Setahu saya sewaktu kuliah disana, Early Buddhism (Buddhisme awal) itu adalah Buddhisme dikala awal2 masa, dimana waktu itu masih berkembang didataran India dan masih dipengaruhi filsafat2 Timur (Eastern philosophers), jadi bukan sekte baru atau aliran baru, hanya sebuah istilah saja kemudian yang selanjutnya Buddhisme berkembang keluar daerah India dan menjadi berkembang pesat ke daerah barat (western) sehingga filsafat2 buddhist dikembangkan oleh para philosopher barat (western philosophers).
dan apa yang aneh-nya dengan kitab-kitab di Tipitaka Pali ? Kalau Kitab seperti Milinda Panha itu sudah jelas adalah post kanon... Kalau kitab Abhidhamma ? jika ada scholar yang menyatakan bahwa Abhidhamma bukan Sabda Buddha Langsung, maka sangat SERIUS tudingan Kesalahan ini...Tudingan... :))
Sebagian Scholar vs Sidang Sangha ke-5 dan Ke-6...
Setahu saya sewaktu kuliah disana, Early Buddhism (Buddhisme awal) itu adalah Buddhisme dikala awal2 masa, dimana waktu itu masih berkembang didataran India dan masih dipengaruhi filsafat2 Timur (Eastern philosophers), jadi bukan sekte baru atau aliran baru, hanya sebuah istilah saja kemudian yang selanjutnya Buddhisme berkembang keluar daerah India dan menjadi berkembang pesat ke daerah barat (western) sehingga filsafat2 buddhist dikembangkan oleh para philosopher barat (western philosophers).
dan apa yang aneh-nya dengan kitab-kitab di Tipitaka Pali ? Kalau Kitab seperti Milinda Panha itu sudah jelas adalah post kanon... Kalau kitab Abhidhamma ? jika ada scholar yang menyatakan bahwa Abhidhamma bukan Sabda Buddha Langsung, maka sangat SERIUS tudingan Kesalahan ini...
Sebagian Scholar vs Sidang Sangha ke-5 dan Ke-6...
1. Demikian yang saya baca, Konsili III dihadiri ratusan para Arahat, andai benar kitab Abhidhamma diulang pada konsili III, berarti kitab Abhidhamma sesuai dengan ajaran Buddha Gotama, karena pengulangan tidak tolak para Arahat.Pertama-tama, perlu diketahui bahwa masih banyak kerancuan mengenai apa yang disebut-sebut "Konsili III" sebab Asoka sendiri tidak menyebutkannya sebagai "konsili". Latar belakang "konsili III" diadakan adalah karena sejak Asoka menjadi buddhis, ia memberi dana yang banyak kepada sangha, dan seringkali berlebihan. Maka banyak orang yang melihat tergiur jadi bhikkhu, tidak berniat menjalani kehidupan suci, hanya mau menumpang dapat dana. Bahkan tidak pakai ditahbiskan, umat awam langsung pakai jubah kuning, cukur botak, terima dana. Di antara orang-orang yang berpura-pura jadi bhikkhu ini, juga mengajarkan ajaran lain (karena memang mereka tidak tahu apa ajaran Buddha). Karena itu, sangha (yang betulan) menolak untuk membaca patimokkha bersama. Hal ini yang disebut "perpecahan", bukan perpecahan sekte.
2. atau kitab Abhidhamma diulang konsili III, hanyalah cerita sisipan, karena dianggap sejalan dengan ajaran Buddha Gotama, kemudian disisipkan oleh konsili selanjutnya.Kalau melihat hanya dari sumber Pali, perpecahan telah terjadi sebelum "Konsili III", kemudian Moggaliputtatissa muncul menyingkirkan semua pandangan sesat tujuh-belas sekte lain yang disebut "memecah-belah", dan mengukuhkan satu aliran sebagai satu-satunya yang benar dalam Kathavatthu.
Sudassanavinayavibhāsā | Samantapāsādikā | Kathāvatthu-aṭṭhakathā |
Dalam perkumpulan itu Moggaliputtatissa bertindak sebagai sesepuh yang menyanggah ajaran-ajaran salah dari para pengikut ajaran lain. Perkumpulan itu memilih mereka yang berpengetahuan dalam Tripitaka dan realisasi berunsur tiga, yang berjumlah 1000 orang bhikkhu. | Dalam perkumpulan itu sesepuh Moggaliputtatissa, menyanggah ajaran-ajaran lain, mengucapkan risalah Kathāvatthu. Dan kemudian dari para bhikkhu yang dihitung sejumlah 6.000.000 orang dipilih para bhikkhu yang adalah para penghafal Tripitaka, terkemuka dalam paṭisambhida, yang diberkahi dengan realisasi berunsur tiga, dst. berjumlah 1000 orang bhikkhu | Dalam perkumpulan itu sesepuh Moggaliputtatissa, berkenaan dengan masalah-masalah yang telah muncul dan yang akan muncul di masa yang akan datang, untuk kepentingan melenyapkan semuanya, menggunakan metode yang telah diberikan Sang Guru, Sang Tathāgata, menyusun matriks yang membedakan 500 pernyataan dari aliran sendiri dan 500 dari aliran lain. Setelah membawa bersama-sama 1000 pernyataan ia mengucapkan risalah Kathāvatthu, yang berkarakteristik masa depan, untuk kepentingan menyanggah ajaran-ajaran lain. Dan kemudian dari para bhikkhu yang dihitung sejumlah 6.000.000 orang dipilih para bhikkhu yang adalah para penghafal Tripitaka, terkemuka dalam paṭisambhida, berjumlah 1000 orang bhikkhu |
3. atau pula kitab Abhidhamma memang benar ajaran Buddha, tetapi baru diulang pada konsili III.Seperti sudah dijelaskan di atas, Abhidhamma-pitaka belum ada pada masa "konsili III". Abhidhamma ini adalah "tafsir" dari Ajaran Buddha, dan versi Pali itu hanyalah salah satunya saja. Masih banyak kitab Abhidhamma dari aliran lain. Dibilang bukan ajaran Buddha, sepertinya tidak juga karena dasar penafsirannya dari ajaran Buddha juga.
4. atau pula kita Abhidhamma bukan ajaran Buddha, dan memang sengaja disisipkan.
Seperti sudah dijelaskan di atas, Abhidhamma-pitaka belum ada pada masa "konsili III". Abhidhamma ini adalah "tafsir" dari Ajaran Buddha, dan versi Pali itu hanyalah salah satunya saja. Masih banyak kitab Abhidhamma dari aliran lain. Dibilang bukan ajaran Buddha, sepertinya tidak juga karena dasar penafsirannya dari ajaran Buddha juga.
Tetapi bukankah disebutkan dalam ketiga teks di atas bahwa pada "konsili III" itu sudah ada pembagian Tripitaka? Seharusnya sudah ada Abhidhamma dong, om, pada the-so-called "konsili III" itu. Jadi seharusnya: Abhidhamma-pitaka belum ada pada masa sebelum "konsili III" ;DPada saat ketiga teks tersebut ditulis (jaman setelah masehi), Tipitaka Theravada memang sudah rampung. Namun pada saat "Konsili III", bahkan doktrinnya juga belum ada. Pada masa ini, para Vibhajjavada baru mulai merumuskan matika berdasarkan sutta. "Bakal Sarvastivada" merangkum dalam Dharma-skandha, dan "bakal Theravada" merangkum dalam Vibhanga.
jika ada scholar yang menyatakan bahwa Abhidhamma bukan Sabda Buddha Langsung, maka sangat SERIUS tudingan Kesalahan ini...
Sebagian Scholar vs Sidang Sangha ke-5 dan Ke-6...
Perlu dicatat, pada masa inipun belum ada "Abhidhamma-pitaka" versi manapun, termasuk Theravada. Pembelajaran sistem matika diduga sudah mulai disusun, namun sama sekali jauh dari "lengkap".
saran : bagusnya membahas abidhamma dari bbrp aliran (untuk suatu kasus tertentu) dan sutta yg menjadi rujukan mereka...Kalau untuk rujukan, semua sekte awal pasti sama-sama dari sutta awal. Format Abhidhamma adalah matika (semacam rangkuman data) dari sutta berdasarkan perspektif tertentu, kemudian ditarik kesimpulan berdasarkan gabungan tersebut. Dalam kasus Theravada matika dasarnya ada di vibhanga, Dhammasangani, dhatukatha, dan Yamaka, lalu kesimpulannya di Patthana.
Sdr. Kainyn, jika demikian, apa yang menjadi acuan kita untuk menyatakan secara pasti bahwa pada "konsili 3" belum ada "Abhidhamma-pitaka" versi manapun?Abhidhamma-pitaka konon adalah sistem yang disusun oleh Buddha sendiri pada minggu ke 4 setelah pencerahan sempurna. Setiap hari direnungkan satu topik, dan setelah 6 hari, tubuhnya tidak bercahaya. Setelah merenungkan Patthana, maka tubuhnya bercahaya dan kecemerlangannya sempurna. Abhidhamma ini yang kemudian pada vassa ke 6 dibabarkan di Tavatimsa, dan diulangi ke Sariputta setiap Buddha kembali ke alam manusia untuk makan, untuk kemudian diajarkan hanya ke murid-murid Sariputta. Ajaran-ajaran ini tidak dicatat dalam konsili I dan II, namun belakangan muncul kembali dan ditulis dalam 7 kitab sesuai harinya Buddha merenungkan, dari Dhammasangani sampai Patthana.
