10. JANGAN MELIHAT TICKER
Saya pribadi selalu melakukan “sarapan “ dengan memantau harga terakhir bursa–bursa regional, sebelum jam bursa mulai. Ketika jam perdagangan dimulai , tiap 5–10 menit, pasti mata melihat ke computer memantau pergerakan harga saham andalan saya. Apakah hal ini juga dilakukan oleh Warren selaku investor kelas paus ? Jawabnya adalah TIDAK. Jadi bagaimana cara dia memantau pergerakan harga sahamnya? IA TIDAK PERNAH MELAKUKANNYA. Komputernya lebih banyak digunakan untuk main Bridge daripada memantau harga saham. Menurutnya, kita tidak perlu menggubris pegerakan harga saham untuk jangka pendek jika kita telah memilih
perusahaan yang tepat. Jika kita telah memiliki saham dalam bisnis yang hebat, jangka pendek tidak terlalu penting. Bagaiamana seandainya harga sahamnya yang tidak pernah dipantau, tiba-tiba terjun bebas akibat bursa crash diterjang badai resesi ? Gampang. Itulah saat yang tepat untuk nambah lagi porsi sahamnya, karena harganya jadi lebih murah. Menurutnya, daripada waktu Anda dihabiskan memelototi pergerakan harga saham yang bikin jantung ber”aerobic“, lebih baik fokus memantau kinerja bisnis perusahaan tersebut, yang meliputi manajemen, arus kas, pendapatan dll. Warren Buffett tidak pernah tahu berapa harga jual saham Berkshire Hathaway perusahaannya sekarang atau berapa harga jualnya besok. Ia hanya peduli pada harga jual satu decade kedepan yang akan menggambarkan nilai sejati perusahaannya.
11. LIHATLAH PENURUNAN HARGA SEBAGAI PELUANG MEMBELI
Tahukah Anda bahwa keadaan resesi seperti sekarang ini di Amerika juga pernah terjadi di masa lalu, yaitu tahun 2004, dimana Dow Jones jatuh hamper 150 point. Waktu itu laporan mengenai lapangan kerja, amat mengecewakan, harga minyak dunia terus membumbung, sehingga yang tejadi adalah, investor berlomba mengobral sahamnya. Justru saat inilah Buffett melihat peluang untuk membeli saham-saham
perusahaan bagus dengan harga murah. Ingat, walaupun fundamental saham tersebut bagus, namun energi bullish atau bearish itu sangat menular, sehingga tanpa mengerti keadaan sesungguhnya, tiap orang panic dan berlomba jualan saham. Saham Wahington Post, Geico dan Wells Fargo Bank adalah contoh bagaimana si tua Buffet menyambar kesempatan itu. Pada tahun 1973, saham Washington Post turun hingga $6 per lembar, Buffet menambar kesempatan itu dengan membenamkan uang senilai $10,6 juta ( uang segini tahun 1973 bisa buat beli 1 propinsi kali ? ). Sekarang , lebih dari 30 tahun kemudian, harganya telah menjadi $900 perlembar, belum lagi kalau ada stock split, maka jumlah saham si Buffett pasti berlipat ganda. Ingat kata Buffett, “Takutlah ketika orang lain rakus, dan rakuslah ketika orang lain takut“.
12. JANGAN MEMUKUL SETIAP LEMPARAN BOLA YANG DATANG
Menurut mereka yang mengklaim diri mereka ahli dalam pasar saham, untuk menjadi investor yang sukses, berarti membuat banyak keputusan dalam berinvestasi. Buffet tidak setuju dengan pendapat ini. Katanya, walaupun hanya satu kali dalam setahun, membuat keputusan investasi yang bagus itu sudah
cukup. Ia menganalogikan seperti bermain baseball, dimana untuk tiga kali kesempatan memukul bola, pukullah bola sekuat tenaga, jika memang momentum dan arahnya tepat, yang dalam istilahnya disebut sweet spot. Buffet hanya memandang setiap bola-bola yang terlempar, namun hanya memukul pada bola
yang menuju sweet spot. Sweet spot disini adalah bisnis yang hebat dengan masa depan yang juga hebat, dijalankan oleh manajemen yang kompeten, serta dijual dengan harga yang bagus. Dan untuk mendapatkan sweet spot ini, buffet akan menunggu walaupun bertahun-tahun sebelum melakukan investasi. Ketika ada saham yang masuk kriterianya, ia akan mengayunkan pemukulnya, dan ia akan melakukannya dengan sekuat tenaga, ia investasikan banyak uang disini, dan hasilnya….Grand Slam !
