//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Fakta atau Fiksi ??  (Read 8449 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline JackDaniel

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 824
  • Reputasi: 24
  • Gender: Male
Re: Fakta atau Fiksi ??
« Reply #15 on: 12 November 2007, 10:36:46 PM »
 [at] HokBen = Ada...Rahim Ratu Mahamaya terlihat Transparan...ini yang gua aneh...
emanknya Ratu Mahamaya memperliatkan Rahimnya???

 [at] Ko Hedi = Inilah pertanyaan yang gua dapatkan saat ikut Ceramah Bhante...
"Karena pandangan yang salah orang bodoh menghina ajaran mulia, orang suci dan orang bijak. Ia akan menerima akibatnya yang buruk, seperti rumput kastha yang berbuah hanya untuk menghancurkan dirinya sendiri".

DHAMMAPADA, syair 164

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Fakta atau Fiksi ??
« Reply #16 on: 13 November 2007, 12:44:54 AM »
lengkap nya aye tulis nich

Legenda Sang Buddha

220.   Legenda senantiasa tumbuh dan berkembang diantara orang¬-orang besar, malah terkadang orangnya sendiri masih hidup. Kata katayang tidak pernah dia ucapkan dan tindakan tindakan yang tidak pernah dia lakukan, sering dihubungkan dengan dirinya. Walaupun legenda ini mungkin tidak benar dalam arti tidak pernah terjadi, tapi mungkin benar dalam arti melambangkan nilai nilai dari orang yang diceritakan. Socrates, mungkin tidak pernah berkata'ketahui olehmu sendiri' tapi pemyataan itu mewakili seluruh kehidupan dan falsafahnya dengan sempurna. Oleh karenanya perdebatan tentang apakah seseorang berkata demikian atau tidak, bisa menghilangkan makna sesungguhnya dari pandangannya. Hal yang serupa terjadi pada diri Sang Buddha. Di samping sejarah hidupNya, tumbuh pula banyak cerita legenda, yang bernilai simbolik dan pendidikan. Sang Buddha telah menyadari akan timbulnya legenda mengenai diri Nya, Beliau telah memperingatkan Siswa siswa Nya agar membedakan kenyataan dan legenda; dan dengan demikian, menurut Beliau, akan menuntun ke pengertian sebenarnya dari ke dua nilai itu.

Ada dua macam orang yang salah menanggapi Tathagata. Apa dua itu? Dia yang menanggapi khotbah dari makna yang tidak langsung sebagai khotbah dari makna yang langsung, dan dia yang menanggapi khotbah dari makna langsung sebagai khotbah dari makna yang tidak langsung.,

   Suatu khotbah dari makna langsung (nitattha) adalah yang diucapkan tepat seperti maknanya dengan arti yang jelas, sedangkan khotbah dari makna yang tidak langsung (neyyattha) adalah yang menggunakan mitos, lambang dan kiasan untuk melukiskan maksud yang maknanya harus ditafsirkan. Khotbah dari makna langsung ditujukan pada batin yang sudah sadar, khotbah dari makna tidak langsung ditujukan pada batin yang tidak sadar. Dibagian bagian terdahulu kita telah menelusuri sejarah kehidupan Sang Buddha; sekarang marilah kita lihat sisi legendaris, cerita cerita dengan makna tidak langsung, dan mempelajari arti dan nilai simbolik dan pendidikan yang terkandung di dalarnnya.

Banyak diantara kejadian kejadian penting dalarn kehidupan Sang Buddha diburnbuhi legenda yang bermaksud untuk mempertegas dan mengambil makna yang lebih mendalarn dari kejadian itu. Akan kita lihat dua legenda dari setiap kejadian dalarn kelahiran Nya, Pencerahan dan Nibbana akhir (Parinibbana/kemangkatan) Buddha.

