Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia
Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi => Theravada => Topic started by: Predator on 19 September 2007, 01:42:56 PM
-
Apakah benar niat itu membentuk karma baru??
Apakah semangat tidak membentuk karma baru juga??
jadi apa beda niat dan semangat??
-
contoh kalimat "saya berniat pergi ke bali" bandingkan dengan kalimat "saya bersemangat pergi ke bali"
Kalau dilihat arti kalimat yang pertama, suatu keinginan muncul.
Dibandingkan dengan kalimat ke-2, kata semangat menambah kekuatan niat dan lebih bersifat faktor pendukung dari niat.
Begitu sekiranya perbedaan antara "niat" dan "semangat" :P
-
Apakah semangat itu?
Saya jadi teringat akan Milinda Panha, penjelasan Bhante Nagasena, menurut saya sangat menjawab terhadap apa yang disebut dengan semangat.
Berikut saya cantumkan cuplikan dari Milinda Panha, yang saya ambil dari website samaggi-phala.
11. "Dan apa, Yang Mulia, ciri khas dari semangat?"
"Penguatan, O baginda, sehingga semua sifat baik yang ditopang oleh semangat tidak menjadi pudar."
"Berikanlah ilustrasi."
"Sama seperti bila bala tentaranya telah dipukul mundur oleh pasukan musuh yang lebih besar, seorang raja akan mengingat-ingat siapa sekutu yang bisa diharapkan untuk menguatkan pasukannya agar dapat mengalahkan musuh yang kuat itu. Begitulah penguatan merupakan ciri dari semangat. Demikian ini yang dikatakan Sang Buddha:
'Siswa mulia yang penuh semangat, O bhikkhu,
Menyingkirkan yang tidak bajik dan mengembangkan yang bajik,
Menghindari yang tercela dan mengembangkan yang tak tercela,
Dengan begitu dia menjaga kemurnian pikirannya'."8
_/\_
-
Menurut saya, niat adalah suatu kehendak/keinginan untuk melakukan sesuatu, baik melalui pikiran, badan jasmani maupun ucapan. Sedangkan semangat adalah faktor yg menunjang/mendorong kita untuk mewujudkan niat tersebut.
Btw thanks atas sharingnya Aloka ^:)^ _/\_
-
Semangat lebih kuat, konsisten dan tahan lama daripada niat,
kalau cuma niat saja belum tentu dipraktekkan (bisa cuma angan2 sesaat saja) . Sedangkan kalau sudah semangat biasanya sudah dipraktekkan/mulai dipraktekkan.
Jadi ya semangat sebenarnya niat juga cuma dengan kualitas yang jauh lebih tinggi.
Semua yang anda pikirkan/katakan/lakukan tentu membentuk karma baru :)
Apakah benar niat itu membentuk karma baru??
Apakah semangat tidak membentuk karma baru juga??
jadi apa beda niat dan semangat??
-
Semangat lebih kuat, konsisten dan tahan lama daripada niat,
kalau cuma niat saja belum tentu dipraktekkan (bisa cuma angan2 sesaat saja) . Sedangkan kalau sudah semangat biasanya sudah dipraktekkan/mulai dipraktekkan.
Jadi ya semangat sebenarnya niat juga cuma dengan kualitas yang jauh lebih tinggi.
Semua yang anda pikirkan/katakan/lakukan tentu membentuk karma baru :)
Apakah benar niat itu membentuk karma baru??
Apakah semangat tidak membentuk karma baru juga??
jadi apa beda niat dan semangat??
Nah itu dia.. bagaimana yg dilakukan oleh seorang arahat apakah beliau tidak memiliki semangat?? mengapa tidak membentuk karma baru?? (^_^)
"Semua yang anda pikirkan/katakan/lakukan tentu membentuk karma baru :) "
Apakah berarti arahat tidak berpikirkan/berkata/melakukan ?? :D
-
seorang arahat sudah tidak melakukan semangat ataupun proses berpikir lagi.
Segala konsep pikiran bukanlah kebenaran tertinggi. Proses berpikir itu masih sangat terbatas ..karena proses berpikir membutuhkan waktu. Jadi kalau seseorang masih berfikir maka dia masih terikat pada dimensi waktu.
