//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: pujian einstein terhadap agama buddha.....  (Read 25223 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: pujian einstein terhadap agama buddha.....
« Reply #30 on: 09 September 2011, 04:13:06 PM »
Brarti semua yang pengendalian diri dan manajemen dirinya masih kalah dengan para pengikut ajaran sesat , adalah tidak pantas mengaku sebagai Buddhist ?

iya...terkecuali mereka yang sedang mencoba/berusaha berlatih diri ke arah yang lbh baik..
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: pujian einstein terhadap agama buddha.....
« Reply #31 on: 09 September 2011, 04:13:31 PM »
Brarti semua yang pengendalian diri dan manajemen dirinya masih kalah dengan para pengikut ajaran sesat , adalah tidak pantas mengaku sebagai Buddhist ?
ya ajaran sesat tapi kelakuannya lebih bagus dari budis ya pastinya lebih baik.

karena budis juga belum tentu benar ajarannya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Blacquejacque

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 229
  • Reputasi: 7
Re: pujian einstein terhadap agama buddha.....
« Reply #32 on: 09 September 2011, 04:17:09 PM »
kalo begitu jgn ngaku2 buddhis kalo tingkah laku tdk sejalan dengan budha dhamma...simpel kan?

Simpel.. namun bila boleh saya menambahkan

Saat ini tingkat kesulitan yang dimiliki lucky, anggap saja 80%.

Manusia memiliki kemampuan mengembangkan diri. Dibarengi dengan niatan untuk melatih diri, tingkat kesulitan tersebut suatu waktu akan berkurang. Namun dapat juga bertambah. Evaluasi terus menerus ke dalam diri diperlukan disini. Jangan pernah merasa cukup belajar, karena nantinya hal ini akan menimbulkan kepuasan dalam diri yang pada akhirnya dapat menghambat proses pembelajaran diri.

Suatu waktu, bila dibarengi dengan kesabaran, niat dan usaha yang benar, saya yakin 80% tersebut dapat berkurang drastis.

Umat Buddha sejati, tidak terlepas dari kesalahan-kesalahan. Anda maupun saya. Memaklumi dan menerima kekurangan diri sendiri mutlak diperlukan, untuk kemudian anda mencari solusi untuk memperbaiki kekurangan tersebut dan mempraktekkannya..

Saya yakin, banyak dari umat buddha disini, maupun di tempat2 lain melakukan berbagai hal yang tidak sejalan dengan BuddhaDhamma.

Ini adalah hal yang perlu kita maklumi.
« Last Edit: 09 September 2011, 04:19:22 PM by Blacquejacque »

Offline lucky

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 230
  • Reputasi: -7
Re: pujian einstein terhadap agama buddha.....
« Reply #33 on: 09 September 2011, 04:23:23 PM »
Jika demikian hal nya, kekaguman saya pada ajaran Buddha membuat saya memandang rendah dan muak pada agama agama lain, tapi kenapa diri saya ini sepertinya sedang mengaggungkan bahkan sesuatu yang saya sendiri sebenarnya tidak paham benar.

Katakanlah Buddha Dharma memiliki keunggulan pengendalian diri. Pengendalian diri saya masih kalah dengan para penganut pandangan salah. Jadi disini, kita membanggakan pengendalian diri yang bahkan kita sendiri juga nggak paham ?

Kita Buddha Dharma punya pemahaman anatta, tapi kenapa saya kalah dalam hal pengendalian emosi dibanding dengan penganut pandangan salah ? Saya sering galau dan marah sampai nafas tidak teratur.

Bagaimana ini saya bingung

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: pujian einstein terhadap agama buddha.....
« Reply #34 on: 09 September 2011, 04:28:39 PM »
Jika demikian hal nya, kekaguman saya pada ajaran Buddha membuat saya memandang rendah dan muak pada agama agama lain, tapi kenapa diri saya ini sepertinya sedang mengaggungkan bahkan sesuatu yang saya sendiri sebenarnya tidak paham benar.

Katakanlah Buddha Dharma memiliki keunggulan pengendalian diri. Pengendalian diri saya masih kalah dengan para penganut pandangan salah. Jadi disini, kita membanggakan pengendalian diri yang bahkan kita sendiri juga nggak paham ?