221. Khotbah Nilai nilai Indah dan Mempesonakan (Acchariyab¬bhutadhamma Sutta) bercerita bahwa ketika Pangeran Siddhattha dilahirkan, Dia melangkah tujuh langkah, dan setelah melihat ke empat penjuru, berkata: "Sayalah pemimpin dunia ini; Sayalah yang terbaik di dunia ini; Sayalah tertua di dunia ini." Lalu atas pengaruh tradisi yang berkembang, kernudian ditambahkan, bahwa dari setiapjejak kaki Sang Pangeran tumbuh bunga teratai indah. Mudah dimengerti, bahwa cerita ini tumbuh, derni menekankan makna spiritual kelahiran Sang Pangeran. Tujuh langkah dan pernyataan keberadaan spirituainya adalah perlambang bahwa anak ini telah siap untuk melaksanakan Tujuh Faktor Pencerahan (satta bojjhanga) yakni kesadaran/kemawasan, penyelidikan fenomena, keteguhan, kegembiraan, ketenangan , konsentrasi dan keseimbangan   dan olchnya akan mencapai kebahagiaan Nibbana. Teratai, tentunya, melambangkan Nibbana. Sutta yang sama disebutkan pada kelahiran Sang Buddha:

Ketika Sang Bodhisatta muncul dari rahim ibunya, cahaya
yang sangat terang melebihi cahaya para dewa bersinar
ke burni. Dan pada daerah kegelapan yang hitam, kelam
diantara bimasakti bimasakti, dimana cahaya bulan dan
matahari sekalipun, walau dernikian perkasa dan anggun¬
nya, tak dapat mencapainya, namun disitu cahaya itu
bersinar dengan terangnya. Para makhluk makhJuk yang
tinggal menetap di daerah itu, terhentak satu sama lain
karena cahaya itu, dan mereka berkata: "Lihatlah, tampak¬
nya ada makhluk lain yangjuga tinggal disini." 2

Sering agama Buddha dipandang oleh berbagai pihak sebagai jalan yang harus ditemukan sendiri, tanpa memandang segi kemanusiaan seutuhnya. Namun melalui kiasan seperti diatas, kita diperingatkan bahwa cahaya kebijaksanaan Sang Buddha hendaknya tidak menjadikan kita memakluminya sendiri tapi juga menyadari kehadiran orang lain, segi manusiawi yang kita sama sama miliki.

222. Salah satu kejadian yang juga termahsyur adalah apa yang disebut sebagai Godaan Mara. Kejadian ini banyak diabadikan dalam batu prasasti dan dilukiskan dalarn prosa dan syair. Khotbah Perjuangan (Padhana Sutta) menceritakan kejadian seperti ini:

Saya sedang tinggal di tepi Sungai Nerafijra, berusaha sekuat mungkin, melaksanakan tapa meditasi dengan seluruh tenaga

Saya, berusaha mencapai kebebasan dari perhambaan.

Lalu Mara mendekati Saya, dan dengan berpura pura mengasihani,.berkata: "Engkau demikian kurus dan pucat. Tampaknya Kamu sudah dekat pada kernatian.

"Seribu banding satu, Engkau akan mati; kernatian akan tiba. Hiduplah, Tuan yang baik, hiduplah! Engkau akan dapat mengumpulkan jasa bila tetap hidup.

"Engkau dapat tetap mernimpin kehidupan agamis, memuja dewa api, yang akan memberi Mujasa. Oleh karenanya buat apa bersusah payah?

"Jalan yang susah dan menantang adalah berat, menjemukan dan penuh kesulitan." Demikian dikatakan Mara, yang berdiri disamping Sang Tuan.

Lalu Sang Tuan menjawab Mara: "Mengapa engkau datang kesini, Oh, si jahat, benih kemalasan?

"Saya tidak memerlukan jasa, Oh Mara. Jadi, bicaralah tentang jasa hanya pada yang membutuhkannya.

"Saya punya keyakinan, kemauan dan kebijaksanaan, dan oleh karenanya Saya menerapkannya sendiri. Jadi, mengapa mempertanyakan kehidupan Ku?

"Yang pertama dari bala tentaramu adalah nafsu, ke dua adalah keenggangan. Ke tiga adalah lapar dan haus, dan keempat adalah kemelekatan.

"Ke lima adalah kelambanan dan kemalasan, dan ke enam adalah ketakutan. Ke tujuh adalah keraguan dan ke delapan adalah ketidakjujuran pada diri sendiri serta keras kepala.

"Juga hadir keinginan pada keuntungan keuntungan, penghormatan dan kemahsyuran yang diperoleh dengan cara yang salah, bersama pengagungan diri sendiri dan pengremehan orang lain.