Thanks
Kalau untuk rujukan, semua sekte awal pasti sama-sama dari sutta awal. Format Abhidhamma adalah matika (semacam rangkuman data) dari sutta berdasarkan perspektif tertentu, kemudian ditarik kesimpulan berdasarkan gabungan tersebut. Dalam kasus Theravada matika dasarnya ada di vibhanga, Dhammasangani, dhatukatha, dan Yamaka, lalu kesimpulannya di Patthana.
Sampai di sinipun kumpulan data ini masih 'mentah' dan perlu pengembangan lebih jauh, maka dibuatlah komentar-komentar berdasarkan interpretasi tokoh tertentu. Yang terkenal adalah karya seorang bhikkhu yang sangat pandai, Buddhaghosa, yang membuat Atthasalini (Dhammasangani), Sammohavinodani (Vibhanga), dan Pancappakaranattakatha (5 kitab lainnya). Belakangan lagi sekitar abad 12M, semua ini dikembangkan lagi oleh Anuruddha (seorang bhikkhu yang juga sangat cerdas, namun tidak diketahui biodatanya) dan dirangkum dalam Abhidhammata-sangaha.
Dalam Tradisi Theravada yang dikenal sekarang, Abhidhamma-pitaka dipahami lewat sudut pandang Abhidhammata-sangaha ini. Dan menurut pengalaman saya, masih banyak yang salah kaprah bahwa Abhidhammata-sangaha ini adalah kitab Abhidhamma, dan banyak juga pelajar Abhidhamma(ta-sangaha) yang bahkan belum baca Abhidhamma-pitaka itu sendiri.
---
Untuk Tradisi Sarvastivada cukup unik karena -tidak seperti Theravada yang berkembang solo di Sri Lanka- Abhidharmanya berkembang di daratan India bersamaan dengan bakal-sekte-sekte lainnya. Matikanya disusun dalam Dharmaskandha, Sangitiparyaya, Prajnapti, dan Dhatukaya, tapi kesimpulannya ditulis oleh 3 orang pada masa berbeda dan juga ada perbedaan pandangan juga. Vijnanakaya ditulis Devasarman kira-kira pada masa "konsili III" dan membahas paham "Pudgala", kemudian setelah (bakal-)Theravada menulis Kathavatthu untuk menolak paham 3 masa, ditambahkan juga 4 thesis yang membantah Kathavatthu. Prakaranapada ditulis Vasumitra dan Jnanaprasthana oleh Katyayaniputra sekitar 1SM.
Kelompok tertentu di Kasmir menggunakan Jnanaprasthana sebagai dasar, dan dibuat komentarnya dalam Mahavibhasa, yang selain isinya tidak berdasarkan kitab Abhidharma lain ataupun sutra, juga memasukkan paham Mahayana. Mirip dengan Mahavihara, ajaran ini juga diklaim penganutnya sebagai sabda Buddha langsung yang tidak diajarkan ke bhiksu secara umum, dan dirumuskan kemudian. Karena berpatokan pada Mahavibhasa, kelompok Sub-Sarvastivada ini disebut Vaibhasika, sedangkan yang tetap beracuan pada sutra disebut Sautrantika.
Dari Abhidharma Sarvastivada ini juga kemudian dibuat komentar-komentar yang bervariasi dan akhirnya menjadi landasan sekte baru. Misalnya komentar Kosha oleh Vasubhandu yang jadi basis bagi Buddhisme utara (China & Tibet) atau komentar Samuccaya oleh Asanga yang menjadi doktrin Yogacara.
Kemunculan Abhidharma yang bervariasi ini bukan secara tiba-tiba dan independen. Pada masa "konsili III" itu belum ada perpecahan sekte, jadi belum ada "sangha terpisah" dengan "doktrin terpisah", yang ada hanyalah kelompok-kelompok dalam area/vihara tertentu yang memiliki tafsir tertentu yang berbeda. Bisa kita lihat asal muasal pembentukan Abhidharma aneka sekte adalah masalah ontologi, mana yang nyata dan mana yang tidak. Ini saling terkait antara argumen satu dengan lainnya (yang nantinya menjadi basis Abhidharma sektarian), jadi berkembangnya bersamaan.
Sdr. Kainyn, saya tidak tahu apakah saya yang salah paham dengan pernyataan anda atau tidak (jika saya yang salah paham silahkan dilewatkan pertanyaannya), pertanyaannya adalah apa yang menjadi acuan kita untuk menyatakan secara pasti bahwa pada "konsili 3" belum ada "Abhidhamma-pitaka" versi manapun, sesuai dengan pernyataan anda. Jadi saya tidak bertanya mengenai Abhidhamma-pitaka versi Theravada sudah ada atau belum saat "konsili 3".
Sebaliknya keberadaan Abhidhamma versi manapun (bisa kita sebut Abhidhamma saja) kemungkinan besar ada dengan adanya Abhidhamma Mahāsāṃghika.
Ini berarti Abhidharma, apapun bentuknya bisa jadi sudah ada sejak munculnya Mahāsāṃghika, jika tidak salah sebelum Asoka.
During the early 5th century, the Chinese pilgrim Faxian is said to have found a Mahāsāṃghika abhidharma at a monastery in Pāṭaliputra. http://en.wikipedia.org/wiki/Mahasanghika#cite_note-Walser.2C_Joseph_2005._p._213-28 (http://en.wikipedia.org/wiki/Mahasanghika#cite_note-Walser.2C_Joseph_2005._p._213-28) cmiiw
Thanks
Dalam Vinaya Pitaka, Mahâvibhanga, Dabbamalaputta Thera-vatthu tertulis:
...YE TE BHIKKHÛ ABHIDHAMMIKÂ TESAM EKAJJHAM SENÂSANAM PAÑÑÂPETI TE AÑÑAMAÑÑAM ABHIDHAMMAM SÂKACCHISANTÎTI..."
...Para bhikkhu yang ahli Abhidhamma tergabungkan dalam satu kelompok (Dabbamallaputa Thera)8) mengatur tempat duduk untuk mereka dengan berpikir supaya mereka ini dapat saling mengadakan perbincangan tentang Abhidhamma...
Dalam Vinaya Pitaka, Bhikkhuni Vibhnõga termaktublah satu peraturan kedisiplinan:
…PAÑHAM PUCCHEYYÂTI SUTTANTE OKÂSAM KÂRÂPETVÂ VINAYAM VÂ ABHIDHAMMAM VÂ PUCCHATI ÂPATTI PÂCITTIYASSA, VINAYE OKÂSAM KÂRÂPETVA SUTTANTAM VÂ ABHIDHAMMAM VÂ PUCCHATI ÂPATTI PÂCITTIYASSA, ABHIDHAMME OKÂSAM KÂRÂPETVA SUTTANTAM VÂ VINAYAM VÂ PUCCHATI ÂPATTI PÂCITTIYASSA...
Seorang bhikkhuni yang mengajukan suatu pertanyaan kepada bhikkhu haruslah sesuai dengan kesempatan yang dimohonkan. Apabila memohon kesempatan untuk mengajukan pertanyaan tentang Sutta tetapi kemudian berbalik mempertanyakan Vinaya atau Abhidhamma; bhikkhuni tersebut melanggar Pâcittiya.10) Apabila memohon kesempatan untuk mengajukan pertanyaan tentang Vinaya tetapi kemudian berbalik mempertanyakan Sutta atau Abhidhamma; bhikkhuni tersebut melanggar Pâcittiya. Apabila memohon kesempatan untuk mengajukan pertanyaan tentang Abhidhamma tetapi kemudian berbalik mempertanyakan Sutta atau Vinaya; bhikkhuni tersebut melangar Pâcittiya...
Sementana itu, dalam Sutta Pitaka, Anguttara Nikâya terkisahkanlah:
…TENA KHO PANA SAMAYENA SAMBAHULA THERÂ BHIKKHÛ PACCHÂBHATTAM PINDAPÂTAPAÉIKKANTA MANDALAMÂLE SANNISINNA SANNIPATITA ABHIDHAMMAM KATHENTI...
...Pada masa itu, para bhikkhu Thera (Sesepuh), setelah kembali dari berpióòapâta dan bersantap, berkumpul bersama untuk membahas Abhidhamma.
Dalam Sutta Pitaka, Khuddaka Nikâya, Theri-apadâna dapatlah dijumpai suatu pernyataan pribadi (Bhikkhuni) Khema Their – yang merupakan Siswi Utama (Aggasâvikâ) – dalam bentuk syair:
KUSALÂHAM VISUDDHÎSU KATHÂVATTHUVISÂRADÂ
ABHIDHAMMANAYAÑÛÑCA VASI PATTÂMHI SÂSANE
Dalam Agama (Sâsana/Ajaran) ini, Saya (Khema Theri) ahli dalam Tujuh Kesucian Mutlak (Visuddhi) dan juga mahir dalam Kitab Kathâvatthu serta memahami hakikat Abhidhamma dengan jelas.
