Sepertinya yang dikatakan Sdr. Gandalf , masuk akal. Dan sepertinya sudah pernah dibahas jadi saya hanya memberikan pertimbangan kembali.
Metode Sukhavati dan Amitabha dibabarkan Buddha Sakyamuni sendiri. Seorang Buddha tidaklah mungkin berbohong, Apalagi sampai ngomong tentang khayalan sudah barang tentu tidak masuk akal.
Bahkan kalau dipikir secara logika, bisa saja memang ada Amitabha Buddha.
Seorang Buddha tidaklah mungkin berbohong, saya meyakini hal ini juga. Tapi pernahkah kita mempertimbangkan bahwa kita mendapat informasi ini dari pihak ketiga? Pernahkah kita mempertimbangkan bahwa error, penambahan, kebohongan, adopsi alkulturasi, dll pada masa/ oleh pihak ketiga? Selain itu tidak ada literatur dalam aliran lain.
Yang terakhir ini mungkin dibantah dengan alasan bahwa literatur aliran lain tidak lengkap. Tapi sebaliknya pernahkan dipertimbangkan bahwa adanya penambahan literatur pada aliran Mahayana, yang tadinya tidak ada menjadi ada. Apalagi mengingat Mahayana lebih bersifat liberal (bisa dikatakan sangat liberal) dibanding dengan aliran lain. Kita bisa lihat literatur-literatur yang jelas bukan dari Buddha sejarah dicap sebagai Sutra, contoh Sutra Altar.
Jika kita berpola pikir demikian, maka pendapat bahwa“Metode Sukhavati dan Amitabha dibabarkan Buddha Sakyamuni sendiri”, masih dapat digoyahkan dan belum dapat dikatakan masuk akal.
Saya balik sekarang. Bagaimana kalau ternyata Nibbana itu juga bohong? Khayalan? Imajinasi? Karangan? Toh masih blm ada buktinya Nibbana itu gimana, ada atau nggak, dari segi science juga belum terbukti. Nah lho...sama saja dengan Sukhavati.
Jika Nibbana itu bohong baik dibuktikan secara science atau tidak, maka runtuhlah semua aliran Buddhisme, menimbang literatur semua aliran membahas mengenai Nibbana/Nirvana. Tapi ketika metode Sukhavati itu bohong maka hanya sebagian aliran yang runtuh, menimbang hanya Mahayana yang menjunjung ajaran ini. Jadi berbeda kualitas (secara literatur) antara Nirvana dan Sukhavati, sehingga tidak bisa diperbandingkan.
Shinran, patriark Tanah Suci pernah berkata, Amitabha mewujudkan diri di Gaya sebagai Sakyamuni Buddha. Ini juga ada kaitannya dengan masalah apakah Amitabha Buddha itu fiksi atau historikal!...hehe...
Secara logika, Patriark Tanah Suci jelas ia adalah Mahayanis, tentu saja akan “memenangkan” konsep Mahayana (terlepas ia suciwan atau bukan). Alasan ini tidaklah kuat. Jika ada non Mahayanis yang setaraf Patriark Tanah Suci mengatakan hal sama dengan yang dikatakan Patriark Tanah Suci, maka bukankah kemungkinannya akan menjadi jauh lebih besar.
Ini hanya pertimbangan saja, selanjutnya terserah diri masing-masing.