Saya rasa d sini hny lah perbedaan interpretasi thd kekuatan seorg Buddha. Menurut Theravada,Buddha itu memiliki kemampuan d atas manusia biasa tetapi msh dbatasi oleh hukum karma & yg lainny. Menurut Mahayana,Buddha itu lbh d atas itu lg shg bs melangkahi batasan hukum karma. Hal ini dsebabkan krn perbedaan penekanan pd kedua pandangan: Theravada menekankan pd aspek manusiawi Buddha yg walaupun pny kemampuan luar biasa msh bs dterima oleh org2 yg kebijaksanaanny lbh menonjol (panna-carita) atau yg tdk mudah percaya/yakin, Mahayana menekankan pd aspek adi-manusiawi Buddha yg seolah2 Beliau adl "Tuhan" & hal ini lbh menarik bg org2 yg mudah percaya (saddha-carita) atau umat awam yg percaya pd hal2 supranatural yg demikian.
saya tidak setuju dengan yang dibold diatas...atas dasar apa Mahayana memiliki pandangan seperti itu?bisa disharekan? Saya rasa Buddha tidak menganjurkan untuk "mudah percaya"[Buddha mengajurkan "saddha" yang didasari oleh pengertian,penyelidikan,pemahaman,dan pembuktian],Buddha mengajurkan didalam Kalama Sutta untuk "membuktikan" ajaranNya,dan Buddha dengan jelas melarang "pertunjukan gaib" untuk "mengaet" umat..
Ini :
BRAHMAVIHARAPHARANA
Aham sukhito homi
Semoga aku berbahagia
Niddukho homi
Bebas dari penderitaan
Avero homi
Bebas dari penyakit
Anigho homi
Bebas dari kesukaran
Sukhi attanam pariharami
Semoga aku dapat mempertahankan kebahagianku sendiri
Sabbe satta sukhita hontu
Semoga semua makhluk berbahagia
Niddukha hontu
Bebas dari penderitaan
Avera hontu
Bebas dari kebencian
Abyapajjha hontu
Bebas dari kesakitan
Anigha hontu
Bebas dari kesukaran
Sukhi attanam pariharantu
Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaanku sendiri
Sabbe satta dukkha pamuccantu
Semoga semua makhluk bebas dari penderitaan
Sabbe satta ma laddhasampattito vigacchantu
Semoga semua makhluk tidak kehilangan Kesejahteraan yang telah mereka peroleh
Sabbe satta
Semoga semua makhluk
Kammassaka
Memiliki karmanya sendiri
Kammadayada
Mewarisi karmanya sendiri
Kammayoni
Lahir dari karmanya sendiri
Kammabandhu
Berhubungan dengan karmanya sendiri
Kammapatisarana
Terlindung oleh karmanya sendiri
Yam kammam karissanti kalyanam va
papakam va tassa dayada bhavissanti
Apapun karma yang diperbuatnya baik atau buruk itula yang akan diwarisinya= Itu yang diboldkan jelas bahwa "manusia" tunduk pada Hukum Kamma,apakah Buddha melebihi Hukum Kamma itu sendiri?Saya rasa TIDAK,Buddha sendiri tidak bisa melawan Hukum Anicca,kalau Buddha melawan Hukum tersebut,maka saya akan mempertanyakannya lebih jauh lagi,bagaimana mungkin seorang MANUSIA yang NOTABENE
menemukan[Bukan menciptakan] sesuatu KEBENARAN bisa merubah KEBENARAN tersebut atau melawan KEBENARAN tersebut?
Tetapi bkn berarti Theravada hny utk org2 "intelek" & Mahayana hny utk org2 "bodoh". Dlm Mahaparinibbana Sutta pun kt menemukan bibit adi-manusiawi saat Buddha mengatakan bhw Beliau bs hidup 1 kappa atau lebih sedikit. Walaupun dlm komentar,Theravada scr resmi menyatakan itu adl ayukappa (masa hidup yg wajar,yaitu sekitar 100/120 th),namun ad yg menginterpretasikan itu adl kappa dlm arti masa dunia krn istilah ayukappa tdk pernah dtemukan d sutta2 lain (umumny jk Buddha mengatakan ttg kappa mk masa 1 siklus dunia lah yg dmaksud). Di lain pihak sutra2 Mahayana bnyk jg yg memberikan ajaran "tingkat tinggi" spt ttg prajna & sunyata yg agak sulit dpahami scr intelektual.