Menyoal Abhidhamma pada masa awal, Mahagosinga Sutta (MN 32) secara sekilas menyebutkan Abhidhamma melalui pernyataan Bhikkhu Moggallana sbb:Saya pikir sistem belajar matika dhamma pasti sudah ada, sebab tidak semua pendengar sutta menghafal keseluruhan sutta, namun bisa saja mengambil intisarinya dan membentuk matikanya sendiri. Misalnya kita mendengar khotbah Brahmajala, ada penjelasan di mana khotbahnya, ada siapa saja di situ, latar belakangnya, apa yang dikhotbahkan, sampai terakhir penamaan khotbah dan terjadinya gempa bumi.
“Di sini, teman Sāriputta, dua orang bhikkhu terlibat dalam pembicaraan mengenai Dhamma yang lebih tinggi[6] dan saling mempertanyakan satu sama lain, dan masing-masing ditanya oleh pihak lain dan menjawabnya tanpa menjatuhkan, dan pembicaraan mereka berlanjut sesuai dengan Dhamma. Bhikkhu seperti itu dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga.”
(http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_32:_Mahāgosinga_Sutta (http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_32:_Mahāgosinga_Sutta))
Di sini, apakah berarti pada masa Sang Buddha masih hidup sudah ada Abhidhamma setidaknya dalam bentuk awalnya sebagai matika-matika yang merupakan sistematika dari Dhamma oleh para siswa tsb?
Usaha yang bagus, namun sia-sia. Anda tidak bisa menggunakan ambiguitas istilah "Abhidhamma" dalam sutta untuk cocologi ke "Abhidhamma-pitaka (dan komentarnya)" di sini, atau setidaknya dalam membingungkan saya. Sudah berkali-kali saya katakan istilah Abhidhamma (yang biasa juga dipasang dengan Abhivinaya) ADA dalam sutta, namun merujuk pada "dhamma yang secara khusus membawa pada pencerahan". Tidak ada indikasi manapun di sutta yang mengaitkan istilah "Abhidhamma (dan Abhivinaya)" dengan matika Abhidhamma atau Abhidhamma-pitaka itu sendiri.
Menggunakan ambiguitas istilah demikian, anda hanya akan terlihat seperti orang yang co-pas istilah "dhammakaya" dalam sutta dan menggunakan istilah itu untuk menyatakan doktrin "Primordial Buddha pembuat Nibbana" ada dalam sutta.
Saya pikir sistem belajar matika dhamma pasti sudah ada, sebab tidak semua pendengar sutta menghafal keseluruhan sutta, namun bisa saja mengambil intisarinya dan membentuk matikanya sendiri. Misalnya kita mendengar khotbah Brahmajala, ada penjelasan di mana khotbahnya, ada siapa saja di situ, latar belakangnya, apa yang dikhotbahkan, sampai terakhir penamaan khotbah dan terjadinya gempa bumi.
Misalnya dari sutta itu kita mau susun matika pandangan salah, maka kita bisa abaikan yang tidak relevan, langsung merangkum pandangan salahnya saja, seperti:
4 Eternalis:
a. Lewat penglihatan beberapa kehidupan lampau
b. Lewat penglihatan lampau satu kappa
c. Lewat penglihatan lampau beberapa kappa
d. menggunakan logika.
4 Semi-eternalis:
a. Pandangan Maha-Brahma
b. Pandangan petapa yang melihat kehidupan lampau sebagai Khiddapadosika
c. Pandangan petapa yang melihat kehidupan lampau sebagai Manopadosika
d. Menggunakan logika
dan seterusnya. Dilihat dari gaya Sariputta yang "matika"-nya dari Pancakkhanda, sedangkan Mahakaccayana yang "matika"-nya dari Salayatana, saya pikir jelas gaya belajar demikian pasti sudah ada.
Masalah Abhidhamma, karena satu-satunya sutta yang cukup menjelaskan apa itu Abhidhamma ada di Kintisutta, yang juga adalah matika dhamma yang disusun Buddha dalam 4-4-4-5-5-7-8, maka saya menggunakan sutta ini sebagai "otoritas" pendefinisian "Abhidhamma" menurut Nikaya.
Vibhaṅga Theravāda | Dharmaskandha Sarvāstivāda | Śāriputrābhidharma Dharmagupta |
5 kelompok unsur kehidupan | 5 sila | 12 alat indera |
12 alat indera | 4 faktor pemasuk-arus | 18 unsur |
36 unsur | 4 keyakinan tetap | 5 kelompok unsur kehidupan |
4 kebenaran mulia | 4 buah pertapaan | 4 kebenaran mulia |
22 kemampuan | 4 cara praktek | 22 kemampuan |
Kemunculan bergantungan | 4 silsilah mulia | 7 faktor pencerahan |
4 satipaṭṭhāna | 4 usaha benar | 3 akar tidak bermanfaat |
4 usaha benar | 4 landasan kekuatan | 3 akar bermanfaat |
4 landasan kekuatan | 4 satipaṭṭhāna | 4 unsur besar |
7 faktor pencerahan | 4 kebenaran mulia | 5 sila |
Jalan mulia berunsur 8 | 4 jhāna | Unsur-unsur |
4 jhāna | 4 kediaman luhur | Kamma |
4 kediaman luhur | 4 tak berbentuk | Pribadi-pribadi1 |
5 sila | 4 samādhi | Pengetahuan2 |
4 pembedaan | 7 faktor pencerahan | Kemunculan bergantungan |
Khuddakavatthu3 | Khuddakavatthu | 4 satipaṭṭhāna |
Ñāṇavibhaṅga4 | 22 kemampuan | 4 usaha benar |
Dhammahadaya5 | 12 alat indera | 4 landasan kekuatan |
5 kelompok unsur kehidupan | 4 jhāna | |
62 unsur | Jalan mulia berunsur 8 | |
Kemunculan bergantungan | Dhamma-dhamma tidak bermanfaat6 | |
Saṅgraha7 | ||
Sampayoga | ||
Prasthāna |
Usaha yang bagus, namun sia-sia. Anda tidak bisa menggunakan ambiguitas istilah "Abhidhamma" dalam sutta untuk cocologi ke "Abhidhamma-pitaka (dan komentarnya)" di sini, atau setidaknya dalam membingungkan saya. Sudah berkali-kali saya katakan istilah Abhidhamma (yang biasa juga dipasang dengan Abhivinaya) ADA dalam sutta, namun merujuk pada "dhamma yang secara khusus membawa pada pencerahan". Tidak ada indikasi manapun di sutta yang mengaitkan istilah "Abhidhamma (dan Abhivinaya)" dengan matika Abhidhamma atau Abhidhamma-pitaka itu sendiri.
Menggunakan ambiguitas istilah demikian, anda hanya akan terlihat seperti orang yang co-pas istilah "dhammakaya" dalam sutta dan menggunakan istilah itu untuk menyatakan doktrin "Primordial Buddha pembuat Nibbana" ada dalam sutta.
simplenya.. sama2 "abidhamma" tp merujuk kepada hal berbeda...Sewaktu minggu ke tiga pencerahan sempurna, Buddha juga telah merenungkan 7 kitab Abhivinaya. Sewaktu melakukan "mukjizat kembar", Buddha menciptakan kembaran unsur air yang turun ke neraka dingin dan kembaran unsur api yang turun ke neraka panas, sementara tubuh aslinya sendiri naik ke alam deva. Sebagaimana Tavatimsa yang berada di tengah dipilih agar yang Catummaharajika masih bisa naik dan yang dari Yama ke atas bisa turun, Buddha juga memilih tempat di tengah yaitu di perbatasan antara neraka panas Tapana dan neraka dingin Utpala agar yang dari Sanjiva & Arbuda bisa turun, dan dari Avici & Mahapaduma bisa naik.
tinggal tunggu bbrp ratus tahn ke dpn..mungkin udah ada abhivinaya...
:hammer:Ah, yang penting 'kan meningkatkan Saddha...
Nanti dikirain benar2 ada Abhivinaya tsb....
Abhivinaya ini yang kemudian dipelajari oleh Ajatasattu dan Devadatta sehingga setelah selesai masa hukuman di niraya, mereka akan terlahir sebagai manusia dan mencapai Pacceka Bodhi bernama Vijitavi dan Atthissara. Devadatta sendiri akan melanjutkan lagi ke jalan Mahayana dan menjadi Samyak Sambuddha bernama Devaraja. Demikian dahsyatnya Abhivinaya ini.
Wah kalau begitu saya yakin abhivinaya ini = Sila BodhisattvaTidak juga, Ajatasattu-nya gak masuk jalan Mahayana kok. Abhivinaya ini masuk ke Madhyayana/Majjhimayana, menganggap semua -yana bisa merealisasi nirvana akhir dan tidak menggunakan istilah pejoratif "hinayana" (mirip dengan Mahayana awal).
buktinya masuk jalan mahayana kan! :D
Menurut komentar AN (yang jelas belakangan), istilah "Dhamma" = Nikaya-nikaya dari Sutta Pitaka, "Abhidhamma" = 7 kitab Abhidhamma, "Vinaya" = Sutta Vibhanga dari Vinaya Pitaka Pali, "Abhivinaya" = Khandaka dan Parivara dari Vinaya Pitaka.According to tradition, the Khandhaka was compiled at the first council, mentioned in the text, with the account of the first council added at the second and that of the second at the third. Scholars do not take this literally, but differ as to how far they disagree with it. Professor Erich Frauwallner argued in 1956 that the original version of this book was compiled at the second council, and this theory is still taken seriously by many scholars. For further scholarly opinions see Vinaya Pitaka and Pali Canon.
