lengkap nya aye tulis nich
Legenda Sang Buddha
220. Legenda senantiasa tumbuh dan berkembang diantara orang¬-orang besar, malah terkadang orangnya sendiri masih hidup. Kata katayang tidak pernah dia ucapkan dan tindakan tindakan yang tidak pernah dia lakukan, sering dihubungkan dengan dirinya. Walaupun legenda ini mungkin tidak benar dalam arti tidak pernah terjadi, tapi mungkin benar dalam arti melambangkan nilai nilai dari orang yang diceritakan. Socrates, mungkin tidak pernah berkata'ketahui olehmu sendiri' tapi pemyataan itu mewakili seluruh kehidupan dan falsafahnya dengan sempurna. Oleh karenanya perdebatan tentang apakah seseorang berkata demikian atau tidak, bisa menghilangkan makna sesungguhnya dari pandangannya. Hal yang serupa terjadi pada diri Sang Buddha. Di samping sejarah hidupNya, tumbuh pula banyak cerita legenda, yang bernilai simbolik dan pendidikan. Sang Buddha telah menyadari akan timbulnya legenda mengenai diri Nya, Beliau telah memperingatkan Siswa siswa Nya agar membedakan kenyataan dan legenda; dan dengan demikian, menurut Beliau, akan menuntun ke pengertian sebenarnya dari ke dua nilai itu.
Ada dua macam orang yang salah menanggapi Tathagata. Apa dua itu? Dia yang menanggapi khotbah dari makna yang tidak langsung sebagai khotbah dari makna yang langsung, dan dia yang menanggapi khotbah dari makna langsung sebagai khotbah dari makna yang tidak langsung.,
Suatu khotbah dari makna langsung (nitattha) adalah yang diucapkan tepat seperti maknanya dengan arti yang jelas, sedangkan khotbah dari makna yang tidak langsung (neyyattha) adalah yang menggunakan mitos, lambang dan kiasan untuk melukiskan maksud yang maknanya harus ditafsirkan. Khotbah dari makna langsung ditujukan pada batin yang sudah sadar, khotbah dari makna tidak langsung ditujukan pada batin yang tidak sadar. Dibagian bagian terdahulu kita telah menelusuri sejarah kehidupan Sang Buddha; sekarang marilah kita lihat sisi legendaris, cerita cerita dengan makna tidak langsung, dan mempelajari arti dan nilai simbolik dan pendidikan yang terkandung di dalarnnya.
Banyak diantara kejadian kejadian penting dalarn kehidupan Sang Buddha diburnbuhi legenda yang bermaksud untuk mempertegas dan mengambil makna yang lebih mendalarn dari kejadian itu. Akan kita lihat dua legenda dari setiap kejadian dalarn kelahiran Nya, Pencerahan dan Nibbana akhir (Parinibbana/kemangkatan) Buddha.
221. Khotbah Nilai nilai Indah dan Mempesonakan (Acchariyab¬bhutadhamma Sutta) bercerita bahwa ketika Pangeran Siddhattha dilahirkan, Dia melangkah tujuh langkah, dan setelah melihat ke empat penjuru, berkata: "Sayalah pemimpin dunia ini; Sayalah yang terbaik di dunia ini; Sayalah tertua di dunia ini." Lalu atas pengaruh tradisi yang berkembang, kernudian ditambahkan, bahwa dari setiapjejak kaki Sang Pangeran tumbuh bunga teratai indah. Mudah dimengerti, bahwa cerita ini tumbuh, derni menekankan makna spiritual kelahiran Sang Pangeran. Tujuh langkah dan pernyataan keberadaan spirituainya adalah perlambang bahwa anak ini telah siap untuk melaksanakan Tujuh Faktor Pencerahan (satta bojjhanga) yakni kesadaran/kemawasan, penyelidikan fenomena, keteguhan, kegembiraan, ketenangan , konsentrasi dan keseimbangan dan olchnya akan mencapai kebahagiaan Nibbana. Teratai, tentunya, melambangkan Nibbana. Sutta yang sama disebutkan pada kelahiran Sang Buddha:
Ketika Sang Bodhisatta muncul dari rahim ibunya, cahaya
yang sangat terang melebihi cahaya para dewa bersinar
ke burni. Dan pada daerah kegelapan yang hitam, kelam
diantara bimasakti bimasakti, dimana cahaya bulan dan
matahari sekalipun, walau dernikian perkasa dan anggun¬
nya, tak dapat mencapainya, namun disitu cahaya itu
bersinar dengan terangnya. Para makhluk makhJuk yang
tinggal menetap di daerah itu, terhentak satu sama lain
karena cahaya itu, dan mereka berkata: "Lihatlah, tampak¬
nya ada makhluk lain yangjuga tinggal disini." 2
Sering agama Buddha dipandang oleh berbagai pihak sebagai jalan yang harus ditemukan sendiri, tanpa memandang segi kemanusiaan seutuhnya. Namun melalui kiasan seperti diatas, kita diperingatkan bahwa cahaya kebijaksanaan Sang Buddha hendaknya tidak menjadikan kita memakluminya sendiri tapi juga menyadari kehadiran orang lain, segi manusiawi yang kita sama sama miliki.