Jika sudah tidak berfikir lagi .. nahhh ini dahsyat ... akan muncul kebijaksaan dengan sendirinya... salah satu gunanya meditasi (paling tidak samatha bhavana) adalah untuk menghentikan proses berpikir selama meditasi.
-
ada mobil dan supir.
semangat itu mobilnya.
niat itu supirnya.
-
seorang arahat sudah tidak melakukan semangat ataupun proses berpikir lagi.
Segala konsep pikiran bukanlah kebenaran tertinggi. Proses berpikir itu masih sangat terbatas ..karena proses berpikir membutuhkan waktu. Jadi kalau seseorang masih berfikir maka dia masih terikat pada dimensi waktu.
Jika sudah tidak berfikir lagi .. nahhh ini dahsyat ... akan muncul kebijaksaan dengan sendirinya... salah satu gunanya meditasi (paling tidak samatha bhavana) adalah untuk menghentikan proses berpikir selama meditasi.
Yakin seorang arahat tidak membutuhkan semangat?? 8)
nah bagaimana : 10 Kesempurnaan (Parami)
Dana (kedermawanan), sila (keluhuran), nekkhama (meninggalkan keduniawian), panna (kebijaksanaan), viriya (semangat), khanti (kesabaran), Sacca (kejujuran), adhitthana (tekad), metta (cinta-kasih), upekkha
(ketenang-seimbangan).
18 Sifat Ke-Buddha-an (Buddhadhamma)
1-3.
Melihat segala hal: di masa lampau, kini, dan yang akan datang.
4-6.
Kebenaran dalam tindakan, ucapan dan pikiran.
7-12.
Mantapnya hal-hal berikut ini sehingga tidak dapat
dicegah oleh yang
lain: kehendak, doktrin, hal-hal yang dihasilkan oleh
konsentrasi, semangat,
pembebasan dan kebijaksanaan.
13-14.
Menghindari: kesenangan atau apa pun yang dapat
mengundang hinaan,
serta perselisihan dan pertikaian.
15.
Maha tahu.
16.
Melakukan segala hal dengan kesadaran penuh.
17.
Melakukan semua hal dengan tujuan tertentu.
18.
Tidak melakukan apa pun secara memihak atau tidak
bijaksana.
-
Semangat adalah bensin super kualitas tinggi untuk mencapai tujuan kita ... lha kalau udah sampai tujuan kita ... si mobil dan bensinnya sudah tidak kita perlukan dong?
-
Semangat adalah bensin super kualitas tinggi untuk mencapai tujuan kita ... lha kalau udah sampai tujuan kita ... si mobil dan bensinnya sudah tidak kita perlukan dong?
Ingat loh saya mencantumkan itu di dalam sifat-sifat ke-budah-an bukan sifat-sifat mencapai ke-buddha-an, dan saya pun membahas ketika seorang arahat masih memiliki nama dan rupa (bahasa pali)
-
IMHO sifat2 kebudhaan yang sejati ... hanya bisa dipahami penuh oleh orang2 yang sudah mencapai kebudhaan . Segala sesuatu yang bisa diutarakan oleh kata2 ... bukanlah kebenaran tertinggi ... kata2 itu seperti sketsa kasar yang bukan kebenaran sesungguhnya .. namun daripada tidak ada pegangan sama sekali yah harus diutarakan juga agar bisa jadi pedoman bagi manusia.
-
ada mobil dan supir.
semangat itu mobilnya.
niat itu supirnya.
