//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: pilih yg mana?  (Read 32940 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
pilih yg mana?
« on: 22 October 2007, 12:15:34 PM »
kalau kita mengunjungin seorang teman yg sedang sakit (mungkin demam berdarah) dan di kamarnya byk nyamuk. kemudian dia bilang tadi gw br beli bayg*n, tapi belum dipakai. tolong semprotin donk...

bagaimana nih?

1. ada nyamuk
2. masih hidup
3. niat membunuh nyamuk tetapi menolong manusia
4. ssstt...
5. semoga nyamuk2 itu dilahirkan di alam yg lebih baik  :'(

apakah ini membunuh?

tambahan neh... di lantai juga banyak semut tak berdosa jadi korban... gimana mo ngusir semut...

apakah umat budhist ga pake bayg*n?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: pilih yg mana?
« Reply #1 on: 22 October 2007, 12:18:21 PM »
Semprot!!!
Yaps, itu membunuh

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: pilih yg mana?
« Reply #2 on: 22 October 2007, 12:32:06 PM »
ini karma buruk or baek?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: pilih yg mana?
« Reply #3 on: 22 October 2007, 12:34:52 PM »
sejak kapan membunuh karma baek ?

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: pilih yg mana?
« Reply #4 on: 22 October 2007, 12:36:32 PM »
kan nolongin orang
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: pilih yg mana?
« Reply #5 on: 22 October 2007, 12:43:54 PM »
Sekarangkan jamannya Hi-tech  8) dan sudah ada krim anti nyamuk yang diolesin ke tubuh, mungkin bisa dijadikan alternatif.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #6 on: 22 October 2007, 12:44:55 PM »
Tesla n friends....

IMO:
karma adalah perbuatan yang didorong oleh niat.
Apapun tindakan kita, akan berbuah sesuai dengan niat yg ditanamkan. Kadar buahnya tergantung pada kadar bathin kita sewaktu melakukan suatu tindakan.

Problem: Membunuh nyamuk karena dimintai tolong oleh teman kita yg sakit.
Ada pilihan yg bisa dilakukan:
~ menganjurkan memasang gelombang suara (frekuensi khusus) anti serangga
~ memakai krim anti nyamuk
~ membuka jendela dan mengusir nyamuk keluar dengan kipas angin
~ tidak mau melaksanakan pembunuhan dan membiarkan saja / berharap orang lain yg melakukannya
~ melakukan pembunuhan nyamuk dengan terpaksa (demi teman kita agar tidak terganggu)
~ melakukan pembunuhan nyamuk dengan senang hati (bathin: gw sikat nih nyamuk, mampus deh elu!)

Semua pilihan ada di tangan kita. Semuanya dapat dilakukan, tergantung bathin kita.

Pembunuhan, meski dengan terpaksa (demi menolong teman) tetap saja namanya pembunuhan.Buah karmanya tentu saja tetap ada, namun tidak sefatal dibanding pembunuhan yg dilakukan dengan penuh kebencian (terhadap nyamuk tsb).

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: pilih yg mana?
« Reply #7 on: 22 October 2007, 12:49:58 PM »
Wew
Jawaban yang yahud..

Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: pilih yg mana?
« Reply #8 on: 22 October 2007, 12:56:49 PM »
lain kali gw nyaranin pake krim aja dech...

apakah kita (dalam kesempatan hidup sebagai manusia) dapat terhindar dari pembunuhan? (membunuh)
soalnya yg diceritakan hanyalah salah satu kasus. sebenernya masih banyak kasus yg mirip.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline langitbiru

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 547
  • Reputasi: 23
Re: pilih yg mana?
« Reply #9 on: 22 October 2007, 01:03:59 PM »
sptnya sih cukup sulit untuk benar2 bebas dr membunuh binatang kecil  :(

ada yg tahu bagaimana mengusir semut? rumah aku diinvasi semut nih  :'(
oni... kao titi bobo... gigi...

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: pilih yg mana?
« Reply #10 on: 22 October 2007, 01:09:13 PM »
Hm.. Setahu saya ce. Semut itu peka dengan panas.
Saya pernah diajari oleh orang minang di sini. Waktu itu kue bersemut. Untuk mengusirnya cukup diletakkan di samping oven, karena panas semutnya pada lari sendiri.

Mungkin Ce LB harus letak pemanas kali..  ^-^
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: pilih yg mana?
« Reply #11 on: 22 October 2007, 01:24:10 PM »
kedengerannya sih perfect, jaman sekarang udah ada krim / lotion anti nyamuk, tapi apakah itu practical? apakah anda mau terus2an pake lotion anti nyamuk selama ada di rumah? apakah anda mau anak anda yg masih kecil terus2an digosokin ama lotion anti nyamuk yg kita blom tau efek jangka panjangnya... blom lagi kalo tangannya dijilatin ;D

kalo saya sih, sebisa mungkin mengusir, sesudah itu semprot habis. yg penting itu bagaimana usaha kita supaya jangan sampai lagi banyak nyamuk atau semut datang ke rumah. bisa pasang kawat nyamuk, rajin2 bersihin rumah, membersihkan air tergenang, membuat rumah kita tidak nyaman untuk serangga, pake furniture yg udah direndam bahan anti semut dan termite...

life is not perfect...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: pilih yg mana?
« Reply #12 on: 22 October 2007, 01:26:54 PM »
Sekedar tambahan...

Semprot anti-serangga tidak hanya beracun buat serangga, tetapi juga beracun buat manusia.
Apalagi kalau di semprot di dekat orang yang sedang kurang  fit / sakit.
Waspadalah.. :D
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline Kokuzo

  • Sebelumnya 7th
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.090
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • ... running in karma ...
Re: pilih yg mana?
« Reply #13 on: 22 October 2007, 01:29:06 PM »
Hidup ini selalu penuh pilihan...

Btw kok pake bayg*n, pake H*T donk...  ;D

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #14 on: 22 October 2007, 01:37:52 PM »
Just Sharing:

Memang, cukup sulit bagi kita untuk dapat menghindari pembunuhan (termasuk menjaga sila2 lainnya) di kehidupan keseharian kita.

Yang dapat kita lakukan adalah "berusaha sebaik mungkin" untuk menjaga sila kita.
Bila keadaan memaksa dan tidak dapat dihindari, maka tindakan kita itu harus disadari penuh sebagai: PELANGGARAN.

Jika kita mencari-cari PEMBENARAN atas tindakan kita, kita rugi dua kali.

Rugi pertama:
Telah melakukan pelanggaran sila (meskipun keadaan terpaksa)

Rugi kedua:
Pikiran bermain mencari dalih untuk membenarkan tindakan kita. Saat itu pikiran telah kita latih untuk menipu diri sendiri. Kalau berhasil menemukan suatu alasan sebagai pembenaran, maka untuk selanjutnya pelanggaran kedua menjadi mudah dilakukan, karena pikiran telah terkonsep dengan pembenaran semu tersebut. Akan lebih gampang untuk melakukan pelanggaran susulan.

Idealnya jika telah melakukan suatu pelanggaran sila (meskipun keadaan terpaksa) lebih baik kita menyadari: AKU TELAH MELAKUKAN PELANGGARAN. Sehingga untuk kedepannya kita lebih berhati-hati dan berusaha mencari jalan keluar yang lain dulu.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: pilih yg mana?
« Reply #15 on: 22 October 2007, 01:47:58 PM »
Hidup ini selalu penuh pilihan...

Btw kok pake bayg*n, pake H*T donk...  ;D

hush.. H*T udah ditarik dari pasaran..
ketinggalan berita ya? :whistle:
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #16 on: 22 October 2007, 01:50:04 PM »
Saya sudah sering menemui dan melemparkan topik kontroversial seperti ini.
Hasilnya selalu dengan munculnya 2 kubu yang berbeda : idealis dan pragmatis.
Tentu saja ini wajar, karena memang mengingat sifat kontroversial itu sendiri karena tidak memiliki jawaban yang sepakat.

Tetapi yang saya sayangkan dari diskusi2 semacam ini adalah selalu menggunakan evasion (penghindaran) untuk menutupi dari esensi permasalahan yg sebenarnya.
Evasion yang saya maksudkan adalah argumen2 yg menyarankan alternatif lain untuk tidak membunuh nyamuk / serangga. Akan tetapi esensi dari topik kontroversial ini tidak pernah disentuh. Oleh karena itu topik perlu dirumuskan ulang sbb:
"Apakah melanggar sila demi kebaikan (eg.: menolong mahluk lain) dapat dimaklumi?"

Dari perumusan ini, tentu yg kita harapkan adalah argumen2 yang fokus berkaitan dengan issue itu. Silakan lontarkan alasan2 rasional ataupun belief utk mempertahankan pendapat masing2.

Hikmah dari diskusi semacam ini (walaupun tidak memberi solusi definitif) akan memberikan wawasan dan wacana bagi peserta diskusi dan pembaca. Disamping itu, juga akan memberikan pemahaman terhadap realita bahwa kita selalu dihadapkan pada dilemma antara idealisme dan pragmatisme.
Ini sesuatu yg sangat penting diakui secara jujur. Jangan hanya nantinya menghasilkan suatu ajaran yang indah tapi tidak dapat dilaksanakan atau lebih parah lagi : komunitas yang munafik (di luar / di vihara/ di forum meneriakkan slogan2 puritan tapi pelaksanaan senyata2nya di sehari2 tidak demikian).
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: pilih yg mana?
« Reply #17 on: 22 October 2007, 01:52:42 PM »
semoga saya gak mengulangi 'mencari pembenaran' lagi
 _/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: pilih yg mana?
« Reply #18 on: 22 October 2007, 01:59:52 PM »
Akan tetapi esensi dari topik kontroversial ini tidak pernah disentuh. Oleh karena itu topik perlu dirumuskan ulang sbb:
"Apakah melanggar sila demi kebaikan (eg.: menolong mahluk lain) dapat dimaklumi?"
bang suchamda, jawabannya lagi2 terpecah dua kubu dong...
yg mengikuti peraturan by the book bilang gimana2 ngelanggar, gak bagus
yg praktisi bilang umat awam gak bisa melaksanakan sila dengan perfect
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #19 on: 22 October 2007, 02:15:44 PM »
Tunggu jawaban saya, mau merenung dulu.
Silakan yg lain dulu deh.

Quote
Hikmah dari diskusi semacam ini (walaupun tidak memberi solusi definitif) akan memberikan wawasan dan wacana bagi peserta diskusi dan pembaca. Disamping itu, juga akan memberikan pemahaman terhadap realita bahwa kita selalu dihadapkan pada dilemma antara idealisme dan pragmatisme.
Ini sesuatu yg sangat penting diakui secara jujur. Jangan hanya nantinya menghasilkan suatu ajaran yang indah tapi tidak dapat dilaksanakan atau lebih parah lagi : komunitas yang munafik (di luar / di vihara/ di forum meneriakkan slogan2 puritan tapi pelaksanaan senyata2nya di sehari2 tidak demikian).

Barangkali komentar sy diatas kurang jelas.
Maksud saya:
Kita harus jujur bahwa dalam sehari2 kita selalu dihadapkan pada dillema2 ini, pertimbangan2 ini : antara yang ideal dan yg praktis.
Bila kita tidak jujur bahwa kita menghadapi dilemma ini, maka sama saja kita membohongi diri kita sendiri.
Seorang pembina Buddhist yg bijak, tentunya menyadari bahwa umat binaannya mengalami masalah dilemma ini. Ia harus tahu bagaimana membantu mereka berkembang.
« Last Edit: 22 October 2007, 02:20:35 PM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: pilih yg mana?
« Reply #20 on: 22 October 2007, 10:46:42 PM »
Quote
tambahan neh... di lantai juga banyak semut tak berdosa jadi korban... gimana mo ngusir semut...
dikamar gw byk semut nech.. gw diemin aja.. apa gw males yak   ;D
lagian kan dikamar atau rmh ada cecek jd dimakanin dach tuch semut *gw paling sebel ama cecek wakkss kabur gw klo ngeliat kakakkkkakka....
« Last Edit: 22 October 2007, 10:56:06 PM by Hendra Susanto »

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: pilih yg mana?
« Reply #21 on: 23 October 2007, 07:31:47 AM »
Diambil dari GQGA :

QUESTION: But surely it is good to kill sometimes, to kill disease-spreading insects or someone who is going to kill you?
ANSWER: It might be good for you but what about the insect or the person who is killed? They wish to live just as you do. When you decide to kill a disease-spreading insect, your intention is perhaps a mixture of self-concern (good) and revulsion (bad). The act will benefit yourself (good) but obviously it will not benefit that creature (bad). So at times it may be necessary to kill but it is never wholly good.

QUESTION: You Buddhist are too concerned about ants and bugs.
ANSWER: Buddhist try to develop a compassion that is undiscriminating and all- embracing. We see the world as a unified whole where each thing and creature has its place and function. We believe that before we destroy or upset nature's delicate balance, we should be very careful. Where emphasis has been on exploiting nature to the full, squeezing every last drop out of it without putting anything back, conquering and subduing it, nature has revolted. The air is becoming poisoned, the rivers polluted and dead, so many animal and plants are heading for extinction, the slopes of the mountains are barren and eroded. Even the climate is changing. If people were a little less anxious to crush, destroy and kill, this terrible situation may not have arisen. We should strive to develop a little more respect for all life. And this is what the First Precept is about.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Umat Awam

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 770
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #22 on: 23 October 2007, 10:03:17 AM »
Akan tetapi esensi dari topik kontroversial ini tidak pernah disentuh. Oleh karena itu topik perlu dirumuskan ulang sbb:
"Apakah melanggar sila demi kebaikan (eg.: menolong mahluk lain) dapat dimaklumi?"
bang suchamda, jawabannya lagi2 terpecah dua kubu dong...
yg mengikuti peraturan by the book bilang gimana2 ngelanggar, gak bagus
yg praktisi bilang umat awam gak bisa melaksanakan sila dengan perfect
Koq nickname saya dimasukin yach ... ;D
Btw, kadang ada org2 yg selalu mencoba menghubung2kan sesuatu yg tidak berhubungan... membunuh adalah perbuatan buruk dan menolong ato menyelamatkan adalah perbuatan baik.. so, it's different....
Jd, ga ada yg namanya melanggar sila ato melakukan kamma buruk demi kebaikan... karena kebaikan dan keburukan itu berbeda derajatnya... sama halnya berbohong demi kebaikan, benarkah hal itu? tidak kan?

Itu hanya pendapat saya pribadi yah... jgn ditanggapi terlalu serius...  ;D

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #23 on: 23 October 2007, 10:32:36 AM »
Koq nickname saya dimasukin yach ... ;D
Btw, kadang ada org2 yg selalu mencoba menghubung2kan sesuatu yg tidak berhubungan... membunuh adalah perbuatan buruk dan menolong ato menyelamatkan adalah perbuatan baik.. so, it's different....
Jd, ga ada yg namanya melanggar sila ato melakukan kamma buruk demi kebaikan... karena kebaikan dan keburukan itu berbeda derajatnya... sama halnya berbohong demi kebaikan, benarkah hal itu? tidak kan?

Itu hanya pendapat saya pribadi yah... jgn ditanggapi terlalu serius...  ;D

Sy tanggapin serius nih  ;D
Habis, jawabannya sangat briliant.
Jawaban begini mah bukan jawaban iseng, Bro.

Membunuh adalah membunuh ----> ada vipakanya
Menolong adalah menolong ----> ada vipakanya
Tidak ada namanya membunuh itu baik (karena tujuannya baik)
Menyadari ini, maka tidak ada dilema yg akan muncul.

IMO (sehubungan dengan pendapat Bro Dan) sbb:
Dilema akan muncul jika kita mencari pembenaran.
Kalo semuanya disadari apa adanya, tidak akan ada dilema yg muncul
(hanya pendapatku loh, sekedar sharing, semoga berguna, krn dulu aku juga sempat dilema begini)

seperti penjelasan Umatawam diatas

::

« Last Edit: 23 October 2007, 10:36:50 AM by willibordus »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Gun@saro

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • Satisampajañña
Re: pilih yg mana?
« Reply #24 on: 23 October 2007, 10:38:13 AM »
Poin terpenting sdh disinggung dgn jelas pd posting² awal... Sdr Willibordus sdh dgn jelas paparkan ttg pembenaran & jelas Sdr Tesla (jadi inget grup rock, lagunya keren²) nangkap dgn tegas dgn aspirasi spy ke depan tdk terjadi pembenaran...
Bathin kita cenderung mentolerir prinsip yg dianut, bukan menyikapi prinsip dgn disiplin. Itu kan nature kita semua yah. Membantu adalah 'baik', dgn cara membunuh yah tdk 'benar', so pasti tidak 'bijak' jika berusaha mem-validkan semua itu dgn alasan: "Motivku kan 'baik', wa bantu dia lhooo..."