Sedangkan Parivara (yang juga dianggap tambahan yang belakangan dalam Vinaya Pitaka) mengatakan istilah "vinaya" menunjuk pada penyebutan/penjelasan (designation/description) [pannati], sedangkan "abhivinaya" menunjuk pada analisis/klasifikasi (analysis/classification) [vibhatti] dari aturan kedisiplinan.
Namun demikian, untuk istilah Abhivinaya sendiri, dari sutta-sutta awal tidak ada petunjuk pasti apa yang dimaksud, selain dari bentuk pengulangan bahasa (istilah "abhidhamma" selalu dipasangkan dengan "abhivinaya" seperti halnya istilah "dhamma" dan "vinaya"). Selengkapnya bisa dibaca di Abhidhamma Abhivinaya--in the first two of the Pali Canon (http://ccbs.ntu.edu.tw/FULLTEXT/JR-IDN/horner.htm)
Mungkin yang lain apakah ada yang telah menemukan petunjuk dari teks-teks awal apakah yang dimaksud "abhivinaya" ini?
Sewaktu minggu ke tiga pencerahan sempurna, Buddha juga telah merenungkan 7 kitab Abhivinaya. Sewaktu melakukan "mukjizat kembar", Buddha menciptakan kembaran unsur air yang turun ke neraka dingin dan kembaran unsur api yang turun ke neraka panas, sementara tubuh aslinya sendiri naik ke alam deva. Sebagaimana Tavatimsa yang berada di tengah dipilih agar yang Catummaharajika masih bisa naik dan yang dari Yama ke atas bisa turun, Buddha juga memilih tempat di tengah yaitu di perbatasan antara neraka panas Tapana dan neraka dingin Utpala agar yang dari Sanjiva & Arbuda bisa turun, dan dari Avici & Mahapaduma bisa naik.
Selama 3 bulan vassa tersebut, karena bercampurnya antara 16 neraka panas dan dingin, maka saat itu para makhluk tidak mengalami siksaan, dan pikirannya siap menerima Abhivinaya yang isinya tentang perincian sila-vinaya agar penghuni neraka bisa berlatih walaupun di alam sengsara, dan ketika habis buah kamma buruknya, bisa langsung berjodoh dengan dhamma. Abhivinaya ini yang kemudian dipelajari oleh Ajatasattu dan Devadatta sehingga setelah selesai masa hukuman di niraya, mereka akan terlahir sebagai manusia dan mencapai Pacceka Bodhi bernama Vijitavi dan Atthissara. Devadatta sendiri akan melanjutkan lagi ke jalan Mahayana dan menjadi Samyak Sambuddha bernama Devaraja. Demikian dahsyatnya Abhivinaya ini.
Mengenai apa isi Abhivinaya, masih belum lengkap karena belum ada yang berani turun ke Avici untuk mengambil kitab api berkobar, yang ditulis dengan tinta dari besi cair.
Lalu apa buktinya Abhivinaya sudah ada sejak jaman dulu, bukan karangan saya sendiri? Ini buktinya:
"Puna caparaṃ, āvuso, bhikkhu dhammakāmo hoti piyasamudāhāro, abhidhamme abhivinaye uḷārapāmojjo. Yaṃpāvuso, bhikkhu dhammakāmo hoti…pe… uḷārapāmojjo. Ayampi dhammo nāthakaraṇo..."
Sangitisutta.
"Āraññikenāvuso, bhikkhunā abhidhamme abhivinaye yogo karaṇīyo. Santāvuso, āraññikaṃ bhikkhuṃ abhidhamme abhivinaye pañhaṃ pucchitāro. Sace, āvuso, āraññiko bhikkhu abhidhamme abhivinaye pañhaṃ puṭṭho na sampāyati, tassa bhavanti vattāro. ‘Kiṃ panimassāyasmato āraññikassa ekassāraññe serivihārena yo ayamāyasmā abhidhamme abhivinaye pañhaṃ puṭṭho na sampāyatī’ti – tassa bhavanti vattāro. Tasmā āraññikena bhikkhunā abhidhamme abhivinaye yogo karaṇīyo."
Goliyanisutta.
"Kathañca, bhikkhave, purisakhaḷuṅko javasampanno hoti; na vaṇṇasampanno na ārohapariṇāhasampanno?
Idha, bhikkhave, bhikkhu ‘idaṃ dukkha’nti yathābhūtaṃ pajānāti…pe… ‘ayaṃ dukkhanirodhagāminī paṭipadā’ti yathābhūtaṃ pajānāti. Idamassa javasmiṃ vadāmi. Abhidhamme kho pana abhivinaye pañhaṃ puṭṭho saṃsādeti [saṃhīreti (ka.)], no vissajjeti. Idamassa na vaṇṇasmiṃ vadāmi. Na kho pana lābhī hoti cīvarapiṇḍapātasenāsanagilānappaccayabhesajjaparikkhārānaṃ. Idamassa na ārohapariṇāhasmiṃ vadāmi."
Assakhalunkasutta.
"Puna caparaṃ, bhikkhave, bhikkhu dhammakāmo hoti piyasamudāhāro, abhidhamme abhivinaye uḷārapāmojjo. Yampi, bhikkhave, bhikkhu dhammakāmo hoti piyasamudāhāro, abhidhamme abhivinaye
uḷārapāmojjo, ayampi dhammo nāthakaraṇo."
Pathamanathasutta.
Demikian cocologi bab I selesai.
Wah kalau begitu saya yakin abhivinaya ini = Sila Bodhisattva
buktinya masuk jalan mahayana kan! :D
Itu di dalam bhikkhuni vibhanga tentang kelompok pembahasan/pertanyaan adalah suttanta, vinaya dan abhidhamma... di-bagi-kan dengan jelas.Memang jelas dibagi. Masalahnya 'kan di situ tidak ada penjelasan tentang apa itu "Abhidhamma".
coba kalo sila bodhisatva mnamanya di ganti abhivinaya.. ntar bbrp ratus tahun lg buddhist punya 4 pitaka...
Maaf, OOT sejenak, sebenarnya Mahayana memang memiliki 4 pitaka: Vinaya, Sutra (Agama), dan Abhidharma dari berbagai aliran (Sarvastivada, Dharmaguptaka, Mahasangika, dst) plus Bodhisattva Pitaka (kumpulan sutra Mahayana yang lebih dikenal dengan Vaipulya [Pali:Vedalla/Vetulya] Sutra)
Itu di dalam bhikkhuni vibhanga tentang kelompok pembahasan/pertanyaan adalah suttanta, vinaya dan abhidhamma... di-bagi-kan dengan jelas.
Ada yang berpendapat bahwa penyebutan Tipitaka dalam Bhikkhuni Vibhanga adalah penambahan yang belakangan karena pada masa Sang Buddha belum ada pembagian ajaran ke dalam Tipitaka, melainkan 9 anga (sutta, geyya, veyyakarana, gatha, udana, itivuttaka, jataka, abbhutadhamma, vedalla) yang sering dijumpai dalam sutta-sutta awal.Tambahan lagi dari ATI:
Ada yang berpendapat bahwa penyebutan Tipitaka dalam Bhikkhuni Vibhanga adalah penambahan yang belakangan karena pada masa Sang Buddha belum ada pembagian ajaran ke dalam Tipitaka, melainkan 9 anga (sutta, geyya, veyyakarana, gatha, udana, itivuttaka, jataka, abbhutadhamma, vedalla) yang sering dijumpai dalam sutta-sutta awal.
muncul lagi pendapat, vinaya itu penambahan belakangan... mantappp...Jangan suka pelintir-pelintir pendapat orang. Yang dibilang belakangan itu cuma bagian yang menambahkan istilah "Tipitaka" tersebut, bukan vinaya secara keseluruhan. Sutta-pun tidak terlepas dari penambahan belakangan, namun tentu tidak secara keseluruhan seperti Abhidhamma.
Jangan suka pelintir-pelintir pendapat orang. Yang dibilang belakangan itu cuma bagian yang menambahkan istilah "Tipitaka" tersebut, bukan vinaya secara keseluruhan. Sutta-pun tidak terlepas dari penambahan belakangan, namun tentu tidak secara keseluruhan seperti Abhidhamma.
Vinaya sendiri yang berupa format awal adalah patimokkha dan sekumpulan peraturan yang belum disusun dan juga tidak ada penjelasannya. Bagian Suttavibhanga kemudian disusun dengan memberikan catatan di sana-sini untuk menjelaskan latar belakang aturan yang bersangkutan. Jadi memang penyusunan vinaya sendiri adalah belakangan walaupun isinya sudah ada dari awal. Terutama khandaka dan parivara, itu adalah penulisan lebih belakangan lagi. Para pelajar Buddhis berpendapat format vinaya yang paling tua yang paling tidak diubah adalah milik Mahasanghika.
BTW, tentang Buddhisme dan literaturnya, kok tampaknya bro dilbert tahu minim sekali yah? Saya sarankan banyak baca dulu deh sebelum berkomentar, tapi yang merupakan hasil penelitian dan pengkajian secara netral, bukan mitos. Nanti kalau sudah agak tahu-tahu sedikit, baru kita bahas lagi, jadi tidak seperti trolling di sini.
Ada yang berpendapat bahwa penyebutan Tipitaka dalam Bhikkhuni Vibhanga adalah penambahan yang belakangan karena pada masa Sang Buddha belum ada pembagian ajaran ke dalam Tipitaka, melainkan 9 anga (sutta, geyya, veyyakarana, gatha, udana, itivuttaka, jataka, abbhutadhamma, vedalla) yang sering dijumpai dalam sutta-sutta awal.
