Kita sering mendengar dan juga menyatakan "saya ingin berbuat baik"
sebenarnya seperti apakah definisi berbuat baik menurut agama Budha?
Yuk kita diskusikan bersama...
Perbuatan baik tentu didasari niat mulia dan akar kebaikan. Tetapi bila dilakukan dengan cara yang salah, belum tentu perbuatan itu benar.
Perbuatan baik belum tentu benar, tetapi perbuatan yang benar sudah pasti baik.
4. "Sekarang, bagaimana pendapatmu, warga suku Kalama? Kalau keserakahan (lobha) timbul dalam diri seorang manusia, apakah itu membawa keuntungan atau kerugian?"
"Akan membawa kerugian, Yang Mulia."
"Sekarang, warga suku Kalama, seseorang yang serakah dicengkeram oleh keserakahan dan tidak dapat mengendalikan dirinya lagi; apakah orang itu tidak mungkin akan membunuh makhluk hidup, mengambil sesuatu yang tidak diberikan, melakukan perzinahan, mengucapkan kata-kata yang tidak benar, dan juga menyebabkan orang lain berbuat demikian; bukankah hal itu akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan baginya untuk waktu yang lama?"
"Memang demikian, Yang Mulia."
5. "Sekarang, bagaimana pendapatmu, warga suku Kalama? Kalau kebencian (dosa) timbul dalam diri seorang manusia, apakah itu akan membawa keuntungan atau kerugian?"
"Akan membawa kerugian, Yang Mulia."
"Sekarang, warga suku Kalama, seseorang yang membenci, dicengkeram oleh kebencian dan tidak dapat mengendalikan dirinya lagi; apakah orang itu tidak mungkin akan membunuh makhluk hidup, mengambil sesuatu yang tidak diberikan, melakukan perzinahan, mengucapkan kata-kata yang tidak benar, dan juga menyebabkan orang lain berbuat demikian; bukankah hal itu akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan baginya untuk waktu yang lama?"
"Memang demikian, Yang Mulia."
6. "Sekarang, bagaimana pendapatmu, warga suku Kalama? Kalau kegelapan batin (moha) timbul dalam diri seorang manusia, apakah itu akan membawa keuntungan atau kerugian?"
"Akan membawa kerugian, Yang Mulia."
"Sekarang, warga suku Kalama, seseorang yang diliputi kegelapan batin (moha), dicengkeram oleh kegelapan batin dan tidak dapat mengendalikan dirinya lagi; apakah orang itu tidak mungkin akan membunuh makhluk hidup, mengambil sesuatu yang tidak diberikan, melakukan perzinahan, mengucapkan kata-kata yang tidak benar, dan juga menyebabkan orang lain berbuat demikian; bukankah hal itu akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan baginya untuk waktu yang lama?"
"Memang demikian, Yang Mulia."
7. "Kalau begitu, warga suku Kalama, bagaimana pendapatmu? Apakah hal-hal tersebut baik atau tidak baik?"
"Tidak baik, Yang Mulia."
"Apakah hal-hal tersebut tercela atau tidak tercela?"
"Tercela, Yang Mulia."
"Apakah hal-hal tersebut dibenarkan atau tidak dibenarkan oleh para Bijaksana?"
"Tidak dibenarkan, Yang Mulia."
"Kalau terus dilakukan, apakah itu akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan?"
"Akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan, Yang Mulia. Demikianlah pendapat kami."
8. "Karena itu, warga suku Kalama, itulah yang Kumaksud dengan mengatakan, 'Janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu; atau oleh karena sesuatu yang merupakan tradisi; atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang dikatakan di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang katanya sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya merupakan hasil dari suatu penelitian; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan seksama; juga apa yang terlihat cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang pertapa yang menjadi gurumu.'
Tetapi, warga suku Kalama, kalau setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui, 'Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana; hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan,' maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut."