*

Kualitas spiritual kita akan diukur dr 2 value: bagaimana atau sejauh mana 'sikapi' diri pd 'prinsip'... Bodhisatta dahulu punya tekad: "Lebih baik aku mati daripada melanggar sila"... Itulah kualitas value-Nya... Kita gimana? Yah, masing² lah... Abang saya adalah konsultan rumah sarang walet, dia paham bener prosesnya. Ada temen kampung, dulu NSI & sekarang belajar Buddha Dhamma sekaligus pemilik rumah walet. Karena "terlanjur", dia minta kiat bagaimana supaya panen & segala aktivitasnya supaya gak merugikan makhluk di sana. Seoptimal mungkin, yah, tanpa tutup itu usaha atau dijual lah, maklum, hasilnya kan OK... Abangku kasih begitu banyak solusi, dr yg masih merugikan hingga yg kelihatan sdh OK banget. Namun ada temen lain yg tdk pernah mau bangun rumah walet; walopun mampun & di kampung bisnis ini menjamur. Alasannya cuma satu: bagaimanapun cara tdk merugikan makhluk, mmg bisa, tapi saya sdh mengambil barang yg tdk diberikan... Itu pemahaman dia lho...
Saya tdk berharap kita diskusi apakah itu melanggar sila ke-2 dr Pancasila Buddhis atau bukan... Te-ta-pi... Ternyata kualitas praktik Buddha Dhamma, dlm hal ini menjalankan Pancasila & Pancadhamma ~ masing² memiliki derajat yg berbeda... Berproses & tdk bisa dipaksakan...

*

Kita memang cenderung mentolerir kekurangan kita dgn alasan² motiv baik sebelumnya. Sdr Willibordus membuat poin sangat penting; bahwa, padahal itu justru menjerumuskan kita kepada pengertian keliru, micca-ditthi... Seperti ulasan B³:
~ value 'baik': motivasi mmg baik, membantu...
~ value 'benar': caranya dgn membunuh...
~ value 'bijak': pembenaran akan cara membunuh sehingga nampak OK, semata² krn value 'baik' terpenuhi...
Saya ingat ketika FPI menghancurkan kaca pintu depan redaksi Playboy Indonesia. Ketika ditanya ttg tindakan anarkis, dgn nada protes. Mereka menjawab ± yah: "Kami hanya anarkis pd kaca pintu; mereka, anarkis kepada akhlak bangsa ini... Itu lebih anarkis"
Kedengarannya diplomatis yah. Tapi mirip teori "even": dia salah + aku salah = impas/bener... Kau cubit aku, aku cubit lagi: impas... Kalo aku sentil saja, sebenarnya lebih mending lho, krn aku tuh dicubit. Mestinya bersyukur lo...
Nah, jadi nampak mirip² yah...

*

Bagaimana jika dibalik? Motivnya tidak baik namun dgn berbuat kebaikan? Apakah kita akan konsisten dgn merujuk kepada poin motiv? Hé³… kayanya ngga yah. Mengapa? Yah karena nature kita itu: mentolerir prinsip...
Sukhi Hotu...

Gunasaro

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: pilih yg mana?
« Reply #25 on: 23 October 2007, 10:59:43 AM »
Nah apabila seseorang sudah mencapai tingkatan tertentu, dan batinnya sudah suci, bila membunuh tanpa kebencian atau perasaan bagaimana?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #26 on: 23 October 2007, 11:20:21 AM »
Nah apabila seseorang sudah mencapai tingkatan tertentu, dan batinnya sudah suci, bila membunuh tanpa kebencian atau perasaan bagaimana?

sepertinya kasus ini adalah 'kasus andai2' aja yah Ryu....  ;D
blom pernah dengar tuh, seseorang yg sudah mencapai kesucian melakukan pembunuhan  :P

jawabannya pake andai2 juga, yaitu:
~ apabila ia sudah suci, tidak mungkin melakukan pembunuhan
~ apabila ia melakukan pembunuhan, berarti ia tidak suci

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: pilih yg mana?
« Reply #27 on: 23 October 2007, 11:38:32 AM »
apakah seseorang yg suci ditandai dengan tidak membunuh?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #28 on: 23 October 2007, 11:59:20 AM »
Quote
IMO (sehubungan dengan pendapat Bro Dan) sbb:
Dilema akan muncul jika kita mencari pembenaran.
Kalo semuanya disadari apa adanya, tidak akan ada dilema yg muncul
(hanya pendapatku loh, sekedar sharing, semoga berguna, krn dulu aku juga sempat dilema begini)

Coba anda hayati dari pengalaman anda sendiri dulu.

Bagaimana kalau ada yang mau membunuh anak anda? Dan anda harus berkelahi tapi cuman ada 2 pilihan, membunuh atau dibunuh?
Bagaimana kalau seseorang Buddhist pekerjaannya berhubungan dengan pelanggaran sila dan tidak ada alternatif pindah pekerjaan?
Apakah dengan mudah kita mengatakan orang2 tsb melakukan pembenaran?
Kalau begitu, saya tanya anda pribadi, apakah anda bisa hidup sebagai seorang perumah tangga tanpa sama sekali melakukan pembenaran?

Come on, jangan mereduksi masalah terlalu simplistik. Dilemma terjadi bahkan sebelum kita mencari pembenaran. Jangan terlalu teoritis, coba simak dari batin anda sendiri.
« Last Edit: 23 October 2007, 12:05:25 PM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #29 on: 23 October 2007, 12:17:28 PM »
Quote
jawabannya pake andai2 juga, yaitu:
~ apabila ia sudah suci, tidak mungkin melakukan pembunuhan
~ apabila ia melakukan pembunuhan, berarti ia tidak suci

Apakah definisi suci?
Seorang sotapana sudah mencapai kesucian belum?
Seorang boddhisattva (level 1-10) sudah mencapai kesucian belum?
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: pilih yg mana?
« Reply #30 on: 23 October 2007, 12:30:54 PM »
Nah apabila seseorang sudah mencapai tingkatan tertentu, dan batinnya sudah suci, bila membunuh tanpa kebencian atau perasaan bagaimana?

sepertinya kasus ini adalah 'kasus andai2' aja yah Ryu....  ;D
blom pernah dengar tuh, seseorang yg sudah mencapai kesucian melakukan pembunuhan  :P

jawabannya pake andai2 juga, yaitu:
~ apabila ia sudah suci, tidak mungkin melakukan pembunuhan
~ apabila ia melakukan pembunuhan, berarti ia tidak suci

::

apakah sang buddha tdk pernah membunuh?

apakah seorang suci tdk boleh membunuh?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #31 on: 23 October 2007, 12:49:23 PM »
Kasus dari Bro Daniel:
Ada yg mau mencelakakan anak kita, kita terlibat perkelahian: kill or be killed. Akhirnya kita yg membunuh.
Akan saya lihat dari teori B3 nya Bro Gunasaro (maap Bro Gun sy pinjam dulu yah):
~ Bela / selamatin anak: motif sudah baik (+)
~ Membunuh ancaman tsb: cara sudah nggak bener (-)
~ Menyadari / mengakui pembunuhan sebagai kekeliruan dan perlu di manage: ini bijak (+)

Jadi, bertindak BIJAKSANA itu perlu, jangan setelah 'nggak bener' (-) eh ditambahin lagi 'nggak bijak' (-)(batin dua kali minus (-); kata orang dagang .....bocuan deh ;))

Jadi sebisa mungkin kita menjaga batin kita agar selalu tiga plus: sebelum(+), saat (+) dan sesudah (+) melakukan.

Kalo keadaan tidak memungkinkan, yah minimal dua plus: sebelum(+) dan sesudah (+)

Jangan sampai hanya satu plus: niat (+) doang yg baik; cara (-) dan manage bathin (-)nya kedodoran. Ini udah bocuan deh, boro2 bertambah, pelan2 kebijaksanaan kita akan berkurang.

lagi,
Menjadi pelacur krn tdk ada alternatif, lantas bilang bhw melacur sebagai OK... Itu yg kita takutkan...

Seperti yg saya tulis pertama: Mengakui kesalahan sebagai kesalahan, apa adanya. Ini adalah Kebijaksanaan. Jadi, 'niat' dan 'cara' saja tidaklah cukup, diperlukan suatu kebijaksanaan dalam memanage bathin.

Mungkin begitu, Bro Dan maaf jika kata2nya berantakan...

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Gun@saro

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • Satisampajañña
Re: pilih yg mana?
« Reply #32 on: 23 October 2007, 01:41:04 PM »
Sekarang subyeknya jadi org dgn bathin suci yah... Pertanyaannya kondisional sekali.
Maka perlu kita sepakati dulu defini kualitas bathin suci itu yg seperti apa kriterianya. Bisa Sdr Ryu paparkan? Dari situ akan jelas sekali jawabannya...


Nah apabila seseorang sudah mencapai tingkatan tertentu, dan batinnya sudah suci, bila membunuh tanpa kebencian atau perasaan bagaimana?
Sukhi Hotu...

Gunasaro

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #33 on: 23 October 2007, 01:47:56 PM »
+ Bro Willi, kayaknya ini bakal jadi diskusi two liners deh, tapi ga apa, teruskan aja. Jangan diartikan bersifat personal yah. Ini debat utk kemajuan kita semua kok. Jadikan 'ketegaan membantai pandangan musuh' sebagai sebuah act motivated out of compassion.

+ Bro, tolong jawabin dulu tuh tentang definisi suci yang anda maksudkan gimana. Ini demi kelanjutan membuka aspek2 lain dalam diskusi ini.

+ Respon thd posting anda yg terakhir :

Saya setuju dengan cara analisa yang diberikan oleh bro Gun. Tapi cara itu pun --menurut saya-- belum memberi solusi definitif tentang permasalahan yg kita bicarakan ini. Ini sehubungan dengan sifat pikiran yang subtil dan mudah berubah bentuk. Dalam kondisi mindful yang kita amati bukanlah sesederhana itu.

Saya baru merencanakan utk menulis secara konseptual, tapi saya pending dulu demi diskusi berjalan.
Oleh krn itu sebagai gantinya, saya ajukan pertanyaan2 saja guna merangsang pemikiran kita semua.

Saya rasa kita semua setuju bahwa tujuan kita belajar Buddhism adalah untuk mencapai kondisi padamnya sang aku. Langkah yg dilakukan utk itu pada awalnya adalah berusaha mengatasi egoisme.
Pertanyaannya begini : Apakah mungkin seseorang bisa mencapai kesucian bila masih memiliki egoisme?

Kasus dirumuskan konseptual secara begini :
- Saya tahu bahwa ada mahluk yang butuh pertolongan saya tapi utk itu saya harus melanggar sila. Tapi saya tidak mau melanggar sila (melakukan karma buruk) karena saya berpandangan (percaya) bahwa melanggar sila tidak membantu saya mencapai kesucian.

So, bukankah orang itu egois : demi pencapaian kesuciannya ia mempertahankan tujuan dirinya dengan mengabaikan orang yg butuh pertolongan.

Bagaimana view anda thd kasus ini?
(Pls jangan dengan jawaban evasion, eg: 'cari cara lain yg ga melanggar sila'; tapi fokus ke tema batin keakuan.)
« Last Edit: 23 October 2007, 02:09:45 PM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #34 on: 23 October 2007, 02:04:46 PM »
Tambahan utk posting saya sebelumnya. Ini contoh kasus, tapi tolong jangan dibahas secara kasusistik dulu ya, bahaslah secara konseptual. Contoh ini cuman mau memperjelas apa yg saya tuliskan sebelumnya.

Contoh:
Anda sedang di sebuah pasar buah memilih2 buah yg ingin dibeli di tumpukan keranjang buah. Datanglah seorang pengemis nenek tua kurus kering yang kelihatan kelaparan. Anda melihat bahwa ia mengambil sebuah apel dan memasukkan dalam selendangnya, kemudian pergi.
Pemilik toko curiga dan mendatangi anda dan berkata:
"Pak, saya tadi merasa bahwa ibu itu mencuri buah, apakah anda melihat ibu tadi mencuri buah? Tolong jadi saksi karena saya akan memanggil satpam utk menangkapnya".

Apakah yang anda lakukan sebagai seorang Buddhist yg komit menjalankan sila?

1. Diam saja
2. Bilang "tidak tahu"
3. Bilang "Tidak"
4. Berkata jujur "Ya dia mencuri"

No.1, anda menghindar. Kemungkinan si penjual itu memanggil satpam dan ibu itu digebuki. Nurut saya sih jawaban ini cuman mau mementingkan/ melindungi diri sendiri. Dalam skala massal, buddhist tipe gini bakal akan jadi orang apatis pasif thd dunia.

No.2, anda berbohong. Langgar sila juga. Tapi jg ga ada gunanya krn ibu itu tetap beresiko digebukin satpam.

No.3, anda berbohong. Langgar sila, tapi anda melindungi ibu itu semata karena kasihan dan belas kasih.

No.4, anda berkata jujur. Tidak langgar sila, tapi anda orang yg kurang berperikemanusiaan (tidak humanis).
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: pilih yg mana?
« Reply #35 on: 23 October 2007, 02:10:36 PM »
Hm.. Kenapa kita tidak mencegah nenek tersebut mencuri buah ?
Bisa saja kan kita datangi dan katakan pada si nenek bahwa kita akan jamim memberikan dia makan.

Gimana ?

Tapi memang bila terjadi kasus seperti ini.. Agak bingung juga memilihnya.
Kalau saya pribadi, memilih jujur tetapi bersedia membayar buah yang telah dicurinya.



« Last Edit: 23 October 2007, 02:12:15 PM by Hedi Kasmanto »
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #36 on: 23 October 2007, 02:20:43 PM »
Hm.. Kenapa kita tidak mencegah nenek tersebut mencuri buah ?
Bisa saja kan kita datangi dan katakan pada si nenek bahwa kita akan jamim memberikan dia makan.

Gimana ?

Tapi memang bila terjadi kasus seperti ini.. Agak bingung juga memilihnya.
Kalau saya pribadi, memilih jujur tetapi bersedia membayar buah yang telah dicurinya.

Anda mulai membahasnya secara kasusistik , saya arahkan utk kearah konseptual.

Tapi baiklah, saya coba tanggapi sedikit.
Dalam suatu kejadian sekejap, seringkali kita tidak sempat memikirkan alternatif2 lain. Hanya 4 jawaban itu yg tersedia di benak itu saat itu. Anda pilih mana?

+ Ini contoh kasus utk pengarah, bukan utk dijawab dengan berandai-andai.
« Last Edit: 23 October 2007, 02:22:31 PM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: pilih yg mana?
« Reply #37 on: 23 October 2007, 02:45:22 PM »
Ini contoh kasus laen...

Seperti yg kita ketahui...
Keadaan pikiran menjelang kematian, amat mempengaruhi Kealam mana seseorang yg akan meninggal pergi

Kasus,
Mobil tabrakan...
Sang Ibu diperkirakan dokter tinggal nunggu waktu,
Anda juga telah mengetahui kalau anak ibu tersebut telah meninggal,
Lalu... anda ditanya, "Jon, Bagaimana keadaan anak saya?"

Maka... Jawaban anda ?

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #38 on: 23 October 2007, 02:47:00 PM »
Bro Suchamda....

Saya juga lagi berusaha memanage bathin saya, Tentu saja saya tidak menganggap ini masalah personal (karena jika begitu yg akan rugi adalah sy sendiri). Saya malah menganggap diskusi ini sangat berguna bagi kita semua, sehingga perlu diteruskan.

Kelemahan dua postingan terakhir ini adalah Bro Dan telah menentukan kondisinya sedemikian rupa, padahal dalam realita selalu ada kemungkinan2 lain. Contohnya: Hedi telah menunjukkan pilihan personalnya tsb...

