Pelajaran tentang membina sebuah hubungan, saya dapatkan dari kebiasaan makan pagi saat masih kecil dulu. Ibu selalu menekankan pentingnya sarapan bersama sebelum berangkat beraktivitas, padahal beliau sendiri harus berangkat bekerja di pagi hari. Untuk itu, ibu bangun lebih pagi dari kami semua dan melakukan beberapa hal sekaligus sambil bersiap-siap untuk berangkat kerja.
Satu hal yang selalu saya keluhkan saat itu adalah, mie yang dimasak terlalu matang sehingga tidak lagi terasa teksturnya dan membuat menu mie kami terasa memuakkan. Saya tahu Ayah juga tidak suka dengan sesuatu yang lembut seperti itu. Ayah benci bubur, pasta dan mie yang terlalu matang, namun anehnya Ayah tidak pernah sekalipun menegur ibu.
Ketika saya memberanikan diri mengatakannya, Ibu berjanji akan mengurangi waktu memasak mie agar tidak terlalu matang. Namun tidak ada perubahan, walaupun Ibu selalu berkata 'oops.. maaf, mienya terlalu matang lagi' dan Ayah akan berkata 'masih enak kok'. Maka saya berpikir Ayah harus mengatakan pendapatnya agar ibu benar-benar mengusahakan agar mie itu tidak terlalu matang lagi. Lagipula saya penasaran mengapa Ayah nampak tidak keberatan dengan mie itu, padahal dia sendiri pasti tidak menyukainya.
Dalam satu kesempatan, saya pun menanyakan pada Ayah dan dia memegang pundak saya sambil menjelaskan. Ayah berkata bahwa Ibu harus melakukan banyak hal di pagi hari, dan mie itu terlalu matang karena Ibu memberi banyak air dan merebusnya agak lama sehingga Ibu punya waktu yang cukup untuk berpakaian.
Kemudian Ayah melanjutkan, mengapa kita harus mengeluh? Mie yang terlalu matang masih tetap membuat kita kenyang dan tidak membuat sakit. Hidup itu penuh dengan hal-hal dan orang-orang yang tidak sempurna, seperti Ayah dan saya yang sering lupa menutup pintu, lupa membereskan barang-barang dan banyak lagi.
Waktu itu, saya hanya menangkap bahwa kelalaian Ibu harus dimaklumi. Namun seiring usia, saya menangkap makna yang lebih dalam dari itu. Ada banyak ketidaksempurnaan dalam hidup ini, dan ada banyak kesalahan yang kita buat sebanyak orang lain berbuat kesalahan di mata kita. Tidak semua kesalahan ini harus dipermasalahkan dan diselesaikan, banyak di antaranya hanya perlu untuk dipahami dan diterima.
Udah lama gw juga memikirkan masalah ini... mengenai masakan yg lembek sampai masakan yg hangus, gosong, bahkan bisa2 dapur yg terbakar....
sering kita memasak indomie sambil browsing... tau2 mie nya bukan lembek lagi tapi udah jadi arang....
bagaimana kalau kompor dilengkapin beberapa fitur.. spt :
1. timer yg dpt disetel berapa menit api kompor akan mati
2. timer yg dpt disetel berapa menit api kompor akan mati setelah air dalam panci mendidih
(udah jelas ini dilengkapin sensor utk mengetahui bila air dlm panci mendidih)
3. timer yg dpt menuangkan air dan mie (bahan lainnya) setelah jam yg diinginkan tercapai...
masak sesuai waktu yg kita inginkan...
4. kompor melakukan tugas, sesuai SMS yg dikirim dari handphone kita....
seumpamanya 5 menit lagi kita mau sampai rumah...nah saat itu lah kita kirim sms utk
mengaktifkan kompor utk melakukan tugasnya....
5. kompor yg digabungkan dgn kulkas.. dimana barang dlm freezer dpt jatuh kedalam panci dan melakukan pemasakan sesuai program yg diinginkan....
dgn ciptaan ini ... maka banyak lah keluarga yg berbahagia, tanpa harus saling mengalah maupun mengucapkan hal "PALSU" mie nya masih ENAK koq.....
gw juga suka menginginkan alat2 yg perfectionist....(
highly useability)