222. Salah satu kejadian yang juga termahsyur adalah apa yang disebut sebagai Godaan Mara. Kejadian ini banyak diabadikan dalam batu prasasti dan dilukiskan dalarn prosa dan syair. Khotbah Perjuangan (Padhana Sutta) menceritakan kejadian seperti ini:
Saya sedang tinggal di tepi Sungai Nerafijra, berusaha sekuat mungkin, melaksanakan tapa meditasi dengan seluruh tenaga
Saya, berusaha mencapai kebebasan dari perhambaan.
Lalu Mara mendekati Saya, dan dengan berpura pura mengasihani,.berkata: "Engkau demikian kurus dan pucat. Tampaknya Kamu sudah dekat pada kernatian.
"Seribu banding satu, Engkau akan mati; kernatian akan tiba. Hiduplah, Tuan yang baik, hiduplah! Engkau akan dapat mengumpulkan jasa bila tetap hidup.
"Engkau dapat tetap mernimpin kehidupan agamis, memuja dewa api, yang akan memberi Mujasa. Oleh karenanya buat apa bersusah payah?
"Jalan yang susah dan menantang adalah berat, menjemukan dan penuh kesulitan." Demikian dikatakan Mara, yang berdiri disamping Sang Tuan.
Lalu Sang Tuan menjawab Mara: "Mengapa engkau datang kesini, Oh, si jahat, benih kemalasan?
"Saya tidak memerlukan jasa, Oh Mara. Jadi, bicaralah tentang jasa hanya pada yang membutuhkannya.
"Saya punya keyakinan, kemauan dan kebijaksanaan, dan oleh karenanya Saya menerapkannya sendiri. Jadi, mengapa mempertanyakan kehidupan Ku?
"Yang pertama dari bala tentaramu adalah nafsu, ke dua adalah keenggangan. Ke tiga adalah lapar dan haus, dan keempat adalah kemelekatan.
"Ke lima adalah kelambanan dan kemalasan, dan ke enam adalah ketakutan. Ke tujuh adalah keraguan dan ke delapan adalah ketidakjujuran pada diri sendiri serta keras kepala.
"Juga hadir keinginan pada keuntungan keuntungan, penghormatan dan kemahsyuran yang diperoleh dengan cara yang salah, bersama pengagungan diri sendiri dan pengremehan orang lain.
"Semua ini, Oh Mara, adalah kekuatanmu, bala tentara dari keiahatan. Seorang yang bukan pahlawan, tidak akan memerangi mereka untuk mencapai kebahagiaan.
"Saya bisa melihat pasukan pasukan disekeliling Saya, dipimpin Mara diatas gajahnya, dan Saya akan memeranginya.
"Walau seluruh dunia termasuk para dewa tidak dapat mengalahkan pasukanmu, Saya akan menghancurkannya dengan kebijaksanaan, bagaikan batu yang dilempar pada kendi tanah liat yang belum dibakar.
"Dengan pikiran terlatih dan kernawasan yang berpijak kokoh, Saya akan berjalan dari kerajaan ke kerajaan, melatih banyak murid murid.
"Mereka berwaspada dan bergairah dalarn melaksanakan ajaran ajaran Ku dan bertentangan dengan kehendakmu; rhereka akan mencapai yang mesti tercapai, mereka akan bebas dari penyesalan.
Dan Mara berkata: "Saya telah mengikuti Tuan selama tujuh tahun. Saya mengamati setiap langkah Nya, dan tidak sekali pun saya berhasil mempengaruhi Nya, Diayang Tercerahi sempurna dan penuh kesadaran." 3
Arti dari legenda ini sangat jelas. Mara (kematian) dan pasukannya adalah personifikasi atau lambang nafsu keinginan dan emosi negatif yang merintangi seseorang yang belum membebaskan batinnya. Bila seorang berusaha memurnikan batinnya, kotoran batin akan tampak seperti bala tentara yang akan menyerang, dan oleh karenanya dia harus berjuang melawannya. Seperti yang digambarkan dalam cerita diatas, seseorang mengalahkan kotoran batin, tidak dengan kekuatan fisik/ badaniah tapi dengan kewaspadaan dan pengertian.
continue ............