dari buku Kumpulan Ceramah Bhikkhu Uttamo Thera
buku 5
Buddha Dhamma Dalam Kehidupan Sehari-hari
halaman 37
14. Bhante, dengan adanya beberapa aliran agama yang menyatakan diri sebagai Agama Buddha tetapi Buddha nya bukan Buddha Gotama melainkan Buddha Maitreya, mohon Bhante berkenan menjelaskan tentang hal ini. Bagaimana sebaiknya kita menyikapinya? bagaimana kita menjelaskan kepada penganutnya agar segala sesuatunya menjadi baik adanya?
Jawaban :
Memang telah menjadi kenyataan bahwa cukup banyak aliran keagamaan dalam masyarakat yang menyatakan diri sebagai Agama Buddha. Banyaknya aliran ini sering membuat umat Buddha bingung untuk menentukan sikap dan pilihan terhadap berbagai aliran tersebut. Salah satu dari sekian banyak aliran tersebut adalah Aliran Buddha Maitreya.
Istilah Maitreya atau Metteyya yang berasal dari kata 'metta' atau cinta kasih ini memang telah pernah disebutkan oleh Sang Buddha Gotama sebagai CALON BUDDHA yang akan datang di bumi ini. Calon Buddha Maitreya tersebut baru akan terlahir di bumi dan menjadi Buddha SETELAH ajaran Sang Buddha Gotama dilupakan orang secara total. Diceritakan bahwa pada saat kelahiran calon Buddha Maitreya tersebut di dunia ini sudah tidak lagi dapat dijumpai adanya para bhikku, vihara, buku-buku agama Buddha, bahkan nama Buddha pun sudah tidak pernah disebut orang lagi. Uraian Sang Buddha tentang hal ini dapat dibaca pada CAKKAVATTISIHANADA SUTTA bait 25 yang terdapat pada Samaggi Phala, Tipitaka, Digha Nikaya.
Sebagai sesama umat Buddha, apabila bertemu dengan umat (calon) Buddha Maitreya hendaknya orang dapat bersikap bijaksana. Sadarilah bahwa dasar pemilihan suatu agama adalah kecocokan. Seseorang memutuskan untuk beragama Buddha aliran tertentu adalah karena ia telah cocok dengan aliran itu. Namun, kecocokan pada agama tertentu ini hendaknya jangan menimbulkan pengertian bahwa hanya agama nya lah yang paling benar, sedangkan agama orang lain adalah salah atau sesat. Sikap dan cara pandang seperti ini terhadap agama lain adalah merupakan titik awal suatu permusuhan yang dapat meletus setiap saat di dalam kehidupan ini maupun dalam kehidupan yang selanjutnya.
Apabila seseorang telah merasakan cocok dengan suatu agama, hendaknya ia melanjutkan dengan mengubah perilakunya menjadi lebih baik sesuai dengan tuntunan agama yang telah dipilihnya. Hendaknya ia selalu mengembangkan kebajikan melalui ucapan, perbuatan dan pikirannya. Dengan demikian, ia yang semula sabar akan menjadi lebih sabar. Ia yang semula baik akan bertambah baik. Sedangkan ia yang semual jahat dan kejam akan menjadi orang yang baik dan welas asih. Demikianlah seharusnya sikap seorang umat beragama. Kemanapun ia pergi, hendaknya ia dapat selalu menumbuhkan kedamaian dan kebahagiaan kepada semua orang bahkan kepada semua makluk yang ada.
Namun, apabila setelah mengenal suatu agama seseorang justru sikapnya menjadi lebih buruk dan suka menghasut dengan mengatakan bahwa agamnya sendiri yang paling benar dan agama orang lain adalah sesat, maka orang yang bersikap seperti ini adalah orang yang patut dikasihani. Orang seperti ini adalah orang yang belum mengerti dan belum melaksanakan ajaran agamnya dengan baik dan tulus. Ia mengikuti suatu agama bukan untuk mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan melainkan ia justru mendapatkan kegelisahan dan permusuhan. Hal ini justru bertentangan dengan tujuan diadakannya suatu agama yaitu untuk mendapatkan serta mewujudkan kedamaian dan ketenangan diri sendiri maupun lingkungan.
Semoga penjelasan ini dapat bermanfaat dalam berhubungan dengan umat berbagai agama di masyarakat. Sesungguhnya, mempercayai suatu agama adalah hal yang bersifat sangat pribadi dan hendaknya orang beragama juga dapat mengahargai kebenaran yang ada dalam setiap agama.