//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - hendrako

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 [8] 9 10 11 12 13 14 15 ... 81
106
Diskusi Umum / Re: sila ke 3
« on: 17 July 2011, 03:57:28 PM »
muncul nya kisah uttarapun setelah melihat bro hendrako , yang di situ tertulis ada kata menganjurkan , mengijikan, dan saya pun teringat sutta yang menceritakan soal itu. disitu tidak di jelaskan detail apa mendapat di musuhi oleh lingkungan.  oleh sebab itu saya bertanya.

Pertama-tama, kisah ini berpusat pada tema penjelasan syair, bukan tentang pelacur:

Quote
Perjinahan, melakukan sendiri, menganjurkan, mengijinkan, ini membawa orang terlahir di alam neraka, di alam binatang, di alam setan; atau sekurang-kurangnya menjadikan orang itu akan dimusuhi oleh lingkungannya.
(Anguttara Nikaya VII, 4:4)

Tapi jelas terlihat pada kisah ini bahwa sekurang-kurangnya, pelacur itu sendiri (Sirima) telah menjadi musuh Uttara.

Quote
Kisah Uttara Seorang Umat Awam

Uttara adalah putri dari Punna, seorang buruh tani yang bekerja pada pria kaya bernama Sumana di Rajagaha. Suatu hari, Punna dan istrinya berdana makanan kepada Sariputta Thera di saat beliau baru saja mencapai keadaan pencerapan mental yang dalam (nirodha sampatti).
Sebagai akibat dari perbuatan baik itu, mereka mendadak menjadi kaya.
Punna menemukan emas di tanah yang ia bajak, dan secara resmi raja menyatakan Punna sebagai seorang bankir yang besar.

Pada suatu kesempatan, Punna sekeluarga berdana makanan kepada Sang Buddha dan para bhikkhu selama tujuh hari, dan pada hari ketujuh, setelah mendengarkan khotbah Sang Buddha, mereka sekeluarga mencapai
tingkat kesucian sotapatti.

Kemudian Uttara, putri Punna menikah dengan anak Sumana. Keluarga Sumana bukan keluarga Buddhis, sehingga Uttara tidak merasa bahagia di rumah suaminya. Iapun bercerita kepada ayahnya, Punna, "Ayah, mengapa
ayah mengurung saya di kandang ini ? Di sini saya tidak melihat para bhikkhu dan saya tidak memiliki kesempatan berdana kepada para bhikkhu."

Punna menjadi menyesal dan ia segera memberi uang sebesar 15.000 kepada Uttara. Setelah mendapat ijin dari suaminya, Uttara menggunakan uangnya untuk menyewa seorang wanita untuk menggantikan dirinya memenuhi kebutuhan suaminya. Akhirnya ditetapkan bahwa Sirima, seorang pelacur yang sangat cantik dan terkenal, menggantikannya sebagai seorang istri selama 15 hari.

Selama waktu itu, Uttara memberikan dana makanan kepada Sang Buddha dan para bhikkhu. Pada hari ke lima belas, saat ia sibuk menyiapkan makanan di dapur, suaminya melihat dari balik jendela kamar dan tersenyum seraya bergumam pada dirinya sendiri, "Betapa bodohnya ia.
Dia tak tahu cara bersenang-senang. Dia selalu menyibukkan diri dengan upacara pemberian dana."

Sirima melihat suami Uttara tersenyum pada Uttara, ia menjadi sangat cemburu pada Uttara, ia lupa bahwa dirinya hanya sebagai istri pengganti yang dibayar. Menjadi tak terkendali, segera Sirima pergi ke dapur dan mengambil sesendok besar mentega panas dengan maksud mengguyurkannya di kepala Uttara. Uttara melihatnya datang, namun ia tidak memiliki maksud buruk pada Sirima. Ia menyadari, berkat Sirimalah ia dapat mendengarkan Dhamma, berdana makanan, dan berbuat kebaikan lainnya, sehingga ia merasa berterima kasih pada Sirima.

Tiba-tiba ia menyadari bahwa Sirima datang mendekat dan hendak menuangkan mentega panas ke arahnya, iapun berseru, "Bila aku memiliki maksud buruk terhadap Sirima, biarlah mentega panas ini melukaiku, tapi bila aku tidak memiliki maksud buruk padanya, mentega panas ini tak akan melukaiku."

Karena Uttara tidak memiliki maksud buruk terhadap Sirima, mentega panas yang dituang di kepalanya hanya terasa bagai air dingin. Sirima berpikir pasti mentega itu telah menjadi dingin saat dituangkan, maka ia bermaksud mengambil mentega panas yang lain. Saat hendak menuangkan mentega panas tersebut, pelayan-pelayan Uttara menyerang dan memukulnya keras-keras. Uttara menghentikan para pelayannya dan menyuruh mereka mengobati luka Sirima dengan balsam.

