Poin terpenting sdh disinggung dgn jelas pd posting² awal... Sdr Willibordus sdh dgn jelas paparkan ttg pembenaran & jelas Sdr Tesla (jadi inget grup rock, lagunya keren²) nangkap dgn tegas dgn aspirasi spy ke depan tdk terjadi pembenaran...
Bathin kita cenderung mentolerir prinsip yg dianut, bukan menyikapi prinsip dgn disiplin. Itu kan nature kita semua yah. Membantu adalah 'baik', dgn cara membunuh yah tdk 'benar', so pasti tidak 'bijak' jika berusaha mem-validkan semua itu dgn alasan: "Motivku kan 'baik', wa bantu dia lhooo..."
*
Kualitas spiritual kita akan diukur dr 2 value: bagaimana atau sejauh mana 'sikapi' diri pd 'prinsip'... Bodhisatta dahulu punya tekad: "Lebih baik aku mati daripada melanggar sila"... Itulah kualitas value-Nya... Kita gimana? Yah, masing² lah... Abang saya adalah konsultan rumah sarang walet, dia paham bener prosesnya. Ada temen kampung, dulu NSI & sekarang belajar Buddha Dhamma sekaligus pemilik rumah walet. Karena "terlanjur", dia minta kiat bagaimana supaya panen & segala aktivitasnya supaya gak merugikan makhluk di sana. Seoptimal mungkin, yah, tanpa tutup itu usaha atau dijual lah, maklum, hasilnya kan OK... Abangku kasih begitu banyak solusi, dr yg masih merugikan hingga yg kelihatan sdh OK banget. Namun ada temen lain yg tdk pernah mau bangun rumah walet; walopun mampun & di kampung bisnis ini menjamur. Alasannya cuma satu: bagaimanapun cara tdk merugikan makhluk, mmg bisa, tapi saya sdh mengambil barang yg tdk diberikan... Itu pemahaman dia lho...
Saya tdk berharap kita diskusi apakah itu melanggar sila ke-2 dr Pancasila Buddhis atau bukan... Te-ta-pi... Ternyata kualitas praktik Buddha Dhamma, dlm hal ini menjalankan Pancasila & Pancadhamma ~ masing² memiliki derajat yg berbeda... Berproses & tdk bisa dipaksakan...
*
Kita memang cenderung mentolerir kekurangan kita dgn alasan² motiv baik sebelumnya. Sdr Willibordus membuat poin sangat penting; bahwa, padahal itu justru menjerumuskan kita kepada pengertian keliru, micca-ditthi... Seperti ulasan B³:
~ value 'baik': motivasi mmg baik, membantu...
~ value 'benar': caranya dgn membunuh...
~ value 'bijak': pembenaran akan cara membunuh sehingga nampak OK, semata² krn value 'baik' terpenuhi...
Saya ingat ketika FPI menghancurkan kaca pintu depan redaksi Playboy Indonesia. Ketika ditanya ttg tindakan anarkis, dgn nada protes. Mereka menjawab ± yah: "Kami hanya anarkis pd kaca pintu; mereka, anarkis kepada akhlak bangsa ini... Itu lebih anarkis"
Kedengarannya diplomatis yah. Tapi mirip teori "even": dia salah + aku salah = impas/bener... Kau cubit aku, aku cubit lagi: impas... Kalo aku sentil saja, sebenarnya lebih mending lho, krn aku tuh dicubit. Mestinya bersyukur lo...
Nah, jadi nampak mirip² yah...
*
Bagaimana jika dibalik? Motivnya tidak baik namun dgn berbuat kebaikan? Apakah kita akan konsisten dgn merujuk kepada poin motiv? Hé³… kayanya ngga yah. Mengapa? Yah karena nature kita itu: mentolerir prinsip...