saya udah bertahun2 gak "nonton" konsernya ajahn brahm, tapi setahu saya setiap kunjungan ajahn brahm, selalu ada "konser" gratisannya, malah kebanyakan semuanya gratis. gak tau apa ada yang salah dalam pengadaan acaranya di indonesia...
Kalau gratisan mungkin tidak akan menimbulkan pergunjingan spt ini. Tapi dalam kasus "lelang diri" saya pikir sudah sangat nyata ketidak-gratisannya.
saya justru melihat keberadaan dhamma talks gratisan seperti ini sangat positif bagi buddhism, menunjukkan eksistensi buddhism di tengah2 banjir konser, show dan acara penyembuhan agama lain.
setuju dengan ini, bahkan Dhamma itu memang seharusnya gratis, dan penyelenggara tidak selayaknya menagih uang dari umat (apa pun alasannya). Kalau alasan sewa gedung, ini bisa disiasati dengan mencari tempat gratisan juga, dan ini bukannya tidak ada.
atau bisa juga dilihat esensinya itu sebagai ajang pengumpulan dana dengan pemakaian kata2 marketing yang salah dari sudut pandang konservatif, namun humourous dan biasa aja dari sudut pandang orang barat.
segala pembenaran memang bisa dilakukan, tapi pembenaran tidak otomatis membenarkan suatu tindakan. bahkan dari sudut pandang orang barat pun ternyata tidak biasa, polemik ini juga diperdebatkan dalam beberapa forum internasional.
Dalam banyak sutta dan vinaya, Sang Buddha telah membabarkan tentang betapa berbahayanya uang bagi kaum monastik, jika memang diperlukan, serahkanlah urusan keuangan itu kepada umat awam. seperti tradisi yg sering dilakukan di kalangan Buddhis, proyek pembangunan/renovasi vihara sering melakukan penggalangan dana, dan itu dilakukan oleh yayasan yg dikelola oleh umat awam, dan kalau ada penggalangan dana yg dikelola oleh bhikkhu, hal itu tidak berarti bahwa itu dibenarkan.