Bhante bagaimana menurut cowcool apakah benar adanya ketika seorang arahat/buddha masih memiliki nama/rupa maka semangat (viriya) ditinggalkan / tidak diperlukan lagi?? ??? (maaf dan mohon koreksinya jika saya salah memahaminya rekan cowpool)
-
koq tanya ke bhante ? tanya ke arahat/buddha donk ^-^
-
koq tanya ke bhante ? tanya ke arahat/buddha donk ^-^
yah siapa tau bhante punya referensi sutta atau kenalan arahat ;D
-
Yang jelas selama belum mencapai enlightment , viriya mutlak dibutuhkan .... kalau sudah tercapai .... mohon info kebenarannya :)
-
Yang jelas selama belum mencapai enlightment , viriya mutlak dibutuhkan .... kalau sudah tercapai .... mohon info kebenarannya :)
Yup.. btw saya juga agak penasaran mengenai yg pernah saya dengar.. mengapa jika seseorang mencapai arahat jika tidak melakukan "mengajarkan dhamma" maka usianya hanya 7 hari
-
bukan "mengajarkan dhamma", tetapi masuk dalam komunitas yang sudah ada systemnya, system sustain kehidupan.
-
sepertinya di tipitaka tidak pernah memastikan soal 7 hari ini yah? Hanya penarikan kesimpulan dari beberapa kejadian di tipitaka: beberapa umat awam yg mencapai arahat dan meninggal pada hari itu juga. Juga Raja (Bimbisara?) yg mencapai arahat dan meninggal pada hari ke 7? ----> CMIIW
Tapi, katanya, (penjelasan ini cukup masuk akal):
~pondasi yg lemah tidak mungkin menunjang bangunan yg kokoh.
~lagipula tidaklah mungkin bagi seorang arahat untuk tetap tinggal dikehidupan berumahtangga
::
-
perbedaan
niat dan semangat
[/b].
kalo pake logika jelas aja berbeda, menurut saya:
niat adalah suatu tindakan/keinginan yang ingin kita capai entah niat posotif atau negatif.
sedangkan semangat adalah suatu yang timbul untuk mencapai niat tersebut.
kalau di sangkut pautin dengan karma yah terganting dari manusia itu sendiri.. :) :)
-
apakah semangat adalah 'ketamakan'?
-
apakah semangat adalah 'ketamakan'?
Ketamakan kan jelas itu menyerupai keserakahan
Semangat dengan ambisius aja bisa dikatakan serupa tapi tak sama
-
Benar yg dijelaskan oleh Bro Radi,
Semangat tidak sama dengan ketamakan.
Merujuk ke Abhidhamma, 52 Faktor bathin:
~ Semangat (Viriya) adalah Annasamana Cetasika(faktor bathin NETRAL)
~ Ketamakan (Lobha) adalah Akusala Cetasika (faktor bathin yg tidak bermanfaat / buruk)
Jadi, SEMANGAT adalah NETRAL, bisa saja baik atau juga buruk, tergantung faktor batin yg bersekutu dengannya.
Jika semangat bersekutu dengan lobha, maka akan menjadi buruk, jika semangat bersekutu dengan karuna maka akan menjadi bermanfaat.
::
-
dapatkah memberikan contoh semangat yg bersekutu dg karuna?
-
Benar yg dijelaskan oleh Bro Radi,
Semangat tidak sama dengan ketamakan.
Merujuk ke Abhidhamma, 52 Faktor bathin:
~ Semangat (Viriya) adalah Annasamana Cetasika(faktor bathin NETRAL)
~ Ketamakan (Lobha) adalah Akusala Cetasika (faktor bathin yg tidak bermanfaat / buruk)
Jadi, SEMANGAT adalah NETRAL, bisa saja baik atau juga buruk, tergantung faktor batin yg bersekutu dengannya.
Jika semangat bersekutu dengan lobha, maka akan menjadi buruk, jika semangat bersekutu dengan karuna maka akan menjadi bermanfaat.
Lobha cetasika : keserakahan, faktor batin yg menyebabkan terikat terhadap objek
Viriya = semangat (daya tahan batin/endurance), faktor batin yg membangkitkan semangat dan memiliki cirri khas mendukung, mengukuhkan, mempertahankan faktor-faktor batin. Di dalam kitab komentar, yaitu Atthasalini, viriya seyogyannya dipandang sebagai akar dari semua pencapaian.