Kita Buddha Dharma punya pemahaman anatta, tapi kenapa saya kalah dalam hal pengendalian emosi dibanding dengan penganut pandangan salah ? Saya sering galau dan marah sampai nafas tidak teratur.

Bagaimana ini saya bingung
baca saja cacing dan kotorannya >:D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline lucky

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 230
  • Reputasi: -7
Re: pujian einstein terhadap agama buddha.....
« Reply #35 on: 09 September 2011, 04:43:58 PM »
baca saja cacing dan kotorannya >:D

Jadi , saya yang demikian memiliki keyakinan dan bangga akan Buddha Dharma, kenapa bisa kalah dalam pengendalian diri dan manajemen mengatur segala aspek kehidupan pribadi saya dibanding dengan pengikut ajaran agama lain ?

Offline Blacquejacque

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 229
  • Reputasi: 7
Re: pujian einstein terhadap agama buddha.....
« Reply #36 on: 09 September 2011, 04:46:11 PM »
Jika demikian hal nya, kekaguman saya pada ajaran Buddha membuat saya memandang rendah dan muak pada agama agama lain, tapi kenapa diri saya ini sepertinya sedang mengaggungkan bahkan sesuatu yang saya sendiri sebenarnya tidak paham benar.

Katakanlah Buddha Dharma memiliki keunggulan pengendalian diri. Pengendalian diri saya masih kalah dengan para penganut pandangan salah. Jadi disini, kita membanggakan pengendalian diri yang bahkan kita sendiri juga nggak paham ?

Kita Buddha Dharma punya pemahaman anatta, tapi kenapa saya kalah dalam hal pengendalian emosi dibanding dengan penganut pandangan salah ? Saya sering galau dan marah sampai nafas tidak teratur.

Bagaimana ini saya bingung

Haha saya ikutan bingung deh kalau begitu.. Mungkin bisa sedikit membantu.

ada satu quote mengenai hal ini :
Don't call the world dirty because you forgot to clean your glasses ~ Aaron Hill.
jangan tanya saya siapa itu aaron hill, saya juga tidak kenal :p

Nah maksud yang saya ingin sampaikan disini adalah :
dunia ini dapat dipandang buruk, dapat pula dipandang indah, dan dapat pula dipandang netral.
Bergantung pada persepsi/kacamata anda dalam memandangnya. Sebetulnya tidak hanya aliran2 luar Buddhisme, di dalam Buddhisme sendiripun banyak yang sesat. Menjadi seorang Buddhisme baik Theravada, Mahayana, maupun Tantrayana dst... tidak menjamin bahwa orang tersebut tidak sesat. Yang berbeda, adalah kadar sesatnya seseorang, atau dapat kita sebut pula sebagai kualitas batin.

Kualitas batin orang tersebutlah yang menentukannya. Bukan ajaran yang dianut seseorang. Sepanjang kita masih sibuk membandingkan antara yang satu dengan yang lain, maka perbedaan-perbedaan yang ada akan semakin tajam. Agama hanya berlaku sebagai status, pengetahuan hanya sebatas teori di mulut. 



Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: pujian einstein terhadap agama buddha.....
« Reply #37 on: 09 September 2011, 05:48:38 PM »
Jadi , saya yang demikian memiliki keyakinan dan bangga akan Buddha Dharma, kenapa bisa kalah dalam pengendalian diri dan manajemen mengatur segala aspek kehidupan pribadi saya dibanding dengan pengikut ajaran agama lain ?
apakah ajaran buda untuk di banggakan?
dalam pengendalian diri tidak ada hubungannya dengan agama seeorang.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline lucky

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 230
  • Reputasi: -7
Re: pujian einstein terhadap agama buddha.....
« Reply #38 on: 12 September 2011, 08:31:56 AM »
Namo Buddhaya,

Tapi saya selalu memperoleh panggilan hati untuk menumpas segala macam kesesatan pandangan.
Saya tidak tahan kalau lihat orang orang di bodohi dengan segala teori di luar Theravada. Saya rasa mereka harus disadarkan. Menurut saya pandangan yang benar hanya pada Theravada. Jaman sekarang banyak aliran ngacau, kalau teori ngacau, jelas para pimpinannya penipu. Ditambah lagi dari luar, para evaa***list yang berusaha menarik pemuda pemudi Buddhist, mereka juga makin berani melakukan ritual pengusiran setan di depan vihara ditambah menyebarkan selebaran mereka di vihara, saya benar benar mendidih . Rasanya mereka harus dicaci maki baru sadar.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: pujian einstein terhadap agama buddha.....
« Reply #39 on: 12 September 2011, 09:19:02 AM »
Namo Buddhaya,

