//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: pilih yg mana?  (Read 32953 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #45 on: 23 October 2007, 03:36:23 PM »
Quote
Mungkin dnegan penjelasan ini bisa dimengerti mengapa Mengakui Telah Melakukan Pelanggaran itu sangat penting ketimbang Mencari Pembenaran atas pelanggaran yg telah kita lakukan.

Saya bukan sedang mencari jalan untuk alasan pembenaran diri. Itu hanya asumsi anda.


OOT:
Point2 penting yg perlu diketahui utk diskusi ini adalah bahwa saya mencoba untuk:
- Memberikan pengertian bahwa dalam kehidupan nyata itu tidak sesederhana dalam teori.
- Mencoba mengasuh agar kita bisa berpikir mendalam dan menganalisa, bukan dengan pendekatan "one recipe for all".
- Menunjukkan bahwa walau ini hanya sebuah diskusi, tapi ego defense kita sangat kuat. Ego defense itu sangat licik berubah bentuk selalu kembali melindungi "si aku" walau di atas namakan yg lain (eg: atas nama sila, atas nama kebenaran, atas nama Buddha, atas nama pembenaran diri, atas nama cintakasih, dsb).
- Mengembangkan budaya bahwa kita bisa berdiskusi secara sehat tanpa harus diwarnai konflik personal (jangan salah pahami ini bahwa saya menuduh salah satu dari kita ini emosi loh ^-^. Hati2 sama asumsi.)
- Mencoba untuk menguak esensi Buddhism yg lebih mendasar ketimbang sekedar kepatuhan thd sila.

Mudah2an dimaklumi.
« Last Edit: 23 October 2007, 03:48:47 PM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: pilih yg mana?
« Reply #46 on: 23 October 2007, 03:40:17 PM »
SEPERTI BHANTE UPASENO KATAKAN :
THIS IS NOT A PERFECT WORLD
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #47 on: 23 October 2007, 03:43:14 PM »
Quote
justru seseorang yang sudah bisa memahami jalan tengah akan bisa lebih bijaksana dalam menyikapi hal tersebut, sang buddha mengajarkan kita jadi orang yang baik dan bijaksana, bukan menjadi orang baik yang bodoh.

Quote
Soal pencapaian kesucian pun hanya diri kita sendiri yang tahu sampai dimana kita bisa memandang dan menghilangkan keakuan.

So? Implikasinya apa?
Sori kurang jelas. Apa hubungannya dengan pertanyaan :
Apakah mungkin seseorang bisa mencapai kesucian bila masih memiliki egoisme?

Quote
dengan hilangnya keakuan dan mengerti akan diri sendiri maka otomatis kita akan memandang semua sebagai kesatuan yang saling membutuhkan dan bisa sebagai cerminan dalam bersikap.

Sori , kurang jelas.
Jadi, maksudnya anda menjawab ya atau tidak terhadap pertanyaan ini:
Apakah mungkin seseorang bisa mencapai kesucian bila masih memiliki egoisme?
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #48 on: 23 October 2007, 03:56:03 PM »
Quote
Bila, anda tidak mau menjawab dapat dikarenakan 2 kemungkinan:
1. Anda malas berpikir
2. Anda takut dengan resiko menjawab,misal: Anda takut dikatakan bukan sebagai buddhist yang baik (kalau melanggar sila), atau enggan dikatakan egois (krn tepatin sila) dsb. (Jadi, dengan menghindar ini jelas anda sebetulnya adalah type safety player: mau cari selamat sendiri.
Duh, soal imajiner begini saja kok egonya melekat kuat sekali yah. )

wow... wow... Bro Dan.... watch your step. Hati2 ntar kepleset Bro....

Mengenai optional tsb, anda membatasi sesuatu yg sebenarnya mempunyai pilihan yg banyak sekali. Pengkondisian kasus, padahal kita membahas masalah bathin, spiritualitas, kemungkinan pilihan sesungguhnya sangat banyak dan tidak bisa dibatas2/i...

Mengenai nenek itu, 4 optional tsb mungkin adalah pilihan sikap Bro Dan, namun sy -secara jujur- akan bertindak lain. Saya akan menjawab sbb:
"Pak, saya memang melihat nenek itu mengambilnya, tapi apa perlu kita melaporkan ke satpam?"

