tidak perlu jauh2 sampe 'senyum' arahat deh, buktikan aja kalau buddha itu ada. bagaimana?
Ya, dari awal saya memang mengaku tidak bisa membuktikannya. Maka saya anggap hal2 semacam itu hanyalah 'keyakinan', bukan 'kebenaran'. Dan rasanya memang Buddhisme tidak menggantungkan kepercayaan pada hal2 historis ataupun pada 'keyakinan'. Kalo kita ngomong Buddha begini begitu, hukum kamma begini begitu, 31 alam begini begitu, itu hanya bagian dari pengetahuan Buddhisme saja, bukan kebenaran yang harus kita pegang teguh sebagai PASTI BENAR. (Sebetulnya 'kan hal ini yang saya coba ungkapkan dalam pembahasan aliran Maitreya. Kita pun sebetulnya tidak bisa membuktikan apa2 yang kita percaya, maka jangan menilai orang lain sebagai sesat).
lebih susah lagi merealisasikan nibbana kan?
jadi...
masih mau melanjutkan atau tidak?
Saya menganggap Abhidhamma tidak tertutup bagi siapapun untuk dipelajari, bukan hanya orang2 tertentu yang bisa belajar. Tapi tetap Abhidhamma tidak bisa dijadikan acuan pokok dalam kehidupan sehari-hari, bukan karena kebenarannya diragukan, tetapi karena sifat kompleksitas dari Abhidhamma itu sendiri.
Saya tidak memulai bahasan ini, hanya karena dianggap OOT ketika dibahas di "aliran Maitreya", maka 'ditendang' ke sini. Terserah yang lain mau melanjutkan atau tidak.
Abhidhamma dibabarkan kepada para deva di Tavatimsa, bukan alam manusia. Menurut anda, apakah Buddha melakukannya tanpa alasan?
nah... justru yg beginian (historikal+kosmologi+alasan Buddha?) yg ga bisa dibuktikan...
Saya katakan ini sebagai respons dari anda yang mengatakan
saya sangat ragu, dhamma dibabarkan utk yg 'sudah tercerahkan'...
Saya katakan itu karena kita bicara bukan dalam lingkup pembuktian, tapi masalah doktriniah tentang keberadaan Abhidhamma dan Sutta.
Jika sudah dalam konteks pembuktian, sudah pasti saya dan tesla juga tidak bisa membuktikan dhamma itu pernah dibabarkan atau hanya rekaan orang saja, dan itu akan berhenti di situ. Tolong jangan keluar dari konteks.