Tapi saya selalu memperoleh panggilan hati untuk menumpas segala macam kesesatan pandangan.
Saya tidak tahan kalau lihat orang orang di bodohi dengan segala teori di luar Theravada. Saya rasa mereka harus disadarkan. Menurut saya pandangan yang benar hanya pada Theravada. Jaman sekarang banyak aliran ngacau, kalau teori ngacau, jelas para pimpinannya penipu. Ditambah lagi dari luar, para evaa***list yang berusaha menarik pemuda pemudi Buddhist, mereka juga makin berani melakukan ritual pengusiran setan di depan vihara ditambah menyebarkan selebaran mereka di vihara, saya benar benar mendidih . Rasanya mereka harus dicaci maki baru sadar.
kalau mau jadi budis, jadilah budis yang benar, para evangelis yang anda benci itu juga bisa saja bukan evangelis yang benar sama seperti anda yang mendidih, ingin mencaci maki apakah itu ciri budis yang benar?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline lucky

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 230
  • Reputasi: -7
Re: pujian einstein terhadap agama buddha.....
« Reply #40 on: 12 September 2011, 03:01:01 PM »
Tapi, pandangan salah itu adalah suatu hal yang tercela. Hal seperti itu sangat tidak pantas dan menyebabkan kekotoran batin tambah keruh, apalagi mencoba mempengaruhi umat Buddha, bukankah itu sama saja dengan perbuatan mara.

Offline Wolvie

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 805
  • Reputasi: 25
Re: pujian einstein terhadap agama buddha.....
« Reply #41 on: 12 September 2011, 03:34:26 PM »
kalau mau jadi budis, jadilah budis yang benar, para evangelis yang anda benci itu juga bisa saja bukan evangelis yang benar sama seperti anda yang mendidih, ingin mencaci maki apakah itu ciri budis yang benar?

jadi klo ada kejadian seperti yang dibilang bro lucky, sampei adain ritual pengusiran setan di depan Vihara, harus bersikap bagaimana? diem aja?

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: pujian einstein terhadap agama buddha.....
« Reply #42 on: 12 September 2011, 04:00:28 PM »
Namo Buddhaya,

Tapi saya selalu memperoleh panggilan hati untuk menumpas segala macam kesesatan pandangan.
Saya tidak tahan kalau lihat orang orang di bodohi dengan segala teori di luar Theravada. Saya rasa mereka harus disadarkan. Menurut saya pandangan yang benar hanya pada Theravada. Jaman sekarang banyak aliran ngacau, kalau teori ngacau, jelas para pimpinannya penipu. Ditambah lagi dari luar, para evaa***list yang berusaha menarik pemuda pemudi Buddhist, mereka juga makin berani melakukan ritual pengusiran setan di depan vihara ditambah menyebarkan selebaran mereka di vihara, saya benar benar mendidih . Rasanya mereka harus dicaci maki baru sadar.

95 Cankī Sutta
Bersama Cankī

[164] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. [ ]Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang mengembara di Negeri Kosala bersama dengan sejumlah besar Sangha para bhikkhu, dan akhirnya Beliau tiba di sebuah desa brahmana Kosala bernama Opasāda. Di sana Sang Bhagavā menetap di Hutan Para Dewa, [ ]Hutan Pohon-Sāla di utara Opasāda.

2. Pada saat itu, Brahmana Cankī adalah penguasa Opasāda, wilayah tanah kerajaan dengan makhluk hidup yang berlimpah, kaya akan padang rumput, hutan, sungai, dan sawah, suatu anugerah kerajaan, pemberian keramat yang diberikan kepadanya oleh Raja Pasenadi dari Kosala.

3. Para brahmana perumah tangga di Opasāda mendengar: “Petapa Gotama … (seperti Sutta 91, §3) … Sekarang adalah baik sekali jika dapat menemui para Arahant demikian.”

4. Kemudian para brahmana perumah tangga dari Opasāda berjalan dari Opasāda secara berkelompok dan berbaris mengarah ke utara menuju Hutan Para Dewa, Hutan Pohon Sāla.