Setelah itu berbagai alternatif lain bisa terjadi... Bapak toko yg tersadar... bisa juga satpam yg mau mengerti.... dsbnya...., lagian seorang nenek mencuri apel, apa sih hukumannya?

Memang kasusnya yg dibahas, habis mo bahas apanya nih?  :P

BTW, ego nya siapa nih yg mulai kelihatan? Kurang ngeh neh, ego si nenek, pemilik toko atau siapa? ;D

::
« Last Edit: 23 October 2007, 04:07:19 PM by willibordus »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: pilih yg mana?
« Reply #49 on: 23 October 2007, 03:57:21 PM »
kesucian yang bagaimana yang anda inginkan/maksudkan??

Apakah seseorang yang memiliki egoisme itu buruk??

Apakah seseorang untuk mencapai kesucian harus menghilangkan egoisme??
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: pilih yg mana?
« Reply #50 on: 23 October 2007, 04:00:03 PM »
Tambahan utk posting saya sebelumnya. Ini contoh kasus, tapi tolong jangan dibahas secara kasusistik dulu ya, bahaslah secara konseptual. Contoh ini cuman mau memperjelas apa yg saya tuliskan sebelumnya.

Contoh:
Anda sedang di sebuah pasar buah memilih2 buah yg ingin dibeli di tumpukan keranjang buah. Datanglah seorang pengemis nenek tua kurus kering yang kelihatan kelaparan. Anda melihat bahwa ia mengambil sebuah apel dan memasukkan dalam selendangnya, kemudian pergi.
Pemilik toko curiga dan mendatangi anda dan berkata:
"Pak, saya tadi merasa bahwa ibu itu mencuri buah, apakah anda melihat ibu tadi mencuri buah? Tolong jadi saksi karena saya akan memanggil satpam utk menangkapnya".

Apakah yang anda lakukan sebagai seorang Buddhist yg komit menjalankan sila?

1. Diam saja
2. Bilang "tidak tahu"
3. Bilang "Tidak"
4. Berkata jujur "Ya dia mencuri"

No.1, anda menghindar. Kemungkinan si penjual itu memanggil satpam dan ibu itu digebuki. Nurut saya sih jawaban ini cuman mau mementingkan/ melindungi diri sendiri. Dalam skala massal, buddhist tipe gini bakal akan jadi orang apatis pasif thd dunia.

No.2, anda berbohong. Langgar sila juga. Tapi jg ga ada gunanya krn ibu itu tetap beresiko digebukin satpam.

No.3, anda berbohong. Langgar sila, tapi anda melindungi ibu itu semata karena kasihan dan belas kasih.

No.4, anda berkata jujur. Tidak langgar sila, tapi anda orang yg kurang berperikemanusiaan (tidak humanis).


Kalo soal ini mah gua pilih No. 4
tidak berperikemanusiaan dimananya yah??
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #51 on: 23 October 2007, 04:04:23 PM »
Kalau soal 'memadamkan aku' saya nggak bisa bahas Bro Dan....

Fokus saya dalam belajar Buddhism adalah: Mengikis Lobha Dosa Moha.
Kriterianya jelas, jalannya pun jelas.

Apa mungkin pendekatan kita dalam 'pencapaian' itu berbeda, ya? Makanya kadang diskusi kita 'nggak nyambung' ;D

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: pilih yg mana?
« Reply #52 on: 23 October 2007, 04:20:33 PM »
Quote
No.4, anda berkata jujur. Tidak langgar sila, tapi anda orang yg kurang berperikemanusiaan (tidak humanis)

gua pillih no. 4.

pengalaman 'melindungi sesuatu yg salah atas dasar belas kasihan':
pernah menutupin kasus pencurian karyawan, tetapi si pelaku malah melakukan kasus yg lebih besar. sudah diberi kesempatan berkali-kali. tetapi malah makin parah.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #53 on: 23 October 2007, 05:35:01 PM »
Quote
BTW, ego nya siapa nih yg mulai kelihatan? Kurang ngeh neh, ego si nenek, pemilik toko atau siapa?