Akhirnya Sirima teringat akan kedudukannya yang sebenarnya, dan ia menyesal bahwa ia telah melakukan kesalahan terhadap Uttara, dan meminta Uttara mengampuninya. Uttarapun menjawab, "Aku memiliki seorang ayah. Aku harus bertanya kepadanya apakah aku harus menerima permintaan maafmu." Sirima berkata bahwa ia siap pergi memohon pengampunan pada Punna, ayah Uttara.

Uttara menjelaskan padanya, "Sirima, saat aku mengatakan 'ayahku', maksud saya bukan ayahku yang sebenarnya, yang membawaku pada rantai kelahiran kembali ini. Yang kumaksud 'ayahku' adalah Sang Buddha, yang
telah menolongku memotong rantai kelahiran kembali, yang telah mengajariku Dhamma, kebenaran sejati."

Sirima pun memohon untuk bertemu dengan Sang Buddha. Sehingga pada hari berikutnya direncanakan Sirima akan menyerahkan dana makanan kepada Sang Buddha dan para bhikkhu.

Setelah bersantap, Sang Buddha diberitahu perihal Sirima dan Uttara.
Kemudian Sirima mengakui bahwa ia telah berbuat kesalahan terhadap Uttara dan memohon Sang Buddha apakah ia dapat dimaafkan, karena jika tidak, Uttara tidak akan memaafkannya. Kemudian Sang Buddha bertanya
kepada Uttara bagaimana perasaannya saat Sirima menyiramkan mentega panas ke arahnya.

Uttara pun menjawab, "Bhante, karena saya telah berhutang budi pada Sirima, saya tetap tidak naik darah, tidak memiliki maksud buruk padanya. Saya selalu memancarkan cinta saya kepadanya."

Lalu Sang Buddha berkata "Bagus, bagus, Uttara! Dengan tidak memiliki maksud jahat, kau telah mengatasi mereka yang berbuat kesalahan padamu. Dengan tidak melukai, kau dapat mengatasi mereka yang melukaimu. Dengan bermurah hati kau dapat mengatasi orang kikir, dengan berbicara benar kau dapat mengatasi mereka yang berbohong."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 223 berikut :

Kalahkan kemarahan dengan cinta kasih
dan kalahkan kejahatan dengan kebajikan.
Kalahkan kekikiran dengan kemurahan hati,
dan kalahkan kebohongan dengan kejujuran
.

Sirima dan lima ratus wanita mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.

Source :

http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=526
http://www.dhammapada.ws/

107
Diskusi Umum / Re: sila ke 3
« on: 17 July 2011, 12:54:57 PM »
bisa bantu berikan contohnya bro, soalnya saya tidak melihat di musuhi lingkungannya? apa saya terlewat dalam membacanya?

Kalo mau bukti konkrit:
Coba anda suruh istri anda menyewa pelacur buat anda (kalo perlu threesome), kalo bisa dipamerin biar orang2 pada tahu, trus liat reaksi keluarga dan masyarakat sekitar. Kalo banyak yang memuji atau minimal diam2 saja, berarti kalimat tersebut salah.
(jangankan menyewakan, mendengar permintaan untuk disewakan saja sudah menimbulkan permusuhan)

Saya tidak tahu soal Uttara, saya hanya merespon pertanyaan anda dengan kalimat yang saya temukan, mencari sutta yang mengandung kalimat yang saya kutip tersebut adalah usaha saya untuk mempelajari topik, karena saya tidak berhasil mendapatkan sutta lengkapnya sendiri maka saya meminta bantuan rekan2 yang mungkin bisa membantu mendapatkannya.

Apakah anda bisa bantu dengan sutta yang berisi kisah Uttara, keknya menarik tuh.


Perjinahan, melakukan sendiri, menganjurkan, mengijinkan, ini membawa orang terlahir di alam neraka, di alam binatang, di alam setan; atau sekurang-kurangnya menjadikan orang itu akan dimusuhi oleh lingkungannya.
(Anguttara Nikaya VII, 4:4)

Ada yang bisa bantu Sutta lengkap yang berisi kalimat di atas?

108
Diskusi Umum / Re: sila ke 3
« on: 17 July 2011, 11:45:37 AM »
kalau melihat ini , bagaimana dengan murid sang buddha  kalau tidak salah uttara, yang menyewakan pelacur untuk suaminya , apakah dia juga terlahir di alam neraka? , di alam binatang dan setan?


