaka sangat sedikit, tinggal 10 katanya ahahahaha.....
Tipitakadhara tinggal 7 orang, 4 orang telah almarhum. Link Tipitakadharahttp://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,1437.0.html
masih lama lah..... patokannya kan bukan tipitakadhara.