Ketika ada kata "paksa", maka lobha sdh mulai berperan... Bentuknya seperti apa? Intimidasi superioritas sebagai ortu? Anak juga, mulai merengek?
Jika viriya bersekutu dgn karuna, maka "paksa" yg kita asumsikan negativ itu gak akan muncul. Perlu diingat, faktor bathin muncul, berproses, & padam dgn sangat cepat. Mereka akan muncul sesuai dgn pengkondisian (sikon) plus kualitas bathin akumulatif saat itu. Bagi yg terlatih, ortu misalnya, akan sabar persue anaknya. Yg krn latihannya kurang, karuna berubah menjadi lobha-mula-citta...
*
Poin lain adalah, mmg ada kenyataan bahwa, perbuatan baik, motivasi baik, konsep baik ~ berpotensi "menjadi obyek": lobha & dosa juga lho... Misalnya: memukul anak sendiri yg bandel. Berdana ke vihara, pas ketemu temen lama, dikatain cari muka/popularitas; muarah besar...
Nah, saat menasehati anak dgn sabar; sampai momen itu, yah baik. Krn bandel (ini dia kondisi/penyebabnya), suasana berubah ~ maka dicubit. Cubitan bengkak, ortu menyesal, trus bilang: "Gara² elu sih bandel, owe kan sayang & mau U baik. Krn ngenyel, wa cubit, tuh lihat akibatnya, jadi bengkak..." Diobati dgn obat gosok dgn telaten, saat itu, karuna muncul kembali... Semua silih berganti...
*
B³ (baik, benar, & bijaksana) perlu kita jadikan reminder. Tidak gampang, bukan berati tidak bisa... Perlu dipoles senantiasa...
Ada ormas berniat menutup tempat maksiat, krn hal itu membobrokkan moral. Motivasinya 'baik', poin pertama dr B³, dapet. Caranya, tempat hiburan diajak dialog, diberikan himbauan; caranya 'benar', poin kedua dr B³, dapet lagi. Ada tempat hiburan yg tdk indahkan himbauan; ormas itu datang & diobrak²; nah, poin kedua ('benar') sdh tdk terbina lagi... Kalo caranya saja sdh tidak 'benar', poin 'bijak' sdh pasti jauh dr realita yah?
*
Motiv membantu memang 'baik', perlu dilaksanakan dgn cara yg 'benar'. Apapun konsekuensinya, harus dihadapi dgn 'bijaksana'. Sama seperti donatur vihara di atas; niat 'baik' berdana, kepada vihara sbg metode yg 'benar'. Namun ketika muaruah besar saat "disentil" oleh temen lamanya ~ nah reaksi bathin marah itulah yg menjadi reaksi tdk 'bijaksana'...
Sulit? Wah... memang tidak gampang... Tapi sangat³ berharga utk diperjuangkan...
*
Beberapa saat lalu ketika makan di subuah restoran yg ada kolam ikan. Anak² bermain dgn ikan, kasih makan. Mereka senang sekali kasih ikan makan. Itu terjadi faktor bathin positiv lho... Nah, saya tanya ke salah satu yg sekolah di bangku kelas 3, SD: "Asyik yah? Ikannya cakep yah, mereka pasti senang dikasih makan. Kamu tega gak makan dia?"
Anak itu menjawab: "Daripada aku makan dia, mending aku kasih dia makan..."
Twinggg... Belajar kebijaksanaan baru dr anak SD kelas-3, saya kagum dgn kepolosannya...
Dia punya keputusan utk suatu pilihan. Bukan cuma memilih utk tdk memakan ikan itu (menghindar), tapi juga memutuskan utk memberikan makanan utk ikan itu, aktiv...