Kalo Sis Tesla mau tahu lebih jelas ttg Cetasika ( faktor Batin ) bisa buka link ini :
http://www.dhammacitta.org/forum/index.php?topic=422.0
_/\_ :lotus:
-
Siap Bu Tesla... ! ;D
Contoh semangat yg bersekutu dengan Karuna:
~ Berdana
Ketika melihat pengemis dipinggir jalan, timbul rasa belas kasihan (karuna) dan kemudian timbul semangat yang mendorong kita untuk membantu pengemis tsb. ----> karuna + viriya
Tapi, bisa juga lain ceritanya:
orang2 bercerita bahwa berdana akan mengakibatkan kita bertambah kaya. Akibatnya kita mencari seorang pengemis untuk dikasih duit. Tidak ada rasa belas kasihan yg timbul, yang ada adalah keinginan tamak untuk menjadi kaya. Disini semangat bersekutu dengan Lobha ---> viriya + Lobha
Sebenarnya banyak faktor mental yg timbul pada kedua contoh diatas, tetapi kita ambil yg berkaitan dengan semangat, untuk menjelaskan kalsifikasinya yg NETRAL.
::
-
ganti avatar dulu... ga enak dipanggil sis & bu
dah melekat dg gender yg skr.
-
maaf belum dapat menyelami berbedaannya...
bagaimana kalau kita beberbicara tentang semangat saja dulu (Viriya).
semangat utk berbagi.
semangat untuk memberikan sepotong roti kepada anakmu yg hanya kamu punya padahal hanya itu yg kamu punya padahal kamu juga dah lapar banget. semangat yg sama jg dimiliki oleh anakmu. kemudian kamu memaksa anakmu untuk memakan roti itu, sedangkan anakmu memaksa kamu untuk memakan roti juga.
yang saya lihat adalah ketamakan untuk berbuat baik. gimana?
-
Tesla....
Semangat untuk berbagi antara ibu dan anak
Untuk membedah kasus ini, kita pastiin dulu NIAT si ibu dan anak.
~ Jika Niatnya adalah KETAMAKAN ingin mendapat pahala dengan berbuat baik, ini jelas LOBHA. LOBHA adalah MENGENGGAM OBJEK DENGAN KUAT. Objeknya bisa apa saja. Bisa objek baik bisa juga objek buruk. Objek baik misalnya: ke vihara, kalau nggak bisa ke vihara maka uring2an, kesal (objek bagus, yaitu ke vihara, tapi motivasinya Lobha, sehingga muncul penderitaan), objek buruk misalnya: mencuri (kalo ini sudah jelas yah lobhanya)
~ Jika niatnya adalah Metta / Karuna, berarti telah terbebas dari kemelekatan (Harap bedakan cinta melekat / lobha dengan Metta). Berarti niat baik.
Dari kasus si Ibu dan anak, sy pikir adalah keinginan berbuat baik namun caranya salah. Ini harus pake jurus selanjutnya, yaitu B3: Baik, Benar, Bijaksana;
Apakah tujuannya baik? Berbagi ke anak, jelas baik
Apakah pelaksanaannya telah benar? Saling tolak, berarti belum benar
Apakah bijaksana? Kedua-duanya mati kelaparan, tidak bijaksana yah...
Kalo mau tau lebih jelas tentang B3 ini akan kita undang pakarnya, ntar akan sy telepati orangnya, jaraknya 1500 km dari tempat saya sekarang ;D
Jadi kembali kepada pertanyaan Tesla, Semangat Berbagi (apakah Lobha ataukah Karuna) patokan kita adalah bathin yang menyertainya, Bisa: lobha, dosa, karuna, metta. SEMANGAT hanyalah sebagai pendorong (pelengkap)
::
-
Ketika ada kata "paksa", maka lobha sdh mulai berperan... Bentuknya seperti apa? Intimidasi superioritas sebagai ortu? Anak juga, mulai merengek?
Jika viriya bersekutu dgn karuna, maka "paksa" yg kita asumsikan negativ itu gak akan muncul. Perlu diingat, faktor bathin muncul, berproses, & padam dgn sangat cepat. Mereka akan muncul sesuai dgn pengkondisian (sikon) plus kualitas bathin akumulatif saat itu. Bagi yg terlatih, ortu misalnya, akan sabar persue anaknya. Yg krn latihannya kurang, karuna berubah menjadi lobha-mula-citta...
