Suatu hari datang pertapa berkotbah:
1.Jangan ad hominem (menyerang pribadi)
2.Mari berdiskusi di sini dengan tenang tanpa harus menghina ajaran ‘AGAMA LAIN’
3.Posisi saya adalah netral. Saya adalah awam Buddhist independent yang tak terikat Theravada ataupun Mahayana.
4.Anggaplah saya sebagai orang yang belum mengenal sama sekali agama Buddha
5.Ingat ya yang sudah belajar Abhidhamma mestinya bisa mengendalikan citta dan cetasika, ok? Jangan hanya teori saja tapi praktekkan.
6.Dan jujurlah terhadap diri kita sendiri seperti yang diajarkan Abhidhamma Class.
7.saya tidak dalam posisi menghakimi mana yang lebih baik atau lebih buruk. saya hanya menganalisis kecenderungan-kecenderungan yang sangat ‘abhi’ alias halus, tinggi, dan luas sekali.
8.Beda pendapat boleh-boleh saja khan dalam Buddhisme? Kalo nggak ya mana mungkin ada Theravada dan Mahayana
Dan yang terjadi kemudian(tindakan pertapa tersebut):
1.Jadi membaca mantra tidak bisa membebaskan/menyelamatkan? Kalau jawabannya ya, itulah KECENDERUNGAN pikiran/jawaban Theravadin.
2.Pikiran Bro Indra kok kritis sekali ya.
Khas Theravadin gitu lho.
3.Saya ini Zen, Jadi saya ga peduli orang mau atheist kek, kr****n kek, buddha kek, asal dia punya big heart dan big sense of humor, pluralis, non diskriminatif, berpikir bebas. Dia adalah Zen juga bagi saya. Agama cuma label. Yang penting PRAKTEK bung.
Meditasi vipassana itu cuma membunuh Buddha dan membuat ego makin besar. Itu kritik frontal saya.
4.Wah, Anda juga nggak punya rasa humor nih.
Gak bisa mentertawakan diri sendiri dan komunitas sendiri. Itu tandanya ego Bro terlalu besar.
Saya ini ikut Zen. Jadi harap dimengerti saya memakai cara yang khas Zen.
Dan ternyata tak ada yang lulus.
Benar sekali kata Guru saya. Orang Buddha itu gedhe-gedhe atta-nya.
Dia suruh saya test di DC ini. Dan ternyata benar sekali.
5.Kayaknya yang ikut Miledadao dibohongi tuh sama guru-gurunya yang jualan kecap nomor satu.
Tapi janji gombal dari penjual kecap nomor satu memang bisa membuat orang yang nggak ngerti Dhamma dikelabui.
6.Well, saya terus terang kecewa di sini nggak ada Buddhist yang punya sense of humor termasuk ketika seorang awam Buddhist mengkritik agamanya sendiri.
Terlalu sensitive. percuma latihan meditasi vipassana kalo disentil sedikit saja sudah marah dan tersinggung.
7.Saya seperti terjepit di tengah-tengah singa carnivore Theravada dan gajah herbivore Mahayana.
Yang satu ganas dan bisa memangsa manusia kalau diganggu - dan yang satu lagi besar dan bisa bikin gepeng manusia kalau diganggu
Pertanyaannya:
- Dalam keadaan sadarkah mengetik ini?
Kesimpulannya?
- Wah, si petapa tidak sadar bahwa dia masuk dalam sarang siluman.
"Hai,Zeus penguasa alam..penguasa segala dewa..dimanakah engkau?"
"Batara Indra, kemanakah engkau?"
Tunjukkan lah jurus masing-masing.
NB;Terbuka lowongan untu Dewa Sakka,Yama dll.