Anda juga baiknya hati-hati bro Willi, pernyataan anda terakhir ini terkesan personal. Tanggapan anda terakhir ini terasa mengandung sindiran.

Apa yang saya kemukakan tadi adalah dengan tujuan untuk mengarahkan. Rupanya arahan saya tidak dapat dipahami, malah disalah artikan sebagai sesuatu yg bersifat penyerangan pribadi. Saya mohon maaf.
Bukan itu.
Perspektifnya sebaiknya jangan 'aku' lawan 'kamu', sedari awal sudah saya ingatkan bro Willi. Tapi fokuslah pada perdebatan konseptualnya. Cobalah, sekali lagi saya mengharapkan dengan hormat: telitilah batin anda. Tidak bisa sekarang ya lain kali.
Coba lihat tulisan saya dari perspektif lain, saya coba mengkemukakan permainan pikiran belaka.
Buktinya adalah bhw yang saya kritik adalah 2 kubu , perhatikan :
Quote
- Menunjukkan bahwa walau ini hanya sebuah diskusi, tapi ego defense kita sangat kuat. Ego defense itu sangat licik berubah bentuk selalu kembali melindungi "si aku" walau di atas namakan yg lain (eg: atas nama sila, atas nama kebenaran, atas nama Buddha, atas nama pembenaran diri, atas nama cintakasih, dsb).

Perhatikan yg saya cetak tebal.
Saya anggap anda kubu yang kaku terhadap sila. Betul memang saya kritik.
Tapi kubu yg sebaliknya : yang mengatas namakan pembenaran diri dan mengatas namakan cinta kasih, juga saya kritik.

Saya mencoba mengarahkan ke pengertian bahwa :
berpraktek Buddhism janganlah takut kotor, jangan hanya mau main-main yang bersih saja tapi cuman dalam khayalan.
Sisi gelap kita harus kita hadapi, kita sambut dengan gagah berani. Transformasikan racun itu menjadi obat utk penawar ego kita.

Emosi negatif/ perbuatan negatif memang bisa diatasi dengan cara pertama, yaitu menghindari sejauh-jauhnya atau menolaknya. Tapi ada 2 cara lain:
2. Transformasikan emosi / perbuatan negatif itu menjadi sebuah path menuju kesucian.
3. Emosi / perbuatan negatif itu sendiri digunakan sebagai empty appearance dari wisdom.

Disini saya cuman mau mengarahkan ke cara ke-2, tapi tak dipahami. Apalagi cara ke-3, saya sendiri cuman baru meraba-raba. (Source : Bodhi Magazine, Dzogchen Ponlop Rinpoche)

-------------

Baiklah, rupanya sia-sia saja pengarahan saya, maka saya barangkali lebih baik menulis suatu artikel yang komprehensif mewakili apa yg saya maksud. Itu pun kalo saya memiliki enersi cukup utk berbagi. Tidak tahu, apakah kondisi sudah memungkinkan utk dapat kalian mengerti.

Btw, untuk sekedar informasi :

Di dalam Mahayana ada secondary Bodhisattva Vow (Sumpah Bodhisattva) yang bunyinya demikian. Ini cuman ingin sekedar membuktikan bahwa apa yang sebenarnya saya ingin katakan bukannya tanpa dasar.

11. TIDAK MEMAHAMI MAKSUD SEPENUHNYA DARI WELAS ASIH

"Jika memenuhi tujuan khusus bagi orang lain, seorang Bodhisattva diperkenankan
melakukan ketujuh perbuatan tidak baik dari tubuh dan ucapan (1. membunuh, 2.
mencuri, 3. berhubungan seksual yang tidak benar, 4 - 7. berbohong, berkata
kasar, bergunjing, memfitnah). Jika Anda menolak melakukan tindakan tidak baik
tersebut, apabila dengan melakukannya Anda dapat menolong makhluk hidup yang tak
terhitung, Anda mengalami runtuhnya (sumpah) ini. Pada umumnya, Anda harus
menghindari semua perbuatan tidak baik. Tetapi jika muncul situasi di mana,
melalui welas asih Anda dapat membantu makhluk hidup yang tak terhitung dengan
melakukan salah satu dari ketujuh perbuatan tidak baik dari tubuh dan ucapan,
maka Anda harus melakukannya. Misalnya, anda tinggal di pedalaman dan datang
seorang pemburu bertanya apakah Anda melihat kijang. Jika Anda melihat kijang
dan memutuskan tidak akan berbohong, Anda akan memegang teguh aturan Vinaya Anda
dan mempertahankan ketaatan pada sila yang tujuh, tetapi pemburu itu akan
membunuh kijang itu. Dalam hal ini, Anda seharusnya berbohong, alih-alih menaati
aturan yang biasa. Penilaian ini tentu saja membutuhkan kearifan."