::





Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: pilih yg mana?
« Reply #39 on: 23 October 2007, 03:03:50 PM »
Kelemahan dua postingan terakhir ini adalah Bro Dan telah menentukan kondisinya sedemikian rupa, padahal dalam realita selalu ada kemungkinan2 lain. Contohnya: Hedi telah menunjukkan pilihan personalnya tsb...
pengalaman saya kok terbalik ya, realitanya justru seringkali pilihannya amat terbatas...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: pilih yg mana?
« Reply #40 on: 23 October 2007, 03:07:43 PM »
Definisi orang suci, mungkin seperti contoh : sang buddha.

atau ada kriteria lagi misalnya orang yang kondisi batinnya sudah tidak ada kotoran batin yang tersisa.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: pilih yg mana?
« Reply #41 on: 23 October 2007, 03:08:49 PM »
Mungkin karena yang dimaksudkan oleh realita oleh Sdr. Morpheus adalah realita "nasi yang menjadi bubur".
Sehingga karena "nasi sudah menjadi bubur" menjadikan semakin sedikitnya opsi2 yang dapat dipilih.

Maksud nasi menjadi bubur

Seminggu lagi kita akan ujian

Tapi kita sia2kan waktu seminggu dengan bermain2

Tiba hari H nya, mati lampu dan kita tidak bisa belajar

Jadi ada 2 pilihan :
1. Membuat contekan
2. Tetap jujur dan menerima apa adanya

2 opsi di atas tersebut adalah opsi "nasi menjadi bubur" karena keteledoran kita. Yang sebenarnya ada opsi ke 3, yaitu menghindari bermain dan kita manfaatkan waktu untuk belajar selama seminggu



Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #42 on: 23 October 2007, 03:17:43 PM »
Pointnya kan sudah jelas:

Idealnya SILA dijaga se-disiplin mungkin, yaitu:
Menjaga kesimbangan bathin (tiga plus; sebelum +, saat +, dan sesudah +).

Itu idealnya, dalam praktiknya: jika tidak terpenuhi ke tiga plus (+ + +) tadi, minimal dijaga dua plus (+ +). Jangan sampai kendor menjadi hanya satu plus (+). apalagi kalo sudah tanpa plus sama sekali.

Apa maksud plus (+) disini? Plus ialah Bathin positif. 'Kondisi Pikiran' setelah melakukan perbuatan adalah saat terpenting. Setelah melakukan perbuatan SALAH dan menganggapnya BENAR, akan menjadi pendorong untuk melakukan perbuatan salah itu dikemudian hari. Itulah mengapa sangat berbahaya mencari PEMBENARAN untuk PERBUATAN SALAH. Jika setelah melakukan perbuatan salah (berbohong, membunuh, dsbnya) MENYADARI bahwa telah melakukan perbuatan salah, hal ini akan membentuk suatu manage bathin yg lebih bijaksana dikemudian hari.

Mungkin dnegan penjelasan ini bisa dimengerti mengapa Mengakui Telah Melakukan Pelanggaran itu sangat penting ketimbang Mencari Pembenaran atas pelanggaran yg telah kita lakukan.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: pilih yg mana?
« Reply #43 on: 23 October 2007, 03:22:00 PM »
+ Bro Willi, kayaknya ini bakal jadi diskusi two liners deh, tapi ga apa, teruskan aja. Jangan diartikan bersifat personal yah. Ini debat utk kemajuan kita semua kok. Jadikan 'ketegaan membantai pandangan musuh' sebagai sebuah act motivated out of compassion.

+ Bro, tolong jawabin dulu tuh tentang definisi suci yang anda maksudkan gimana. Ini demi kelanjutan membuka aspek2 lain dalam diskusi ini.

+ Respon thd posting anda yg terakhir :

Saya setuju dengan cara analisa yang diberikan oleh bro Gun. Tapi cara itu pun --menurut saya-- belum memberi solusi definitif tentang permasalahan yg kita bicarakan ini. Ini sehubungan dengan sifat pikiran yang subtil dan mudah berubah bentuk. Dalam kondisi mindful yang kita amati bukanlah sesederhana itu.

Saya baru merencanakan utk menulis secara konseptual, tapi saya pending dulu demi diskusi berjalan.
Oleh krn itu sebagai gantinya, saya ajukan pertanyaan2 saja guna merangsang pemikiran kita semua.

Saya rasa kita semua setuju bahwa tujuan kita belajar Buddhism adalah untuk mencapai kondisi padamnya sang aku. Langkah yg dilakukan utk itu pada awalnya adalah berusaha mengatasi egoisme.
Pertanyaannya begini : Apakah mungkin seseorang bisa mencapai kesucian bila masih memiliki egoisme?

Kasus dirumuskan konseptual secara begini :
- Saya tahu bahwa ada mahluk yang butuh pertolongan saya tapi utk itu saya harus melanggar sila. Tapi saya tidak mau melanggar sila (melakukan karma buruk) karena saya berpandangan (percaya) bahwa melanggar sila tidak membantu saya mencapai kesucian.

So, bukankah orang itu egois : demi pencapaian kesuciannya ia mempertahankan tujuan dirinya dengan mengabaikan orang yg butuh pertolongan.

Bagaimana view anda thd kasus ini?
(Pls jangan dengan jawaban evasion, eg: 'cari cara lain yg ga melanggar sila'; tapi fokus ke tema batin keakuan.)


Justru seseorang yang sudah bisa memahami jalan tengah akan bisa lebih bijaksana dalam menyikapi hal tersebut, sang buddha mengajarkan kita jadi orang yang baik dan bijaksana, bukan menjadi orang baik yang bodoh.

Soal pencapaian kesucian pun hanya diri kita sendiri yang tahu sampai dimana kita bisa memandang dan menghilangkan keakuan.

dengan hilangnya keakuan dan mengerti akan diri sendiri maka otomatis kita akan memandang semua sebagai kesatuan yang saling membutuhkan dan bisa sebagai cerminan dalam bersikap.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #44 on: 23 October 2007, 03:28:20 PM »
Wah malah kasusnya dibahas.  :'(
Kasus itu sekedar contoh konsep yg mau didiskusikan.

Dalam kehidupan sehari2 waktu mengambil keputusan hanya sekejap. Tindakan itu spontan, bukan dianalisa dan dipikir panjang2 seperti lagi diskusi di forum ini.

Ok,lah. Anggap saja itu adalah pertanyaan psychotest. Cuman ada 4 alternatif, anda disuruh memilih yang paling tepat menggambarkan sifat anda.
Pilihan no.1 dan 2 adalah type orang Safety Player.
Pilihan no.3 adalah type humanist
Pilihan no.4 adalah type ethical guardian

Bila, anda tidak mau menjawab dapat dikarenakan 2 kemungkinan:
1. Anda malas berpikir
2. Anda takut dengan resiko menjawab,misal: Anda takut dikatakan bukan sebagai buddhist yang baik (kalau melanggar sila), atau enggan dikatakan egois (krn tepatin sila) dsb. (Jadi, dengan menghindar ini jelas anda sebetulnya adalah type safety player: mau cari selamat sendiri.
Duh, soal imajiner begini saja kok egonya melekat kuat sekali yah. ^-^)

OK, kembalikan ke topik yg mau kita bahas disini:

Tolong kembali bahas kesini :
Quote
Saya rasa kita semua setuju bahwa tujuan kita belajar Buddhism adalah untuk mencapai kondisi padamnya sang aku. Langkah yg dilakukan utk itu pada awalnya adalah berusaha mengatasi egoisme.
Pertanyaannya begini : Apakah mungkin seseorang bisa mencapai kesucian bila masih memiliki egoisme?

Kasus dirumuskan konseptual secara begini :
- Saya tahu bahwa ada mahluk yang butuh pertolongan saya tapi utk itu saya harus melanggar sila. Tapi saya tidak mau melanggar sila (melakukan karma buruk) karena saya berpandangan (percaya) bahwa melanggar sila tidak membantu saya mencapai kesucian.

So, bukankah orang itu egois : demi pencapaian kesuciannya ia mempertahankan tujuan dirinya dengan mengabaikan orang yg butuh pertolongan.

Bagaimana view anda thd kasus ini?
(Pls jangan dengan jawaban evasion, eg: 'cari cara lain yg ga melanggar sila'; tapi fokus ke tema batin keakuan.)
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #45 on: 23 October 2007, 03:36:23 PM »
Quote
Mungkin dnegan penjelasan ini bisa dimengerti mengapa Mengakui Telah Melakukan Pelanggaran itu sangat penting ketimbang Mencari Pembenaran atas pelanggaran yg telah kita lakukan.

Saya bukan sedang mencari jalan untuk alasan pembenaran diri. Itu hanya asumsi anda.


OOT:
Point2 penting yg perlu diketahui utk diskusi ini adalah bahwa saya mencoba untuk:
- Memberikan pengertian bahwa dalam kehidupan nyata itu tidak sesederhana dalam teori.
- Mencoba mengasuh agar kita bisa berpikir mendalam dan menganalisa, bukan dengan pendekatan "one recipe for all".
- Menunjukkan bahwa walau ini hanya sebuah diskusi, tapi ego defense kita sangat kuat. Ego defense itu sangat licik berubah bentuk selalu kembali melindungi "si aku" walau di atas namakan yg lain (eg: atas nama sila, atas nama kebenaran, atas nama Buddha, atas nama pembenaran diri, atas nama cintakasih, dsb).
- Mengembangkan budaya bahwa kita bisa berdiskusi secara sehat tanpa harus diwarnai konflik personal (jangan salah pahami ini bahwa saya menuduh salah satu dari kita ini emosi loh ^-^. Hati2 sama asumsi.)
- Mencoba untuk menguak esensi Buddhism yg lebih mendasar ketimbang sekedar kepatuhan thd sila.

Mudah2an dimaklumi.
« Last Edit: 23 October 2007, 03:48:47 PM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: pilih yg mana?
« Reply #46 on: 23 October 2007, 03:40:17 PM »
SEPERTI BHANTE UPASENO KATAKAN :
THIS IS NOT A PERFECT WORLD
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #47 on: 23 October 2007, 03:43:14 PM »
Quote
justru seseorang yang sudah bisa memahami jalan tengah akan bisa lebih bijaksana dalam menyikapi hal tersebut, sang buddha mengajarkan kita jadi orang yang baik dan bijaksana, bukan menjadi orang baik yang bodoh.

Quote
Soal pencapaian kesucian pun hanya diri kita sendiri yang tahu sampai dimana kita bisa memandang dan menghilangkan keakuan.

So? Implikasinya apa?
Sori kurang jelas. Apa hubungannya dengan pertanyaan :
Apakah mungkin seseorang bisa mencapai kesucian bila masih memiliki egoisme?

Quote
dengan hilangnya keakuan dan mengerti akan diri sendiri maka otomatis kita akan memandang semua sebagai kesatuan yang saling membutuhkan dan bisa sebagai cerminan dalam bersikap.

Sori , kurang jelas.
Jadi, maksudnya anda menjawab ya atau tidak terhadap pertanyaan ini:
Apakah mungkin seseorang bisa mencapai kesucian bila masih memiliki egoisme?
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #48 on: 23 October 2007, 03:56:03 PM »
Quote
Bila, anda tidak mau menjawab dapat dikarenakan 2 kemungkinan:
1. Anda malas berpikir
2. Anda takut dengan resiko menjawab,misal: Anda takut dikatakan bukan sebagai buddhist yang baik (kalau melanggar sila), atau enggan dikatakan egois (krn tepatin sila) dsb. (Jadi, dengan menghindar ini jelas anda sebetulnya adalah type safety player: mau cari selamat sendiri.
Duh, soal imajiner begini saja kok egonya melekat kuat sekali yah. )

wow... wow... Bro Dan.... watch your step. Hati2 ntar kepleset Bro....

Mengenai optional tsb, anda membatasi sesuatu yg sebenarnya mempunyai pilihan yg banyak sekali. Pengkondisian kasus, padahal kita membahas masalah bathin, spiritualitas, kemungkinan pilihan sesungguhnya sangat banyak dan tidak bisa dibatas2/i...

Mengenai nenek itu, 4 optional tsb mungkin adalah pilihan sikap Bro Dan, namun sy -secara jujur- akan bertindak lain. Saya akan menjawab sbb:
"Pak, saya memang melihat nenek itu mengambilnya, tapi apa perlu kita melaporkan ke satpam?"

Setelah itu berbagai alternatif lain bisa terjadi... Bapak toko yg tersadar... bisa juga satpam yg mau mengerti.... dsbnya...., lagian seorang nenek mencuri apel, apa sih hukumannya?

Memang kasusnya yg dibahas, habis mo bahas apanya nih?  :P

BTW, ego nya siapa nih yg mulai kelihatan? Kurang ngeh neh, ego si nenek, pemilik toko atau siapa? ;D

::
« Last Edit: 23 October 2007, 04:07:19 PM by willibordus »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: pilih yg mana?
« Reply #49 on: 23 October 2007, 03:57:21 PM »
kesucian yang bagaimana yang anda inginkan/maksudkan??

Apakah seseorang yang memiliki egoisme itu buruk??

Apakah seseorang untuk mencapai kesucian harus menghilangkan egoisme??
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: pilih yg mana?
« Reply #50 on: 23 October 2007, 04:00:03 PM »
Tambahan utk posting saya sebelumnya. Ini contoh kasus, tapi tolong jangan dibahas secara kasusistik dulu ya, bahaslah secara konseptual. Contoh ini cuman mau memperjelas apa yg saya tuliskan sebelumnya.

Contoh:
Anda sedang di sebuah pasar buah memilih2 buah yg ingin dibeli di tumpukan keranjang buah. Datanglah seorang pengemis nenek tua kurus kering yang kelihatan kelaparan. Anda melihat bahwa ia mengambil sebuah apel dan memasukkan dalam selendangnya, kemudian pergi.
Pemilik toko curiga dan mendatangi anda dan berkata:
"Pak, saya tadi merasa bahwa ibu itu mencuri buah, apakah anda melihat ibu tadi mencuri buah? Tolong jadi saksi karena saya akan memanggil satpam utk menangkapnya".

Apakah yang anda lakukan sebagai seorang Buddhist yg komit menjalankan sila?

1. Diam saja
2. Bilang "tidak tahu"
3. Bilang "Tidak"
4. Berkata jujur "Ya dia mencuri"

No.1, anda menghindar. Kemungkinan si penjual itu memanggil satpam dan ibu itu digebuki. Nurut saya sih jawaban ini cuman mau mementingkan/ melindungi diri sendiri. Dalam skala massal, buddhist tipe gini bakal akan jadi orang apatis pasif thd dunia.

No.2, anda berbohong. Langgar sila juga. Tapi jg ga ada gunanya krn ibu itu tetap beresiko digebukin satpam.

No.3, anda berbohong. Langgar sila, tapi anda melindungi ibu itu semata karena kasihan dan belas kasih.

No.4, anda berkata jujur. Tidak langgar sila, tapi anda orang yg kurang berperikemanusiaan (tidak humanis).


Kalo soal ini mah gua pilih No. 4
tidak berperikemanusiaan dimananya yah??
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #51 on: 23 October 2007, 04:04:23 PM »
Kalau soal 'memadamkan aku' saya nggak bisa bahas Bro Dan....

Fokus saya dalam belajar Buddhism adalah: Mengikis Lobha Dosa Moha.
Kriterianya jelas, jalannya pun jelas.

Apa mungkin pendekatan kita dalam 'pencapaian' itu berbeda, ya? Makanya kadang diskusi kita 'nggak nyambung' ;D

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: pilih yg mana?
« Reply #52 on: 23 October 2007, 04:20:33 PM »
Quote
No.4, anda berkata jujur. Tidak langgar sila, tapi anda orang yg kurang berperikemanusiaan (tidak humanis)

gua pillih no. 4.

pengalaman 'melindungi sesuatu yg salah atas dasar belas kasihan':
pernah menutupin kasus pencurian karyawan, tetapi si pelaku malah melakukan kasus yg lebih besar. sudah diberi kesempatan berkali-kali. tetapi malah makin parah.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #53 on: 23 October 2007, 05:35:01 PM »
Quote
BTW, ego nya siapa nih yg mulai kelihatan? Kurang ngeh neh, ego si nenek, pemilik toko atau siapa?

Anda juga baiknya hati-hati bro Willi, pernyataan anda terakhir ini terkesan personal. Tanggapan anda terakhir ini terasa mengandung sindiran.

Apa yang saya kemukakan tadi adalah dengan tujuan untuk mengarahkan. Rupanya arahan saya tidak dapat dipahami, malah disalah artikan sebagai sesuatu yg bersifat penyerangan pribadi. Saya mohon maaf.
Bukan itu.
Perspektifnya sebaiknya jangan 'aku' lawan 'kamu', sedari awal sudah saya ingatkan bro Willi. Tapi fokuslah pada perdebatan konseptualnya. Cobalah, sekali lagi saya mengharapkan dengan hormat: telitilah batin anda. Tidak bisa sekarang ya lain kali.
Coba lihat tulisan saya dari perspektif lain, saya coba mengkemukakan permainan pikiran belaka.
Buktinya adalah bhw yang saya kritik adalah 2 kubu , perhatikan :
Quote
- Menunjukkan bahwa walau ini hanya sebuah diskusi, tapi ego defense kita sangat kuat. Ego defense itu sangat licik berubah bentuk selalu kembali melindungi "si aku" walau di atas namakan yg lain (eg: atas nama sila, atas nama kebenaran, atas nama Buddha, atas nama pembenaran diri, atas nama cintakasih, dsb).

