Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Studi Sutta/Sutra => Topic started by: Indra on 15 February 2013, 09:29:16 PM

Title: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 15 February 2013, 09:29:16 PM
sutta lengkapnya DN 23 Pāyāsi Sutta (http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_23:_P%C4%81y%C4%81si_Sutta)

16. ‘Apa pun yang engkau katakan tentang persoalan ini, Yang Mulia Kassapa, aku masih menganggap tidak ada alam lain ....’ ‘Apakah engkau memiliki alasan atas pernyataan ini?’ ‘Aku memiliki alasan, Yang Mulia Kassapa.’ ‘Apakah itu, Pangeran?’
‘Yang Mulia Kassapa, ambil kasus yang mana mereka membawa seorang maling ke hadapanku ... dan aku berkata: “Timbang orang ini dalam keadaan hidup, kemudian cekik dia, dan timbang lagi.” Dan mereka melakukan hal itu. Sewaktu ia masih hidup, ia lebih ringan, lebih lunak, dan lebih lentur, tetapi ketika ia telah mati, ia lebih berat, lebih kaku,[8] dan tidak lentur. Dan itu, Yang Mulia Kassapa, adalah alasanku mempertahankan bahwa tidak ada alam lain ....’ 17. ‘Pangeran, aku akan memberikan sebuah perumpamaan .... [335] Seandainya seseorang menimbang sebuah bola besi yang telah dipanaskan sepanjang hari, membara, terbakar hebat, bersinar. Dan seandainya setelah beberapa saat, ketika telah menjadi dingin dan padam, ia menimbangnya lagi. Pada saat yang manakah bola besi itu lebih ringan, lunak, dan lebih lentur: saat panas, terbakar, bersinar, atau saat dingin dan padam?’ ‘Yang Mulia, saat bola besi itu panas, terbakar, dan bersinar, ada unsur api dan angin, maka bola besi itu lebih ringan, lebih lunak dan lebih lentur. Ketika tanpa unsur-unsur ini?[9] Bola besi itu menjadi dingin dan padam.’ ‘Maka, Pangeran, sama dengan jasmani ini. Ketika masih memiliki unsur kehidupan, panas, dan kesadaran, maka jasmani ini lebih ringan, lebih lunak, dan lebih lentur. Tetapi ketika dipisahkan dari unsur kehidupan, panas dan kesadaran, jasmani ini menjadi lebih berat, lebih kaku, dan lebih tidak lentur. Demikianlah, Pangeran, engkau harus mempertimbangkan: “Ada alam lain ....”’

Mohon bantuan teman2 yg mungkin bisa menjelaskan hal ini:
1. Bagaimana penjelasan bahwa bobot orang mati lebih berat ketimbang orang hidup?
2. Bagaimana penjelasan bahwa bola besi menjadi lebih ringan ketika dipanaskan?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: morpheus on 15 February 2013, 09:37:15 PM
kedua penjelasan salah dan bertentangan dengan sains.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 15 February 2013, 09:39:27 PM
kedua penjelasan salah dan bertentangan dengan sains.

mohon penjelasannya dari sudut pandang sains.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 15 February 2013, 10:42:44 PM
Setelah seseorang meninggal, maka semua sistem pertahanan tubuh akan hilang,bakteri yang secara normal dihambat oleh jaringan tubuh akan segera masuk ke jaringan tubuh melalui pembuluh darah, dimana darah merupakan media yang terbaik bagi bakteri untuk berkembang biak. Bakteri ini menyebabkan hemolisa, pencairan bekuan darah yang terjadi sebelum dan sesudah mati, pencairan trombus atau emboli, perusakan jaringan-jaringan dan pembentukan gas pembusukan. Bakteri yang sering menyebabkan destruktif ini sebagian besar berasal dari usus dan yang paling utama adalah Cl. Welchii. Bakteri ini berkembang biak dengan cepat sekali menuju ke jaringan ikat dinding perut yang menyebabkan perubahan warna. Perubahan warna ini terjadi oleh karena reaksi antara H2S (gas pembusukan yang terjadi dalam usus besar) dengan Hb menjadi Sulf-Meth-Hb (2,4,7,8,9).

Tanda pertama pembusukan baru dapat dilihat kira-kira 24 jam - 48 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada dinding abdomen bagian bawah, lebih sering pada fosa iliaka kanan dimana   isinya  lebih cair, menngandung lebih banyak  bakteri dan letaknya yang  lebih superfisial. (2,3,4,6,8,9,10)

Perubahan warna ini secara bertahap akan meluas keseluruh dinding abdomen sampai ke dada dan bau busukpun mulai tercium.(1,2,7,8)

Perubahan warna ini juga dapat dilihat pada permukaan organ dalam seperti hepar, dimana hepar merupakan organ yang langsung kontak dengan kolon transversum.(9)

Bakteri ini kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan berkembang biak didalamnya yang menyebabkan hemolisa yang kemudian mewarnai dinding pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. Bakteri ini memproduksi gas-gas pembusukan yang mengisi pembuluh darah yang menyebabkan pelebaran pembuluh darah superfisial tanpa merusak dinding pembuluh darahnya sehingga pembuluh darah beserta cabang-cabangnya tampak lebih jelas seperti pohon gundul (arborescent pattern atau arborescent mark) yang sering disebut marbling. (1,2,3,4,5,7,8,9,10)