Sekedar catatan, saya masih ingat pada tanggal 22 Januari 2008, UNTR Rp. 10.850 per lembar, sekarang,dalam waktu 1 bulan, coba Anda cek harganya? Tadi itulah SweetSpot.
13. ABAIKAN YANG MAKRO FOKUSLAH PADA YANG MIKRO
Menurut Buffet hal hal besar dan trend trend yang besar yang berada di luar bisnis tidaklah penting, namun hal-hal kecil yang terkait dengan bisnislah yang berarti. Ada pameo yang menyatakan, jika Bang Ben (maksudnya Ben Bernanke gubernur The Fed )
“batuk” maka bursa saham di dunia pada demam. Demikian juga yang terjadi sekarang dimana ramai diberitakan dan diulas bertubi-tubi mengenai perlambatan ekonomi dunia dan AS yang menghadapi resesi. Menurut Buffet, pendekatan konvensional pada permainan saham, memang mengandalkan peristiwa-peristiwa makro. Hal-hal seperti tingkat pengangguran, pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan peristiwa –peristiwa politik tampak sangat penting bagi para investor.
Untuk berinvestasi seperti Buffet, Anda harus mengabaikan peristiwa-peristiwa makro dan focus pada perusahan yang sahamnya anda pilih. Disini , Buffet justru menganjurkan kita untuk memakai kacamata kuda. Tidak mungkin setelah bersusah payah menganalisa sebuah perusahaan dan menunggu harga yang tepat untuk kemudian membeli sahamnya, lalu kita mengubah kebiakan kita gara-gara terdengar bisikan atau taksiran mengenai perekonomian. Memang kalau saya perhatikan, isu-isu mengenai peristiwa makro memang mempengaruhi harga saham secara jangka pendek, namun jika fundamental bisnis nya memang bagus, biasanya harga saham itu langsung bangkit dan terus naik. Ingat, peristiwa resesi Indonesia tahun 1997, 1998, Bom Bali, Bom Marriot, Indonesia turun peringkat untuk dunia investasi? Memang mempengaruhi saham ASII, TLKM dll untuk jangka pendek, namun coba lihat sekarang… harga sahamnya masih terbang ke langit biru.
14. PERHATIKAN BAIK-BAIK MANAJEMENNYA
Salah satu hal yan selalu menjadi focus perhatian Buffett adalah,” Siapa yang memegang kendali disini ?“
Beberapa faktor kunci yang perlu dicermati ketika melakukan penilaian adalah :
● Apakah tim manajemen selalu bekerja untuk pemegang saham ? Atau memperkaya diri sendiri dengan biaya perusahan. Misalnya dengan gaji yang berlebih, atau bonus fasilitas mewah lainnya.
● Apakah manajemen hemat, atau kelebihan beban karena boros?
● Apakah manajemen berdedikasi meningkatkan nilai pemegang saham?
● Apakah manajemen melakukan pembelian kembali saham (buy back) untuk kepentingan para
pemegang saham (lihat BBCA dan Kalbe), juga menghindari penerbitan saham baru yang akan mengurangi porsi kepemilikan pemegang saham
● Apakah laporan perusahaan jujur dan tidak mengandung kecurangan ? Atau financial engineering.
● Apakah manajemen menggunakan system akuntansi yang jujur aau kelihatannya menyembunyikan informasi yang benar?
Sekedar catatan banyak lho cara membuat laporan keuangan terlihat mengkilap, sbb :
● Jual asset yang kurang produktif menjelang tutup tahun sehingga otomatis laba bertambah
● Menggeser periode pencatatan biaya yang agak besar, jadi mundur atau dimajukan
● Untuk IPO, laporan keuangan dibuat mengkilap. Untuk menghindari pajak, laporan keuangan dibuat agak memble.
● Membesar-besarkan laba bersih, Padahal diperoleh dari keuntungan selisih kurs, atau keuntungan lain yang sifatnya temporer. Harusnya coba perhatikan juga laba operasionalnya.
Juga perlu diperhatikan, menurut Buffet, investor perlu mencurigai perusahaan yang membuat proyeksi – proyeksi jangka panjang yang manis-manis seperti proyeksi pertumbuhan atau proyeksi laba. Pada saat seorang eksekutif perusahaan mengklaim bahwa ia mengetahui masa depan perusahaan, itu berarti pertanda buruk. Dan jika ia benar-benar mencapai angka tersebut, itu benar-benar pertanda buruk. Sebab sangat dimungkinkan adanya manipulasi.