= Nah,saya rasa karena memiliki 2 komentar maka komentar pertama saya "anggap" gugur,karena "tidak masuk" akal[terlebih lagi bagaimana badan jasmani ini bisa bertahan begitu lama,padahal jelas didalam RAPB by Dhammacitta press,tertulis ada Buddha yang masa pengajarannya bertahan lama ada yang tidak bertahan lama,dan Buddha Gotama adalah pengajarannya yang bertahan lama]..Coba anda bayangkan sendiri Petapa Sumedha yang berikrar dihadapan Buddha Dipankara[ingat ini adalah "sumpah" Petapa Sumedha,padahal kita ketahui bahwa ada ciri2 seseorang menjadi bakal Buddha,dan Sumedha memenuhi kriteria tersebut untuk mencapai Savaka Buddha pada masa Buddha Dipankara,tetapi entah atas dasar apa,Petapa Sumedha malah memilih menjadi SammaSambuddha dengan menyempurnakan "parami"nya berkalpa2..] untuk mencapai KeBuddhaan,setelah bersusah payah[dari yang saya baca di Jataka,Khuddaka Nikaya],masak dia meninggal begitu saja[kalau memang bisa hidup sampai 1 siklus dunia?]..Apakah "metta" Buddha Gotama kurang kali ya?sampai2 baru umur 80 tahun sudah meninggal dunia begitu saja[padahal masih banyak Makhluk yang BELUM TERCERAHKAN,lebih banyak daripada yang TERCERAHKAN..],agaknya kita tidak lupa dengan Ayacana Sutta :
Demikianlah telah saya dengar. Pada suatu ketika, sewaktu Sang Bhagava baru
saja mencapai Pencerahan Sempurna, beliau tinggal di Uruvela di tepi sungai
Neranjara, di kaki pohon Banyan Gembala Kambing. Kemudian, tatkala beliau
sedang sendirian dan dalam penyepian, jalan pikiran ini muncul dalam benak
beliau: "Dhamma yang telah kucapai ini dalam, sulit untuk dilihat, sulit... See More
untuk disadari, damai, halus, melampaui jangkauan penalaran, lembut,untuk
dialami oleh orang bijak. Namun generasi ini bergembira dalam kemelekatan,
bergairah oleh kemelekatan, menyenangi kemelekatan. Bagi sebuah generasi
yang bergembira dalam kemelekatan, bergairah oleh kemelekatan, menyenangi
kemelekatan, kebersebaban ini/itu dan kemunculan bersyarat
(paticcasamuppada) sulit untuk dilihat. Keadaan ini pun sulit untuk dilihat:
diamnya semua kondisi, lepasnya segala keberadaan, lenyapnya kehausan,
tiadanya nafsu, penghentian, Nibbana. Dan bila aku mengajarkan Dhamma dan
bila orang-orang lain tidak mampu mengerti, itu akan melelahkanku,
menyulitkanku."
Kemudian saja syair-syair ini, yang tidak pernah diucapkan pada masa lampau,
yang tidak pernah didengar sebelumnya, timbul pada Sang Bhagava:
"Mengapa kini mengajarkan
apa yang dengan sulit kucapai.
Dhamma ini tak mudah disadari
oleh mereka yang takluk
pada kebencian & nafsu.
Apa yang halus, lembut,
dalam, sulit untuk dilihat,
yang pergi melawan arus -
mereka yang bergembira dalam nafsu,
terselubung dalam kegelapan total,
takkan mampu melihat."
Ketika Sang Bhagava merenung demikian, pikirannya condong untuk berdiam
dalam kenyamanan, untuk tidak mengajarkan Dhamma.
Kemudian Brahma Sahampati, setelah mengetahui dengan benaknya sendiri jalan
pikiran dalam benak Sang Bhagava, berpikir: "Dunia kehilangan! Dunia runtuh!
Pikiran dari Sang Tathagata, Arahat, Tercerahi Sempurna condong untuk
berdiam dalam kenyamanan, untuk tidak mengajarkan Dhamma!" Kemudian,
sebagaimana seorang laki-laki yang kuat bisa menjulurkan lengannya yang
terlipat atau melipat lengannya yang terjulur, Brahma Sahampati lenyap dari
dunia Brahma dan tampak kembali di hadapan Sang Bhagava. Mengatur
jubah-atasnya menutup satu bahu, ia berlutut dengan lutut kanannya di atas
tanah, memberi hormat pada Sang Bhagava dengan tangannya di depan dada, dan
berkata pada beliau: "Bhante, sudilah Sang Bhagava mengajarkan Dhamma!
