Namo Buddhaya,
Saya juga bermaksud melontarkan lagi suatu topik diskusi yang saya kira menarik. Pertanyaan saya adalah mungkinkah terjadi pertumbuhan ekonomi tanpa disertai keserakahan? Jika manusia mengikuti anjuran dalam Karaniya Metta Sutta untuk mudah puas, mungkinkah ekonomi mengalami kemajuan? Apakah Buddhadhamma memiliki solusi konkrit dan nyata bagi hal ini. Jadi yang saya maksud adalah bukan hanya sekedar teori-teori atau slogan semata. Silakan didiskusikan. Anumodana.
Salam,
Tan
Namo Buddhaya,
Kenapa pertumbuhan ekonomi harus selalu berhubungan dengan keserakahan??? Menurut pendapat saya kebanyakan orang2 kaya bukan karena serakah (walaupun ada juga yang serakah) malahan menurut saya yang banyak serakah justru yang tidak benar2 kaya, Kenapa kok saya bisa berpandangan seperti itu???
Seperti yang kita tahu kalau karma baik akan menghasilkan pahala yang baik juga, tentu saja orang menjadi kaya karena melakukan kebajikan sebelumnya, bisa di kelahiran yang sekarang atau dikelahiran yang lampau, dan tentu saja kebajikan dikelahiran yang sekaranglah yang akan lebih banyak memicu seseorang menjadi kaya.... (pertanyaannya kok bisa??? bukankah mereka cari duit kayak orang gila yang serakah , makanya bisa kaya).
Tapi benarkah demikian??? Menurut saya sebagian besar orang-orang kaya adalah justru orang2 yang peduli dan orang2 yang suka berbagi dan memberi, karena itulah modal paling dasar bagi seseorang untuk mulai berusaha. Coba bayangkan anda takut berbagi, anda punya usaha terus karena serakah dan tidak mau berbagi pendapatan dengan yang lain, akhirnya anda hanya mengerjakan semuanya sendiri , darimana anda bisa jadi benar2 kaya dengan cara mengerjakan semuanya sendiri??? bukankah dengan mempekerjakan orang lain sudah termasuk melakukan kebajikan bila dibandingkan dengan orang yang dipekerjakan?
Seandainya anda tidak punya kepedulian terhadap sesama / terhadap orang lain, mungkinkah anda akan menghasilkan produk2 yang baik
Kalau anda tidak punya produk yang baik bagaimana usaha anda mau maju??? Justru banyak orang yang tidak peduli dan menghasilkan produk yang buruklah yang akhirnya gagal.....
Seandainya anda tidak penuh kebajikan, dalam bertindak selalu didasari oleh curiga, bagaimana anda bisa bermitra dengan para customer??? bila tidak ada kepercayaan disana, bagaimana bisnis bisa berjalan??? Bila bisnis tidak berjalan tentunya orang tersebut tidak akan bisa menjadi kaya...
Justru bila kita mendalami "Karaniya Metta Sutta" maka kita barulah bisa menjadi seorang pengusaha yang sukses, karena semua rumus sukses sudah ada disana.....
Yang kita hindari adalah menjadi terikat dengan kekayaan tersebut, takut kehilangan , takut ini , takut itu.... itulah permasalahan yang sesungguhnya.....
Bila ada orang bilang orang kaya lebih susah masuk surga dari kedelai masuk lubang jarum maka saya berani katakan orang itu pasti salah besar, dan pasti memiliki pandangan yang sesempit lubang jarum.
Note : saya bukanlah orang kaya dan saya juga bukanlah termasuk kelas menengah, saya masih masuk dikelompok orang susah, tapi saya terus berusaha untuk menjadi kaya dengan cara membagi , memberi dan bermanfaat bagi orang lain......
Saran saya berusahalah untuk menjadi kaya dengan lebih banyak melakukan kebajikan, (contoh : membuka peluang kerja, memberikan nilai tambah bagi orang lain, membantu para customer, memperbaiki lingkung, menghasilkan produk yang bisa bermanfaat bagi yang lain , dll)
salam,
Sariputta