*
Poin lain adalah, mmg ada kenyataan bahwa, perbuatan baik, motivasi baik, konsep baik ~ berpotensi "menjadi obyek": lobha & dosa juga lho... Misalnya: memukul anak sendiri yg bandel. Berdana ke vihara, pas ketemu temen lama, dikatain cari muka/popularitas; muarah besar...
Nah, saat menasehati anak dgn sabar; sampai momen itu, yah baik. Krn bandel (ini dia kondisi/penyebabnya), suasana berubah ~ maka dicubit. Cubitan bengkak, ortu menyesal, trus bilang: "Gara² elu sih bandel, owe kan sayang & mau U baik. Krn ngenyel, wa cubit, tuh lihat akibatnya, jadi bengkak..." Diobati dgn obat gosok dgn telaten, saat itu, karuna muncul kembali... Semua silih berganti...
*
B³ (baik, benar, & bijaksana) perlu kita jadikan reminder. Tidak gampang, bukan berati tidak bisa... Perlu dipoles senantiasa...
Ada ormas berniat menutup tempat maksiat, krn hal itu membobrokkan moral. Motivasinya 'baik', poin pertama dr B³, dapet. Caranya, tempat hiburan diajak dialog, diberikan himbauan; caranya 'benar', poin kedua dr B³, dapet lagi. Ada tempat hiburan yg tdk indahkan himbauan; ormas itu datang & diobrak²; nah, poin kedua ('benar') sdh tdk terbina lagi... Kalo caranya saja sdh tidak 'benar', poin 'bijak' sdh pasti jauh dr realita yah?
*
Motiv membantu memang 'baik', perlu dilaksanakan dgn cara yg 'benar'. Apapun konsekuensinya, harus dihadapi dgn 'bijaksana'. Sama seperti donatur vihara di atas; niat 'baik' berdana, kepada vihara sbg metode yg 'benar'. Namun ketika muaruah besar saat "disentil" oleh temen lamanya ~ nah reaksi bathin marah itulah yg menjadi reaksi tdk 'bijaksana'...
Sulit? Wah... memang tidak gampang... Tapi sangat³ berharga utk diperjuangkan...
*
Beberapa saat lalu ketika makan di subuah restoran yg ada kolam ikan. Anak² bermain dgn ikan, kasih makan. Mereka senang sekali kasih ikan makan. Itu terjadi faktor bathin positiv lho... Nah, saya tanya ke salah satu yg sekolah di bangku kelas 3, SD: "Asyik yah? Ikannya cakep yah, mereka pasti senang dikasih makan. Kamu tega gak makan dia?"
Anak itu menjawab: "Daripada aku makan dia, mending aku kasih dia makan..."
Twinggg... Belajar kebijaksanaan baru dr anak SD kelas-3, saya kagum dgn kepolosannya...
Dia punya keputusan utk suatu pilihan. Bukan cuma memilih utk tdk memakan ikan itu (menghindar), tapi juga memutuskan utk memberikan makanan utk ikan itu, aktiv...
-
ok ok ok, perlu perenungan...
tapi dalam hal ini walaupun dasarnya metta & karuna, kalau semangat ibu & anak sama besar sama aja ga ada penyelesaian.
-
IMHO:
niat = arah
semangat = tenaga
-
Bukankah dlm Anggutara nikaya(jika slh mohon dikoreksi) Sang Buddha bersadda,"Kehendak untuk berbuat/cetana itu yg Aku namakan kamma.Setelah berkehendak lantas org berbuat melalui pikiran,ucapan,bdn jasmani"
Disni jelas niat=Kehendak untuk berbuat...
Sedangkan semangat=ada hal yg mendukung niat tersbt sehingga niat tsb tercapai bisa melalui pikiran,badan jasmani dan ucapan kan??
Mohon masukkannya...
_/\_
-
Niat = Tujuan Mobil
Semangat = Bensin Mobil
-
Niat = Tujuan Mobil
Semangat = Bensin Mobil
:jempol:
jadi, ada bensin, solar, pertamax, bahkan minyak tanah....
so, diharapkan agar kita selalu bersemangat layaknya pertamax, jangan pakai semangat 'minyak tanah'
::