[dari: http://www.buddhism.kalachakranet.org/resources/bodhisattva_vows.html#2
-- 'Compendium of Trainings by Shantideva the Luminous Jewel Garland of
Instructions on the Three Vows' by Gelong Tsewang Samdrub, and teachings by
Geshe Tashi in London (February and March 2001) which were based on Lama Tsong
Khapa's commentary.]
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #54 on: 23 October 2007, 05:57:56 PM »
Kepada rekan2 yang lain selain bro Willi,
saya mohon maaf utk tidak bisa menanggapi semua komentar kalian satu persatu karena keterbatasan waktu dan enersi saya. Saya rasa cukup terwakili dengan content debat saya dgn bro Willi. Bro Willi saya pilih sebagai sparring partner adalah karena dia relatif lebih terbuka dan eksplisit dalam menyampaikan buah pikirannya secara kontinyu (tidak hit n run).
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: pilih yg mana?
« Reply #55 on: 23 October 2007, 06:29:19 PM »
Jangan terlalu mengtabukan Sila;
Ada yg lebih penting daripada tidak melanggar Sila

Offline langitbiru

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 547
  • Reputasi: 23
Re: pilih yg mana?
« Reply #56 on: 23 October 2007, 06:42:17 PM »
masih ga ngerti nih ama arah postingan suchamda :-?

yg saya tangkap di "11. TIDAK MEMAHAMI MAKSUD SEPENUHNYA DARI WELAS ASIH" malah, melakukan sesuatu atas nama cinta kasih yg justru dikritik sendiri oleh bro suchamda.
oni... kao titi bobo... gigi...

Offline Gun@saro

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • Satisampajañña
Re: pilih yg mana?
« Reply #57 on: 23 October 2007, 06:48:31 PM »
Coba kita telaah dr awal topik diskusi ini. It's about making up a choice... Bicara pilihan, tentu kembali kepada kualitas bathin masing² dlm menyikapi prinsip yg dianut, dlm hal ini Buddhisme. Namun, jika pilihan tidak memiliki rujukan ideal, artinya semua diserahkan kepada "terserah apa pilihannya". Saya pikir, diskusi spiritual menjadi kurang optimum yah...

#

Kita tahu ada karakter manusia dr yg berani bunuh ortu, sampe yg mukul nyamuk pun gak mau... Yg saya berani pastikan, tiap pribadi kita pasti mengalami transformasi kualitas bathin; sejak mengenal Buddhisme. Atau dr tidak intens menjadi lebih intens. Atau walau masih payah praktik, tapi logika/perasaan sdh beda derajatnya dari chapter sebelumnya. Benar yah? Nah, ada yg pesat, so ada yg lambat; meskipun materi yg dipelajari sama saja... Artinya, idealnya kita sih merealisasi Asankhata Dhamma (Nibbana), namun semua butuh proses, panjang pendek...

*

Kembali ke awal, ketika pertanyaan di lempar; saya kagum dgn penanya, Sdr Tesla. Artinya bathin sdh masuk pd tahapan awareness: apakah ini pantas/patut atau tidak. Sdh tepat atau belum? Mana yg lebih bijak? Nah, penjelasan Sdr Willibordus berpijak bukan pd harusnya yg mana. Melainkan: ada free will to choose. T E T A P I . . . Waspadalah, krn ada "perangkap" berikutnya: bahwa kita bisa/berpotensi membenarkan kesalahan kita dgn alasan, motivnya 'baik' koq... Mengapa? Saya yakin, Sdr Willibordus pernah alami hal demikian; saya juga pernah... Nah, ketika Sdr Tesla menyatakan bhw semoga dia juga tdk terperangkap ke dalam "situasi pembenaran" itu. Utk kedua kalinya saya salut lagi; begitu tangkas bathinnya menangkap pesan itu...