BTW, tentang Buddhisme dan literaturnya, kok tampaknya bro dilbert tahu minim sekali yah? Saya sarankan banyak baca dulu deh sebelum berkomentar, tapi yang merupakan hasil penelitian dan pengkajian secara netral, bukan mitos. Nanti kalau sudah agak tahu-tahu sedikit, baru kita bahas lagi, jadi tidak seperti trolling di sini.
siapa yang pelintir ?
Tipitaka yang dimaksud di sini tentu-nya Suttanta, Vinaya dan Abhidhamma yang disebutkan di Bhikkhuni Vibhanga... Yang manakah yang dimaksud dengan penambahan belakangan ?
mungkin yang dimaksud juga para bhikkhu yang ikut di Konsili Sangha ke-6 di Myanmar... Pengetahuan mereka minim sekali sehingga menerima Abhidhamma kedalam Kumpulan Pengajaran (para) Buddha.Jadi cuma ini yang terbaik yang bisa diberikan bro dilbert? Berlindung di balik otoritas religius berbasis kepercayaan bahwa mereka pasti benar?
Mantaappp...
Pertama-tama, perlu diketahui bahwa masih banyak kerancuan mengenai apa yang disebut-sebut "Konsili III" sebab Asoka sendiri tidak menyebutkannya sebagai "konsili". Latar belakang "konsili III" diadakan adalah karena sejak Asoka menjadi buddhis, ia memberi dana yang banyak kepada sangha, dan seringkali berlebihan. Maka banyak orang yang melihat tergiur jadi bhikkhu, tidak berniat menjalani kehidupan suci, hanya mau menumpang dapat dana. Bahkan tidak pakai ditahbiskan, umat awam langsung pakai jubah kuning, cukur botak, terima dana. Di antara orang-orang yang berpura-pura jadi bhikkhu ini, juga mengajarkan ajaran lain (karena memang mereka tidak tahu apa ajaran Buddha). Karena itu, sangha (yang betulan) menolak untuk membaca patimokkha bersama. Hal ini yang disebut "perpecahan", bukan perpecahan sekte.
Sekte lain malah mencatat konsili ke-3 bukan masa Asoka, tapi masa Raja Kanishka di Kashmir. Di buku Sejarah Buddhisme India karya Taranatha, penulis Tibet, tidak dicatat bahwa Asoka mengadakan konsili. Ada satu bab khusus tentang keajaiban dan dana-dana Asoka dst, mendirikan 80.000 stupa dalam semalam. Tapi tidak ada konsili.Ya, begitulah. Memang catatan Dipavamsa tidak sesuai dengan catatan sejarah lainnya. Yang di Kashmir memang konsili, tapi setelah masa sektarian, dilaksanakan sekte Sarvastivada. Jadi sama seperti konsili Theravada di Sri Lanka, sudah merupakan konsili sektarian, tidak seperti konsili I & II.
Menurut Buddhisme Tibet, konsili hanya sampai ke-3, dan itu bukan masa Asoka tapi setelahnya, di Kashmir.
Tudingan... :))
Saya bahas dikit yah, konsili 4 adalah eksklusif Theravada Sri Lanka, tidak termasuk aliran Buddhis lainnya. Kemudian dari 3 aliran Theravada Sri Lanka, digusur sehingga jadi aliran tunggal Mahavihara yang bertahan. Keturunan Mahavihara ini yang kemudian menyebar terutama ke Thailand dan Myanmar.
Yang disebut "konsili ke 5" adalah konsili khusus sangha Theravada di Myanmar, dan menghasilkan Tipitaka Theravada versi Myanmar. Selain "konsili ke 5" yang umum dikenal itu, konsili-konsili regional di negara lain juga diadakan. Kemudian "konsili ke 6" baru diadakan bersama oleh sangha Theravada dari 8 negara.
Jadi bro dilbert mau bahas Abhidhamma khas Theravada, khusus dari sudut pandang Theravada, dan memakai otoritas konsili eksklusif Theravada dalam studi netral yang membahas semua aliran Buddhisme secara keseluruhan. Ini sikap sektarian yang kekanak-kanakan. Saya anjurkan kalau mau bahas sebatas hal yang ke-theravada-theravada-an tentu tepatnya di Board Theravada (http://dhammacitta.org/forum/index.php/board,6.0.html) saja.
Yups. Secara umum sejarah Buddhisme di India dapat dibedakan menjadi 3 periode:
1. Periode Buddhisme Awal/Pra-Sektarian
Dimulai sejak Sang Buddha Gotama/Sakyamuni mengajarkan Dhamma kepada lima orang siswa pertama sampai sekitar 100 tahun setelah Parinibbana Sang Buddha. Kapan Sang Buddha Parinibbana sendiri masih diperdebatkan para ahli karena ada banyak versi perhitungan tahun kematian Sang Buddha dalam tradisi-tradisi Buddhis, namun versi umum yang banyak digunakan para ahli sejarah adalah tahun 468 SM (menurut versi Theravada yang menggunakan kronologi panjang, tahun kematian Sang Buddha adalah 543 SM yang menjadi dasar perhitungan tahun Buddhis internasional [BE = Buddhist Era]).
2. Periode Buddhisme Sektarian
Ketika Konsili Kedua diadakan di Vesali 100 tahun setelah Sang Buddha Parinibbana, kelompok bhikkhu Vajji memisahkan diri dari Sangha awal mula karena perbedaan penafsiran terhadap Vinaya. Di sinilah awal perpecahan yang baru menampakkan wujudnya dengan terbentuknya berbagai aliran yang berjumlah 18 seluruhnya beberapa ratus tahun kemudian (menurut sumber Sthaviravada sekitar 100-200 tahun setelah Parinibbana atau lebih jauh lagi menurut sumber Mahasanghika).
3. Periode Buddhisme Mahayana
Pada sekitar 500 tahun setelah Parinibbana atau kira-kira abad pertama Masehi muncul sutra-sutra Mahayana yang lebih menekankan pada cita-cita Kebuddhaan yang dianggap lebih baik daripada cita-cita Buddhisme awal yang menekankan pada Kearahatan. Aliran-aliran Buddhisme awal terbagi menjadi dua kelompok: menerima sutra-sutra Mahayana tersebut sebagai ajaran Buddha dan menolaknya. Mulanya Mahayana bukanlah aliran, melainkan idealisme spiritual yang dianut beberapa komunitas Buddhisme awal yang berusaha menerapkan jalan Bodhisattva yang telah ditempuh Sang Buddha sendiri. Pada masa ini para peziarah Cina yang berkelana di India untuk menerjemahkan teks-teks Buddhis menemukan adanya golongan Mahayana-Sthavira (para bhikkhu yang berasal dari aliran Sthaviravada tetapi menganut pandangan Mahayana) dan Hinayana-Sthavira (para bhikkhu yang masih menganut pandangan Buddhisme awal).
Akhirnya pada sekitar abad ke-3 M aliran-aliran Buddhisme awal mengalami kemunduran dan Mahayana berkembang menjadi aliran tersendiri yang dikembangkan para cendikiawan Mahayana yang muncul saat itu seperti Nagarjuna yang mengembangkan aliran Madhyamaka dan Asanga yang mengembangkan aliran Yogacara (Vijnanavada). Menjelang kemunduran Buddhisme di India, muncul aliran Buddhisme esoterik yang menandai masa akhir periode ini hingga lenyapnya Buddhisme dari India.
Secara historis, Abhidhamma baru muncul pada konsili III dibawah Moggaliputta Tissa. Catatan Konsili I dan II dalam versi Pali sendiri tidak menyebutkan adanya pengulangan Abhidhamma. Jadi Abhidhamma memang muncul belakangan. Kalo masalah isinya, harus dikaji dulu satu per satu teks kanon Abhidhamma apakah sesuai dengan ajaran Buddha atau tidak. IMO, para scholar sudah benar mengatakan muncul belakangan tetapi kalo kesesuaian ajarannya kayaknya blm ada yang meneliti....
ANEH... apa yang ANEH ???
Karena semua yang kita ketahui sekarang ini tahu-nya darimana ? kalau bukan "KONON-nya" dari Dokumentasi tertulis konsili ke-4....
atau ada dokumentasi tertulis yang lebih tua lagi ?
Tidak ada catatan konsili I dan catatan konsili II.... yang ada catatan dari konsili ke-4 tentang kisah-kisah di konsili ke-1, konsili ke-2 dan konsili ke-3...
Jadi kalau TIDAK MENERIMA SEMUA hasil KONSILI ke-IV, dengan dasar apa bisa menyatakan kitab yang ini ajaran Buddha, kitab yang itu ajaran Buddha....
Tidak ada catatan konsili I dan catatan konsili II.... yang ada catatan dari konsili ke-4 tentang kisah-kisah di konsili ke-1, konsili ke-2 dan konsili ke-3...
Jadi kalau TIDAK MENERIMA SEMUA hasil KONSILI ke-IV, dengan dasar apa bisa menyatakan kitab yang ini ajaran Buddha, kitab yang itu ajaran Buddha....
In striking contrast to the uniform accounts of the Second Council, there are records of several possible "Third Councils". These different versions function to authorize the founding of one particular school or other.
...