5. Pada saat itu, Brahmana Cankī telah naik ke lantai atas istananya untuk beristirahat siang. Kemudian ia melihat para brahmana perumah tangga dari Opasāda berjalan dari Opasāda secara berkelompok dan berbaris mengarah ke utara menuju Hutan Para Dewa, Hutan Pohon Sāla. Ketika ia melihat mereka, ia bertanya kepada menterinya: “Menteriku, mengapakah brahmana perumah tangga dari Opasāda berjalan dari Opasāda secara berkelompok dan berbaris mengarah ke utara menuju Hutan Para Dewa, Hutan Pohon Sāla?”

6. “Tuan, ada Petapa Gotama, putra Sakya yang meninggalkan keduniawian dari suku Sakya, yang sedang mengembara di Negeri Kosala … (seperti Sutta 91, §3) … Mereka pergi menemui Guru Gotama.”

“Kalau begitu, Menteriku, temui para brahmana perumah tangga itu dan katakan: ‘Tuan-tuan, Brahmana Cankī berkata sebagai berikut: “Mohon Tuan-tuan menunggu sebentar. Brahmana Cankī juga akan pergi menemui Petapa Gotama[.]”’”

“Baik, Tuan,” menteri itu menjawab, [165] dan ia menjumpai para brahmana perumah tangga dari Opasāda dan menyampaikan pesannya.

7. Pada saat itu, lima ratus brahmana dari berbagai wilayah sedang menetap di Opasāda untuk suatu urusan. Mereka mendengar: “Brahmana Cankī, dikatakan, akan menemui Petapa Gotama.” Kemudian mereka mendatangi Brahmana Cankī dan bertanya kepadanya: “Tuan, benarkah bahwa engkau akan menemui Petapa Gotama?”

“Demikianlah, Tuan-tuan. Aku akan menemui Petapa Gotama.”

8. “Tuan, jangan pergi menemui Petapa Gotama. Tidaklah selayaknya, Guru Cankī, bagimu untuk pergi menemui Petapa Gotama; sebaliknya, adalah selayaknya bagi Petapa Gotama untuk datang menemui engkau. Karena engkau, Tuan, terlahir dari kedua pihak, ibu dan ayah yang murni sampai tujuh generasi sebelumnya, tidak terbantahkan dan tidak tercela dalam hal kelahiran. Oleh karena itu, Guru Cankī, tidaklah selayaknya bagimu untuk pergi menemui Petapa Gotama, adalah selayaknya bagi Petapa Gotama untuk datang menemui engkau. Engkau, Tuan, kaya, dengan kekayaan berlimpah dan banyak kepemilikan. Engkau, Tuan, adalah seorang yang menguasai Tiga Veda dengan kosa-kata, liturgi, fonologi, dan etimologi, dan sejarah-sejarah sebagai yang ke lima; mahir dalam ilmu bahasa dan tata bahasa, ia mahir dalam filosofi alam dan dalam tanda-tanda manusia luar biasa. Engkau, Tuan, tampan, menarik, dan anggun, memiliki keindahan kulit yang luar biasa, dengan keindahan luar biasa dan penampilan luar biasa, menyenangkan dipandang. Engkau, Tuan, bermoral, matang dalam moralitas, memiliki moralitas yang matang. Engkau, Tuan, adalah seorang pembabar yang baik dengan penyampaian yang baik; [166] engkau mengucapkan kata-kata yang ramah, jelas, tanpa cacat, dan menyampaikan maknanya. Engkau, Tuan, mengajarkan guru-guru dari banyak orang, dan engkau mengajarkan pembacaan syair puji-pujian kepada tiga ratus murid brahmana. Engkau, Tuan, dihormati, dihargai, dipuja, dimuliakan, dan dijunjung oleh Raja Pasenadi dari Kosala. Engkau, Tuan, dihormati, dihargai, dipuja, dimuliakan, dan dijunjung oleh Brahmana Pokkharasāti. [ ]Engkau, Tuan, menguasai Opasāda, wilayah tanah kerajaan dengan makhluk hidup yang berlimpah … pemberian keramat yang diberikan kepadanya oleh Raja Pasenadi dari Kosala. Oleh karena itu, Guru Cankī, tidaklah selayaknya bagimu untuk pergi menemui Petapa Gotama, adalah selayaknya bagi Petapa Gotama untuk datang menemui engkau.”