..... [omitted]
10. "Bagaimana pendapatmu, warga suku Kalama? Apabila seseorang telah terbebas dari keserakahan (lobha), apakah hal ini merupakan keuntungan atau kerugian?"
"Keuntungan, Yang Mulia."
"Bukankah orang ini, yang telah terbebas dari keserakahan dan tidak lagi dicengkeram oleh keserakahan, dan oleh karena ia dapat mengendalikan dirinya dengan baik, akan berhenti membunuh makhluk hidup, berhenti mengambil sesuatu yang tidak diberikan (mencuri), berhenti melakukan perzinahan berhenti mengucapkan kata-kata yang tidak benar, berhenti menjadi penyebab yang menyesatkan orang lain, tidak akan mendapatkan kerugian dan penderitaan untuk waktu yang lama?"
"Memang demikian halnya, Yang Mulia."
11. "Sekarang, bagaimana pendapatmu, warga suku Kalama? Apabila seseorang telah terbebas dari kebencian (dosa), apakah hal ini merupakan keuntungan atau kerugian?"
"Keuntungan, Yang Mulia."
"Bukankah orang ini, yang telah terbebas dari kebencian tidak lagi dicengkeram oleh kebencian….., berhenti menjadi penyebab yang menyesatkan orang lain, tidak akan mendapatkan kerugian dan penderitaan untuk waktu yang lama?"
"Memang demikian halnya, Yang Mulia."
12. "Sekarang, bagaimana pendapatmu, warga suku Kalama? Apabila seseorang telah terbebas dari kegelapan batin (moha), apakah hal ini merupakan keuntungan atau kerugian?"
"Keuntungan, Yang Mulia."
"Bukankah orang ini, yang telah terbebas dari kegelapan batin dan tidak lagi dicengkeram oleh kegelapan batin ….., berhenti menjadi penyebab yang menyesatkan orang lain, tidak akan mendapat kerugian dan penderitaan untuk waktu yang lama?"
"Memang demikian halnya, Yang Mulia."
13. "Kalau begitu, warga suku Kalama, bagaimana pendapatmu? Apakah hal-hal tersebut menguntungkan atau tidak menguntungkan?"
"Menguntungkan, Yang Mulia."
"Apakah hal-hal tersebut tercela atau tidak tercela?"
"Tidak tercela, Yang Mulia."
"Apakah hal-hal tersebut dibenarkan atau tidak dibenarkan oleh para Bijaksana?"
"Dibenarkan, Yang Mulia."
"Kalau terus dilakukan, apakah akan membawa kebahagiaan atau tidak?"
"Tentu akan membawa kebahagiaan. Demikianlah pendapat kami."
14. "Demikianlah, warga suku Kalama, itulah yang Kumaksud dengan mengatakan, 'Janganlah percaya begitu saja….., Tetapi apabila setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui hal ini berguna; hal ini tidak tercela; hal ini dibenarkan oleh para Bijaksana; hal ini kalau terus dilakukan akan membawa keberuntungan dan kebahagiaan, maka sudah selayaknya kamu menerima dan hidup sesuai dengan hal-hal tersebut.' Itulah sebabnya, mengapa Aku mengucapkan kata-kata tersebut."
Sumber: Kalama Sutta
“Kapan pun kamu ingin melakukan perbuatan melalui jasmani, kamu harus bercermin: ‘Perbuatan melalui jasmani yang ingin kulakukan ini – akankah ia membawa pada penderitaan bagi diri sendiri, orang lain, atau keduanya? Apakah ia suatu perbuatan jasmani yang tidak baik, dengan akibat yang menyedihkan, hasil yang menyakitkan?’ Jika, dalam bercermin, kamu mengetahui bahwa ia akan membawa pada penderitaan bagi diri sendiri, orang lain, atau keduanya; ia adalah perbuatan jasmani yang tidak baik dengan akibat yang menyedihkan, hasil yang menyakitkan, maka segala perbuatan jasmani yang semacam itu sesungguhnya tidak pantas kamu lakukan. Namun jika dalam bercermin kamu mengetahui bahwa ia tidak akan mengakibatkan penderitaan… ia adalah perbuatan jasmani yang baik dengan akibat yang membahagiakan, hasil yang menyenangkan, maka segala perbuatan jasmani yang semacam itu pantas kamu lakukan.”
