Ada kontradiksi dalam pernyataan anda. (bold)
Ratanasutta itu sendiri adalah sebuah ajakan untuk semua makhluk agar hidup damai, memahami dhamma, dan memuji Tiratana. Tidak ada hubungannya dengan percik-memercik.
Kisah yang melatar-belakangi pembabaran Ratanasutta mengisahkan masa kelaparan di Vesali yang menyebabkan banyak orang meninggal. Entah karena orang-orang yang mati kelaparan di sana terlahir sebagai hantu di sana, atau mayat-mayat yang menarik makhluk-makhluk tersebut, kota tersebut jadi banyak gangguan hantu, dan tentu saja kalau banyak mayat yang tak terurus, otomatis penyakit menyebar, sehingga menyebabkan lebih banyak lagi kesusahan.
Para penduduk di sana meminta bantuan dari Buddha Gotama, yang kemudian ke sana bersama sejumlah bhikkhu, dan bersamaan dengan kedatangan Buddha dan Sangha ke sana, hujan yang sangat lebat turun membersihkan mayat-mayat dan kotoran. Kemudian Buddha menyuruh Ananda membacakan Ratanasutta ini keliling kota dan memercikkan air (dari patta Buddha sendiri) dan akibatnya para makhluk halus itu tidak lagi mengganggu.
Kisah ini terdapat hanya dalam
komentar Sutta Nipata aliran Theravada. Padanan Ratanasutta, Svastyanagatha, tidak memiliki komentar serupa.
[...]
Saya kasih padanan bahwa Dhammapada 5 tidak ada hubungannya dengan poligami.