9. Ketika hal ini dikatakan, Brahmana Cankī berkata kepada para brahmana itu: “Sekarang, Tuan-tuan, dengarkanlah dariku mengapa selayaknya bagiku untuk pergi menemui Guru Gotama, dan mengapa tidak selayaknya bagi Guru Gotama untuk datang menemuiku. Tuan-tuan, Petapa Gotama terlahir dari kedua pihak, ibu dan ayah yang murni sampai tujuh generasi sebelumnya, tidak terbantahkan dan tidak tercela dalam hal kelahiran. Oleh karena itu, Tuan-tuan, tidaklah selayaknya bagi Petapa Gotama untuk datang menemuiku, adalah selayaknya bagiku untuk pergi menemui Guru Gotama. Tuan-tuan, Petapa Gotama meninggalkan keduniawian dengan melepaskan banyak emas dan perak yang tersimpan dalam gudang dan lumbung. Tuan-tuan, Petapa Gotama meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah selagi masih muda, seorang pemuda berambut hitam yang memiliki berkah kemudaan, dalam masa utama kehidupannya. Tuan-tuan, Petapa Gotama mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah walaupun ibu dan ayahnya menginginkan sebaliknya dan menangis dengan wajah berlinang air mata. Tuan-tuan, Petapa Gotama tampan, menarik, dan anggun, memiliki keindahan kulit yang luar biasa, [167] dengan keindahan luar biasa dan penampilan luar biasa, menyenangkan dipandang. Tuan-tuan, Petapa Gotama bermoral, dengan moralitas mulia, dengan moralitas bermanfaat, memiliki moralitas yang bermanfaat. Tuan-tuan, Petapa Gotama adalah seorang pembabar yang baik dengan penyampaian yang baik; Beliau mengucapkan kata-kata yang ramah, jelas, tanpa cacat, dan menyampaikan maknanya. Tuan-tuan, Petapa Gotama adalah guru bagi guru-guru dari banyak orang. Tuan-tuan, Petapa Gotama bebas dari nafsu indria dan tidak membanggakan diri. Tuan-tuan, Petapa Gotama menganut doktrin efektivitas tindakan bermoral, doktrin efektivitas perbuatan bermoral; Beliau tidak berniat mencelakai silsilah para brahmana. Tuan-tuan, Petapa Gotama meninggalkan keduniawian dari keluarga kerajaan, dari salah satu keluarga mulia yang asli. Tuan-tuan, Petapa Gotama meninggalkan keduniawian dari keluarga kaya, dari keluarga dengan kekayaan berlimpah dan kepemilikan berlimpah. Tuan-tuan, orang-orang datang dari kerajaan-kerajaan yang jauh dan daerah-daerah yang jauh untuk bertanya kepada Petapa Gotama. Tuan-tuan, ribuan dewa telah berlindung seumur hidup kepada Petapa Gotama. Tuan-tuan, berita baik sehubungan dengan Petapa Gotama telah menyebar sebagai berikut: ‘Bahwa Sang Bhagavā sempurna, telah tercerahkan sempurna, sempurna dalam pengetahuan dan perilaku sejati, mulia, pengenal seluruh alam, pemimpin yang tanpa bandingnya bagi orang-orang yang harus dijinakkan, guru para dewa dan manusia. Tercerahkan, terberkahi.’ Tuan-tuan, Petapa Gotama memiliki tiga puluh dua tanda Manusia Luar Biasa. Tuan-tuan, Raja Seniya Bimbisāra dari Magadha dan istrinya dan anak-anaknya telah berlindung seumur hidup kepada Petapa Gotama. Tuan-tuan, Raja Pasenadi dari Kosala dan istrinya dan anak-anaknya telah berlindung seumur hidup kepada Petapa Gotama. Tuan-tuan, Brahmana Pokkharasāti dan istrinya dan anak-anaknya telah berlindung seumur hidup kepada Petapa Gotama. Tuan-tuan, Petapa Gotama telah tiba di Opasāda dan menetap di Opasāda di Hutan Para Dewa, di Hutan Pohon Sāla di utara Opasāda. Sekarang, setiap petapa atau brahmana yang datang ke pemukiman kita adalah tamu kita, dan tamu seharusnya dihormati, dihargai, dipuja, dan dimuliakan oleh kita. Karena Petapa Gotama telah tiba di Opasāda, maka Beliau adalah tamu kita, dan karena tamu kita seharusnya dihormati, dihargai, dipuja, dan dimuliakan oleh kita. [168] Oleh karena itu, Tuan-tuan, tidaklah selayaknya bagi Guru Gotama untuk datang menemuiku; sebaliknya, adalah selayaknya bagiku untuk pergi menemui Guru Gotama.