#

Bathin akan berkembang & maju, jika dia tdk dimunafiki; setidaknya secara kontemplasi tidak ditolerir/dianulir. M E S K I P U N . . . pelanggaran dilakukan. Dengan demikian, justru awarenss semakin terjaga & tertata. Kita semua pasti pernah alami ketika belajar Dhamma, analisa/logika diskusi semakin tajam. Membaca tulisan atau mendengar diskusi, semakin sharp; padahal dulunya dibodohin. Apa itu instantly achieved? Ada proses kan? Kadang salah nulis/ketik, diganti; salah omong dikritik telak (benturan kuat), lain kali sdh waspada & tdk terulang lagi...

*

Nah Gunasaro, gimana Anda sendiri? Sy mah masih belum ariya puggala, jelas masih sering melanggar sila & dalam tahap usaha keras. Makan enak saja masih sering lepas kendali, dll... Namun sy berpikir, kalo sdh masih sering melanggar & tdk mengakui; kan tambah tolol sy ini, rugi sendiri... Lebih tolol nan bodoh lagi bagi saya, sdh melanggar - malah membenarkan diri dgn dalil tertentu. Extra bodoh lagi, kalo saya dalam diskusi, malah karena takut dibilang sok suci; lantas gak berani bedah idealisme dari Buddha Dhamma...
Istilahnya, praktik pribadi masih patah², tapi bisa support kalyana-mitta utk lbh baik. Wah, alangkah bahagianya, turut Muditacittena... gitu...
Yah... Kita di sini saling berbagi idealisme sambil memaklumi kemampuan bathin masing²... Kalo bicara ttg kita yg belum ariya puggala, jadi wajar kalo melanggar sila. Yaiyalah... T A P I, pilihannya adalah: diskusi kita ini menjadikan kita gitu² saja atau semakin maju scr spiritual?

*

Ariya Puggala tingkat pertama, PASTI, tidak akan lagi melanggar Pancasila Buddhis (ada di literatur: Abhidhamma Pitaka & Visudhimagga). Apakah tidak melanggar Pancasila Buddhis berarti seseorang sdh Ariya Puggala? Tidak, no reverse version, mohon maaf...

#

#

Reminder, apapun pendapat kita di forum ini, berpotensi dijadikan acuan, minimal menambah persepsi baru bagi setiap pembaca. Berikutnya bisa menjadi efek bola salju. Saya yakin banyak insan di forum ini bukan berupaya sok suci nan idealis. Namun semata² karena aware dgn potensi yg sy remind di atas...
White Lie (verb-nya bohong)...
Mercy Killing (verb-nya bunuh)...
Artinya, jangan karena white & mercy, lantas itu jadi tidak keliru. Itu micca-ditthi (berakar moha), penderitaan terparah yg kita usung di roda samsara belum berkesudahan ini.
Bagi yg tetap mau memilih kedua tindakan di atas DENGAN ALASAN APAPUN, lha itu tak kuasa kita menentukan. Bahkan kita pun sulit menentukan jika dihadapi sendiri kan? Itu realitas & bukan itu essensinya dlm diskusi ini. Tanpa forum diskusi ini pun kita mmg yg nentuin & tetap sulit yah?
Justru yg kita harapkan dr diskusi ini adalah, berkembangnya perspektif baru, persepsi ideal baru yg tertanam. Sehingga reaksi bathin ketika berhadapan dgn obyek demikian; bathin ter-manage dgn baik...

*

Semoga bisa kita pahami bersama...
Muditacittena... dgn pemahaman yg Sdr Tesla, semoga bisa membawa kemajuan bathin, demikian juga dgn kita semua. Sadhu³...
Sukhi Hotu...

Gunasaro

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #58 on: 23 October 2007, 06:59:27 PM »
Quote
yg saya tangkap di "11. TIDAK MEMAHAMI MAKSUD SEPENUHNYA DARI WELAS ASIH" malah, melakukan sesuatu atas nama cinta kasih yg justru dikritik sendiri oleh bro suchamda.