Perhatikan yg saya cetak tebal.
Saya anggap anda kubu yang kaku terhadap sila. Betul memang saya kritik.
Tapi kubu yg sebaliknya : yang mengatas namakan pembenaran diri dan mengatas namakan cinta kasih, juga saya kritik.

Saya mencoba mengarahkan ke pengertian bahwa :
berpraktek Buddhism janganlah takut kotor, jangan hanya mau main-main yang bersih saja tapi cuman dalam khayalan.
Sisi gelap kita harus kita hadapi, kita sambut dengan gagah berani. Transformasikan racun itu menjadi obat utk penawar ego kita.

Emosi negatif/ perbuatan negatif memang bisa diatasi dengan cara pertama, yaitu menghindari sejauh-jauhnya atau menolaknya. Tapi ada 2 cara lain:
2. Transformasikan emosi / perbuatan negatif itu menjadi sebuah path menuju kesucian.
3. Emosi / perbuatan negatif itu sendiri digunakan sebagai empty appearance dari wisdom.

Disini saya cuman mau mengarahkan ke cara ke-2, tapi tak dipahami. Apalagi cara ke-3, saya sendiri cuman baru meraba-raba. (Source : Bodhi Magazine, Dzogchen Ponlop Rinpoche)

-------------

Baiklah, rupanya sia-sia saja pengarahan saya, maka saya barangkali lebih baik menulis suatu artikel yang komprehensif mewakili apa yg saya maksud. Itu pun kalo saya memiliki enersi cukup utk berbagi. Tidak tahu, apakah kondisi sudah memungkinkan utk dapat kalian mengerti.

Btw, untuk sekedar informasi :

Di dalam Mahayana ada secondary Bodhisattva Vow (Sumpah Bodhisattva) yang bunyinya demikian. Ini cuman ingin sekedar membuktikan bahwa apa yang sebenarnya saya ingin katakan bukannya tanpa dasar.

11. TIDAK MEMAHAMI MAKSUD SEPENUHNYA DARI WELAS ASIH

"Jika memenuhi tujuan khusus bagi orang lain, seorang Bodhisattva diperkenankan
melakukan ketujuh perbuatan tidak baik dari tubuh dan ucapan (1. membunuh, 2.
mencuri, 3. berhubungan seksual yang tidak benar, 4 - 7. berbohong, berkata
kasar, bergunjing, memfitnah). Jika Anda menolak melakukan tindakan tidak baik
tersebut, apabila dengan melakukannya Anda dapat menolong makhluk hidup yang tak
terhitung, Anda mengalami runtuhnya (sumpah) ini. Pada umumnya, Anda harus
menghindari semua perbuatan tidak baik. Tetapi jika muncul situasi di mana,
melalui welas asih Anda dapat membantu makhluk hidup yang tak terhitung dengan
melakukan salah satu dari ketujuh perbuatan tidak baik dari tubuh dan ucapan,
maka Anda harus melakukannya. Misalnya, anda tinggal di pedalaman dan datang
seorang pemburu bertanya apakah Anda melihat kijang. Jika Anda melihat kijang
dan memutuskan tidak akan berbohong, Anda akan memegang teguh aturan Vinaya Anda
dan mempertahankan ketaatan pada sila yang tujuh, tetapi pemburu itu akan
membunuh kijang itu. Dalam hal ini, Anda seharusnya berbohong, alih-alih menaati
aturan yang biasa. Penilaian ini tentu saja membutuhkan kearifan."

[dari: http://www.buddhism.kalachakranet.org/resources/bodhisattva_vows.html#2
-- 'Compendium of Trainings by Shantideva the Luminous Jewel Garland of
Instructions on the Three Vows' by Gelong Tsewang Samdrub, and teachings by
Geshe Tashi in London (February and March 2001) which were based on Lama Tsong
Khapa's commentary.]
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #54 on: 23 October 2007, 05:57:56 PM »
Kepada rekan2 yang lain selain bro Willi,
saya mohon maaf utk tidak bisa menanggapi semua komentar kalian satu persatu karena keterbatasan waktu dan enersi saya. Saya rasa cukup terwakili dengan content debat saya dgn bro Willi. Bro Willi saya pilih sebagai sparring partner adalah karena dia relatif lebih terbuka dan eksplisit dalam menyampaikan buah pikirannya secara kontinyu (tidak hit n run).
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: pilih yg mana?
« Reply #55 on: 23 October 2007, 06:29:19 PM »
Jangan terlalu mengtabukan Sila;
Ada yg lebih penting daripada tidak melanggar Sila

Offline langitbiru

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 547
  • Reputasi: 23
Re: pilih yg mana?
« Reply #56 on: 23 October 2007, 06:42:17 PM »
masih ga ngerti nih ama arah postingan suchamda :-?

yg saya tangkap di "11. TIDAK MEMAHAMI MAKSUD SEPENUHNYA DARI WELAS ASIH" malah, melakukan sesuatu atas nama cinta kasih yg justru dikritik sendiri oleh bro suchamda.
oni... kao titi bobo... gigi...

Offline Gun@saro

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • Satisampajañña
Re: pilih yg mana?
« Reply #57 on: 23 October 2007, 06:48:31 PM »
Coba kita telaah dr awal topik diskusi ini. It's about making up a choice... Bicara pilihan, tentu kembali kepada kualitas bathin masing² dlm menyikapi prinsip yg dianut, dlm hal ini Buddhisme. Namun, jika pilihan tidak memiliki rujukan ideal, artinya semua diserahkan kepada "terserah apa pilihannya". Saya pikir, diskusi spiritual menjadi kurang optimum yah...

#

Kita tahu ada karakter manusia dr yg berani bunuh ortu, sampe yg mukul nyamuk pun gak mau... Yg saya berani pastikan, tiap pribadi kita pasti mengalami transformasi kualitas bathin; sejak mengenal Buddhisme. Atau dr tidak intens menjadi lebih intens. Atau walau masih payah praktik, tapi logika/perasaan sdh beda derajatnya dari chapter sebelumnya. Benar yah? Nah, ada yg pesat, so ada yg lambat; meskipun materi yg dipelajari sama saja... Artinya, idealnya kita sih merealisasi Asankhata Dhamma (Nibbana), namun semua butuh proses, panjang pendek...

*

Kembali ke awal, ketika pertanyaan di lempar; saya kagum dgn penanya, Sdr Tesla. Artinya bathin sdh masuk pd tahapan awareness: apakah ini pantas/patut atau tidak. Sdh tepat atau belum? Mana yg lebih bijak? Nah, penjelasan Sdr Willibordus berpijak bukan pd harusnya yg mana. Melainkan: ada free will to choose. T E T A P I . . . Waspadalah, krn ada "perangkap" berikutnya: bahwa kita bisa/berpotensi membenarkan kesalahan kita dgn alasan, motivnya 'baik' koq... Mengapa? Saya yakin, Sdr Willibordus pernah alami hal demikian; saya juga pernah... Nah, ketika Sdr Tesla menyatakan bhw semoga dia juga tdk terperangkap ke dalam "situasi pembenaran" itu. Utk kedua kalinya saya salut lagi; begitu tangkas bathinnya menangkap pesan itu...

#

Bathin akan berkembang & maju, jika dia tdk dimunafiki; setidaknya secara kontemplasi tidak ditolerir/dianulir. M E S K I P U N . . . pelanggaran dilakukan. Dengan demikian, justru awarenss semakin terjaga & tertata. Kita semua pasti pernah alami ketika belajar Dhamma, analisa/logika diskusi semakin tajam. Membaca tulisan atau mendengar diskusi, semakin sharp; padahal dulunya dibodohin. Apa itu instantly achieved? Ada proses kan? Kadang salah nulis/ketik, diganti; salah omong dikritik telak (benturan kuat), lain kali sdh waspada & tdk terulang lagi...

*

Nah Gunasaro, gimana Anda sendiri? Sy mah masih belum ariya puggala, jelas masih sering melanggar sila & dalam tahap usaha keras. Makan enak saja masih sering lepas kendali, dll... Namun sy berpikir, kalo sdh masih sering melanggar & tdk mengakui; kan tambah tolol sy ini, rugi sendiri... Lebih tolol nan bodoh lagi bagi saya, sdh melanggar - malah membenarkan diri dgn dalil tertentu. Extra bodoh lagi, kalo saya dalam diskusi, malah karena takut dibilang sok suci; lantas gak berani bedah idealisme dari Buddha Dhamma...
Istilahnya, praktik pribadi masih patah², tapi bisa support kalyana-mitta utk lbh baik. Wah, alangkah bahagianya, turut Muditacittena... gitu...
Yah... Kita di sini saling berbagi idealisme sambil memaklumi kemampuan bathin masing²... Kalo bicara ttg kita yg belum ariya puggala, jadi wajar kalo melanggar sila. Yaiyalah... T A P I, pilihannya adalah: diskusi kita ini menjadikan kita gitu² saja atau semakin maju scr spiritual?

*

Ariya Puggala tingkat pertama, PASTI, tidak akan lagi melanggar Pancasila Buddhis (ada di literatur: Abhidhamma Pitaka & Visudhimagga). Apakah tidak melanggar Pancasila Buddhis berarti seseorang sdh Ariya Puggala? Tidak, no reverse version, mohon maaf...

#

#

Reminder, apapun pendapat kita di forum ini, berpotensi dijadikan acuan, minimal menambah persepsi baru bagi setiap pembaca. Berikutnya bisa menjadi efek bola salju. Saya yakin banyak insan di forum ini bukan berupaya sok suci nan idealis. Namun semata² karena aware dgn potensi yg sy remind di atas...
White Lie (verb-nya bohong)...
Mercy Killing (verb-nya bunuh)...
Artinya, jangan karena white & mercy, lantas itu jadi tidak keliru. Itu micca-ditthi (berakar moha), penderitaan terparah yg kita usung di roda samsara belum berkesudahan ini.
Bagi yg tetap mau memilih kedua tindakan di atas DENGAN ALASAN APAPUN, lha itu tak kuasa kita menentukan. Bahkan kita pun sulit menentukan jika dihadapi sendiri kan? Itu realitas & bukan itu essensinya dlm diskusi ini. Tanpa forum diskusi ini pun kita mmg yg nentuin & tetap sulit yah?
Justru yg kita harapkan dr diskusi ini adalah, berkembangnya perspektif baru, persepsi ideal baru yg tertanam. Sehingga reaksi bathin ketika berhadapan dgn obyek demikian; bathin ter-manage dgn baik...

*

Semoga bisa kita pahami bersama...
Muditacittena... dgn pemahaman yg Sdr Tesla, semoga bisa membawa kemajuan bathin, demikian juga dgn kita semua. Sadhu³...
Sukhi Hotu...

Gunasaro

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #58 on: 23 October 2007, 06:59:27 PM »
Quote
yg saya tangkap di "11. TIDAK MEMAHAMI MAKSUD SEPENUHNYA DARI WELAS ASIH" malah, melakukan sesuatu atas nama cinta kasih yg justru dikritik sendiri oleh bro suchamda.

Masalahnya adalah di kata "mengatas namakan".
Orang sering berlindung di balik tameng /topeng untuk tujuan ego pribadinya.
Biasanya hal itu tidak tampak dari luar, hanya batin ybs yg mengetahui.

Misal :
- "Saya" ingin mendapatkan jasa pahala atau nama baik atau tujuan2 terselubung lainnya, tapi menggunakan alasan cintakasih demi menutupi motivasi utamanya.
- "Saya" ingin mendapatkan kenyamanan dan keamanan dalam melanggar sila, dan menggunakan cinta kasih sebagai alasannya.

Cintakasih semacam itu hanyalah merupakan sebuah alat dari ego.

Contoh:
Aku mencintai kamu. Aku mengasihi kamu.
Ditilik dalam batin : karena kamu baik, karena kamu orang yang alim, karena kamu cantik, karena kamu taat, karena kamu Buddhist tauladan.
Pada suatu saat ternyata persyaratan itu hilang, maka cintanya lenyap, kasihnya lenyap. Yang tertinggal adalah penolakan, pengejekan, kritik, penghakiman, dsb. Semua itu adalah karena cinta kasih itu masih berpusatkan pada sang Aku.

« Last Edit: 23 October 2007, 07:19:54 PM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #59 on: 23 October 2007, 08:55:12 PM »
Fren Suchamda and frens yg lain2...

Sebenarnya postingan Bro Gunasaro sudah mencakup semua pemahaman saya, rasanya tidak ada yg bisa sy tambahkan lagi. Dari segi prinsip, semua sudah saya beberkan.

Disini saya hanya akan menjawab contoh2 yg dilontarkan Bro Daniel.

Sumpah Boddhisatva.
Yg bersumpah siapa ke siapa yah?
Ini kan sumpah personal, kita berpegang pada sutta yg lebih tinggi aja: sutta Sammasambuddha aja.

Tapi, ya gak apa-apa deh, kita terusin aja.....

IMO:
Pertama,
Anggaplah sumpah itu benar adanya, disini dapat kita lihat, "langgarlah sila demi karuna"...
Perhatikan: tetap ada kata-kata "LANGGAR", kan?
Artinya:
~ Benar ada sila dilanggar
~ karuna ada dijalankan
Dua kamma, dua vipakka.
Buah pelanggaran sila akan diterima
Buah karuna juga akan diterima
Ini tidak bisa ditawar2 lagi (perbuatanmu adalah milikmu sendiri)

Seperti yg kita tau, citta muncul dan lenyap cepat sekali saling bergantian. Karuna Citta TIDAK MUNGKIN muncul berbarengan dengan Dosa Citta. Karuna dan Dosa muncul saling bergantian disamping citta2 yg lainnya.
Artinya apa? artinya masing2 citta memiliki effectnya masing2.

Kedua,
Kalo demi kesejahteraan makhluk lain dibenarkan melanggar sila, ini GAWAT.
FPI merusak pub dan cafe2, motifnya: demi menolong masyarakat banyak (karuna).
Juga Amrozi membom ratusan orang, alasannya membunuh para kafir, demi umat muslim, orang banyak juga, karuna juga. Semakin kacau Bro....
Masing-masing orang bebas melakukan tindakan AMORAL yang dilandasi karuna.

ketiga,
Contoh pemburu tsb. Jika kita berbohong demi kijang2, is oke-oke aja.
TAPI, Berbohong dan Menolong kijang, dua2 kamma ini akan berbuah.
Jangan gara2 dengan niat menolong lantas kita anggap kamma berbohong dapat dibenarkan, TIDAK, karena kedua kejadian terpisah.
Berbohong adalah berbohong, kamma buruk, buahnya buruk juga.
Bagaimana jika para Pemburu ternyata mengetahui kita telah membohongi mereka dan mereka membantai seluruh keluarga kita? Kamma berbohong berbuah....

Semoga memahami esensinya...

::








« Last Edit: 23 October 2007, 09:00:03 PM by willibordus »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #60 on: 23 October 2007, 09:28:17 PM »
Quote from: Gunasaro
Nah Gunasaro, gimana Anda sendiri? Sy mah masih belum ariya puggala, jelas masih sering melanggar sila & dalam tahap usaha keras. Makan enak saja masih sering lepas kendali, dll...

Ini bagus. Suatu sikap jujur yang berani.

Quote
Namun sy berpikir, kalo sdh masih sering melanggar & tdk mengakui;
kan tambah tolol sy ini, rugi sendiri

Ini benar, saya setuju dan lakukan pula.

Quote
... Lebih tolol nan bodoh lagi bagi saya, sdh melanggar - malah membenarkan diri dgn dalil tertentu.

Ini benar, saya setuju, karena saya juga mengatakan bahwa menjalankan sila adalah hal yang correct; Self-justification (membenarkan diri) adalah hal yang wrong.

Jangankan self-justification dengan dalil tertentu, melekat pada suatu konsep pun tidak dapat dibenarkan menurut pemahaman Jalan Tengah.
Disinilah pemahaman yg ingin saya sampaikan sebenarnya melampaui pemahaman yg anda berikan bro Gun.