“Tuan-tuan, sebanyak ini pujian atas Guru Gotama yang telah kuketahui, tetapi pujian atas Guru Gotama tidak terbatas pada itu, karena pujian atas Guru Gotama adalah tidak terbatas. Karena Guru Gotama memiliki masing-masing dari faktor-faktor ini, maka tidaklah selayaknya bagi Beliau untuk datang menemuiku; sebaliknya, adalah selayaknya bagiku untuk pergi menemui Guru Gotama. Oleh karena itu, Tuan-tuan, marilah kita semuanya pergi menemui Petapa Gotama.”

10. Kemudian Brahmana Cankī, bersama dengan sejumlah besar brahmana, pergi mendatangi Sang Bhagavā dan saling bertukar sapa dengan Beliau. Ketika ramah-tamah ini berakhir, ia duduk di satu sisi.

11. Pada saat itu, Sang Bhagavā sedang duduk dan beramah-tamah dengan beberapa brahmana yang sangat senior. Ketika itu, duduk dalam kumpulan itu, seorang murid brahmana bernama Kāpaṭhika. Muda, berkepala-gundul, berusia enam belas tahun, ia adalah seorang yang menguasai Tiga Veda dengan kosa-kata, liturgi, fonologi, dan etimologi, dan sejarah-sejarah sebagai yang ke lima; mahir dalam ilmu bahasa dan tata bahasa, ia mahir dalam filosofi alam dan dalam tanda-tanda manusia luar biasa. Sementara para brahmana yang sangat senior sedang berbincang-bincang dengan Sang Bhagavā, ia berulang-ulang menyela pembicaraan mereka. Kemudian Sang Bhagavā menegur murid brahmana Kāpaṭhika sebagai berikut: “Mohon Yang Mulia Bhāradvāja tidak menyela pembicaraan para brahmana senior ketika mereka sedang berbicara. Mohon Yang Mulia Bhāradvāja menunggu hingga pembicaraan selesai.”

Ketika hal ini dikatakan, Brahmana Cankī berkata kepada Sang Bhagavā: “Mohon Guru Gotama tidak menegur murid brahmana Kāpaṭhika. Murid brahmana Kāpaṭhika adalah seorang anggota keluarga, ia sangat terpelajar, ia adalah penyampai ajaran yang baik, ia bijaksana; ia mampu mengambil bagian dalam diskusi dengan Guru Gotama.”

12. Kemudian Sang Bhagavā berpikir: “Tentu saja, [169] karena para brahmana menghormatinya demikian, murid brahmana Kāpaṭhika pasti mahir dalam kitab-kitab Tiga Veda.”

Kemudian murid brahmana Kāpaṭhika berpikir: “Ketika Petapa Gotama melihatku, aku akan mengajukan pertanyaan kepada Beliau.”

Kemudian, mengetahui pikiran murid brahmana Kāpaṭhika dengan pikiran Beliau sendiri, Sang Bhagavā berpaling kepadanya. Kemudian murid brahmana Kāpaṭhika berpikir: “Petapa Gotama telah berpaling kepadaku. Bagaimana jika aku mengajukan sebuah pertanyaan.” Kemudian ia berkata kepada Sang Bhagavā: “Guru Gotama, sehubungan dengan syair-syair pujian brahmanis kuno yang diturunkan melalui penyampaian lisan, yang dilestarikan dalam kitab-kitab, para brahmana sampai pada kesimpulan pasti: ‘Hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah.’ Apakah yang Guru Gotama katakan sehubungan dengan hal ini?”

13. “Bagaimanakah, Bhāradvāja, di antara para brahmana adakah bahkan seorang brahmana yang mengatakan sebagai berikut: ‘Aku mengetahui ini, aku melihat ini: hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah’?”“Tidak, Guru Gotama.”

