Jika saya, ketika masih kecil, takut kepada seekor anjing, serangkaian hubungan neuron akan terbentuk di dalam pikiran saya yang berhubungan dengan sensasi fisik akan ketakutan di satu sisi, dan konsep bahwa anjing menakutkan di sisi yang lain. Lain kali ketika saya melihat seekor anjing, sekumpulan neuron yang sama akan mulai bergosip satu sama lain untuk mengingatkan saya bahwa anjing menakutkan. Dan setiap kali obrolan itu terjadi, ia akan menjadi semakin keras dan semakin meyakinkan hingga ia akhirnya menjadi seperti kebiasaan yang sudah terbentuk, sehingga ketika saya hanya memikirkan tentang anjing, jantung saya akan mulai berdetak kencang dan saya akan keringatan.
Seandainya suatu hari saya mengunjungi teman saya yang memelihara anjing, mula-mula mungkin saya takut mendengar anjing tersebut menggonggong ketika saya mengetuk pintu rumahnya dan binatang tersebut berlari keluar untuk mengendus saya. Tetapi setelah beberapa saat anjing tersebut mengenal saya dan duduk di kaki saya atau bahkan di pangkuan saya, dan juga bahkan mulai menjilat saya – dengan bahagia dan penuh kasih sehingga saya harus memindahkannya dan bahkan terkadang menolaknya.
Apa yang sudah terjadi di otak anjing tersebut adalah sekumpulan koneksi neuronal yang terasosiasikan dengan bau saya dan semua sensasi yang memberitahukan anjing tersebut bahwa si pemilik anjing tersebut menyukai saya, menciptakan pola yang sama dengan, “Hai, orang ini asyik juga!” Di dalam pikiran saya, sementara itu, sekumpulan koneksi neuronal yang terasosiasikan dengan sensasi fisik yang menyenangkan mulai saling berbicara, dan saya juga mulai berpikir, “Hai, mungkin anjing binatang yang baik! Setiap kali saya mengunjungi teman saya, pola baru ini akan semakin kuat dan pola yang lama akan melemah – hingga akhirnya saya tidak akan begitu takut lagi pada anjing.
Dalam istilah neurosains, kemampuan untuk mengganti koneksi-koneksi neuron yang lama dengan yang baru disebut plastisitas neuronal. Istilah dalam bahasa Tibet untuk kemampuan ini adalah le-su-rung-wa, yang secara umum diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai “pliability” (fleksibilitas). Anda dapat menggunakan kedua istilah tersebut sesuka anda. Yang penting adalah pada level yang benar-benar seluler, pengalaman berulang-ulang dapat mengubah cara pikiran bekerja. Inilah mengapa-nya di balik bagaimana ajaran Buddha membahas tentang melenyapkan kebiasaan mental yang membawa kesedihan.