Quote
Extra bodoh lagi, kalo saya dalam diskusi, malah karena takut dibilang sok suci; lantas gak berani bedah idealisme dari Buddha Dhamma...

Betul! Extra bodoh juga bagi orang yang karena takut dianggap bad buddhist yg berpandangan sesat kemudian tidak berani membabarkan idealisme Bodhicitta dari Buddha Dharma.

----------

Bro Gun, kalau anda menyimak tentunya anda akan paham ya tulisan saya? >> bukan untuk mendukung tindakan self-justification, tetapi untuk memberikan view tentang esensi Buddhadharma yang mana bukan sekedar sila saja.

Tetapi memang kalau diurut dari jenis pemahamannya, memang barangkali perdebatan ini mewakili perbedaan sikap pandangan antara Theravada (aliran Dhammayut. Di Indonesia : STI) dan Mahayana (dan Theravada aliran Mahanikaya yg lebih liberal).

Saya cerita dikit ya, mungkin terkesan muter terlalu jauh. Tapi dengerin aja kalo mau.

Saya berpikir, bahwa banyak sekali Buddhist di Indonesia yang berpikiran tinggi dan luhur, tapi dalam kenyataannya kok sulit sekali menemukan seorang yang bisa mengatualisasikannya secara baik. Justru di dalam agama kr****n / Katholik, kita banyak menemukan orang2 yang lebih baik dalam beretika, dalam bersantun, dalam bersosialisasi, dalam bergaul, dalam bersetia kawan, dalam pelayanan, dalam bakti ke masyarakat, dalam soal mengasihi dan perhatian (care) thd sesama..... Mengapa?

Saya justru melihat kuncinya seperti yang tersirat dalam debat di topik ini. Apa itu?
Tampak sekali bahwa kita terlalu idealist, akhirnya terlalu mengkhayal yang muluk-muluk tapi lupa kondisi real dan adanya prioritas dalam hidup ini. Hal kecil dibikin besar, dan hal besar tidak dilaksanakan (karena dianggap kecil). Semut diurusin, tapi orang baru datang ke vihara dicuekin. Ga mau bohong dalam dagang tapi gossip di vihara heboh banget. ^-^

Adalah suatu hal yang konyol kalau menuntut seseorang menjalankan sesuatu secara murni dan sempurna padahal diri kita sendiri pun tidak sanggup menjalankannya (setelah berjuang keras!). Barangkali hal ini dikarenakan kita terlalu mendongak ke atas terlalu menginginkan mencapai nibbana secepat mungkin, padahal modal kita tidak banyak. Lalu menjadikan kita terlalu ngoyo membabi buta.
Ini jadi seperti mentalitas orang miskin vs mentalitas orang kaya.
Mentalitas miskin menuntut banyak hal, dan berusaha ngirit-ngirit sebisa mungkin untuk mendapat uang sisa.
Mentalitas kaya sebaliknya justru berusaha memberi banyak dan berusaha mencari income sebesar2nya untuk dimanfaatkan kembali bagi orang banyak. Ini yang menjadikan yg miskin tambah miskin, dan yang kaya tambah kaya.
Nah, demikian juga kita praktisi Dharma. Kita terlalu memusingkan menghindari karma buruk yang kecil-kecil sekecil-kecilnya, mau perfect. Mengapa tidak kita mencoba sebaliknya: berusaha memperbanyak perbuatan baik demi kebahagiaan semua mahluk? Kan ada pepatah di masyarakat : "rugi dikit takut gimana mau untung gede?"

Disini tampak perbedaan fokusnya ya? Kita bisa saja terjebak pada ekstrim fokus pada karma buruk. Mengapa kita mencoba untuk tidak fokus pada membuat karma baik?

Disamping sila, kita juga mengenal ajaran sebab-akibat. Suatu tindakan tidak berdiri sendiri, tapi berkaitan satu sama lain seperti jaring-jaring. Bisakah anda melihat bahwa adanya keniscayaan hukum alam nan kejam , yaitu rantai makanan. Satu mahluk untuk hidup harus memangsa mahluk yang lain.
Demikian juga hukum kesetimbangan alam : anda mengambil keuntungan dari satu resource berarti memberi kerugian kepada resource yg lain. Hukum relatifitas : sesuatu dapat dilihat sebagai baik dari satu sisi tapi juga bisa dilihat buruk dari sisi lain, tergantung referensi sudut pandang anda.
Kalau kita belum memahami ini, berarti kita belum memahami filosofi Jalan Tengah.

Hidup ini memerlukan pengorbanan. Seringkali selalu ada yang dikorbankan demi sesuatu yang nilainya lebih besar / lebih baik / lebih luas. Ini adalah keniscayaan yang tak dapat kita pungkiri loh.

Kalau kita berharap bisa bertindak perfect, tentu harus tinggal di alam yang perfect. Padahal kenyataannya alam di tempat kita hidup ini tidak perfect!

Dari sini seharusnya kita sudah bisa melihat betapa absurdnya menuntut orang lain untuk menjalankan sesuatu secara perfect.
Idealisme memang boleh, dan memang diperlukan, tapi jangan keterlaluan donk. Ini bukan masalah self-justification yang saya anggap memang wrong itu loh.

Oleh karena itu, kalau seseorang datang kepada kita untuk meminta advice, ya jangan selalu di ultimatum dengan sila, sila dan sila terus. Cobalah lihat dulu kompleksitas permasalahannya. Pahami posisinya secara empati. Jangan karena anda bikkhu mentang2 menuntut umat awam harus bisa jalankan spt anda. Ini anda tidak bijak karena tidak memperhitungkan situasi dan kondisinya. Apalagi si bikkhu itu kenyataannya juga sering blong!

Gini deh.
Saya rasa uraian saya diatas sudah cukup jelas bahwa saya tidak menentang menempatkan sila sebagai sebuah idealisme untuk merangsang pertumbuhan spiritual, tapi saya menentang penggunaan sila secara membabi buta untuk menjawab segala persoalan.

Sepertinya, dari pembicaraan tidak ada lagi point yg perlu diperdebatkan. Posisi dan alasan masing2 sudah jelas. Oleh karena itu marilah kita sekarang mencoba utk menerapkan apa yang telah kita katakan. Dari situ kita nanti evaluasi lagi.
Bagi saya sih rasanya memang akan nyantai saja sebab saya tidak menerapkan standar apa2. Oleh karena itu 'tidak ada kemungkinan' buat saya untuk melakukan pembenaran diri. Saya cukup untuk mengembangkan mindfulness saja.
Tapi buat para idealis, saya rasa kalian harus benar2 konsekwen dengan apa yang anda katakan. Barangkali anda perlu buat jurnal harian untuk mencatat apakah pembenaran diri anda semakin lhari semakin sedikit atau semakin banyak!  :))





« Last Edit: 24 October 2007, 11:29:15 AM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #61 on: 23 October 2007, 09:44:20 PM »
Quote
Pertama,
Anggaplah sumpah itu benar adanya, disini dapat kita lihat, "langgarlah sila demi karuna"...
Perhatikan: tetap ada kata-kata "LANGGAR", kan?
Artinya:
~ Benar ada sila dilanggar
~ karuna ada dijalankan
Dua kamma, dua vipakka.
Buah pelanggaran sila akan diterima
Buah karuna juga akan diterima
Ini tidak bisa ditawar2 lagi (perbuatanmu adalah milikmu sendiri)

Seperti yg kita tau, citta muncul dan lenyap cepat sekali saling bergantian. Karuna Citta TIDAK MUNGKIN muncul berbarengan dengan Dosa Citta. Karuna dan Dosa muncul saling bergantian disamping citta2 yg lainnya.
Artinya apa? artinya masing2 citta memiliki effectnya masing2.

Kata "langgar" itu kan cuman kata-kata untuk mewakili konsep kita yg sudah terpatok pada satu sisi.
Kalau dari awal tidak ada konsep pelanggaran tentu tidak perlu muncul dengan kata "langgar".
Dalam pengertian relatif memang ada yang dilanggar, tapi untuk apa motifnya?? Itulah yang harus anda pahami, jangan dipreteli kata2nya lepas konteks.

Kemudian uraian anda itu kan munculnya dari kepercayaan anda pada teori Abhidhamma.
Sudah pernah lihat sendiri proses pikiran??

Quote
Kedua,
Kalo demi kesejahteraan makhluk lain dibenarkan melanggar sila, ini GAWAT.
FPI merusak pub dan cafe2, motifnya: demi menolong masyarakat banyak (karuna).
Juga Amrozi membom ratusan orang, alasannya membunuh para kafir, demi umat muslim, orang banyak juga, karuna juga. Semakin kacau Bro....
Masing-masing orang bebas melakukan tindakan AMORAL yang dilandasi karuna.

Itu kan karena anda salah memberi contoh. Atau anda memberi contoh yang ekstrim dan muncul dari pandangan yang salah. Pandangan salah tetap saja salah. Tapi metta karuna itu bukan muncul dari pandangan salah.


Quote
ketiga,
Contoh pemburu tsb. Jika kita berbohong demi kijang2, is oke-oke aja.
TAPI, Berbohong dan Menolong kijang, dua2 kamma ini akan berbuah.
Jangan gara2 dengan niat menolong lantas kita anggap kamma berbohong dapat dibenarkan, TIDAK, karena kedua kejadian terpisah.
Berbohong adalah berbohong, kamma buruk, buahnya buruk juga.
Bagaimana jika para Pemburu ternyata mengetahui kita telah membohongi mereka dan mereka membantai seluruh keluarga kita? Kamma berbohong berbuah...
.

Apakah saya pernah mengatakan bahwa berbohong itu bukan karma buruk bro Willi?
Tapi coba donk lihat prioritasnya.

Bro Willi yg baik,
Intinya, orang hidup, apalagi sebagai Buddhist, itu harus REALISTIS lah. Jangan jadi idealis.
Idealis berarti ekstrim ke satu kutub.
Idealis berarti ada sesuatu yang di idealkan , itu berarti pada suatu pandangan, pada sesuatu.
Melekat pada satu pandangan itu adalah ekstrim yang harus dibuang. Bukankah segala sesuatu itu sebetulnya kosong (sunya)?
Menjadi REALISTIS itu berarti bisa melihat segala sesuatu sebagai mana adanya, sebagai sunya, tanpa adanya satu beban pengaruh apa pun!

"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #62 on: 23 October 2007, 10:38:32 PM »
Saya rasa, di dalam menjalankan sila bagi pemula harus dari taraf ringan dulu berangsur kemudian menjadi moderate dan berat. Hal ini perlu disesuaikan dengan komitmen pribadi yang bersangkutan.
Oleh karena menurut saya sila itu adalah sebuah alat, maka ada baiknya dibuat program pelatihan untuk itu.

Program itu ada baiknya dimanage dan ditulis dalam sebuah jurnal. Diberikan penilaian dan target waktu yg fleksibel. Setelah itu, komitmen itu harus dilaksanakan secara konsekwen dengan penuh kesadaran. Dan kemudian seiring waktu, list itu boleh ditambah atau diperketat tergantung kemampuan dan komitmen kita.
Tentu dalam membuat ini harus dengan perenungan dan pertimbangan yang masak.

Hal ini untuk menghindari guilty feeling yg terus menghantui bila kita terlalu idealist.

Misalnya :
* Program dari tgl..... s/d tgl.....

* Menjalankan sila secara penuh dan perfect :
     - Saat retret
     - Tiap tanggal 1 dan 15

* Hidup sehari-hari :

1. Sila 1 : Berusaha untuk tidak membunuh mahluk hidup.
     - Tidak akan membunuh dan menyakiti sama sekali : manusia, hewan domestik,....,.....
     - Membunuh dengan kondisional : kalau membahayakan jiwa seseorang, kalau....., kalau....
     - Tidak peduli : nyamuk, serangga berbahaya, kuman,  ....
     
   Pertimbangan-pertimbangan saya :                       Kesan di akhir periode / Insight:
     - Saya melindungi keluarga saya dari hama             - ..............
     - ..........                                                         - ..............

   Perbuatan positif yang perlu saya lakukan :
     - Fangsheng ikan tiap tanggal 1 dan 15
     - Bermeditasi metta tiap hari min.15
     - ..............

   Evaluasi :
     .........................................

, dst dst.


Note :

Tujuannya adalah :
- Untuk mengalihkan fokus dari pertimbangan / perhitungan karma baik/buruk menjadi sebuah cara pengendalian diri dan peningkatan kesadaran.
- Untuk mencegah munculnya guilty feeling, gejala kejiwaan obsesive compulsive.
- Untuk memberi harapan bagi mereka yang rasanya susah untuk menjalankan sila.
- Untuk mengukur dan menilai perkembangan diri kita sejalan dengan waktu.
- Dengan pencatatan yg baik maka dapat ditemukan aspek2 kelemahan diri / pandangan kita / pengenalan diri.
- Untuk menyadari adanya prioritas : First thing first.
- Untuk memberi sense of reality : idealisme yang dikembangkan sejalan dengan realita kondisi dan situasi kita.

Saya tidak tahu apakah usulan semacam begini pantas atau tidak ya. Tapi niat saya cuman sekedar membantu. Mohon maaf bila kurang pantas.

« Last Edit: 23 October 2007, 10:56:37 PM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: pilih yg mana?
« Reply #63 on: 23 October 2007, 11:54:17 PM »
Saya berpikir, bahwa banyak sekali Buddhist di Indonesia yang berpikiran tinggi dan luhur, tapi dalam kenyataannya kok sulit sekali menemukan seorang yang bisa mengatualisasikannya secara baik. Justru di dalam agama kr****n / Katholik, kita banyak menemukan orang2 yang lebih baik dalam beretika, dalam bersantun, dalam bersosialisasi, dalam bergaul, dalam bersetia kawan, dalam pelayanan, dalam bakti ke masyarakat, dalam soal mengasihi dan perhatian (care) thd sesama..... Mengapa?

Saya justru melihat kuncinya seperti yang tersirat dalam debat di topik ini. Apa itu?
Tampak sekali bahwa kita terlalu idealist, akhirnya terlalu mengkhayal yang muluk-muluk tapi lupa kondisi real dan adanya prioritas dalam hidup ini. Hal kecil dibikin besar, dan hal besar tidak dilaksanakan (karena dianggap kecil). Semut diurusin, tapi orang baru datang ke vihara dicuekin. Ga mau bohong dalam dagang tapi gossip di vihara heboh banget.
sori, kalo saya memperpanjang muter2nya ;D

paragraf di atas tepat sekali menggambarkan apa yg saya rasakan...

saya menemukan cukup banyak buddhis yg sepertinya overdosis dalam mempelajari yg mereka sebut sebagai dhamma... sepertinya melihat terlalu jauh ke puncak gunung, lupa memperhatikan langkah kakinya... menjalankan pengekangan yg tidak sesuai dengan levelnya saat ini...

saya gak menyebutkan anda semua itu overdosis. mungkin saja anda semua emang levelnya sudah di sana, tapi yg saya maksudkan masih banyak buddhis yg hidup di dunia nyata, yg merasakan pahitnya hidup, tidak tahan menyaksikan kesengsaraan orang2 yg dicintainya, mengotorkan tangannya untuk tujuan (yg baginya) lebih mulia. saya pikir orang2 seperti itu tidak perlu digiring untuk mengekang dirinya untuk melaksakan sila dengan level sotapana (misalnya). tidak perlu membuat orang2 itu merasa semakin tertekan dan merasa bersalah dengan melanggar sila. apa bedanya dong dengan samawi yg mengatakan "anda sudah berdosa"? ;D

ada orang yg mengalami kepahitan hidup, mungkin meminta2 kepada patung2 di vihara.
ada orang yg tidak tahan menyaksikan penderitaan orang yg sangat dicintainya, melakukan pelanggaran sila.

apakah perlu lagi mereka diberatkan bebannya dengan mengatakan, "anda sudah melanggar sila!", atau "anda sudah melanggar dhamma" atau "pandangan anda adhammik"?

bukan pembenaran yg saya harapkan, tapi empati dan kejujuran yg saya ingin lihat...
apakah kalo anda berhadapan dengan kepahitan yg sama, tidak akan bersikap yg sama?
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #64 on: 24 October 2007, 10:04:02 AM »
Suchamda:
Kalau dari awal tidak ada konsep pelanggaran tentu tidak perlu muncul dengan kata "langgar".
Dalam pengertian relatif memang ada yang dilanggar, tapi untuk apa motifnya?? Itulah yang harus anda pahami, jangan dipreteli kata2nya lepas konteks.