According to the Theravāda commentaries and chronicles, the Third Buddhist Council was convened by the Mauryan king Ashoka at Pātaliputra (today's Patna), under the leadership of the monk Moggaliputta Tissa. Its objective was to purify the Buddhist movement, particularly from opportunistic factions which had been attracted by the royal patronage. The king asked the suspect monks what the Buddha taught, and they claimed he taught views such as eternalism, etc., which are condemned in the canonical Brahmajala Sutta. He asked the virtuous monks, and they replied that the Buddha was a "Teacher of Analysis" (Vibhajjavādin), an answer that was confirmed by Moggaliputta Tissa. The Council proceeded to recite the scriptures once more, adding to the canon Moggaliputta Tissa's own book, the Kathavatthu, a discussion of various dissenting Buddhist views now contained in the Theravāda Abhidhamma Pitaka.
The Mahāsanghika, for their part, remember things differently: they allege, in the Sāriputraparipriccha that there was an attempt to unduly expand the old Vinaya. The Mahasanghikas' own vinaya gives essentially the same account of the Second Council as the others, i.e. they were on the same side.
Cpddd.... :hammer:
Konsili VI itu kan versi Theravada di Sri Lanka, sedangkan aliran non-Theravada di mainland India juga ada sejarah konsili mereka sendiri, misalnya Sarvastivada yang mengadakan konsili III pada masa Raja Kanishka dan menghasilkan Tripitaka mereka sendiri. Kemudian ada juga peninggalan manuskrip kuno seperti di Gandhara yang usianya lebih tua daripada Konsili IV tsb dan penemuan arkeologis lainnya seperti prasasti Raja Asoka. Hasil dari semua dokumentasi ini dipelajari dan dianalisis untuk menelusuri sejarah Buddhisme awal itu seperti apa terlepas dari asumsi sektarian mana pun. Jadi bukan hanya dari satu sumber saja, tetapi berbagai sumber sektarian ditambah sumber dari peninggalan sejarah Buddhisme di India sendiri.....
Siapa bilang gak ada
Catatan sekte lain semua mengakui konsili I dan II, dan mengaku diturunkan darisitu.
Justru sejarah konsili III dan IV dari Theravada (Mahavihara) itu klaim sepihak yg tidak ada penguatnya di luar sejarah mereka sendiri.
Kalau saudara Dilbert bilang tidak ada, berarti baru hanya baca Dipavamsa dan Mahavamsa atau buku sejarah yang hanya mengacu kesitu. Temuan baru dan terjemahan baru menguak catatan sejarah sekte lain.
Atas dasar apa pernyataan satu sekte dianggap absolut benar dibandingkan sekte lain? Sama-sama gak ada bukti penguatnya kok. Tapi kenyataannya Buddhisme di Tibet dan China mencatat konsili ke-3 itu di Kashmir, dan konsili ke-1 dan ke-2 sama dengan Theravada (Mahavihara).
Atas dasar apa pernyataan satu sekte dianggap absolut benar dibandingkan sekte lain? Sama-sama gak ada bukti penguatnya kok. Tapi kenyataannya Buddhisme di Tibet dan China mencatat konsili ke-3 itu di Kashmir, dan konsili ke-1 dan ke-2 sama dengan Theravada (Mahavihara).
The late Professor Etienne Lamotte, an eminent Buddhologist, held that Kanishka's Council was fictitioussaya copy pastekan komplitnya:
Ref : Teaching of Vimalakirti, Pali Text Society,page XCII
Coba mana hasil-nya konsili ke-IV dari sekte lain ?
Catatan Buddhisme Tibet kapan ? lebih tua dari Konsili ke-IV Theravada ?Lebih tua kan klaim sendiri? Dan tidak ada hubungannya dengan keaslian sekte lain.
ThisKalau baca sekilas catatan Xuanzang, dia mendengar cerita ini di Kashmir itu sendiri dan melihat vihara yg dibangun raja Kanishka beserta plakat pendiriannya, dan tahunnya juga diperkirakan Abad ke-1 Masehi.
king of Gandhara, Yuan-chuang tells us, in the four hundredth year after the decease of Buddha, was a great and powerful
sovereign whose sway extended to many peoples. In his leisure hours he studied the Buddhist scriptures, having a monk every
day in the palace to give him instruction. But as the Brethren taught him different and contradictory interpretations, owing to
conflicting tenets of sectarians, the king fell into a state of helpless uncertainty. Then the Venerable Parsva explained to
His Majesty that in the long lapse of time since Buddha left the world disciples of schools and masters with various theories
had arisen, all holding personal views and all in conflict. On hearing this the king was greatly moved, and expressed to PSrsva
his desire to restore Buddhism to eminence, and to have the Tripitaka explained according to the tenets of the various
sohools. Parlva gave his cordial approval of the suggestion, and the king thereupon issued summonses to the holy and wise
Brethren in all his realm. These came in crowds from all quarters to Gandhara, where they were entertained for seven
days. They were far too numerous, however, to make a good working Council, so the king had recourse to a process of
selection. First all had to go away who had not entered the saintly career— bad not attained one to the four degrees of per-
fection. Then of those who remained all who were arhats were selected and the rest dismissed; of the arhats again those who
had the "three-fold intelligence" and the "six-fold penetration" were retained ; and these were further thinned out by dismissing
all of them who were not thoroughly versed in the Tripitaka and well learned in the "Five Sciences". By this process the
number of arhats for the Council was reduced to 499.
Yuan-chuang goes on to tell that the king proposed Gandhara as the place of meeting for the Council, but that this place was
objected to on account of its heat and dampness. Then Rajagaha was proposed, but Parsva and others objected that there
were too many adherents of other sects there, and at last it was decided to hold the Council in Kashmir. So the king and
the arhats came to his country, and here the king built a monastery for the Brethren.
When the texts of the Tripitaka were collected for the making of expository Commentaries on them, the Venerable Vasumitra
was outside the door in monk's costume. The other Brethren would not admit him because he was still in the bonds of the
world, not an arhat. In reply to his claim to deliberate, the others told him to go away and come to join them when he
had attained arhatship. Yasumitra said he did not value this attainment a spittle — he was aiming at Buddhahood and he
would not have any petty condition ("go in a small path") ; still he could become an arhat before a silk ball which he threw in
the air fell to the ground. When he threw the ball the Devas said to him so as to be heard by all — Will you who are to
become Buddha and take the place of Maitreya, honoured in the three worlds and the stay of all creatures — will you here realize
this petty fruit? The Devas kept the ball, and the arhats made apologies to Yasumitra and invited him to become their President,
accepting his decisions on all disputed points.
This Council, Yuan-chuang continues, composed 100 000 stanzas of Upadesa sastras explanatory of the canonical sUtras, 100000
stanzas of Vinaya-vibhasha-Sastras explanatory of the Vinaya, and 100 000 stanzas of Abhidharma-vibhasha sastras explanatory
of the Abhidharma. For this exposition of the Tripitaka all learning from remote antiquity was thoroughly examined; the
general sense and the terse language [of the Buddhist scriptures] were again made clear and distinct, and the learning was widely diffused for the safe-guiding of disciples. King Kanishka had the treatises, when finished, written out on copper plates, and
enclosed these in stone boxes, which he deposited in a tope made for the purpose. He then ordered the Yakshas to keep
and guard the texts, and not allow any to be taken out of the country by heretics; those who wished to study them could do
so in the country. When leaving to return to his own country Kanishka renewed Asoka's gift of all Kashmir to the Buddhist
church.
http://archive.org/stream/onyuanchwangstr00wattgoog/onyuanchwangstr00wattgoog_djvu.txt
the Mahāvihāra gained the political support of King Parakkamabāhu I (1153-1186 CE), and completely abolished the Abhayagiri and Jetavana Theravāda traditions.[11][12] The Theravāda monks of these two traditions were then defrocked and given the choice of either returning to the laity permanently, or attempting re-ordination under the Mahāvihāra tradition as "novices" (sāmaṇera).[12][13] Richard Gombrich writes that many monks from the Mahāvihāra were also defrocked:[14]
Though the chronicle says that he reunited the Sangha, this expression glosses over the fact that what he did was to abolish the Abhayagiri and Jetavana Nikāyas. He laicized many monks from the Mahā Vihāra Nikāya, all the monks in the other two – and then allowed the better ones among the latter to become novices in the now 'unified' Sangha, into which they would have in due course to be reordained.
http://en.wikipedia.org/wiki/Mahavihara
ANEH... apa yang ANEH ???
Karena semua yang kita ketahui sekarang ini tahu-nya darimana ? kalau bukan "KONON-nya" dari Dokumentasi tertulis konsili ke-4....
atau ada dokumentasi tertulis yang lebih tua lagi ?
Śāriputraparipṛcchā, yang adalah kisah perpecahan yang paling awal atau kedua paling awal, berasal dari Mahāsaṅghika. Kisah ini, yang menghubungkan perpecahan pada suatu upaya pada pihak Sthavira untuk mengembangkan Vinaya kuno, memberikan waktu perpecahan sekitar satu abad setelah Aśoka. Seperti yang telah kita lihat, ini adalah catatan yang sangat cocok dengan bukti prasasti, dan dengan semua bukti teksual awal. Teks ini telah diabaikan para sarjana yang telah menyatakan teks tersebut tidak jujur dan secara kronologis membingungkan. Namun, pemeriksaan yang dekat terhadap teks ini tidak mendukung hal ini. Teks ini, tak dapat disangkal, suatu teks yang miskin dan sulit diterjemahkan, tetapi kronologi periode yang dipertanyakan sesuai secara koheren pada keseluruhan naratif. Perpecahan tidak dapat secara acak dimundurkan sebelum masa Aśoka tanpa menghancurkan konteks ini. Sesungguhnya, salah satu tujuan utama naratif adalah untuk mengklaim atas otoritas mitos aliran Mahāsaṅghika terhadap Upagupta, seorang tokoh yang berhubungan erat dengan Aśoka.