Masalahnya adalah di kata "mengatas namakan".
Orang sering berlindung di balik tameng /topeng untuk tujuan ego pribadinya.
Biasanya hal itu tidak tampak dari luar, hanya batin ybs yg mengetahui.

Misal :
- "Saya" ingin mendapatkan jasa pahala atau nama baik atau tujuan2 terselubung lainnya, tapi menggunakan alasan cintakasih demi menutupi motivasi utamanya.
- "Saya" ingin mendapatkan kenyamanan dan keamanan dalam melanggar sila, dan menggunakan cinta kasih sebagai alasannya.

Cintakasih semacam itu hanyalah merupakan sebuah alat dari ego.

Contoh:
Aku mencintai kamu. Aku mengasihi kamu.
Ditilik dalam batin : karena kamu baik, karena kamu orang yang alim, karena kamu cantik, karena kamu taat, karena kamu Buddhist tauladan.
Pada suatu saat ternyata persyaratan itu hilang, maka cintanya lenyap, kasihnya lenyap. Yang tertinggal adalah penolakan, pengejekan, kritik, penghakiman, dsb. Semua itu adalah karena cinta kasih itu masih berpusatkan pada sang Aku.

« Last Edit: 23 October 2007, 07:19:54 PM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #59 on: 23 October 2007, 08:55:12 PM »
Fren Suchamda and frens yg lain2...

Sebenarnya postingan Bro Gunasaro sudah mencakup semua pemahaman saya, rasanya tidak ada yg bisa sy tambahkan lagi. Dari segi prinsip, semua sudah saya beberkan.

Disini saya hanya akan menjawab contoh2 yg dilontarkan Bro Daniel.

Sumpah Boddhisatva.
Yg bersumpah siapa ke siapa yah?
Ini kan sumpah personal, kita berpegang pada sutta yg lebih tinggi aja: sutta Sammasambuddha aja.

Tapi, ya gak apa-apa deh, kita terusin aja.....

IMO:
Pertama,
Anggaplah sumpah itu benar adanya, disini dapat kita lihat, "langgarlah sila demi karuna"...
Perhatikan: tetap ada kata-kata "LANGGAR", kan?
Artinya:
~ Benar ada sila dilanggar
~ karuna ada dijalankan
Dua kamma, dua vipakka.
Buah pelanggaran sila akan diterima
Buah karuna juga akan diterima
Ini tidak bisa ditawar2 lagi (perbuatanmu adalah milikmu sendiri)

Seperti yg kita tau, citta muncul dan lenyap cepat sekali saling bergantian. Karuna Citta TIDAK MUNGKIN muncul berbarengan dengan Dosa Citta. Karuna dan Dosa muncul saling bergantian disamping citta2 yg lainnya.
Artinya apa? artinya masing2 citta memiliki effectnya masing2.

Kedua,
Kalo demi kesejahteraan makhluk lain dibenarkan melanggar sila, ini GAWAT.
FPI merusak pub dan cafe2, motifnya: demi menolong masyarakat banyak (karuna).
Juga Amrozi membom ratusan orang, alasannya membunuh para kafir, demi umat muslim, orang banyak juga, karuna juga. Semakin kacau Bro....
Masing-masing orang bebas melakukan tindakan AMORAL yang dilandasi karuna.

ketiga,
Contoh pemburu tsb. Jika kita berbohong demi kijang2, is oke-oke aja.
TAPI, Berbohong dan Menolong kijang, dua2 kamma ini akan berbuah.
Jangan gara2 dengan niat menolong lantas kita anggap kamma berbohong dapat dibenarkan, TIDAK, karena kedua kejadian terpisah.
Berbohong adalah berbohong, kamma buruk, buahnya buruk juga.
Bagaimana jika para Pemburu ternyata mengetahui kita telah membohongi mereka dan mereka membantai seluruh keluarga kita? Kamma berbohong berbuah....

Semoga memahami esensinya...

::








« Last Edit: 23 October 2007, 09:00:03 PM by willibordus »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)