Maaf itu bukan maksud saya...Anda pertama kali "menjudge" bahwa kalimat saya bisa membingungkan umat awam...Sedangkan saya sudah mengklarifikasi pernyataan saya dengan mengatakan bahwa,"Saya tidak memonopoli pendapat saya"...
Tapi anda tetap dengan pernyataan anda yg pertama bahwa kalimat saya membingungkan umat awam padahal sudah saya klarifikasi....
Kemudian saya menjawab "Malu bertanya sesat dijalan"...
Disini maksud saya adalah jika memang membingungkan saudara Indra dia bisa bertanya kepada saya apa maksud dari pernyataan saya tersebut...Tapi dia toh tidak bertanya apapun pahadal kalimat saya ditujukan untuk saudara Indra yang bertanya....Dan yang pasti dr semua itu adalah perkataan saya yakni "BAGI SAYA"
Ini sudah jelas saya tidak mengatakan bahwa saya "Melarang" dia untuk tidak mempercayai SB ada atau tidak ada.Saya juga tidak "Menyuruh" dia menyiyakan pendapat saya maupun "mengikuti" pendapat saya...
Dan saya dengan ini mengakhiri diskusi ini dengan anda saudara Kelana...
Anda mau menerima pendapat saya atau tidak itu adalah urusan anda,karena sudah saya menjelaskan dan mengklarifikasikan....
Salam,
Riky
Yes! Akhirnya.
Sebenarnya saya juga tidak sedang berdebat, tapi saya merasa ada satu yang hilang dari percakapan rekan-rekan disini khususnya antara Sdr. Riky_dave dengan Sdr. Willibordus sehingga memancing kesalahpahaman dengan yang lain, dan saya perlu mengungkapkannya untuk kita semua. Saya terpaksa banyak bertanya kepada Sdr. Riky_dave untuk menimbulkan kata kunci
"Malu bertanya sesat dijalan" Sdr. Riky_dave, umat awam itu beragam sekali pemahaman Dhammanya, dari yang hanya percaya membuta, berpandangan keliru sampai ada yang masih dalam kondisi bingung atau ragu. Apa yang Sdr. Willibordus sampaikan mengenai penyembahan patung dan ritual-ritual tidaklah berguna, itu adalah hal yang sebenarnya dan tidak bermaksud untuk menghujat (menurut KBBI hujat berarti fitnah, saya rasa anda tidak tepat menggunakan kata ini karena tidak ada unsur-unsurnya). Nah, lain kali
mungkin Sdr. Willibordus berkenan untuk menjelaskan mengapa penyembahan patung dan ritual-ritual tidaklah berguna tidak sesuai Dhamma, dalam topik lain untuk umat awam.Ketika ada umat awam yang berpandangan bahwa "Penyembahan" bagi umat awam identik dengan "Penghormatan" maupun "Doa" pandangan ini memang tidak sesuai dengan Dhamma, maka perlu diberikan pengarahan yang benar. Memang benar bahwa umat awam tersebut mungkin akan merah kupingnya, tapi itu adalah hal yang
wajar karena tidak selamanya kebenaran itu akan diterima dengan baik oleh orang lain. Apa yang berbeda dari pola pikir kita bukanlah berarti suatu penghinaan bagi kita. Dalam Tevijja Sutta, Sang Buddha menyampaikan kebenaran yang jika didengar oleh orang awam ataupun para brahmana maka akan membuat kuping mereka memerah.
Jadi apa yang kita bicarakan tergantung pula dengan kondisi batin orang yang mendengar. Oleh karena itu seperti yang Sdr. Riky_dave sampaikan sendiri bahwa
”malu bertanya sesat di jalan” perlu diterapkan oleh para umat awam termasuk masalah pandangan mereka mengenai "Penyembahan" yang identik dengan "Penghormatan" maupun "Doa".
Inilah yang sebenarnya ingin saya sampaikan dari percakapan Sdr. Riky_dave dengan Sdr. Willibordus. Apa yang perlu saya sampaikan sudah saya sampaikan termasuk masalah topik ini. Thanks