“Saat kamu melakukan suatu perbuatan jasmani, kamu harus bercermin: ‘Perbuatan jasmani yang kulakukan ini – apakah membawa pada penderitaan bagi diri sendiri, orang lain, atau keduanya? Apakah ia suatu perbuatan jasmani yang tidak baik, dengan akibat yang menyedihkan, hasil yang menyakitkan?’ Jika, dalam bercermin, kamu mengetahui bahwa ia membawa pada penderitaan bagi diri sendiri, orang lain, atau keduanya… kamu harus menghentikannya. Namun jika dalam bercermin kamu mengetahui bahwa ia bukan… kamu dapat melanjutkannya.”
“Setelah melakukan suatu perbuatan jasmani, kamu harus bercermin padanya…. Jika, dalam bercermin, kamu mengetahui bahwa ia membawa pada penderitaan bagi diri sendiri, orang lain, atau keduanya; ia adalah perbuatan jasmani yang tidak baik dengan akibat yang menyakitkan, hasil yang menyedihkan, maka kamu harus mengakuinya, mengungkapkannya, mengatakannya secara terbuka kepada Sang Guru atau kepada seorang sahabat yang berpengetahuan dalam kehidupan suci. Setelah mengakuinya… kamu harus berlatih mengendalikan diri pada masa yang akan datang. Namun jika dalam bercermin kamu mengetahui bahwa ia tidak membawa pada penderitaan… ia adalah perbuatan jasmani yang baik dengan akibat yang menyenangkan, hasil yang membahagiakan, maka kamu harus tetap tersegarkan secara mental dan bergembira, dengan berlatih siang dan malam dalam kualitas mental yang baik.”
..... [dst berlaku juga untuk perbuatan melalui ucapan dan pikiran]
Sumber: Cula-rahulovada Sutta
Suatu perbuatan dikatakan perbuatan baik (kusala kamma) jika dilandasi oleh akar kebaikan (kusalamula), yaitu tanpa keserakahan (alobha), tanpa kebencian (adosa), dan tanpa kebodohan batin (amoha). Sebaliknya jika dilandasi oleh keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha) atau disebut akar kejahatan (akusalamula) maka dikategorikan sebagai perbuatan buruk (akusala kamma).ayee nggak mengerti nih, bukannye kite masih diliputi LDM, kalau begto gimane mungkinlah kite bise buat baik, kalo kite buat baek artinya ga ada lobha,dosa,moha, artine kite udah mencapai kesucian/nibbana donggg
Suatu perbuatan dikatakan perbuatan baik (kusala kamma) jika dilandasi oleh akar kebaikan (kusalamula), yaitu tanpa keserakahan (alobha), tanpa kebencian (adosa), dan tanpa kebodohan batin (amoha). Sebaliknya jika dilandasi oleh keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha) atau disebut akar kejahatan (akusalamula) maka dikategorikan sebagai perbuatan buruk (akusala kamma).ayee nggak mengerti nih, bukannye kite masih diliputi LDM, kalau begto gimane mungkinlah kite bise buat baik, kalo kite buat baek artinya ga ada lobha,dosa,moha, artine kite udah mencapai kesucian/nibbana donggg
oh begitu yo terimakasih sudah mengertilah sedikit kiraen tanpa LDM kitenye udah suci nianSuatu perbuatan dikatakan perbuatan baik (kusala kamma) jika dilandasi oleh akar kebaikan (kusalamula), yaitu tanpa keserakahan (alobha), tanpa kebencian (adosa), dan tanpa kebodohan batin (amoha). Sebaliknya jika dilandasi oleh keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha) atau disebut akar kejahatan (akusalamula) maka dikategorikan sebagai perbuatan buruk (akusala kamma).ayee nggak mengerti nih, bukannye kite masih diliputi LDM, kalau begto gimane mungkinlah kite bise buat baik, kalo kite buat baek artinya ga ada lobha,dosa,moha, artine kite udah mencapai kesucian/nibbana donggg
Baik LDM (lobha, dosa, moha) maupun A-LDM (alobha, adosa, amoha) sama2 diliputi oleh Avijja (ketidaktahuan), namun untuk A-LDM kadar Avijja-nya tidak sebesar LDM. Sedangkan perbuatan mereka yang sudah tercerahkan bukan LDM maupun bukan A-LDM (disebut kiriya) dan tidak diliputi oleh Avijja melainkan Vijja (pengetahuan/kebijaksanaan).