“Bagaimanakah, Bhāradvāja, di antara para brahmana adakah bahkan seorang guru atau guru dari para guru sampai tujuh generasi para guru sebelumnya yang mengatakan sebagai berikut: ‘Aku mengetahui ini, aku melihat ini: hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah’?”“Tidak, Guru Gotama.”

“Bagaimanakah, Bhāradvāja, para petapa brahmana masa lampau, para pencipta syair-syair pujian, para penggubah syair-syair pujian, yang syair-syair pujiannya dulu dibacakan, diucapkan, dan dihimpun, yang oleh para brahmana sekarang masih dibacakan dan diulangiyaitu, Aṭṭhaka, Vāmaka, Vāmadeva, Vessāmitta, Yamataggi, Angirasa, Bhāradvāja, Vāseṭṭha, Kassapa, dan Bhaguapakah bahkan para petapa brahmana masa lampau ini mengatakan sebagai berikut: ‘Aku mengetahui ini, aku melihat ini: hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah’?”[170] “Tidak, Guru Gotama.”

“Jadi, Bhāradvāja, sepertinya di antara para brahmana tidak ada bahkan seorang brahmana yang mengatakan sebagai berikut: ‘Aku mengetahui ini, aku melihat ini: hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah.’ Dan di antara para brahmana tidak ada bahkan seorang guru atau guru dari para guru sampai tujuh generasi para guru sebelumnya yang mengatakan sebagai berikut: ‘Aku mengetahui ini, aku melihat ini: hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah.’ Dan para petapa brahmana masa lampau, para pencipta syair-syair pujian, para penggubah syair-syair pujian … bahkan para petapa brahmana masa lampau ini tidak mengatakan sebagai berikut: ‘Aku mengetahui ini, aku melihat ini: hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah.’ Misalkan terdapat sebaris orang buta yang masing-masing bersentuhan dengan yang berikutnya: orang pertama tidak melihat, yang di tengah tidak melihat, dan yang terakhir tidak melihat. Demikian pula, Bhāradvāja, sehubungan dengan pernyataan mereka, para brahmana itu tampak seperti sebaris orang buta itu: orang pertama tidak melihat, yang di tengah tidak melihat, dan yang terakhir tidak melihat. Bagaimana menurutmu, Bhāradvāja, oleh karena itu, apakah keyakinan para brahmana itu terbukti tidak berdasar?”

14. “Para brahmana menghormati ini hanya karena keyakinan, Guru Gotama. Mereka juga menghormatinya sebagai tradisi lisan.”

[ ]“Bhāradvāja, pertama-tama engkau berpegang pada keyakinan, sekarang engkau mengatakan tradisi lisan. Ada lima hal, Bhāradvāja, yang mungkin terbukti dalam dua cara berbeda di sini dan saat ini. Apakah lima ini? Keyakinan, persetujuan, tradisi lisan, penalaran, dan penerimaan pandangan melalui perenungan. [ ]Kelima hal ini mungkin terbukti dalam dua cara berbeda di sini dan saat ini. Sekarang, sesuatu mungkin sepenuhnya diterima karena keyakinan, namun hal itu mungkin kosong, hampa, dan salah; tetapi hal lainnya mungkin tidak sepenuhnya diterima karena keyakinan, namun hal itu mungkin adalah fakta, benar, dan tidak salah. Kemudian, [171] sesuatu mungkin sepenuhnya disetujui … disampaikan dengan baik … dinalar dengan baik … direnungkan dengan baik, namun hal itu mungkin kosong, hampa, dan salah; tetapi hal lainnya mungkin tidak direnungkan dengan baik, namun hal itu mungkin adalah fakta, benar, dan tidak salah. [Dalam kondisi-kondisi ini] adalah tidak selayaknya bagi seorang bijaksana yang melestarikan kebenaran untuk sampai pada kesimpulan pasti: ‘Hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah.’”

------------
Bersambung

Tinta hanyalah tinta, bukan merupakan kebenaran.
Mempelajari kebenaran bukan berarti anda menjadi kebenaran.
Menyerap tinta kebenaran bukan berarti anda menjadi kebenaran. Hanya kotoran batin yang makin tebal.

