Login with username, password and session length
0 Members and 1 Guest are viewing this topic.
kalo boleh tau (kalau nda boleh juga nda apa )... kenapa sengaja menampakkan wajah tegar? kenapa tidak mau keliatan sebaliknya?
Saya amat MEMAHAMI apa2 yang sis rasakan, karena apa yang sis rasakan sangatlah sulit untuk diungkapkan dengan kata2...bagi mereka yang belum pernah mengalami tidak bisa merasakan betapa pedih, sakit, tersayat2, nyeri sekali....hanya mereka yang pernah merasakan dalamnya kepedihan, luka yang amat menyayat kalbu, semua itu benar2 sulit digambarkan, hanya bisa dirasakan, saya bisa merasakan apa yang sis rasakan dari sejak sis menulis "Saya gadis musim hujan" itu SUDAH MENGGAMBARKAN semua nya sis...yang tabah dan tegar ya sis, tidak ada yang kekal, badaipun pasti berlalu, sekarang musim hujan besok bunga2 bermekaran ditaman, sekarang kepedihan yang teramat memilukan besok menjadi hari yang terindah dalam hidup.....! Anda tidak sendirian sis.....
Seseorang yang merasa dirinya akan hina bila memperlihatkan kesedihan/kehancuran dirinya kepada orang lain, lebih memilih memperlihatkan ketegarannya padahal didalamnya dia telah menjerit selantang2nya, hanya sahabat sejati yang mampu membaca dan merasakan jeritan hatinya.***) sorry sis DeNova, saya menjawab sis Dhammadinna, jika sis kurang berkenan boleh dimintakan dihapus aja
trims for sist Shasika, saya tak menyangka walau kita baru saja bertemu namun anda sanggup memahami saya begitu dalamnya sudah dijawab oleh sist Shasika dan kalau saya boleh menambahkan ada 1 alasan lagi sebenernya, "Karena jika saya menampakkan yang sebaliknya ADAKAH YANG AKAN PERDULI" itulah pertanyaan saya sebenernya, dan itulah alasan kenapa saya suka menjadi "gadis musim hujan"Kalau mau tahu alasan lengkapnya ada di curhatan saya sebelumnya tentang bagaimana "perdulinya keluarga besar PAPA" terhadap eksistensi kami sebagai putra-putri beliau
Sama2 sis....jangan gtu lah, sy jd sungkan.... yang sy beri warna biru kasih link nya donk sis....
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,22747.350.html inilah yang menyebabkan saya selalu susah melepas kemelekatan ini, kadang rasa gag adil yang dirasakan oleh seorang anak yang dipandang sebelah mata walau udah mati2an buktiin eksistensi tetap dianggap hina, ironis....
Sedikit percapakan tentang pelimpahan jasa:Bhante: sekarang bhante ajarkan... setiap kali kamu selesai makan, lakukan pelimpahan jasa. Setelah makan, rasa laparmu hilang dan kamu merasa puas. Nah, ucapkanlah (dalam hati) semoga kebajikan ini dapat bermanfaat juga untuk almarhum atau makhluk-makhluk lain.Thres: Saya kira, pelimpahan jasa dilakukan setelah kita melakukan kebajikan. Saya baru tau kalo setelah makan juga bisa.Bhante: Lho, makan juga adalah kebajikan. Setelah minum, juga bisa. Atau di kantor, misalnya kamu memberi permen ke bawahan kamu, kamu bisa juga melakukan pelimpahan jasa. Pelimpahan jasa bertujuan melatih sila dan melatih rasa hormat.Thres: melatih rasa hormat itu, maksudnya rasa hormat ke almarhum ya, bhante?Bhante: iya. Thres: kalo melatih sila, maksudnya bagaimana?Bhante: rasa hormat itu, ya sila. Sila itu luas. Pelimpahan jasa juga sama dengan dana. Orangtua kamu masih hidup?Thres: papa sudah meninggal, bhante.Bhante: Nah, itu ladang kebajikan yang bagus sekali itu... Jadi, sehabis makan, lakukan pelimpahan jasa. Dengan sering-sering melakukannya, maka akan menjadi kebiasaan yang baik, membentuk kecenderungan yang baik dalam dirimu. Jangan lupa juga untuk terus menjaga sila karena semakin baik sila-mu, pelimpahan jasa juga semakin bermanfaat untukmu dan almarhum.Thres: Saya pernah lihat foto, banyak orbs di suatu pesta. Mungkin menunggu pelimpahan jasa ya, bhante?Bhante: ya, ndak bisa. Mereka tidak bisa mendapatkan apa-apa kalau tidak kita upacarakan.Thres: Upacara bagaimana, bhante?Bhante: Upacara itu bukan ritual baca paritta, bukan ritual atau acara di vihara . Tapi ya itu tadi, sebutkan dalam hati “semoga kebajikan ini bermanfaat bagi siapa...”. Itu maksud bhante dengan upacara.
Siapa yang mau GRP gratis dari saya silahkan mendaftar...yang Rapi yah barisnya Mumpung lagi keluar "baiknya"