Skemanya kurang lebih (cmiiw):
1. Avijja --> Tanha --> LDM --> Akusala kamma, misalnya mencuri
2. Avijja --> Tanha -> A-LDM --> Kusala kamma, misalnya berdana
3. Vijja --> Panna & Karuna --> Bukan LDM maupun bukan A-LDM --> kiriya, misalnya perbuatan Sang Buddha dan para Arahat
Jadi perbuatan mereka yang telah mencapai Pencerahan bebas dari dualitas LDM maupun A-LDM (di luar batasan baik dan buruk)
Bukanna kalau udah gak ada ldm alias aladam bukanna udah mencpai kesucian gmn nePerbuatan yang dilakukan dengan dasar aladam menumbuhkan & mengembangkan kusala yang pada akhirnya mengondisikan pada berkurang & berakhirnya kamma. Ngga serta merta dong Bro.
Utk poin 2, maap Bro Seniya.. Selain Tanha, ada juga Chanda. Keinginan akan pencerahan dan keinginan yang mendasari kusala kamma bukan dikategorikan didasari oleh tanha, tapi chanda.Suatu perbuatan dikatakan perbuatan baik (kusala kamma) jika dilandasi oleh akar kebaikan (kusalamula), yaitu tanpa keserakahan (alobha), tanpa kebencian (adosa), dan tanpa kebodohan batin (amoha). Sebaliknya jika dilandasi oleh keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha) atau disebut akar kejahatan (akusalamula) maka dikategorikan sebagai perbuatan buruk (akusala kamma).ayee nggak mengerti nih, bukannye kite masih diliputi LDM, kalau begto gimane mungkinlah kite bise buat baik, kalo kite buat baek artinya ga ada lobha,dosa,moha, artine kite udah mencapai kesucian/nibbana donggg
Baik LDM (lobha, dosa, moha) maupun A-LDM (alobha, adosa, amoha) sama2 diliputi oleh Avijja (ketidaktahuan), namun untuk A-LDM kadar Avijja-nya tidak sebesar LDM. Sedangkan perbuatan mereka yang sudah tercerahkan bukan LDM maupun bukan A-LDM (disebut kiriya) dan tidak diliputi oleh Avijja melainkan Vijja (pengetahuan/kebijaksanaan).
Skemanya kurang lebih (cmiiw):
1. Avijja --> Tanha --> LDM --> Akusala kamma, misalnya mencuri
2. Avijja --> Tanha -> A-LDM --> Kusala kamma, misalnya berdana
3. Vijja --> Panna & Karuna --> Bukan LDM maupun bukan A-LDM --> kiriya, misalnya perbuatan Sang Buddha dan para Arahat
Jadi perbuatan mereka yang telah mencapai Pencerahan bebas dari dualitas LDM maupun A-LDM (di luar batasan baik dan buruk)
Utk poin 2, maap Bro Seniya.. Selain Tanha, ada juga Chanda. Keinginan akan pencerahan dan keinginan yang mendasari kusala kamma bukan dikategorikan didasari oleh tanha, tapi chanda.