Perjinahan, melakukan sendiri, menganjurkan, mengijinkan, ini membawa orang terlahir di alam neraka, di alam binatang, di alam setan; atau sekurang-kurangnya menjadikan orang itu akan dimusuhi oleh lingkungannya.
(Anguttara Nikaya VII, 4:4)


109
Diskusi Umum / Re: sila ke 3
« on: 17 July 2011, 11:21:57 AM »
Perjinahan, melakukan sendiri, menganjurkan, mengijinkan, ini membawa orang terlahir di alam neraka, di alam binatang, di alam setan; atau sekurang-kurangnya menjadikan orang itu akan dimusuhi oleh lingkungannya.
(Anguttara Nikaya VII, 4:4)

Ada yang bisa bantu Sutta lengkap yang berisi kalimat di atas?

110
Diskusi Umum / Re: Pentingkah utk menimbulkan Samvega?
« on: 12 July 2011, 10:20:01 AM »
Saya bertanya kepada bro sugi arti nibbana buat dia. Supaya bisa memandang dari sisi yang sama. Dan saya memastikan lagi setelah dia menjelaskan tentang hidup berumah tangga yang artinya kemelekatan pada sex.

Saya memang sengaja hanya menjawab pemadaman, tanpa penjelasan langsung karena ingin tahu, apakah bro sugi memang memahami seperti yang saya pahami.


Ok, saya bisa menangkap penjelasan anda. Silakan lanjutkan diskusinya.
Btw, ane hanya berusaha meluruskan salah paham dalam berdiskusi.... bukan berdiskusi isinya..... #-o

111
Diskusi Umum / Re: Pentingkah utk menimbulkan Samvega?
« on: 12 July 2011, 10:16:56 AM »
Jangan khawatir, saya juga bingung kok. Biar nanti orangnya saja yang menjelaskan, kalau sudah tidak cape. Sementara, kita lanjut saja.


Ok, dalam thread ini saya dari awal memang jadi penonton saja, kebetulan ada yang saya rasa salah paham saja. Bagi yang ingin meneruskan diskusinya silakan.....

112
Diskusi Umum / Re: Pentingkah utk menimbulkan Samvega?
« on: 12 July 2011, 10:05:25 AM »
Menurut saya, yang tidak nyambung adalah, bro Sugi membahas 'ujungnya' (ketika seseorang mencapai ke-Buddha-an) di mana memang semua kemelekatan ditinggalkan, termasuk belenggu rumah-tangga, sementara sis Sri membahas jalannya, latihannya, di mana perumah tangga dan petapa, walaupun keduanya juga masih terbelenggu nafsu, bisa melaksanakannya, bisa mengembangkan 'samvega' tersebut. 



Maksud ane, tanggapan anda terhadap pertanyaan Sugi kepada Sri tidak nyambung, oleh karena itulah (mungkin)Sugi bingung.

Penjelasan anda di atas udah beda lagi konteksnya dengan yang saya maksud.
Ane jadi ikut bingung.....??

113
Diskusi Umum / Re: Pentingkah utk menimbulkan Samvega?
« on: 12 July 2011, 09:51:00 AM »
Mungkin karena ia berpikir bahwa perumahtangga tidak bisa meninggalkan nafsu, sedangkan kalau petapa otomatis bisa meninggalkan nafsu.



Nah kalo itu silakan ditanyakan pada yang bersangkutan, ane hanya menjelaskan hal yang ane rasa mis-komunikasi sehingga terjadi salah paham dengan tujuan agar bisa dipahami.

114
Diskusi Umum / Re: Pentingkah utk menimbulkan Samvega?
« on: 12 July 2011, 09:48:21 AM »
Maksud ane, tanggapan bro Kai terhadap pertanyaan bro Sugi yang ditanyakan kepada sis Sri konteksnya berbeda. Sepenangkapan saya dari diskusi Sugi dan Sri, (agar tidak melebar fokus pada post pertanyaan bro Sugi kepada Sis Sri) jawabannya kemungkinan adalah padam dari nafsu, nah secara tidak langsung bro Sugi mengajak Sis Sri untuk meninjau jawabannya dengan pendapat Sugi sebelumnya yaitu apakah seorang perumah tangga yang memiliki istri dan anak serta kewajiban mencari nafkah dapat padam dari nafsu?

Kemudian anda menjawab hal yang kurang lebih sama dan menanyakan hal yang sama yang jawaban bro Sugi kemungkinan besar kurang lebih sama dengan jawaban anda jadi tidak nyambung konteks antara pertanyaan kemudian jawaban dari anda dan menanyakan hal yang sama pula yang jawabannya sama, oleh karena itulah beliau sampe berkata....cape deee.....