Vasumitra menempatkan perpecahan pada masa Aśoka, di mana untuk kronologis pendeknya adalah tahun 100+ AN. Versi ini, yang menghubungkan perpecahan pada suatu perselisihan tentang “lima poin” di Pāṭaliputta, yang berhubungan erat dengan Mahāvibhāṣā dan Bhavya III. Tetapi kita mencatat bahwa, sementara tiga sumber menggambarkan kejadian yang sama, hanya Vasumitra yang menghubungkan ini secara eksplisit dengan Aśoka. Disebabkan perbedaan cara menghitung tahun antara Sang Buddha dan Aśoka, penanggalan ini sangat membingungkan: Vasumitra menempatkan kejadian pada masa Aśoka, di mana teks tersebut mengatakan adalah tahun 100+ AN; Bhavya III menempatkan kejadian yang sama sebelum masa Aśoka, tetapi tahunnya adalah 137 AN. Mahāvibhāṣā tidak memberi nama raja, sehingga tidak menyediakan dukungan terhadap penanggalan tertentu. Sebagai tambahan, kisah, yang adalah suatu serangan yang sangat polemik pada “Mahādeva”, hanya ditemukan pada Mahāvibhāṣā yang lebih besar dan belakangan, yang bertanggal sekurangnya setengah milenium setelah kejadian itu. Dari Mahāvibhāṣā kita dapat melihat bagaimana aliran Sarvāstivāda menggunakan kejadian ini untuk mengembangkan mitos yang berbeda untuk menjelaskan bagaimana mereka dapat berkembang di Kaśmīr. Ini akan menyediakan banyak dorongan bagi Sarvāstivādin untuk menghubungkan perpecahan dengan Aśoka, tanpa memperhatikan fakta historis mana pun.
Dīpavaṁsa disusun sesaat sebelum Buddhaghosa, dan oleh sebab itu sangat belakangan daripada Śāriputraparipṛcchā atau Vasumitra. Bertanggalkan 700 tahun setelah kejadian, inilah teks pertama yang mengklaim bahwa perpecahan terjadi sebelum masa Aśoka, dengan menempatkannya segera setelah Konsili Kedua pada tahun 100 AN. Kisah perpecahan telah disisipkan dari teks bergaya Vasumitra. Namun, sebab perpecahan (penyimpangan teks), waktu, dan tempat (Vesālī) semuanya berbeda sepenuhnya. Teks ini dengan kasar ditambahkan ke dalam suatu penceritaan kembali kisah Konsili-Konsili selain yang dipertahankan dalam Komentar Vinaya Sinhala. Tidak perlu untuk menganggap bahwa konteks asal perpecahan yang ditambahkan menempatkan kejadian itu dalam konteks historis tertentu; sebaliknya, latarnya jelas ganjil. Penanggalan Dīpavaṁsa atas perpecahan segera setelah Konsili Kedua mungkin suatu temuan penulis Dīpavaṁsa sendiri, yang tujuannya untuk membangun mitos eksklusif untuk Mahāvihāra. Kredibilitas sejarah kisah ini mendekati nol.
saya copy pastekan komplitnya:
...
The late Professor Etienne Lamotte, an eminent Buddhologist, held that Kanishka's Council was fictitious.[3] However, David Snellgrove, another eminent Buddhologist, considers the Theravada account of the Third Council and the Sarvastivada account of the Fourth Council "equally tendentious," illustrating the uncertain veracity of much of these histories.[4]
...
[3] Teaching of Vimalakirti, Pali Text Society,page XCIII
[4] Indo-Tibetan Buddhism. Snellgrove, David. Shambhala. Boston:2003. pg. 46
===
jangan disembunyikan dong sumber pengimbang lainnya ;D
Coba diceritakan catatan konsili ke-4 (Theravada Mahavihara) yg mana yg mengatakan konsili 1,2,3
Yang saya baca malah itu semua dari 1 buku namanya Dipavamsa.
Dan itu buku yang paling paling paling sektarian dan gak kredibel.
saya copy pastekan komplitnya:
...
The late Professor Etienne Lamotte, an eminent Buddhologist, held that Kanishka's Council was fictitious.[3] However, David Snellgrove, another eminent Buddhologist, considers the Theravada account of the Third Council and the Sarvastivada account of the Fourth Council "equally tendentious," illustrating the uncertain veracity of much of these histories.[4]
...
[3] Teaching of Vimalakirti, Pali Text Society,page XCIII
[4] Indo-Tibetan Buddhism. Snellgrove, David. Shambhala. Boston:2003. pg. 46
===
jangan disembunyikan dong sumber pengimbang lainnya ;D
apakah gak ada kemungkinan lain yang masuk logika yah?
mari membaca dan berpikir... :-? :-? :-?
Sudah 5 page tapi masih juga ada yang berpikir sumber literatur Buddhis satu-satunya di alam semesta cuma catatan sekte Mahavira, semua penelitian hanya seputar catatan Mahavira tersebut, sehingga kalau mau terima/tolak, harus terima/tolak satu paket 100%.
oh yah, ada catatan yang lebih tua lagi ?Udah page 5, literatur hasil "konsili IV" adalah teks Buddhis paling tua?
Udah page 5, literatur hasil "konsili IV" adalah teks Buddhis paling tua?
Cpddd...
Studi-studi telah sangat menegaskan hipotesis awal Beal – Āgama-Āgama Mandarin dan Nikāya-Nikāya Pali hampir identik dalam ajaran. Mereka adalah dua turunan yang berbeda dari kumpulan teks yang sama. Teks-teks ini – secara populer ditunjuk hanya sebagai “Sutta-Sutta” – dikumpulkan oleh generasi pertama para pengikut Sang Buddha, sebelum masa pemisahan sektarian. Mereka adalah Buddhisme prasektarian. Walaupun mereka biasanya dianggap sebagai ajaran-ajaran “Theravāda”, ini tidak demikian. Sarjana David Kalupahana melanjutkan sejauh menyatakan bahwa tidak ada satu pun kata Theravāda dalam Nikāya-Nikāya Pali (walaupun saya pikir ini pernyataan yang sedikit berlebihan.) Sumbangsih para sarjana kebanyakan terbatas pada penetapan pengaturan akhir teks-teks dan standarisasi dialek. Penambahan gagasan sektarian adalah sedikit dan biasanya dengan siap dapat dikenal. Lamotte berkomentar:
Namun, dengan pengecualian penambahan Mahāyanis dalam Ekottara, yang dengan mudah dapat dibedakan, perbedaan-perbedaan yang dipertanyakan [antara Nikāya-Nikāya dan Āgama-Āgama] tidak mungkin mempengaruhi apa pun kecuali metode pengungkapan atau penyusunan dari pokok-pokok bahasan. Dasar ajaran yang umum pada Nikāya-Nikāya dan Āgama-Āgama sangat seragam. Namun, dipertahankan dan disebarkan oleh aliran-aliran, sūtra-sūtra tidak merupakan naskah-naskah skolastik, tetapi merupakan warisan bersama dari semua aliran.[5]
Semua teks lainnya, termasuk Jātaka, Abhidhamma dari berbagai aliran, sūtra-sūtra Mahāyāna, dan seterusnya, dituliskan kemudian. Relatif sedikit dari ajaran-ajaran ini dianut sama antara aliran-aliran; yaitu, mereka adalah Buddhisme sektarian. Walaupun lensa kritik historis, gambar besar dari kemunculan dan perkembangan ajaran-ajaran ini dapat ditelusuri dengan sangat jelas, dalam dinamika internal dari evolusi ajaran dan dalam tanggapan Buddhisme pada lingkungan budaya, sosial, dan religius yang berubah-ubah. Tidak ada bukti bahwa ajaran-ajaran khusus dari teks-teks ini – yaitu, ajaran-ajaran yang tidak juga ditemukan dalam Sutta-Sutta awal – berasal dari Sang Buddha. Alih-alih, teks-teks ini seharusnya dianggap sebagai jawaban yang diberikan para guru dari masa kuno atas pertanyaan: “Apakah makna Buddhisme bagi kami?” Setiap generasi berikutnya pasti melakukan tugas sulit dalam prinsip penafsiran, akulturasi kembali Dhamma pada waktu dan tempat. Dan kita, dalam masa-masa kita yang menggemparkan, yang demikian berbeda dari mereka dari masa atau budaya Buddhis masa lampau, harus menemukan jawaban kita sendiri. Dari perspektif ini, ajaran-ajaran aliran-aliran memberikan pelajaran-pelajaran yang tidak ternilai, suatu kekayaan teladan yang telah diwariskan kepada kita oleh para nenek moyang kita dalam keyakinan.
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23972.0.html
Semua teks lainnya, termasuk Jātaka, Abhidhamma dari berbagai aliran, sūtra-sūtra Mahāyāna, dan seterusnya, dituliskan kemudian.