Kita sering mendengar dan juga menyatakan "saya ingin berbuat baik"
sebenarnya seperti apakah definisi berbuat baik menurut agama Budha?
Yuk kita diskusikan bersama...
apa ne contoh dari perbuatan baik tanpa disertai moha lobha dan dosa??Marilah kita menjalankan ajaran2 Sang Buddha ( jangan pedulikan orang lain )...
Yup, tanha masih mendasari punna alias perbuatan baik aka meritorious deed, ini golongan kamma terang dengan hasil terang menurut Sang Buddha.
Utk poin 2, maap Bro Seniya.. Selain Tanha, ada juga Chanda. Keinginan akan pencerahan dan keinginan yang mendasari kusala kamma bukan dikategorikan didasari oleh tanha, tapi chanda.
Thx atas koreksinya, saya cuma ambil "mudahnya" aja.... :)
Sepertinya tanha juga masih ada dalam perbuatan baik, misalnya berdana karena ingin menjadi terkenal di kalangan masyarakat selain untuk memupuk karma baik.....
Jadi poin ke-2 dapat dikoreksi menjadi: Avijja --> Tanha/Chanda -> A-LDM --> Kusala kamma, misalnya berdana
apa ne contoh dari perbuatan baik tanpa disertai moha lobha dan dosa??Marilah kita menjalankan ajaran2 Sang Buddha ( jangan pedulikan orang lain )...:=))
apa ne contoh dari perbuatan baik tanpa disertai moha lobha dan dosa??
wadao bahasanyo ketiinggiaan buanget apa itu skliiful deed apa itu meritoruuis deed???????Yup, tanha masih mendasari punna alias perbuatan baik aka meritorious deed, ini golongan kamma terang dengan hasil terang menurut Sang Buddha.
Utk poin 2, maap Bro Seniya.. Selain Tanha, ada juga Chanda. Keinginan akan pencerahan dan keinginan yang mendasari kusala kamma bukan dikategorikan didasari oleh tanha, tapi chanda.
Thx atas koreksinya, saya cuma ambil "mudahnya" aja.... :)
Sepertinya tanha juga masih ada dalam perbuatan baik, misalnya berdana karena ingin menjadi terkenal di kalangan masyarakat selain untuk memupuk karma baik.....
Jadi poin ke-2 dapat dikoreksi menjadi: Avijja --> Tanha/Chanda -> A-LDM --> Kusala kamma, misalnya berdana
Sedangkan chanda mendasari kusala kamma alias perbuatan bermanfaat aka skillful deed, ini golongan kamma bukan gelap bukan terang yang menuntun pada berakhirnya kamma.
Berdana bisa punna bisa kusala, tergantung mindset si pendana.
oh begitu terima kasih lagi........... apa contohnya pebuatan disertai moha tapi tanpa disertai lobha dan dosa??
Kalau dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kita pernah melihat pengemis yang lumpuh/cacat kemudian secara spontan timbul rasa belas kasihan (karuna) dan ingin menolong tanpa pamrih yang hanya didasari oleh rasa belas kasihan tersebut (tanpa ada buruk sangka misalnya mengganggap itu hanya pura-pura, pemalas, dst). Lalu serta merta merogoh kantung kita untuk memberikan dana kepada sang pengemis.
ngomong ga jelas. :))oh begitu terima kasih lagi........... apa contohnya pebuatan disertai moha tapi tanpa disertai lobha dan dosa??
Kalau dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kita pernah melihat pengemis yang lumpuh/cacat kemudian secara spontan timbul rasa belas kasihan (karuna) dan ingin menolong tanpa pamrih yang hanya didasari oleh rasa belas kasihan tersebut (tanpa ada buruk sangka misalnya mengganggap itu hanya pura-pura, pemalas, dst). Lalu serta merta merogoh kantung kita untuk memberikan dana kepada sang pengemis.
pa contohnya perbuatan disertahi moha dan disertahi dosa tapi gak disertai lobha?
pa contaohnya perbuatan yang disertai lobha tapi tidak disertai dosa dan lobha?
woww menghinakah atau hiburkah??ngomong ga jelas. :))oh begitu terima kasih lagi........... apa contohnya pebuatan disertai moha tapi tanpa disertai lobha dan dosa??