Sudilah Sang Sugata mengajarkan Dhamma! Terdapat makhluk-makhluk dengan
sedikit debu di mata mereka yang mengalami kemunduran karena mereka tidak
mendengar Dhamma. Akan ada mereka yang bisa mengerti Dhamma."
Itulah apa yang Brahma Sahampati katakan. Setelah mengatakannya, ia
melanjutkan berkata demikian:
"Pada masa lampau muncul di Magadha
Dhamma kotor yang ditemukan orang bernoda.
Bukakanlah pintu Nirmati (Amata)!
Biarkanlah mereka mendengar Dhamma
yang disadari oleh Yang Tak Bernoda!
Seperti layaknya orang berdiri di atas karang
dapat melihat orang-orang sekitar di bawah,
Maka, O sang arif, dengan melihat ke sekitar,
dakilah istana yang diciptakan Dhamma.
Bebas dari dukacita, pandangilah orang-orang
yang terbenam dalam dukacita,
yang terhimpit oleh kelahiran & penuaan.
Bangunlah, O pahlawan, pemenang pertempuran!
O Guru, mengembara tanpa beban dalam dunia.
Ajarkanlah Dhamma, O Sang Bhagava:
Akan ada mereka yang bisa mengerti Dhamma."
Kemudian Sang Bhagava, setelah memahami undangan Brahma, didorong rasa welas
asih kepada makhluk-makhluk, meninjau dunia dengan mata dari seorang Buddha.
Ketika beliau melakukannya, beliau melihat makhluk-makhluk yang dengan
sedikit debu di mata mereka dan yang banyak debu, yang dengan daya-daya yang
tajam dan yang tumpul, yang dengan sifat-sifat yang baik dan yang buruk,
yang mudah diajar dan yang sulit, beberapa dari mereka melihat aib dan
bahaya di dunia seberang. Sebagaimana dalam sebuah kolam teratai biru atau
merah atau putih, beberapa teratai - lahir dan tumbuh dalam air - dapat
tumbuh subur selagi terbenam dalam air, tanpa muncul dari air; beberapa
dapat berdiri pada tingkat yang rata dengan air; beberapa dapat muncul dari
air dan berdiri tanpa dilumuri oleh air - demikian pula, meninjau dunia
dengan mata dari seorang Buddha, Sang Bhagava melihat makhluk-makhluk yang
dengan sedikit debu di mata mereka dan yang banyak debu, yang dengan
daya-daya yang tajam dan yang tumpul, yang dengan sifat-sifat yang baik dan
yang buruk, yang mudah diajar dan yang sulit, beberapa dari mereka melihat
aib dan bahaya di dunia seberang.
Setelah melihat ini, beliau menjawab Brahma Sahampati dalam syair:
"Terbuka pintu-pintu Nirmati (Amata)
bagi mereka yang dapat mendengar.
Biarkan mereka memperlihatkan keyakinannya.
Mencerap kesulitan, O Brahma,
Aku dulu tidak mengajarkan umat manusia
Dhamma yang halus, agung.
Kemudian Brahma Sahampati, berpikir, "Sang Bhagava telah memberi
persetujuannya untuk mengajar Dhamma," memberi hormat kepada Sang Bhagava
dan, mengitari beliau di sebelah kanan, lenyap dari sana.
Mnrt sy kedua interpretasi tsb bkn saling bertentangan,melainkan saling melengkapi. Apalagi kt mengetahui bhw kemampuan seorg Buddha adl acinteyya (tdk terpikirkan oleh manusia biasa)
Dibagian mana yang "melengkapi" itu?saya rasa ada ketidakselarasaan paham antara saya dan anda..anda menyebut bahwa kemampuan Buddha sebagai acinteyya[tidak terpikirkan oleh manusia biasa],saya menyebut bukan "kemampuan" Buddha tetapi "Batin" Buddha sebagai acinteyya[tidak terpikirkan oleh manusia biasa],alasannya menurut hemat saya simple saja,dikarena Buddha adalah orang yang sudah "tersempurnakan" beda dengan manusia biasa yang notabene masih "meleket" terhadap "aku" dan noda2..Seperti cerita soal orang yang pernah makan apel dengan orang yang belum pernah makan apel,bagaimana mungkin orang yang belum pernah makan apel tahu rasa "apel" tersebut?
Anumodana