"Semua ini, Oh Mara, adalah kekuatanmu, bala tentara dari keiahatan. Seorang yang bukan pahlawan, tidak akan memerangi mereka untuk mencapai kebahagiaan.

"Saya bisa melihat pasukan pasukan disekeliling Saya, dipimpin Mara diatas gajahnya, dan Saya akan memeranginya.

"Walau seluruh dunia termasuk para dewa tidak dapat mengalahkan pasukanmu, Saya akan menghancurkannya dengan kebijaksanaan, bagaikan batu yang dilempar pada kendi tanah liat yang belum dibakar.

"Dengan pikiran terlatih dan kernawasan yang berpijak kokoh, Saya akan berjalan dari kerajaan ke kerajaan, melatih banyak murid murid.

"Mereka berwaspada dan bergairah dalarn melaksanakan ajaran ajaran Ku dan bertentangan dengan kehendakmu; rhereka akan mencapai yang mesti tercapai, mereka akan bebas dari penyesalan.

Dan Mara berkata: "Saya telah mengikuti Tuan selama tujuh tahun. Saya mengamati setiap langkah Nya, dan tidak sekali pun saya berhasil mempengaruhi Nya, Diayang Tercerahi sempurna dan penuh kesadaran." 3

Arti dari legenda ini sangat jelas. Mara (kematian) dan pasukannya adalah personifikasi atau lambang nafsu keinginan dan emosi negatif yang merintangi seseorang yang belum membebaskan batinnya. Bila seorang berusaha memurnikan batinnya, kotoran batin akan tampak seperti bala tentara yang akan menyerang, dan oleh karenanya dia harus berjuang melawannya. Seperti yang digambarkan dalam cerita diatas, seseorang mengalahkan kotoran batin, tidak dengan kekuatan fisik/ badaniah tapi dengan kewaspadaan dan pengertian.

continue ............
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Fakta atau Fiksi ??
« Reply #17 on: 13 November 2007, 12:48:44 AM »
223. Legenda lain yang menyangkut Pencerahan sempurna adalah seperti yang dikisahkan dalam Khotbah Pencarian Agung (Ariyapariyesana Sutta). Dikatakan bahwa setelah Pencerahan, Sang Buddha bimbang, apakah akan mengajar apa yang telah ditemukannya atau tidak, sebab Beliau menyadari betapa sedikit manusia yang bisa memahami ajaran Nya. Tiba tiba, Brahma Sahampati muncul didepanNya, menundukkan kepala, dan berkata kepada Nya:

Pernah muncul di Magadha sebelum Engkau, Dharnma yang tak jelas dipikirkan oleh batin batin yang tidak murni. karenanya bukalah pintu keabadian, Agar semuanya dapat mendengarkan Dhamma yang diwujudkan oleh Yang Murni.

Seperti seorang berdiri di puncak gunung,
Memandang orang orang yang ada di bawah lembah,
Demikian pula, Oh, Yang bijaksana.
Mendaki bukit kebenaran dan bebas dari kesedihan
Lihatlah mereka yang ada dibawah
Terjebak kesedihan, kelahiran dan umur tua

Oleh karenanya bangkitlah Pahlawan, Pemenang perang
Engkau adalah pemimpin kafilah
Tanpa beban, pergi lebih jauh ke dunia ini

Ajarkanlah Dhamma, Yang Terberkahi Mereka yang mempelajarinya akan bertumbuh 4

Setelah mempertimbangkan imbauan Brahma Sahampati, Sang Buddha meneliti keseluruhan dunia.

Seperti yang telah Saya teliti di dunia ini dengan mata Buddha, Saya melihat makhluk makhluk yang sedikit debu di matanya, yang banyak debu dimatanya, yang indranya tajam, yang indranya tumpul, berwatak baik, berwatak buruk, bersifat pasif, bersifat aktif lbarat kolam berisi teratai biru, merah atau putih, dengan teratai yang masih bertunas dalam air, sedang tumbuh dalarn air, masih belum muncul dipermukaan air. 5

Setelah menilai kembali daya pikir manusia untuk mengerti

Dhamma, dan melihat bahwa sebagian dari manusia akan dapat memahaminya, Sang Buddha memutuskan untuk mengajarkannya. Dia mempermaklumkan pada Brahma Sahampati dan dunia:

Pintu pintu keabadian sekarang terbuka Hendaknya mereka yang dapat mendengar, memanfaatkan dengan keyakinan. 6

Istilah 'brahma' sebenarnya berarti 'tertinggi', dan tentunya

memang cinta kasih (metta) dan welas asih (karuna) adalah dua nilai yang luhur dari keluhuran tertinggi (brahma vihara) (lihat 158). Jadi, Brahma Sahampati adalah perlambang cinta kasih dan welas asih. Cintakasih dan welas asih lah yang menyebabkan Sang Buddha memutuskan untuk mengajar Dhamma yang telah ditemukan Nya.

224. Dua legenda terakhir yang akan kita teliti, menyangkut hari hari
terakhir Sang Buddha, yang bermaksud menggarisbawahi beberapa hal
yang penting. Legenda yang pertama adalah sarana pengingat kiasan¬
kiasan yang sering ada di dalam Tipitaka. Kiasan itu adalah tentang
Penyeberangan Arus.
Samsara sering diibaratkan sebagai sungai yang berbahaya arusnya, Nibbana adalah tepi yang aman diseberang sana, dan mereka yang telah Tercerahi adalah mereka yang berhasil menyeberangi sungai itu. Legenda itu ditemukan dalam Khotbah Nibbana akhir nan Agung (Mahaparinibbana Sutta), disebutkan bahwa khotbah ini disampaikan beberapa bulan sebelum Nibbana akhir (kemangkatan Sang Buddha ).

Sang Buddha pergi ke Sungai Gangga yang pada waktu Air sedang meluap sehingga burung gagak dapat minum darinya. Beberapa orang sedang mencari perahu, beberapa lainnya mencari rakit, beberapa lainnya lagi mengikat bambu untuk membuat rakit; agar dapat menyeberangi sungai itu. Tetapi semudah seorang yang kuat meluruskan lengannya dan membengkokkannya lagi, Sang Buddha menghilang di tepi sini dan muncul diseberang sana. Seraya memandang mereka yang sedang mencari bambu dan rakit, sang Buddha mengucapkan syair ini:

Bila ingin menyeberangi laut, sungai atau danau, Orang orang membuat jembatan atau rakit, Tetapi Yang Bijaksana telah berhasil menyeberang 7

225. Legenda yang ke dua sangat istimewa karena indah dan sangat bermakna. Terjadi ketika Sang Buddha berbaring di antara dua pohon sal, sesaat sebelum Nibbana akhir Nya.

Dan Sang Tuan berkata: " Ananda, siapkan pernbaringan menghadap ke arah ini di antara dua pohon sal, saya merasa kurang nyaman dan ingin berbaring." Ananda lalu melakukannya, Sang Buddha kernudian berbaring diatas sisi kanan Nya, satu kaki bersandar diatas lainnya, seperti posisi singa, sambil tetap mawas dan sadar. Lalu, tibatiba kedua pohon sal itu berbunga, walau bukan musimnya dan bunga bunga berjatuhan sebagai penghormatan pada Tathagata, disertai terdengarnya nyanyian dan musik surgawi, semuanya untuk menghon nati Tathagata.

Lalu Sang Buddha menoleh kepada Ananda dan berkata: "Lihatlah berkembangnya pohon sal dan bunga bunga surgawi, bubuk cendana, nyanyian dan musik. Tapi, ini bukanlah cara untuk menghormati, menjunjung, menyernbah, mengagungkan, dan menghargai dengan penghormatan tertinggi. Tapi, bhikkhu, bhikkhuni, serta umat awarn yang tenang dalam Dhamma, menjalani jalan Dharnma, melaksanakan Dhamma, merekalah yang menghormati, menjunjung, menyernbah, mengagungkan, dan menghargai dengan penghormatan tertinggi. Oleh karenanya, tenanglah dalam Dhamma, jalanilah jalan Dhamma, laksanakantah Dhamma. Inilah hendaknya cara engkau melatih dirimu sendiri." 8