Willi:
Saya senang bahwa Bro Suchamda akhirnya setuju mengakui bahwa MELANGGAR SILA adalah MELANGGAR. Pengakuan ini penting.
Tapi kata2 dibawah, menetralisir lagi pernyataan tsb.
Anda kembali kepada motif. Pelanggaran tidak perlu melihat motif.
Apapun motifnya, pelanggaran adalah pelanggaran. Saya tidak pernah mengatakan KITA TIDAK BOLEH MELANGGAR SILA, yg saya katakan adalah: Kita harus MENYADARI bahwa telah terjadi pelanggaran.
Kenapa hal ini penting? Karena dengan mengetahui proses pikiran yg timbul dan lenyap, artinya kita sedang melakukan Vipassana sehari-hari (pengikisan Lobha, Dosa dan Moha; jalan yg ditunjukkan oleh Sang Buddha). Tanpa mengetahui pikiran hakiki (sebenarnya, asli) yg muncul, kita tidak akan pernah bisa mengawasi pikiran kita. Kita terbuai oleh kepalsuan dan khayalan indah.

Untuk lebih jelasnya saya ambil contoh yg pernah Bro Suchamda kemukakan: Membunuh orang lain karena ingin menyelamatkan anak kita.
~ Dalam kasus ini, Saya tidak mengatakan Sila harus dijaga dengan ketat dan kita tidak boleh membunuh orang lain tsb.
Yg saya kemukakan adalah proses batin yg timbul akibat perbuatan tsb. Apa prosesnya? Pada peristiwa tsb, pikiran KARUNA (rasa sayang pada anak) dan pikiran DOSA (menolak objek yg tidak dikehendaki, yaitu orang lain tsb) muncul silih berganti. Kedua-dua proses batin ini akan memberikan implikasi pada batin kita, dan masing-masingnya akan membuahkan vipaka dikemudian hari. 

Jadi tidak ada yang membenarkan atau menyalahkan pembunuhan atas dasar karuna (karena SIAPA yang akan membenarkan / menyalahkan?). Tidak ada yang melarang atau membenarkan pelanggaran sila, yang ada ialah impilkasinya pada batin. EFEKnya pada batin pada saat itu juga, pada saat perbuatan dilakukan.

Suchamda:
Kata "langgar" itu kan cuman kata-kata untuk mewakili konsep kita yg sudah terpatok pada satu sisi. Kalau dari awal tidak ada konsep pelanggaran tentu tidak perlu muncul dengan kata "langgar".

Willi:
SILA dibuat untuk menjadi pagar kita dalam bertindak. Tanpa SILA kita tidak punya pegangan. SILA SAMADHI dan PANNA adalah jalan satu2nya menuju akhir penderitaan. Moral, meditasi dan kebijaksanaan tsb saling menopang dan tidak dapat berdiri sendiri-sendiri.
Lemah satu akan melamahkan yang lainnya. SILA adalah basic / dasarnya. Tanpa sila yg baik sebagai dasar maka samadhi apalagi panna tidak akan dapat tercapai

Suchamda:
Kemudian uraian anda itu kan munculnya dari kepercayaan anda pada teori Abhidhamma.
Sudah pernah lihat sendiri proses pikiran??

Willi:
Asumsi dan pertanyaan ini sudah mengarah ke pribadi saya.  Apa hubungannya kehidupan luar saya dengan pembahasan topik kita? Apakah ingin membandingkan teori dan praktek? Jika begitu akan lebih bagus lagi. Saya siap saja, sih.
Mengenai melihat proses pikiran, sejauh ini ada perkembanganlah dibanding dulu.
(setelah ini mohon untuk tidak merembet ke pribadi lagi)
 
Suichamda:
Bukankah segala sesuatu itu sebetulnya kosong (sunya)?

Willi:
Kalo bicara soal ini, saya mundur. Soal 'Kosong' ini nggak ada dalam ajaran Buddha, keknya nggak ada di Tipitaka. Ini adalah bahasa penyair, yg memerlukan pemahaman penyair pula, Untuk konsumsi awam, bisa muncul bermacam2 tafsiran: ....aye-aye wae.....
Ajaran Buddha adalah sejelas melihat telapak tangan sendiri.

Maaf kalo ada kata-kata yg kelihatannya keras keras, Bro... 
Karena jika dipoles berkata-kata indah, nanti intinya nggak tertangkap lagi.

***Saya lihat diskusi sudah melebar, dan tidak sehat karena menyinggung2 pribadi dan diawal2 Bro malah telah menilai ego saya.... mungkin sebaiknya kita tutup untuk direnungkan masing2...
 
_/\_
::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #65 on: 24 October 2007, 10:49:06 AM »
Quote
Saya senang bahwa Bro Suchamda akhirnya setuju mengakui bahwa MELANGGAR SILA adalah MELANGGAR. Pengakuan ini penting.
Tapi kata2 dibawah, menetralisir lagi pernyataan tsb.
Anda kembali kepada motif. Pelanggaran tidak perlu melihat motif.
Apapun motifnya, pelanggaran adalah pelanggaran. Saya tidak pernah mengatakan KITA TIDAK BOLEH MELANGGAR SILA, yg saya katakan adalah: Kita harus MENYADARI bahwa telah terjadi pelanggaran.
Kenapa hal ini penting? Karena dengan mengetahui proses pikiran yg timbul dan lenyap, artinya kita sedang melakukan Vipassana sehari-hari (pengikisan Lobha, Dosa dan Moha; jalan yg ditunjukkan oleh Sang Buddha). Tanpa mengetahui pikiran hakiki (sebenarnya, asli) yg muncul, kita tidak akan pernah bisa mengawasi pikiran kita. Kita terbuai oleh kepalsuan dan khayalan indah.

Ya, kalau salah paham ya sudah.
Pada hakikatnya saya tidak pernah mengatakan melanggar sila itu bukan melanggar. Yang ingin saya katakan --kurang lebih -- adalah bila demi kebaikan ya langgarlah.

Quote
Untuk lebih jelasnya saya ambil contoh yg pernah Bro Suchamda kemukakan: Membunuh orang lain karena ingin menyelamatkan anak kita.
~ Dalam kasus ini, Saya tidak mengatakan Sila harus dijaga dengan ketat dan kita tidak boleh membunuh orang lain tsb.
Yg saya kemukakan adalah proses batin yg timbul akibat perbuatan tsb. Apa prosesnya? Pada peristiwa tsb, pikiran KARUNA (rasa sayang pada anak) dan pikiran DOSA (menolak objek yg tidak dikehendaki, yaitu orang lain tsb) muncul silih berganti. Kedua-dua proses batin ini akan memberikan implikasi pada batin kita, dan masing-masingnya akan membuahkan vipaka dikemudian hari.

Loh, pemahaman saya sama kok dengan anda. Saya juga tidak mengkritik bagian itu.
Coba anda baca lagi dari awal diskusi ini.

Quote
Jadi tidak ada yang membenarkan atau menyalahkan pembunuhan atas dasar karuna (karena SIAPA yang akan membenarkan / menyalahkan?). Tidak ada yang melarang atau membenarkan pelanggaran sila, yang ada ialah impilkasinya pada batin. EFEKnya pada batin pada saat itu juga, pada saat perbuatan dilakukan.

Ada.
Bila seseorang mengatakan "Kamu telah melanggar sila". Berarti secara tidak langsung orang tersebut ingin mengatakan bahwa "Kamu telah salah". Nah siapa itu?
Kalo implikasinya pada batin, seharusnya sudah semenjak pertanyaan saya lontarkan
- "Apakah melanggar sila demi kebaikan (eg.: menolong mahluk lain) dapat dimaklumi?" (diskusi page 2, Reply #16 on: 22 October 2007, 01:50:04 PM )
- "Apakah mungkin seseorang bisa mencapai kesucian bila masih memiliki egoisme?" (diskusi page 3, Reply #33 on: Yesterday at 01:47:56 PM)
hal- hal inilah yang dibahas. Karena dari pertanyaan itulah saya mencoba memancing diskusi yang beresensi pada masalah batin.

Quote
SILA dibuat untuk menjadi pagar kita dalam bertindak. Tanpa SILA kita tidak punya pegangan. SILA SAMADHI dan PANNA adalah jalan satu2nya menuju akhir penderitaan. Moral, meditasi dan kebijaksanaan tsb saling menopang dan tidak dapat berdiri sendiri-sendiri.
Lemah satu akan melamahkan yang lainnya. SILA adalah basic / dasarnya. Tanpa sila yg baik sebagai dasar maka samadhi apalagi panna tidak akan dapat tercapai


Betul, saya setuju. Dimana saya menegasikan hal tersebut?
Yang ingin saya katakan adalah bahwa dalam kehidupan itu harus ada prioritas dan bersifat realistis. Jadi masalah sila harus dipahami dengan kebijaksanaan, dan bukan menjadi doktrin yang kaku. Apalagi doktrin kaku itu dilaksanakan membabi buta tanpa melihat kasusnya. 'One recipe for all'...ingat? Itulah yg saya tolak.
The Buddha was not interested in setting up a religion filled with religious dogma and metaphysical stances.(http://online.sfsu.edu/~rone/Buddhism/Misconceptions%20about%20Buddhism.htm)

Quote from: Willibordus
Quote from: suchamda
Kemudian uraian anda itu kan munculnya dari kepercayaan anda pada teori Abhidhamma.
Sudah pernah lihat sendiri proses pikiran??
Asumsi dan pertanyaan ini sudah mengarah ke pribadi saya.  Apa hubungannya kehidupan luar saya dengan pembahasan topik kita? Apakah ingin membandingkan teori dan praktek? Jika begitu akan lebih bagus lagi. Saya siap saja, sih.
Mengenai melihat proses pikiran, sejauh ini ada perkembanganlah dibanding dulu.
(setelah ini mohon untuk tidak merembet ke pribadi lagi)

Saya tidak pernah mengarah ke penyerangan pribadi anda. Itu asumsi anda. Persepsi yg timbul di batin anda. So it's your problem not mine.
Statement yang saya buat itu penting untuk disampaikan ke anda, yaitu untuk mengingatkan bahwa Abhidhamma itu cuman sekedar teori. Kalau anda pelajari filosofi2 lain di Buddhism (eg.Mahayana) maka anda akan melihat bahwa teori Abhidhamma Theravada juga mengandung kesalahan fatal.
Cara terbaik untuk memverifikasi benar atau tidaknya teori itu adalah dari pengalaman langsung.
Pengalaman saya menunjukkan bahwa kalau mempelajari Abhidhamma tanpa diiringi dengan direct valid cognition ya akhirnya menghasilkan pandangan yang kaku seperti yg direpresentasikan oleh anda.
Oleh karena itulah maka itu ada urgencynya untuk anda saya informasikan hal itu, bro Willi.

Begini yah contohnya:
Kalau misalkan kita berdiskusi tentang kewarganegaraan Mexico (suatu hal yang kita sama-sama bukan demikian krn kita WNI), lalu saya mengatakan :
"Anda orang bodoh yang gak tahu kondisi Mexico" --> ini tentu adalah sebuah penyerangan pribadi (ad-hominem).
Tapi kalau saya bertanya "Apakah anda pernah ke Mexico?", ini adalah sebuah inquiry yang bersifat berguna bagi kelanjutan diskusi. Kalau anda tidak pernah ke Mexico, lantas apa dasar anda mengungkapkan pengetahuan tentang Mexico? Bisa saja anda jawab, dari peta, dari brosur, dsb. Jadi sama sekali bukan mengarah kepada penyerangan personal.

Quote from: Willibordus
Quote from: suchamda
Bukankah segala sesuatu itu sebetulnya kosong (sunya)?


Kalo bicara soal ini, saya mundur. Soal 'Kosong' ini nggak ada dalam ajaran Buddha, keknya nggak ada di Tipitaka. Ini adalah bahasa penyair, yg memerlukan pemahaman penyair pula, Untuk konsumsi awam, bisa muncul bermacam2 tafsiran: ....aye-aye wae.....
Ajaran Buddha adalah sejelas melihat telapak tangan sendiri.

Bro Willi, jangan terburu mengatakan bahwa soal 'kosong' ini nggak ada dalam ajaran Buddha.
Kalau kata 'kosong' tidak ada dalam Tipitaka Pali secara eksplisit barangkali saya bisa maklumi. Tapi Tipitaka Pali bukan tidak membicarakan tentang kesunyataan secara tersirat.

Ajaan Sujin, a prominent Thai lay teacher of Theravada Buddhism, interprets abhidhammic theory in a manner that, in my view, approaches the teachings of Emptiness as presented in the Prajñā-pāramitā-sumacrtras and in the Madhyamaka-kārikā. This paper presents an overview of Ajaan Sujin's teachings and compares them with Emptiness as expressed in the Diamond Sumacrtra, the Heart Sumacrtra, and the Madhyamaka-kārikā, as well as from a few well-known secondary sources. Core distinctions between the two theories do remain, primarily that for Ajaan Sujin dhammas do have characteristics and nibbāna is distinct from samsāra; thus I have termed Ajaan Sujin's teachings 'Theravada Emptiness'. (http://www.informaworld.com/smpp/content~content=a779058057~db=all~jumptype=rss?waited=0)

Lihat tulisan Thanissaro Bikkhu:
http://civet-cat.skandinaviskzencenter.org/civet-cat/theravada-writings/emptiness.htm

Collophone :
Bro, saya tidak pernah bermaksud menyinggung pribadi anda. Itu interpretasi / proliferasi pikiran anda sendiri.
Maaf, saya juga menolak kalau anda mengatakan saya menyinggung pribadi anda. Justru sejak awal saya sudah mengajak anda agar diskusi [perkataan saya] jangan dibawa ke arah personal. Saya perlu memberi peringatan tsb karena saya sadar bahwa dalam argumentasi yg saya lontarkan nanti akan bersifat tajam. Tajam tapi tidak saya arahkan ke personal anda. Rupanya anda tidak aware pada peringatan saya tsb sehingga akhirnya anda merasa bahwa tulisan saya itu mengomentari pribadi anda.

Ini buktinya:
Quote from: Suchamda, Reply #33 on: Yesterday at 01:47:56 PM
+ Bro Willi, kayaknya ini bakal jadi diskusi two liners deh, tapi ga apa, teruskan aja. Jangan diartikan bersifat personal yah. Ini debat utk kemajuan kita semua kok. Jadikan 'ketegaan membantai pandangan musuh' sebagai sebuah act motivated out of compassion.

Tapi kalau anda menginginkan saya meminta maaf, maka dengan ini saya mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya.  ^-^

Salam,
Suchamda
« Last Edit: 24 October 2007, 11:40:45 AM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #66 on: 24 October 2007, 11:33:30 AM »
Keep Cool Bro...

Kalau boleh, diskusi ini kita tutup disini saja.

Semoga masing2 kita dan DCners lainnya dapat merenung dan mengambil point yg berguna dari diskusi ini bagi perkembangan diri.

Mohon maaf kalau ada kata2 yg tidak berkenan.

 _/\_

Willibordus


::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: pilih yg mana?
« Reply #67 on: 24 October 2007, 12:05:11 PM »
saya ndak ngerti kenapa harus ditutup...  ::)
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: pilih yg mana?
« Reply #68 on: 24 October 2007, 12:51:21 PM »
kalau saya bilang sih, udah out of topic bro.... sudah sampai membahas kekosongan tuh

but kalo memang dirasa masih sesuai topic, yah silahkan dilanjutkan aja.....

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: pilih yg mana?
« Reply #69 on: 24 October 2007, 04:27:04 PM »
saya ndak ngerti kenapa harus ditutup...  ::)


Sudah teliti batin masing-masing....