Kalau dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kita pernah melihat pengemis yang lumpuh/cacat kemudian secara spontan timbul rasa belas kasihan (karuna) dan ingin menolong tanpa pamrih yang hanya didasari oleh rasa belas kasihan tersebut (tanpa ada buruk sangka misalnya mengganggap itu hanya pura-pura, pemalas, dst). Lalu serta merta merogoh kantung kita untuk memberikan dana kepada sang pengemis.
pa contohnya perbuatan disertahi moha dan disertahi dosa tapi gak disertai lobha?
pa contaohnya perbuatan yang disertai lobha tapi tidak disertai dosa dan lobha?
yang ke-3, gimana coba perbuatan disertai LOBHA tapi tidak disertai dosa dan LOBHA?oh begitu terima kasih lagi........... apa contohnya pebuatan disertai moha tapi tanpa disertai lobha dan dosa??
Kalau dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kita pernah melihat pengemis yang lumpuh/cacat kemudian secara spontan timbul rasa belas kasihan (karuna) dan ingin menolong tanpa pamrih yang hanya didasari oleh rasa belas kasihan tersebut (tanpa ada buruk sangka misalnya mengganggap itu hanya pura-pura, pemalas, dst). Lalu serta merta merogoh kantung kita untuk memberikan dana kepada sang pengemis.
pa contohnya perbuatan disertahi moha dan disertahi dosa tapi gak disertai lobha?
pa contaohnya perbuatan yang disertai lobha tapi tidak disertai dosa dan lobha?
iyayah w baru ngelihat coryyy.........:-[yang ke-3, gimana coba perbuatan disertai LOBHA tapi tidak disertai dosa dan LOBHA?oh begitu terima kasih lagi........... apa contohnya pebuatan disertai moha tapi tanpa disertai lobha dan dosa??
Kalau dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kita pernah melihat pengemis yang lumpuh/cacat kemudian secara spontan timbul rasa belas kasihan (karuna) dan ingin menolong tanpa pamrih yang hanya didasari oleh rasa belas kasihan tersebut (tanpa ada buruk sangka misalnya mengganggap itu hanya pura-pura, pemalas, dst). Lalu serta merta merogoh kantung kita untuk memberikan dana kepada sang pengemis.
pa contohnya perbuatan disertahi moha dan disertahi dosa tapi gak disertai lobha?
pa contaohnya perbuatan yang disertai lobha tapi tidak disertai dosa dan lobha?
Jadi kira2 saya menghina atau menghibur? ;)ya gitu dehhh
Perbuatan baik adalah perbuatan yang tidak jahat! ya kalau menurut saya cuman itu sich.
Selama kita mampu mendeskripsikan perbuatan jahat ya kita itu bakalan tahu perbuatan baik itu apa.
Btw saya cuman ingin menambahkan teori umat awam atau teori dunia yang sangat membumi, yakni jangan kita pernah menyimpulkan bahwa perbuatan baik itu tidak akan merugikan orang lain dan makhluk lain, kamma sendiri aja sekali berbuah langsung berbuah 2 kondisi yakni buruk dan baik dalam satu waktu.
Bagi saya perbuatan baik itu apabila suatu perbuatan itu menyebabkan 51% orang senang dan 49% orang tidak senang, nah itu perbuatan baik deh.
Selama tidak ada yang dirugikan maka tidak akan ada juga yang diuntungkan dan sebaliknya.
Peace!!
Perbuatan baik adalah perbuatan yang tidak jahat! ya kalau menurut saya cuman itu sich.
Selama kita mampu mendeskripsikan perbuatan jahat ya kita itu bakalan tahu perbuatan baik itu apa.