Begitulah typical para penyerap tinta

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: pujian einstein terhadap agama buddha.....
« Reply #43 on: 12 September 2011, 04:00:46 PM »
Lanjutan Canki Sutta
-----------------------

15. “Tetapi, Guru Gotama, dengan cara bagaimanakah pelestarian kebenaran itu? [ ]Bagaimanakah seseorang melestarikan kebenaran? Kami bertanya kepada Guru Gotama tentang pelestarian kebenaran.”

“Jika seseorang memiliki keyakinan, Bhāradvāja, ia melestarikan kebenaran ketika ia mengatakan: ‘Keyakinanku adalah demikian’; tetapi ia belum sampai pada kesimpulan pasti: ‘Hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah.’ Dengan cara ini terjadi pelestarian kebenaran; dengan cara inilah ia melestarikan kebenaran; dengan cara ini kami menjelaskan pelestarian kebenaran. Tetapi belum terjadi penemuan kebenaran.

“Jika seseorang menyetujui sesuatu … jika ia menerima penyampaian tradisi lisan … jika ia [sampai pada kesimpulan yang berdasarkan pada] penalaran … jika ia memperoleh penerimaan pandangan melalui perenungan, ia melestarikan kebenaran ketika ia mengatakan: ‘Penerimaanku atas suatu pandangan setelah merenungkan adalah demikian’; tetapi ia belum sampai pada kesimpulan pasti: ‘Hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah.’ Dengan cara ini juga, Bhāradvāja, terjadi pelestarian kebenaran; dengan cara ini ia melestarikan kebenaran; dengan cara ini kami menjelaskan pelestarian kebenaran. Tetapi belum terjadi penemuan kebenaran.”

16. “Dengan cara itu, Guru Gotama, terjadi pelestarian kebenaran; dengan cara itu seseorang melestarikan kebenaran; dengan cara itu kami mengetahui pelestarian kebenaran. Tetapi dengan cara bagaimanakah, Guru Gotama, penemuan kebenaran itu? Dengan cara bagaimanakah seseorang menemukan kebenaran? Kami bertanya kepada Guru Gotama tentang penemuan kebenaran.”

17. “Di sini, Bhāradvāja, seorang bhikkhu mungkin hidup dengan bergantung pada suatu desa atau pemukiman. [ ]Kemudian seorang perumah tangga atau putra perumah tangga mendatanginya dan menyelidikinya sehubungan dengan tiga jenis kondisi: [172] sehubungan dengan kondisi-kondisi yang berdasarkan pada keserakahan, sehubungan dengan kondisi-kondisi yang berdasarkan pada kebencian, dan sehubungan dengan kondisi-kondisi yang berdasarkan pada kebodohan: ‘Adakah pada Yang Mulia ini kondisi-kondisi apa pun yang berdasarkan pada keserakahan sehingga, dengan pikirannya dikuasai oleh kondisi-kondisi tersebut, walaupun tidak mengetahui, ia akan mengatakan, “Aku tahu,” atau walaupun tidak melihat, ia akan mengatakan “Aku melihat,” atau ia mungkin mendorong orang lain untuk berbuat dalam suatu cara yang akan mengarahkannya pada bahaya dan penderitaan untuk waktu yang lama?’ Ketika ia menyelidikinya, ia mengetahui: ‘Tidak ada kondisi-kondisi yang berdasarkan pada keserakahan demikian pada Yang Mulia ini. Perilaku jasmani dan perilaku ucapan dari Yang Mulia ini tidak seperti seorang yang terpengaruh oleh keserakahan. Dan Dhamma yang diajarkan oleh Yang Mulia ini adalah mendalam, sulit dilihat dan sulit dipahami, damai dan luhur, tidak dapat dicapai hanya melalui logika, halus, untuk dialami oleh para bijaksana. Dhamma ini tidak mungkin dengan mudah diajarkan oleh seorang yang terpengaruh oleh keserakahan.’

.................................
35. “Mengagumkan, Guru Gotama! Mengagumkan, Guru Gotama, … (seperti Sutta 91, §38) … Mulai hari ini sudilah Guru Gotama mengingatku sebagai seorang umat awam yang telah menerima perlindungan seumur hidup.”

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: pujian einstein terhadap agama buddha.....
« Reply #44 on: 12 September 2011, 06:36:04 PM »
astaga, ternyata djoe punya tinta juga =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

 

anything