 _/\_  :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: pilih yg mana?
« Reply #70 on: 25 October 2007, 03:15:24 PM »
saya gak ngerti kenapa dialog yg damai dan terbuka seperti ini harus ditutup. kenapa proses belajar yg bagus seperti ini harus ditutup? kalo alasannya oot, maka agar konsisten mungkin hampir semua topic di forum ini juga harus ditutup. kalo alasannya mempengaruhi batin, semua tergantung diri masing2. mungkin saja kata2 yg terbacanya keras sebenernya keluar dari batin yg tenang. who knows? semuanya tergantung persepsi pembacanya... saya pikir buddhis harus tahan banting, bisa tetap tenang dilingkungan yg tidak tenang. bukan hanya tenang di vihara ataupun di atas bantal meditasinya...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: pilih yg mana?
« Reply #71 on: 25 October 2007, 03:48:10 PM »
Mungkin karena yang dimaksudkan oleh realita oleh Sdr. Morpheus adalah realita "nasi yang menjadi bubur".
Sehingga karena "nasi sudah menjadi bubur" menjadikan semakin sedikitnya opsi2 yang dapat dipilih.
...
2 opsi di atas tersebut adalah opsi "nasi menjadi bubur" karena keteledoran kita. Yang sebenarnya ada opsi ke 3, yaitu menghindari bermain dan kita manfaatkan waktu untuk belajar selama seminggu
bang hedi orang farmasi atau kedokteran ya?

pernah liat orang kena kanker stadium lanjut menyebar sampai ke tulang?
ada penyakit yg benar2 membawa kesakitan luar biasa sampai berteriak2 kesakitan, mungkin juga sampai kepengen lekas mati...

kalo anda kena penyakit seperti itu (konon 1 dari 4 orang kena kanker), apakah anda:
option 1: memegang sila, menahan sakit sampai ajal tiba (teguh memegang sila)
option 2: meminta dokter menyuntikkan morfin untuk mengurangi sakit (pelanggaran sila 5)
option 3: minta euthanasia (pelanggaran sila 1)

juga, bagaimana kalo anda melihat orang yg anda cintai menjerit2 kesakitan minta diakhiri hidupnya?
apakah dalam hal ini ada option ideal lainnya atau option di saat belum menjadi bubur?
apakah kita bisa bilang orang yg kena kanker itu "kesalahannya sendiri"?
« Last Edit: 25 October 2007, 03:53:49 PM by morpheus »
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: pilih yg mana?
« Reply #72 on: 25 October 2007, 04:04:35 PM »
 [at] Sdr. Morpheus

Sebelum saya jawab, saya ingin menekankan sebenarnya adaa 4 opsi dan ada 1 opsi yang terlupakan, yakni "opsi sebelum nasi menjadi bubur"  yaitu opsi menjaga kesehatan ketika masih sehat.

Pemicu kanker adalah akibat teraktivasinya sel kanker yang belum aktif. Dan setiap manusia memiliki sel kanker yang belum aktif. Dan jika kita tidak menjaga kesehatan dengan mengikuti pola hidup yang salah seperti dugem, merokok, atau menggunakan bahan2 aditif yang berbahaya seperti MSG, Pewarna, dll. Maka kita pasti akan terkena kanker.

Dan jawaban saya adalah memilih Opsi ke-2 dengan menggunakan morfin

Alasannya :
1. Saya menggunakan morfin untuk pengobatan bukan untuk mengumbar kepuasan
2. Dengan adanya efek analgesik dan euforia dari morfin akan membantu saya dalam menghargai hidup dan memikirkan solusi sampai nafas terakhir.
3. Lahir sebagai manusia sangat sulit, kenapa harus disia2kan?

Saya tidak memilih opsi 1 karena
1. Menurut saya bisa saja seseorang tewas ketika menahan rasa sakit yang amat berlebihan.
IMO : Rasa sakit berlebihan -> Memicu Stress -> tekanan darah naik -> Bisa serangan jantung seketika
2. Gairah untuk sembuh itu biasa hilang dan malas untuk diobati (jadi usaha untuk memikirkan solusi jadi tidak ada)

Kedua alasan itu saya dasari dari pandangan terlahir sebagai manusia itu sangat sulit

Alasan tidak memilih opsi ketiga : alasannya sama dengan dasar pandangan saya, terlahir sebagai manusia sangat sulit







Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #73 on: 25 October 2007, 04:10:32 PM »
Quote from: Morpheus
saya gak ngerti kenapa dialog yg damai dan terbuka seperti ini harus ditutup. kenapa proses belajar yg bagus seperti ini harus ditutup? kalo alasannya oot, maka agar konsisten mungkin hampir semua topic di forum ini juga harus ditutup. kalo alasannya mempengaruhi batin, semua tergantung diri masing2. mungkin saja kata2 yg terbacanya keras sebenernya keluar dari batin yg tenang. who knows? semuanya tergantung persepsi pembacanya... saya pikir buddhis harus tahan banting, bisa tetap tenang dilingkungan yg tidak tenang. bukan hanya tenang di vihara ataupun di atas bantal meditasinya...

Bro Morph, tidak apa ditutup saja diskusi saya dengan bro Willi. Saya rasa point2nya sudah jelas, dan yang terutama adalah karena saya juga cape. :)) :))

Kalau sehubungan dengan kaitan pelatihan sila hingga menuju ke pengertian kesunyataan, saya rasa itu adalah topik yang besar sekali. Tak mungkin dibicarakan , apalagi pihak2 ybs belum pernah mempelajarinya. Setahu saya, buku2 tentang emptiness sangat tebal-tebal dan kompleks. Tentu tidak mungkin utk didiskusikan tanpa pemahaman backgroundnya, kecuali dibuat kursus2 terlebih dahulu.
Disini saya cuma mau menjajagi (test case) apakah pemahaman anak2 disini sudah mencapai kesana, dan apakah bisa dibawa kesana. Ternyata belum. So, ga ada gunanya juga dilanjutkan.

Salam,
Suchamda
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: pilih yg mana?
« Reply #74 on: 25 October 2007, 04:25:06 PM »
Pendapatku: suatu masalah harusnya dianalisa kasus per kasus. dilihat sebab2, situasi dan kondisi-kondisinya. Penentuan cara kita bertindak disesuaikan dengan analisa kita terhadap situasi dan kondisinya.

Kalau cuma perlu satu jenis obat untuk semua jenis penyakit, saya kira para dokter bisa ga laku, apoteker2 jadi pengangguran, dan apotek2 banyak yang tutup... ;D

 
By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: pilih yg mana?
« Reply #75 on: 25 October 2007, 04:33:32 PM »
apoteker2 jadi pengangguran, dan apotek2 banyak yang tutup... ;D
By : Zen

Ngutuk ya..   :-SS :'(  :-w  :hammer:
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: pilih yg mana?
« Reply #76 on: 25 October 2007, 04:35:58 PM »
Sebelum saya jawab, saya ingin menekankan sebenarnya adaa 4 opsi dan ada 1 opsi yang terlupakan, yakni "opsi sebelum nasi menjadi bubur"  yaitu opsi menjaga kesehatan ketika masih sehat.
ini cuman contoh kasus, bang. family saya gak ngerokok, gak dugem, cenderung health concious, tapi ujung2nya kena kanker juga. tapi udah tua emang...

secara konsep, intinya yg ingin saya arahkan di sini, kita kadang gak bisa memilih untuk menjadi idealis. kita gak memilih untuk kena kanker dan kadang options yg ada terbatas sekali...

dari sini terlihat kejujuran anda yg memilih untuk memakai morfin ketimbang menjaga sila mati2an... saya pikir semua orang akan memilih pilihan yg sama, atau bahkan mungkin yg ketiga...

saya pikir kalo kesakitan sekali, susah untuk bisa meninggal dengan lebih tenang...

life is not perfect... kadang kita harus berdamai dengan idealisme kita and let it go...


Bro Morph, tidak apa ditutup saja diskusi saya dengan bro Willi. Saya rasa point2nya sudah jelas, dan yang terutama adalah karena saya juga cape. :)) :))
kalo cape molor dulu... banyak bom waktu yg anda tinggalkan di thread ini ;D

Kalau cuma perlu satu jenis obat untuk semua jenis penyakit, saya kira para dokter bisa ga laku, apoteker2 jadi pengangguran, dan apotek2 banyak yang tutup... ;D
sadly but true, setahu saya sampai saat ini morfin tetap menjadi satu2nya penahan sakit yg paling ampuh...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: pilih yg mana?
« Reply #77 on: 25 October 2007, 05:08:38 PM »
Saya rasa itu semua bisa terjadi karena pikiran kita yang masih memiliki kemelekatan. Kalau pikiran orang suci dan telah tercerahkan mungkin ada jawaban lain.

Jujur saja, yang saya jawab tadi tidak tahu apa benar / salah, tapi yang jelas terbaik menurut saya.

Tapi intinya saya setuju dengan Anda, kita sekarang ini juga dalam proses realisasi Nibbana. Dan untuk realisasi tersebut tidak bisa kan dari merangkak langsung berlari. Semuanya butuh waktu dan usaha. Dan terima kasih atas ilustrasinya

Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #78 on: 25 October 2007, 05:14:00 PM »
Quote
banyak bom waktu yg anda tinggalkan di thread ini

Maksudnya apa / yg mana yah bro Morph?
Bisa tolong ditunjukan biar nanti saya klarifikasi.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: pilih yg mana?
« Reply #79 on: 25 October 2007, 05:21:38 PM »
Quote
Statement yang saya buat itu penting untuk disampaikan ke anda, yaitu untuk mengingatkan bahwa Abhidhamma itu cuman sekedar teori. Kalau anda pelajari filosofi2 lain di Buddhism (eg.Mahayana) maka anda akan melihat bahwa teori Abhidhamma Theravada juga mengandung kesalahan fatal.
maksud anda mengandung kesalahan fatal?

Disini saya cuma mau menjajagi (test case) apakah pemahaman anak2 disini sudah mencapai kesana, dan apakah bisa dibawa kesana. Ternyata belum. So, ga ada gunanya juga dilanjutkan.
belum sampai ke sana, maksudnya sampai kemana?

kalo hal ini gak diterangkan, ntar bisa2 bikin penasaran...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #80 on: 25 October 2007, 05:55:12 PM »
Quote
Statement yang saya buat itu penting untuk disampaikan ke anda, yaitu untuk mengingatkan bahwa Abhidhamma itu cuman sekedar teori. Kalau anda pelajari filosofi2 lain di Buddhism (eg.Mahayana) maka anda akan melihat bahwa teori Abhidhamma Theravada juga mengandung kesalahan fatal.
maksud anda mengandung kesalahan fatal?

Begini ya. Yang mengatakan kesalahan fatal itu saya berdasarkan dari hasil study dari penolakan eksponen Madhyamaka (Mahayana) terhadap filosofi atomistik Shtaviravada seperti yang terkembangkan dalam kitab Abhidhamma.

Pandangan abhidhammik mengatakan bahwa segala fenomena dharma maupun self dapat dianalisa menjadi komponen-komponen terkecilnya. Komponen2 terkecil ini tak dapat dibagi lagi dan disebut sebagai dharma (cmiiw). Hal ini bertentangan dengan konsep emptiness baik empty of one or many.
Yang disebut fenomena dharma (dan self) itu non-inherently exist. Tetapi bila dikatakan bahwa fenomena dharma (dan self) itu dikatakan sebagai no-self karena tersusun dari komponen bentukan maka dapat dikatakan ini bertentangan dengan 'empty of many'. Menurut Madhyamaka, komponen terkecil itupun tidak memiliki inherent existence dan muncul dari dependent origination dalam tataran konvensional. Akan tetapi dalam tataran absolut, dependent origination itupun pada hakikatnya adalah empty.

Mungkin terdengar rumit dan membingungkan yah. Tentu saja. Karena ini adalah sebuah bahasan yg bisa menampung 1 buku penuh tapi coba saya gambarkan hanya dalam beberapa kalimat belaka, tentu tidak mungkin. Tapi arahnya kesana.

Meskipun demikian, itu adalah pembelajaran bagi yang tertarik untuk mempelajari keluasan Buddhism dari berbagai macam tradisi. Menurut pendapat saya pribadi, Abhidhamma tetaplah sangat bermanfaat dan juga lagipula pemahaman beberapa tokoh Theravada spt Ajan Sujin dan Bikkhu Thanissaro juga memberikan view bahwa semua itu harus dipahami dalam cahaya emptiness. Jadi tidak ada masalah dengan pembelajaran Abhidhamma asalkan tidak dibenturkan secara meruncing (debat filosofis yg semakin mendalam). Bila kita semakin tajam melihat sesuatu maka yang tampak adalah perbedaan-perbedaan. Itu wajar.

Quote
Disini saya cuma mau menjajagi (test case) apakah pemahaman anak2 disini sudah mencapai kesana, dan apakah bisa dibawa kesana. Ternyata belum. So, ga ada gunanya juga dilanjutkan.
belum sampai ke sana, maksudnya sampai kemana?

kalo hal ini gak diterangkan, ntar bisa2 bikin penasaran...


Ya udah diterangkan di atas.

Oya, emptiness itu bukan berarti nihil.
Emptiness dikatakan berada diluar dualisme baik dan buruk, akan tetapi hal itu dilihat dari sisi conventional-nya. Dalam dirinya sendiri, emptiness adalah merupakan true nature yang memiliki kualitas spontaneously present, yaitu adalah sifat/kualitas Kebuddhaan (kebajikan) itu sendiri. Hanya saja sifat kebuddhaan itu tertutupi oleh kekotoran batin.
Dus, latihan sila itu bukan sekedar digunakan utk menghilangkan kekotoran batin, karena tiada akan ada habisnya, tetapi merupakan sebuah alat untuk membentuk path. Dari path itu maka yang diutamakan adalah bagaimana memunculkan kembali sifat asali Buddha Nature tersebut, dan itu tidak mungkin bila tidak dilakukan dengan Bodhicitta (pikiran cinta kasih). Itulah Bodhicitta relatif, sedangkan Bodhicitta absolut ya adalah realisasi emptiness itu sendiri yg disebut primordial wisdom.
Di pelatihan Lojong (7 steps of mind training) utk melatih kesana itu kita harus tidak melekat, termasuk melekat pada antidote nya. Sila adalah alat, tapi jangan sampai malah melekat pada alat tsb.

« Last Edit: 25 October 2007, 07:06:25 PM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: pilih yg mana?
« Reply #81 on: 25 October 2007, 08:58:52 PM »
ok, paham om...
mungkin bener yg dibilang bang markos, abhidhamma ama emptinessnya di thread lain aja...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: pilih yg mana?
« Reply #82 on: 26 October 2007, 08:06:38 AM »
Quote
Statement yang saya buat itu penting untuk disampaikan ke anda, yaitu untuk mengingatkan bahwa Abhidhamma itu cuman sekedar teori. Kalau anda pelajari filosofi2 lain di Buddhism (eg.Mahayana) maka anda akan melihat bahwa teori Abhidhamma Theravada juga mengandung kesalahan fatal.
maksud anda mengandung kesalahan fatal?

Meskipun demikian, itu adalah pembelajaran bagi yang tertarik untuk mempelajari keluasan Buddhism dari berbagai macam tradisi. Menurut pendapat saya pribadi, Abhidhamma tetaplah sangat bermanfaat dan juga lagipula pemahaman beberapa tokoh Theravada spt Ajan Sujin dan Bikkhu Thanissaro juga memberikan view bahwa semua itu harus dipahami dalam cahaya emptiness. Jadi tidak ada masalah dengan pembelajaran Abhidhamma asalkan tidak dibenturkan secara meruncing (debat filosofis yg semakin mendalam). Bila kita semakin tajam melihat sesuatu maka yang tampak adalah perbedaan-perbedaan. Itu wajar.

dear suchamda,

hanya sekedar mengingatkan, bahwa jika membandingkan, hendaknya adalah apple to apple, jgn bandingkan orange dengan apple, yang tentu saja berbeda.....

jika semakin tajam melihat, saya rasa itu bisa disamakan dengan mencari-cari perbedaan, dan sudah pasti berbeda, karena membandingkan orange dengan apple...

justru hendaknya diamati sehingga akan muncul "apa adanya" atau "paramatta"......

sebagai contoh org ada kulit kuning, putih, hitam..... pasti beda khan??? tapi jika dilihat sebagaimana apa adanya, orang pasti akan sama, yaitu terdiri dari nama dan rupa....

semoga ini dimengerti yah........... end of oot

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: pilih yg mana?
« Reply #83 on: 26 October 2007, 08:12:06 AM »
ok, paham om...
mungkin bener yg dibilang bang markos, abhidhamma ama emptinessnya di thread lain aja...

yup, khan ada bagian tersendiri tuh.....  ;)

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #84 on: 26 October 2007, 08:14:47 AM »
Quote
hanya sekedar mengingatkan, bahwa jika membandingkan, hendaknya adalah apple to apple, jgn bandingkan orange dengan apple, yang tentu saja berbeda.....

Kan yang saya bandingkan apple to apple? :o
Buddhism to buddhism khan? ^-^
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #85 on: 26 October 2007, 08:24:19 AM »
Quote
jika semakin tajam melihat, saya rasa itu bisa disamakan dengan mencari-cari perbedaan, dan sudah pasti berbeda, karena membandingkan orange dengan apple...

