Maaf, saya tidak merasa diri saya sudah secara penuh menjalankan Dhamma secara benar, tetapi saya selalu berusaha berpedoman pada Tipitaka. Dan dalam Tipitaka jelas Sang Buddha mengatakan bahwa kita bisa memberikan pelurusan terhadap ajaran yang dianggap sebagai sabda Sang Buddha, padahal bukan. Kita bisa mengatakan ”ini ajaran Tathagata dan ini bukan ajaran Tathagata”.
>> Jadi jika ada seribu aliran yang anda anggap sesat di dunia dan mendompleng nama "Buddha", kamu datangi satu per satu dan berdebat bahwa kamulah yang paling sejati, bahwa Tipitaka Pali-lah yang paling sejati?
Tidak apa, itu juga sah-sah saja. Saya hanya berpikir saya tidak akan hidup cukup lama untuk melakukan itu semua dan melatih diri mengikis noda bathin sekaligus.
"Tetapi bilamana ada orang mengucapkan kata-kata yang merendahkan saya, Dhamma dan Sangha, maka kalian harus menyatakan mana yang salah dan menunjukkan kesalahannya dengan mengatakan bahwa berdasarkan hal ini atau itu, ini tidak benar, atau itu bukan begitu, hal demikian tidak ada pada kami, dan bukan kami". (Brahmajala Sutta)
Saya melihat aliran Maitreya ini "Salah" mengartikan ajaran Buddha Gotama. Tidak saya lihat sedikitpun mereka 'merendahkan' Buddha Gotama, Dhamma ataupun Sangha. Walaupun sedikit banyak pengertian mereka akan Buddha, Dhamma dan Sangha berbeda dengan kita. Tetapi jika semua aliran harus anda PAKSA SAMAKAN seperti pandangan anda yang Nota Bene sudah PALING BENAR, ya tidak apa. Itu pun terserah anda. Maaf, telah ikut campur.
Dan seperti yang anda sampaikan bahwa untuk aliran lain ada tata cara menjelaskannya, ini berarti ada juga usaha untuk pelurusan pandangan. Jika tidak, untuk apa semua tata cara penjelasan tersebut?
Coba sdr. Kelana baca ulang semuanya, apakah keseluruhan tulisan itu lebih pada penjelasan atau penghinaan. Kalau anda masih menganggap saya yang salah, tidak apa. Saya minta maaf sekali lagi.
Jadi, sdr. sebaiknya membedakan secara hati-hati antara ”pelurusan pandangan” dengan ”menjalankan Dhamma sepenuhnya”, sehingga anda tidak salah paham.
Ya, saya memang hanya membaca sutta sangat sedikit jadi tidak pernah bertemu sutta di mana Buddha Gotama katakan untuk MELURUSKAN PANDANGAN ORANG LAIN di luar murid2 Buddha. Jadi kemungkinan memang saya salah paham.
Saya katakan anda menyamakan 'hukum negara' dengan 'ajaran Buddha' adalah karena ketika negara menangkap basah pencuri, maka ia dinyatakan salah dan diberikan hukuman SESUAI DENGAN PANDANGAN DAN ATURAN NEGARA.
Jika ada orang tertangkap basah berbuat salah (entah mencuri atau apapun), maka Buddha Gotama menunjukkan itu adalah kesalahan, menunjukkan alasannya, memberi tahu akibatnya dan menyuruh MURIDNYA SENDIRI untuk berhati-hati dengan perilaku itu, TANPA MENGHAKIMI apa yang yang harus terjadi pada pembuat kesalahan, ataupun MENGHINA pencuri itu sebagai penganut pengertian salah.
Tetapi sekali lagi saya memang masih kurang membaca tipitaka, jadi memang ada kemungkinan Buddha lebih mengutamakan meluruskan pandangan orang lain ketimbang berjuang untuk mengikis noda bathin diri sendiri. Maka sekali lagi saya minta maaf untuk Sdr. Kelana.