Sebenarnya pencatatan terhadap biaya yang timbul dapat dicatat sebagai beban operasi ( dicatat sebagai biaya ) atau di catat sebagai harta/asset ( aktiva tetap ) jika menpunyai umur ekonomis yang panjang dan lebih dari satu tahun, dan dicatat sebagai peralatan ( aktiva lancar ) jika menpunyai umur ekonomis dibawah satu tahun, sehingga pengklasifikasian beban perolehan sangat tergantung pada material dan immaterial beban yang dicatat serta umur ekonomisnya. Yang terpenting pencatatan dan pengklasifikasian harus dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan. Misalnya hari ini biaya A ( nilai kecil) dicatat sebagai beban, pencatatan berikutnya untuk biaya A jangan menjadi Asset/harta.
A. Pencatatan sebagai beban :
Biaya xxxx
Kas/Bank/Hutang xxxx
B. Pencatatan sebagai harta ( aktiva tetap ) misalnya kenderaan ( mobil ), perlengkapan ( computer, meja, kursi ) beserta pendukungnya supaya alat tersebut dapat beroperasi.
Kenderaan xxxxx
Komputer xxxxx
Kas/Bank/Hutang xxxx
Setiap akhir bulan dibuat jurnal penyesuaian :
Biaya Penyusutan Kenderaan xxxxxxxx
Biaya Penyusutan Perlengkapan xxxxxxxx
Akk. Penyusutan xxxxxxxx
Jika terjadi kerusakan maka aktiva tetap tersebut dicatat :
Kerusakan total/buang :
Kerugian ( jual aktiva tetap ) xxxxxx > diklasifikasikan sebagai biaya lain-lain
Akk Penyusutanan xxxxxx
Komputer xxxxxxxx
C. Pencatatan sebagai harta ( aktiva lancar ) misalnya ATK ( peralatan )
Peralatan xxxxx
Kas/Bank/Hutang xxxx
Setiap akhir bulan dibuat jurnal penyesuaian :
Biaya Peralatan xxxxxxx
Peralatan xxxxxxxx
Dan ini dicatat sebesar nilai yang secara kuantitas yang bisa dihitung, sedang untuk obeng seharusnya dibebankan sebagai biaya.
Semakin banyak asset yang nilainya kecil dicatat sebagai harta, akan menyebabkan beban menjadi rendah, sehingga laba dapat melonjak ( karena pembebanan biaya menjadi bertahap karena disusutkan ) dan ini tidak dianjurkan. Karena pembukuan menjadi tidak realistis.