Btw saya cuman ingin menambahkan teori umat awam atau teori dunia yang sangat membumi, yakni jangan kita pernah menyimpulkan bahwa perbuatan baik itu tidak akan merugikan orang lain dan makhluk lain, kamma sendiri aja sekali berbuah langsung berbuah 2 kondisi yakni buruk dan baik dalam satu waktu.
Bagi saya perbuatan baik itu apabila suatu perbuatan itu menyebabkan 51% orang senang dan 49% orang tidak senang, nah itu perbuatan baik deh.
Selama tidak ada yang dirugikan maka tidak akan ada juga yang diuntungkan dan sebaliknya.
Peace!!
menurut anda seorang yg duduk diam tidak melakukan apa2, apakah ini perbuatan jahat? kalau tidak jahat apakah ini perbuatan baik?
Perbuatan baik adalah perbuatan yang tidak jahat! ya kalau menurut saya cuman itu sich.
Selama kita mampu mendeskripsikan perbuatan jahat ya kita itu bakalan tahu perbuatan baik itu apa.
Btw saya cuman ingin menambahkan teori umat awam atau teori dunia yang sangat membumi, yakni jangan kita pernah menyimpulkan bahwa perbuatan baik itu tidak akan merugikan orang lain dan makhluk lain, kamma sendiri aja sekali berbuah langsung berbuah 2 kondisi yakni buruk dan baik dalam satu waktu.
Bagi saya perbuatan baik itu apabila suatu perbuatan itu menyebabkan 51% orang senang dan 49% orang tidak senang, nah itu perbuatan baik deh.
Selama tidak ada yang dirugikan maka tidak akan ada juga yang diuntungkan dan sebaliknya.
Peace!!
menurut anda seorang yg duduk diam tidak melakukan apa2, apakah ini perbuatan jahat? kalau tidak jahat apakah ini perbuatan baik?
Well saya bukanlah praktisi Buddhist yang baik, tetapi Guru kita itu pernah menyatakan bahwa "Janganlah berbuat kejahatan" kemudian baru "tambahkanlah kebajikan", jadi mungkin pertanyaan saudara itu lebih cocok ke kalimat "janganlah berbuat kejahatan" ya, alias belum tentu dia berbuat baik.
Perbuatan itu biasanya tidak digolongkan baik atau jahat deh, sorry jika salah ya.
Peace!!
Perbuatan baik adalah perbuatan yang tidak jahat! ya kalau menurut saya cuman itu sich.
Selama kita mampu mendeskripsikan perbuatan jahat ya kita itu bakalan tahu perbuatan baik itu apa.
Btw saya cuman ingin menambahkan teori umat awam atau teori dunia yang sangat membumi, yakni jangan kita pernah menyimpulkan bahwa perbuatan baik itu tidak akan merugikan orang lain dan makhluk lain, kamma sendiri aja sekali berbuah langsung berbuah 2 kondisi yakni buruk dan baik dalam satu waktu.
Bagi saya perbuatan baik itu apabila suatu perbuatan itu menyebabkan 51% orang senang dan 49% orang tidak senang, nah itu perbuatan baik deh.
Selama tidak ada yang dirugikan maka tidak akan ada juga yang diuntungkan dan sebaliknya.
Peace!!
menurut anda seorang yg duduk diam tidak melakukan apa2, apakah ini perbuatan jahat? kalau tidak jahat apakah ini perbuatan baik?
Well saya bukanlah praktisi Buddhist yang baik, tetapi Guru kita itu pernah menyatakan bahwa "Janganlah berbuat kejahatan" kemudian baru "tambahkanlah kebajikan", jadi mungkin pertanyaan saudara itu lebih cocok ke kalimat "janganlah berbuat kejahatan" ya, alias belum tentu dia berbuat baik.
Perbuatan itu biasanya tidak digolongkan baik atau jahat deh, sorry jika salah ya.
Peace!!
kalau begitu bukankah statement baru anda ini kontradiktif dengan statement sebelumnya spt yg di-bold di atas?