Perbedaan itu ada bukan utk dihindari atau diingkari, tetapi untuk diteliti.
Dari penyelidikan itulah baru ada pemahaman. Dengan pemahaman maka hilanglah kecurigaan.
Dengan pemahaman maka kita bisa menemukan prinsip yang lebih tinggi. Otomatis menjadi lebih pluralistik, lebih bisa menghargai yg lain.

Quote
justru hendaknya diamati sehingga akan muncul "apa adanya" atau "paramatta"......

Justru dari pembelajaran perbedaan itu kita bisa berpikir secara inferensial (krg lebih analitis lah) menghasilkan inferential cognition (ga tau bhs indonya, sori).
Inferential cognition itu nanti yang memberikan kepastian tentang view.
Baru darisitu kita bisa bermeditasi dengan mengarahkan ke tujuan yg tepat utk mendapatkan direct valid cognition (pengalaman langsung).

Kalo viewnya saja tidak tepat, bagaimana mau memahami paramatta?

Dgn kata lain:
Mempelajari pandangan2 secara serius dan membedahnya dan kemudian bisa melihat keruntuhannya, adalah sama saja sedang mendidik batin utk melihat bahwa semua pandangan itu adalah bentukan konvensional belaka. Baru dari situ muncul pemahaman paramatta yang tak terkatakan.

Coba baca buku ini:
http://www.namsebangdzo.com/Nagarjuna_s_Seventy_Stanzas_p/5673.htm
http://www.namsebangdzo.com/product_p/12854.htm
http://www.greatliberation.org/dharmashop/books/bk5.htm
http://www.greatliberation.org/dharmashop/books/bk12.htm

Kalo mau yg berat (dialektika filosofis):
http://www.namsebangdzo.com/Ocean_of_Reasoning_p/13439.htm
http://www.namsebangdzo.com/Dependent_Arising_and_Emptiness_p/5257.htm

Kalau mau yang gratisan, bisa minta kesini (request) e-book:
http://www.khyentsefoundation.org/publications.html (click di bagian 'request form')
« Last Edit: 26 October 2007, 09:00:08 AM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: pilih yg mana?
« Reply #86 on: 26 October 2007, 08:52:11 AM »
Justru dari pembelajaran perbedaan itu kita bisa berpikir secara inferensial (krg lebih analitis lah) menghasilkan inferential cognition (ga tau bhs indonya, sori).
Inferential cognition itu nanti yang memberikan kepastian tentang view.
Baru darisitu kita bisa bermeditasi dengan mengarahkan ke tujuan yg tepat utk mendapatkan direct valid cognition (pengalaman langsung).

Kalo viewnya saja tidak tepat, bagaimana mau memahami paramatta?

dear Suchamda,

saya jawab beberapa poin saja:

1. apple itu sendiri ada bermacam2, misal Fuji, New Zealand, wahington navel dan sebagainya...... yang pasti berbeda2 baik dari unsur cair, padat, panas dan geraknya...... dan jika dibelah lagi, misal Apel fuji, juga akan pasti berbeda-beda, ada yang keriput, kulit mulus, ulatan, warna kurang cerah, dan sebagainya.....
jika dicari lagi, pasti akan semakin banyak bedanya.......

justru hendaknya itu dilihat apa adanya sebagai apple........ mencari perbedaan tidaklah akan membuat mengerti paramtta.....

*deleted biar ga makin out of topic*


end of discussion karena sudah out of topic......
« Last Edit: 26 October 2007, 09:30:33 AM by markosprawira »

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #87 on: 26 October 2007, 09:11:21 AM »
Quote
2. bermeditasi dengan tujuan, hanya akan menambah kemelekatan pada tujuan itu dan justru akan memperkuat konsep pannati........ dimana ini akan menjauhkan anda dari kemampuan paramatta....
itu kenapa muncul istilah "jika bermeditasi, lepaskan konsep"

Meditasi ada banyak macam. Ada meditasi berkonsep dan meditasi tak berkonsep. Ada juga analytical meditation.
Insight meditation memang pada waktu bermeditasinya tidak boleh dengan tujuan apalagi dengan konsep.
Viewnya itu adalah untuk mengarahkan kita dalam path.
Kalo viewnya salah, pathnya juga salah. Orang Hindu juga ada bermeditasi tanpa konsep bukan? Tapi viewnya???

Sori, ini saya perpanjang sedikit karena memang awalnya anda yang melontarkan komentar terlebih dahulu, saya bertanggung jawab utk menerangkannya.

OK end of discussion. Kalo kurang puas, silakan buka topik baru aja kalo mau.
« Last Edit: 26 October 2007, 09:16:49 AM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: pilih yg mana?
« Reply #88 on: 27 October 2007, 12:45:31 AM »
Berikut ini adalah cuplikan dari buku "Freedom from Extremes: Gorampa's "Distinguishing the Views" and the Polemics of Emptiness (Studies in Indian and Tibetan Buddhism)" di bagian Introduction nya ,pg.2 :

All knowledge --and this includes philosophy-- is polemical by nature. (Johan Huizinga)

The Great German Indologist Max Mueller once wrote, "To know one is to know none". For Mueller, knowledge is comparative. To know a thing -- a text, a practice, a culture-- it is necessary to see how the thing relates to other things. It is by understanding the nexus of relationships betweeen things that knowledge arises. And if, as Pierce puts it, "a thing without oppositions , ipso facto, does not exist", then one can conclude that knowledge not only has a positive (catapathic) aspect, but also a negative (apopathic) one. To know something requires that one understand both what a thing is and what it is not. Comprehension is a relational act. It requires that one be able to relate a given thing to other things that are similar, but also that one have an awareness of the way in which a given thing differs from other things. Knowing things in themselves --as isolates-- is an incomplete form of knowledge.
"To know one is to know none". If something is to be fully known, it is necessary to understand how it relates to other things. More specifically, true knowledge requires the ability not only to chart similarities, but also to notice differences and contrasts.

Karena sudah OOT di topik ini, maka bila ingin melanjutkan diskusi, silakan buka topik "Belajar satu tradisi atau banyak tradisi?" atau click di link bawah ini untuk langsung menuju kesana:
http://www.dhammacitta.org/forum/index.php?topic=821.new#new
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline ajan

  • Teman
  • **
  • Posts: 71
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #89 on: 02 November 2007, 02:32:39 PM »
Hidup ini selalu penuh pilihan...

Btw kok pake bayg*n, pake H*T donk...  ;D

hush.. H*T udah ditarik dari pasaran..
ketinggalan berita ya? :whistle:

sekarang HIT balik lagi ke pasaran, sogokannya kenceng kali  ;D

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: pilih yg mana?
« Reply #90 on: 12 August 2008, 08:13:34 AM »
Pilih mana?

1. Membunuh lalat (fly) dgn pemukul lalat
2. dgn Raket listrik (biar gosong)
3. pakai lem lalat....
4. masukkan plastik > masuk di microwave... trus set 5 detik.....(langsung garing)...

Apakah pembunuhan #4 (microwave) karma jeleknya lebih besar......(soalnya gw pernah coba...)

trims atas jawabannya....
« Last Edit: 12 August 2008, 11:13:36 AM by johan3000 »
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #91 on: 12 August 2008, 10:15:20 AM »
Pilih mana?

1. Membunuh lalat (fly) dgn pemukul lalat
2. dgn Raket listrik (biar gosong)
3. pakai lem lalat....
4. masukkan plastik > masuk di microwave... trus set 5 detik.....(langsung garing)...

Apakah pembunuhan #3 karma jeleknya lebih besar......(soalnya gw pernah coba...)

trims atas jawabannya....

Cara pembunuhan yg membuat kita LEBIH PUAS biasanya kammanya paling berat.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: pilih yg mana?
« Reply #92 on: 12 August 2008, 07:26:05 PM »
Knapa lalat harus di bunuh?
Samma Vayama

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: pilih yg mana?
« Reply #93 on: 13 August 2008, 07:55:57 AM »
Knapa lalat harus di bunuh?

Karna di Indonesia banyak lalat....
Kalau di negara yg bersih ngak punya lalat, mana ada kesempatan utk membunuh lalat?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: pilih yg mana?
« Reply #94 on: 13 August 2008, 08:26:26 PM »
banyak lalat artinya lingkungan bauk n kotor

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #95 on: 14 August 2008, 01:08:10 AM »
Banyak lalat, tempatnya dimana? dimeja makan?
solusinya gampang pasang aja lilin 2 ato 3
lalat gak bakal deket2 ..... gak perlu di bunuh jg khan, konon katanya lalat yg sudah dewasa umurnya cuma  beberapa hari saja, jadi kasih lalat senang2 .... napa  :P ;D

masih byk lalat, gak punya lilin? ..... BELI dunk di warung  :P :))
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: pilih yg mana?
« Reply #96 on: 14 August 2008, 07:30:06 AM »
:backtotopic:

ditanya bobot kamma nya koq :))
There is no place like 127.0.0.1

Offline Centy

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 175
  • Reputasi: -6
Re: pilih yg mana?
« Reply #97 on: 14 August 2008, 08:00:42 AM »
Pilih mana?

1. Membunuh lalat (fly) dgn pemukul lalat
2. dgn Raket listrik (biar gosong)
3. pakai lem lalat....
4. masukkan plastik > masuk di microwave... trus set 5 detik.....(langsung garing)...

Apakah pembunuhan #4 (microwave) karma jeleknya lebih besar......(soalnya gw pernah coba...)

trims atas jawabannya....

Jangan lupa olesin mentega dan kecap manis ya..... biar lebih mantap... wakakakak.....

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #98 on: 14 August 2008, 02:27:39 PM »
kalau membunuh karena alasan lapar, menurutku sih bobot karma buruknya lebih enteng daripada membunuh karena alasan rekreasi.

Btw, Bro Centy, gimana sih rasanya lalat bakar?

Offline Centy

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 175
  • Reputasi: -6
Re: pilih yg mana?
« Reply #99 on: 14 August 2008, 02:30:44 PM »
kalau membunuh karena alasan lapar, menurutku sih bobot karma buruknya lebih enteng daripada membunuh karena alasan rekreasi.

Btw, Bro Centy, gimana sih rasanya lalat bakar?

Grilled Fly kalee nama keren nya wakakaka..... Gak tau deh, tanya aja sama yg manggang lalatnya wakakaka....

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: pilih yg mana?
« Reply #100 on: 14 August 2008, 02:39:07 PM »
kalau membunuh karena alasan lapar, menurutku sih bobot karma buruknya lebih enteng daripada membunuh karena alasan rekreasi.

delete...

Kalo dari segi bobot kamma.... objeknya juga pengaruh tuch.....sedang apa saat itu objeknya dan sedang mendatangkan manfaat apa?... siapa tahu lalat (hamil) itu juga lapar? ;D

Kamma itu kompleks.... merupakan kombinasi dari berbagai kondisi yang hadir saat itu, maka itulah yang menentukan berat ringannya kamma.

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: pilih yg mana?
« Reply #101 on: 14 August 2008, 03:25:10 PM »
Banyak lalat, tempatnya dimana? dimeja makan?
solusinya gampang pasang aja lilin 2 ato 3
lalat gak bakal deket2 ..... gak perlu di bunuh jg khan, konon katanya lalat yg sudah dewasa umurnya cuma  beberapa hari saja, jadi kasih lalat senang2 .... napa  :P ;D

masih byk lalat, gak punya lilin? ..... BELI dunk di warung  :P :))


Lilin juga mahal bro,.... lagian bisa ngeluarin asap.... ngak hati2 juga bisa membakar....
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: pilih yg mana?
« Reply #102 on: 14 August 2008, 10:42:16 PM »
klo diwarung makanan suka digantungin kantong plastik bening isi air itu kata yang jualan bisa buat ngusir lalet

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #103 on: 15 August 2008, 11:33:53 AM »
klo diwarung makanan suka digantungin kantong plastik bening isi air itu kata yang jualan bisa buat ngusir lalet

Di daerah sy juga sering begitu... banyak warung yg mengisi air di kantong plastik bening, kadang ada yg memasukkan satu / dua cabe keriting di air tsb.

Pertama kali sy mengira kantong air dan cabe itu semacam jampi2 untuk menarik pelanggan, tapi ternyata untuk mengusir lalat. Logikanya dimana ya? Kok kantong air begitu bisa mengusir lalat?  ???

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: pilih yg mana?
« Reply #104 on: 15 August 2008, 11:35:32 AM »
kalau ada cahaya kena kantong airnya, nanti jadi silau lalatnya. lalu lalatnya jatuh.

entah benar atau tidak, tapi pernah sih lihat lalat lagi terbang dekat itu lalu jatuh seperti pesawat terbang jatuh gitu.
There is no place like 127.0.0.1

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: pilih yg mana?
« Reply #105 on: 16 August 2008, 11:49:47 AM »
cuman waktu dulu emak gw ultah garden party pake kantong aer tetep aja laletnya banyak ;D

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: pilih yg mana?
« Reply #106 on: 16 August 2008, 06:07:21 PM »
tingkat keberhasilan 0.01% :))
There is no place like 127.0.0.1

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: pilih yg mana?
« Reply #107 on: 16 August 2008, 11:25:00 PM »
Suhu ........  :backtotopic:

ditanya bobot kamma nya koq ...  :))


(bales acchh ..... suhu yg ingetin back to topic, eeh ... Out to topic juga  ;D)
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: pilih yg mana?
« Reply #108 on: 17 August 2008, 08:24:33 AM »
oh iya :hammer:

ehemm.. ehemm.... :backtotopic:
There is no place like 127.0.0.1

Offline dh14n

  • Teman
  • **
  • Posts: 51
  • Reputasi: 3
Re: pilih yg mana?
« Reply #109 on: 20 August 2008, 10:04:07 AM »
yah.. hidup selalu pilihan. hehe..
tapi tetep aja semua nya ada konsekuensinya. ya khan?
menurut saya membunuh sih tetap membunuh.. bayangkan deh kalau misalkan ada orang yg kelaparan banget, trus untuk hidup itu dia harus merampok (susah cari kerja mungkin). trus apa merampoknya itu dibenarkan?..

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: pilih yg mana?
« Reply #110 on: 20 August 2008, 10:35:07 AM »
dh14n,  perbuatan yang dilandasi lobha dosa dan moha akan selalu buruk, meskipun dengan "pembenaran" apapun juga.

Seperti yang anda bilang, selalu pilihan. Meskipun kelaparan sekali sampai mau mati, tetapi bisa saja kan orang tersebut menyadari "jika aku melakukan perbuatan buruk, maka hal ini akan berbuah, aku tetap akan menderita pada kesempatan berikut", sehingga dia tidak jadi merampok.

Satu hal yang saya pelajari, jika memang melakukan perbuatan buruk, terima saja. Inilah perbuatanku, dan hasilnya yang sesuai akan saya terima juga. Memang kita belum suci, tetapi kita bisa berusaha untuk mengurangi perbuatan buruk kita, salah satunya adalah tidak "membenarkan" perbuatan buruk kita, dengan alasan apapun juga.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Sariputta

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 8
  • Reputasi: 1
Re: pilih yg mana?
« Reply #111 on: 31 August 2008, 05:40:15 PM »
kalau kita mengunjungin seorang teman yg sedang sakit (mungkin demam berdarah) dan di kamarnya byk nyamuk. kemudian dia bilang tadi gw br beli bayg*n, tapi belum dipakai. tolong semprotin donk...

bagaimana nih?

1. ada nyamuk
2. masih hidup
3. niat membunuh nyamuk tetapi menolong manusia
4. ssstt...
5. semoga nyamuk2 itu dilahirkan di alam yg lebih baik  :'(

apakah ini membunuh?

tambahan neh... di lantai juga banyak semut tak berdosa jadi korban... gimana mo ngusir semut...

apakah umat budhist ga pake bayg*n?

Hanya pendapat pribadi (tidak untuk dicoba dan dipraktekkan) kalau gua mungkin segera saja di semprot sampai bersih dari nyamuk...... Soalnya kan demam berdarah.... jangan sampai orang lain juga ketularan.... kan bisa repot....

Note :
Suatu perbuatan selalu didasari oleh niat / cetana , kalau disini tentunya niat saya bukan untuk membunuh nyamuk , tapi niat saya adalah supaya demam berdarahnya jangan sampai menyebar kepada yang lain , tentu saja ini didasari juga oleh welas asih..... Tapi bukankah dengan membunuh nyamuk itu termasuk tindakan yang salah, memang itu tindakan yang salah dan kalau bisa dihindari sebaiknyalah dihindari. 

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: pilih yg mana?
« Reply #112 on: 31 August 2008, 09:50:21 PM »
^tetep aja niat menyingkirkan kehidupan nyamuk itu ada.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

 

anything