Baik selama Sang Buddha masih hidup maupun berabad abad setelah Nibbana akhir Nya, orang orang menunjukkan rasa hormatnya dengan mempersembahkan bunga, dan kadang kadang diselingi dengan pelaksanaan upacara upacara yang rumit dan megah. Walau hal ini memang bermaksud baik, tapi kadang kadang penampilan luar seperti itu menyebabkan kita melupakan bahwa perubahan didalam batin adalah jauh lebih penting. Orang orang mungkin tidak pernah melupakan melepas sandal atau sepatunya sebelum memasuki ruangan vihara, namun melupakan bahwa kita hendaknya bertutur kata dengan jujur. Seorang Buddhis tradisional mungkin mencibirkan bibir pada orang yang mernegang dupa dengan cara yang tidak tepat, atau pada orang yang menyembah dengan cara yang salah atau pada mereka yang membacakan paritta dengan suara sumbang dan pengucapan yang salah; tapi dia sendiri tidak den nawan dalam uangnya ataujauh dari kejujuran dalam berdagang. Cerita diatas, yang juga dari Khotbah Nibbana akhir nan Agung (Mahaparinibbana Sutta), adalah sarana untuk mengingatkan kita, bahwa persembahan atau upacara hebat bagaimanapun tidaklah lebih penting dibanding dengan pelaksanaan Dhamma dengan tepat, dan bahwa cara penghormatan tertinggi yang dapat kita berikan pada Sang Buddha adalah dengan melaksanakan ajaran Nya.

Dasar pandangan agama Buddha hal 263-270
Karya Venerable S. Dhammika
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Fakta atau Fiksi ??
« Reply #18 on: 13 November 2007, 07:08:09 AM »
Bagus banget bro. Ryu.. Thanks 4 sharing..
Berarti yang pertanyaan jack tsb merupakan kiasan
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Fakta atau Fiksi ??
« Reply #19 on: 13 November 2007, 07:19:37 AM »
Hehehehe, cuma ketikannya banyak yang salah, blom di koreksi, ngantuk nich, harap maklum.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline kosdi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 102
  • Reputasi: 2
Re: Fakta atau Fiksi ??
« Reply #20 on: 13 November 2007, 11:10:29 AM »
saluttttt ^:)^ ^:)^ ^:)^ ^:)^ ^:)^
ngetik sepanjang itu.....
dengan penjelesan pula....
memang saya juga agak2 bingung dengan kesaktian2 sang buddha. saya lebih prefer meniru teladan beliau sebagai manusia biasa dari pada kesaktian mandraguna beliau.

mungkin ada beberapa yg harus diluruskan juga
Quote
Dikatakan bahwa setelah Pencerahan, Sang Buddha bimbang
mungkin kata2 bimbang ini salah yah.... seorang samma sambuddha bimbang? mungkin lebih tepat kalo BERPIKIR (sedang memikirkan apakah manusia dapat menyelami ajarannya yang susah?)

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Fakta atau Fiksi ??
« Reply #21 on: 13 November 2007, 12:00:38 PM »
saluttttt ^:)^ ^:)^ ^:)^ ^:)^ ^:)^
ngetik sepanjang itu.....
dengan penjelesan pula....
memang saya juga agak2 bingung dengan kesaktian2 sang buddha. saya lebih prefer meniru teladan beliau sebagai manusia biasa dari pada kesaktian mandraguna beliau.

mungkin ada beberapa yg harus diluruskan juga
Quote
Dikatakan bahwa setelah Pencerahan, Sang Buddha bimbang
mungkin kata2 bimbang ini salah yah.... seorang samma sambuddha bimbang? mungkin lebih tepat kalo BERPIKIR (sedang memikirkan apakah manusia dapat menyelami ajarannya yang susah?)

sebenernye bukan aye yang ngetik, tp computerku yang ngetik hehehe, jd banyak yang salah.

soal sang Budhha bimbang, itu juga mungkin dari terjemahannya yang kurang pas mungkin, itu hanya sesuai dengan yang di buku.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline HokBen

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.525
  • Reputasi: 100
  • Gender: Male
Re: Fakta atau Fiksi ??
« Reply #22 on: 13 November 2007, 01:25:35 PM »
mungkin kata tersebut susah dicari padanan yg tepat dalam bahasa indo, jadinya diterjemahin sebagai bimbang..

gak mungkin Sang Buddha bimbang.. CMIIW , Buddha itu mencapai Penerangan Sempurna, udah bebas dari segala keraguan...