Jadi bukan masalah yang mana ditulis pertama, tapi ini adalah teks yang penyebarannya terpisah satu sama lain. Jika ada satu bagian besar yang tidak ada di koleksi lain, maka patut dipertanyakan.
Lalu mengenai sejarah konsili, di culavagga hanya membahas sampai konsili ke II. Itu masih sejalan dengan sekte-sekte lain yang juga mencatat hal yg sama.
Masalahnya kemudian adalah konsili ke III yang konon katanya di Pataliputta. Ini terjadi konon katanya setelah perpecahan aliran. Ini sumbernya adalah dari kitab dipavamsa, yang sangat diragukan
Kalaupun benar bahwa Tipitaka dituliskan abad pertama di Srilanka, kemungkinan itu Konsili III, bukan IV.
Kemudian pada konsili itu atau setelahnya, baru dimasukkan abhidhamma pitaka versi theravada.
Kemudian dikaranglah legenda dalam Dipavamsa tahun 400an tentang perpecahan, tentang konsili di Pataliputta, tentang Mogaliputta Tissa yang mengarang Katthavathu,
Saudara Dilbert dari kemarin udah disuruh baca http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23774.msg433708.html#msg433708 belum juga ya?
Ngomong-in soal karang-mengarang.... KENAPA "PENGARANG ABHIDHAMMA" ataupun KELOMPOK BHIKKHU yang bersekongkol untuk memasukkan ABHIDHAMMA itu tidak MENGARANG soal kisah Pembabaran Abhidhamma saja ke Nikaya dan Vinaya... Biar KLOP begitu....
Oh.... mungkin saja lupa... gak kepikiran utk menyesuaikan "alur cerita fiktif" itu, supaya klop....
JRENG....
Di suatu masa, sekitar 100 tahun setelah Buddha Parinibbana, tidak ada yang namanya sekte. Komunitas buddhis mempunyai nikaya/agama yang diwariskan secara lisan. Beberapa sutta baru masih bisa dimasukkan, dan semuanya harmonis.
Setelah masa tersebut, ada Konsili ke II yang menyusun ulang semua nikaya. Tahap ini juga masih harmonis
Di masa sebelum, atau mungkin sesudah Asoka, karena penyebaran dharma ke wilayah yang semakin besar, pusat-pusat dharma semakin terisolasi satu sama lain. Mereka masing-masing harus menerjemahkan ke bahasa yang berbeda, mengurus masalah yang berbeda, sehingga muncul perbedaan.
Setelah itu para bhikkhu mulai mengembangkan abhidhamma, dan punya interpretasi berbeda tentang ini. Muncullah aliran-aliran.
Aliran-aliran ini semua punya sutta dan vinaya yg sama. Hanya interpretasinya beda. Karena semua sekte ini diturunkan dari satu kelompok yg sama, jadi sutta/nikaya nya sama persis. Dan ini benar-benar dijaga ketat tidak boleh ada yang diubah.
Kebanyakan aliran ini kemudian menambahkan kitab-kitab post-canon, komentar, kitab abhidhamma, dll yang berbeda dengan aliran lain. Tapi kitab nikaya gak diubah-ubah.
1 Aliran pecah menjadi 2, 2 menjadi 4, dan seterusnya sampai ada 18.
Satu pergi ke Sri Lanka dan bertahan sampai saat ini sebagai "Theravada"
17 aliran sisanya musnah karena berbagai hal. Tetapi fragmen kitab-kitabnya dan filosofi abhidhamma nya ada dalam keadaan tercampur dan dapat ditemukan di China dan Tibet. Dengan membandingkan koleksi kitab nikaya dari china dan tibet, kita bisa menentukan yang mana kitab belakangan dan yang mana kitab lebih awal.
Apakah ada yg lebih tua dari penulisan tripitaka konsili IV versi theravada?
Sulit dipastikan. Kalaupun ada, tak ada bukti, lah sudah terbakar semua....
Tapi kemungkinan penulisan tripitaka dalam berbagai bahasa tidak hanya terjadi di Sri Lanka, tetapi merupakan fenomena yang terjadi di India pada periode itu.
Ini bisa dilihat dari penemuan http://en.wikipedia.org/wiki/Gandh%C4%81ran_Buddhist_texts sekte dharmagupta
Kalau ada fragmen tripitaka, kemungkinan seluruh koleksi dituliskan kan? Tapi sekali lagi tidak ada bukti, sudah jadi puing.
Terus kalaupun ditulis abad ke-2 lalu kenapa? Hanya karena beda penulisan 100 tahun apakah berpengaruh? Setelah dibandingkan dengan versi china, tidak terdapat perbedaan penting kok dalam hal makna.
Penerjemahan ke Mandarin sendiri menyiratkan adanya teks sansekerta/bahasa lain yang dipakai sebagai basis.
148: An Shigao, a Parthian prince and Buddhist monk, arrives in China and proceeds to make the first translations of Theravada texts into Chinese.
178: The Kushan monk Lokaksema travels to the Chinese capital of Loyang and becomes the first known translator of Mahayana texts into Chinese.
Abad ke-2 sudah ada penerjemahan ke bahasa mandarin, artinya teks bahasa asli sudah dibuat sebelumnya.
Lagipula, sudah dikatakan, bukan masalah siapa yang nulis duluan. Kenyataannya semua kanon ini dihapalkan lalu terbagi-bagi. Ketika sekte mahavihara, mahasangika dan sarvastivada dan lain-lain menuliskan kanon mereka, entah seratus tahun lebih awal atau lebih kemudian, mereka sudah terisolasi satu sama lain. Apa yang sama dalam kanon mereka, itulah warisan bersama. Sisanya adalah tambahan masing-masing alias sektarian.
Kalau abhidhamma PITAKA (versi theravada) itu ajaran asli Buddha, dan berdasarkan konsili, kenapa ada Kathavatthu yang jelas-jelas isinya bantahan terhadap pandangan sekte-sekte lain.
secara arkeologi melihat perbandingan dan yang wa baca konsili I dan ke II di akui oleh semua sekte tetapi konsili ke III dan ke IV tidak semua sekte mengakui nya.
pernyataan kotbah abhidhamma
selama berhari hari dan Sang
Buddha turun setiap hari untuk
makan dsb kemudian kembali ke
surga terang terang untuk mengesampingkan YA Ananda yang belum mencapai kesucian pertama
dan tidak memiliki kesaktian kecuali ingatan nya yang sangat kuat
diantara siswa sang Buddha.
Pertanyaan wa, apakah pra syarat
yang diajukan YA Ananda dan diterima oleh Sang Buddha Gautama dapat dengan mudah di kesampingkan dan di Ingkari oleh Sang.Buddha Gautama?
cerita tentang Abhidhamma ini bertentangan dengan sifat luhur Sang Buddha Gautama yaitu mengingkari perjanjian /persetujuan antara Sang Buddha dan YA Ananda.
Btw, bagaimana dengan isi Abhidhamma dengan Sutta, bersesuaian atau justru bertentangan?
Konsili ke-4 tidak meng-anulir "kisah" Abhidhamma di-babar-kan di Tavatimsa... Jika Abhidhamma adalah tambahan / "hasil karya" bhikkhu2 setelah era buddha, maka konsili ke-4 yang men-sah-kan pengulangan 4 Nikaya + Vinaya, tidak akan men-sah-kan abhidhamma...
Tetapi ada juga kemungkinan bhikkhu2 di konsili ke-4 itu TIDAK MEMPUNYAI KUALITAS untuk men-validasi kitab apapun... Sehingga kalau begitu, jangan-kan abhidhamma, maka 4 nikaya + Vinaya juga tidak boleh di-percaya sebagai pengajaran langsung dari Buddha.
Maka jika ada pihak2 yang bisa menjustifikasi kitab ini (4 nikaya + Vinaya) adalah pengjaran langsung dari Buddha, sedangkan kitab itu (abhidhamma) bukan pengajran langsung dari Buddha, maka seyogya-nya pihak2 tersebut LEBIH KUALITAS-nya daripada peserta konsili ke-4... MENGAPA ? Karena salah satu hasil dari konsili ke-4 adalah Abhidhamma adalah pengjaran langsung dari Buddha, dengan kisah pengajaran di Tavatimsa-nya.
Kalau mau mainannya SADDHA, ya susah.
Tapi buat saya gak masalah kalau saya gak percaya sama Konsili "Ke-4" Srilanka.
Saya kan ikutnya ke mahayana, dan mahayana itu diturunkan dari aliran-aliran yang BAHKAN TIDAK TAHU atau tidak menyebut adanya konsili tersebut. Yang disebut adalah Konsili Raja Kanishka
Jadi buat saya gak masalah kalau saya meragukan KUALITAS mereka yang bikin konsili tersebut, Aliran saya kan gak mengakui. Ada juga abhidharma tapi isinya beda dengan theravada, walaupun ada yg sama juga. Tapi abhidharma itu gak pernah dikatakan diajarkan di surga tavatimsa.
Tapi aliran saya punya kitab nikaya/agama yang hampir persis sama. Emangnya koleksi itu nyontek dari konsili "Ke-4" Srilanka itu lalu dihapus bagian abhidhamma nya gitu?
terus cara men-validasi kitab-kitab yang di-katakan sebagai ajaran Buddha itu sebagai benar-benar ajaran Buddha ?