Ralat....bukan cape dee.... tapi:

ahh capee ahhh ngejelasinnya soalnya dari subuh sii ngebicarain pencapaian nibbana baca aja deh kiriman terdahulu :)

115
Diskusi Umum / Re: Pentingkah utk menimbulkan Samvega?
« on: 12 July 2011, 09:45:55 AM »
Ya, saya sudah baca postnya, tapi isinya itu sebatas "jalannya begini", "rumah tangga begini, petapa begitu", "Buddha dulu begini-begitu", tapi tidak ada penjelasan mengenai nibbananya sendiri. Kalimat yang paling 'menjelaskan' itu hanya: "setau saya arti sebuah kata nibbana adalah yang telah terputus dari segala bentuk kemelekatan dan keterikatan", tapi saya juga tidak tahu kemelekatan ini apakah kemelekatan lem tikus, keterikatannya apakah pakai tali tambang, atau apa.

Saya pikir kalau dia memang mengetahui kemelekatan dan keterikatan dalam konteks yang dimaksud, maka tidak akan menanyakan 'kepadaman dari apa?' karena jawabannya sama.

Atau mungkin bro hendrako mau meringkas dan bantu jelaskan ke saya tentang pendapat bro Sugi?

Maksud ane, tanggapan bro Kai terhadap pertanyaan bro Sugi yang ditanyakan kepada sis Sri konteksnya berbeda. Sepenangkapan saya dari diskusi Sugi dan Sri, (agar tidak melebar fokus pada post pertanyaan bro Sugi kepada Sis Sri) jawabannya kemungkinan adalah padam dari nafsu, nah secara tidak langsung bro Sugi mengajak Sis Sri untuk meninjau jawabannya dengan pendapat Sugi sebelumnya yaitu apakah seorang perumah tangga yang memiliki istri dan anak serta kewajiban mencari nafkah dapat padam dari nafsu?

Kemudian anda menjawab hal yang kurang lebih sama dan menanyakan hal yang sama yang jawaban bro Sugi kemungkinan besar kurang lebih sama dengan jawaban anda jadi tidak nyambung konteks antara pertanyaan kemudian jawaban dari anda dan menanyakan hal yang sama pula yang jawabannya sama, oleh karena itulah beliau sampe berkata....cape deee.....

116
Diskusi Umum / Re: Pentingkah utk menimbulkan Samvega?
« on: 12 July 2011, 09:26:23 AM »
Maka itu cobalah menjelaskan secara langsung dan tidak putar-putar. Mungkin akan lebih 'tidak cape'.

Ya tidak apa kalau memang tidak berniat diskusi.


Keknya mis-komunikasi deh, coba bro Kay ikuti lagi tanya jawab antara bro Sugi dan sis Sri pada post2 sebelumnya, bro Sugi bukan benar2 bertanya untuk meminta jawaban tetapi pertanyaannya justru mengarah pada penjelasan kepada sis Sri.

117
Diskusi Umum / Re: Pentingkah utk menimbulkan Samvega?
« on: 12 July 2011, 09:21:36 AM »
kita disini hanya membantu menjelaskan mengenai pencapaian nibbana yang menurut bro sugi harus dengan meninggalkan kehidupan berumah tangga, padahal tanpa melakukan hal itupun dapat mencapai nibbana selama menjalankan 8 jalan utama yang diajarkan oleh sang buddha  :)

nibbana bukan hanya milik bhikku/bhikkuni saja atau para samana, tetapi nibana itu milik umat perumah tangga juga  :)

Baru denger Nibbana bisa di-milik-i ??

118
Theravada / Re: [REQ]Buku Parrita
« on: 11 July 2011, 10:53:31 PM »

119
Diskusi Umum / Re: Pentingkah utk menimbulkan Samvega?
« on: 11 July 2011, 10:29:58 PM »
ada tuh umat biasa yang mencapai arahat dan tidak menjadi bhikkhu

Spoiler: ShowHide

Raja Sudhodanna


Emang ada, tapi 1 doang dan itupun adalah seorang raja (minimal kedudukan tinggi), orang yang merupakan ayahanda dari seorang calon Buddha dan sekaligus mendapat petunjuk langsung dari Sammasambuddha , suatu kondisi yang jelas amat sangat langka.  ;D

120
Meditasi / Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« on: 11 July 2011, 10:25:43 PM »
saya tidak pernah benar benar meditasi....

 ;D

Kalo ada kesempatan retret.... langsung sikat aja bro.... ane sampe sekarang belum ada jodoh nih... kepingin banget nyicipi retret barang 1-2 minggu. Ane rasa, pengertian ajaran Buddha justru lewat jalan ini, bukan sekedar kata2.

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 [8] 9 10 11 12 13 14 15 ... 81
anything