Selain bakteri pembusukan ini banyak terdapat dalam intestinal dan paru bakteri-bakteri ini cenderung berkumpul dalam sistem vena, maka gambaran marbling ini jelas terlihat pada bahu,dada bagian atas, abdomen bagian bawah dan paha.(3,5,7,8)

Bila Cl.Welchii mulai tumbuh pada satu organ parenchim, maka sitoplasma dari organ sel itu akan mengalami desintegrasi dan nukleusnya akan dirusak sehingga sel menjadi lisis atau rhexis. Kemudian sel-sel menjadi lepas sehingga jaringan kehilangan strukturnya. Secara mikroskopis bakteri dapat dilihat menggumpal pada rongga-rongga jaringan dimana bakteri tersebut banyak memproduksi gelembung gas. Ukuran gelembung gas yang tadinya kecil dapat cepat membesar menyerupai honey combed appearance. Lesi ini dapat dilihat pertama kali pada hati .(9)

Kemudian permukaan lapisan atas epidermis dapat dengan mudah dilepaskan dengan jaringan yang ada  dibawahnya dan ini disebut ‘skin slippage’. Skin slippage ini menyebabkan identifikasi melalui sidik jari sulit dilakukan. Pembentukan gas yang terjadi antara epidermis dan dermis mengakibatkan timbulnya bula-bula yang bening, fragil, yang dapat berisi cairan coklat kemerahan yang berbau busuk. Cairan ini kadang-kadang tidak mengisi secara penuh di dalam bula. Bula dapat menjadi sedemikian besarnya menyerupai pendulum yang berukuran 5 - 7.5cm dan bila pecah meninggalkan daerah yang berminyak, berkilat dan berwarna kemerahan, ini disebabkan oleh karena pecahnya sel-sel lemak subkutan sehingga cairan lemak keluar ke lapisan dermis oleh karena tekanan gas pembusukan dari dalam(9). Selain itu epitel kulit, kuku, rambut kepala, aksila dan pubis mudah dicabut dan dilepaskan oleh karena adanya desintegrasi pada akar rambut. (1,2,5,7,8,9,10)

Selama terjadi pembentukan gas-gas pembusukan, gelembung-gelembung udara mengisi hampir seluruh jaringan subkutan.

Gas yang terdapat di dalam jaringan dinding tubuh akan menyebabkan terabanya krepitasi udara. Gas ini menyebabkan pembengkakan tubuh yang menyeluruh, dan tubuh berada dalam sikap pugilistic attitude.(2,5,6,7,8,9)

Scrotum dan p*n*s dapat membesar dan membengkak, leher dan muka dapat menggembung, bibir menonjol seperti “frog-like-fashion”, Kedua bola mata keluar, lidah terjulur diantara dua gigi, ini menyebabkan mayat sulit dikenali kembali oleh keluarganya. Pembengkakan yang terjadi pada seluruh tubuh mengakibatkan berat badan mayat yang tadinya 57 - 63 kg sebelum mati menjadi 95 - 114 kg sesudah mati.

sumber: http://dekomposisi_posmortem.webs.com/dekomposisi.htm
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: tesla on 15 February 2013, 11:05:15 PM
http://en.wikipedia.org/wiki/Duncan_MacDougall_(doctor)

In 1901, MacDougall weighed six patients while they were in the process of dying from tuberculosis in an old age home. It was relatively easy to determine when death was only a few hours away, and at this point the entire bed was placed on an industrial sized scale which was apparently sensitive to the gram. He took his results (a varying amount of perceived mass loss in most of the six cases) to support his hypothesis that the soul had mass, and when the soul departed the body, so did this mass. The determination of the soul weighing 21 grams was based on the average loss of mass in the six patients within moments after death. Experiments on mice and other animals took place. Most notably the weighing upon death of sheep seemed to create mass for a few minutes which later disappeared. The hypothesis was made that a soul portal formed upon death which then whisked the soul away.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 15 February 2013, 11:49:09 PM
http://en.wikipedia.org/wiki/Duncan_MacDougall_(doctor)

In 1901, MacDougall weighed six patients while they were in the process of dying from tuberculosis in an old age home. It was relatively easy to determine when death was only a few hours away, and at this point the entire bed was placed on an industrial sized scale which was apparently sensitive to the gram. He took his results (a varying amount of perceived mass loss in most of the six cases) to support his hypothesis that the soul had mass, and when the soul departed the body, so did this mass. The determination of the soul weighing 21 grams was based on the average loss of mass in the six patients within moments after death. Experiments on mice and other animals took place. Most notably the weighing upon death of sheep seemed to create mass for a few minutes which later disappeared. The hypothesis was made that a soul portal formed upon death which then whisked the soul away.

What to make pf all this? MacDougall's results were flawed because the methodology used to harvest them was suspect, the sample size far too small, and the ability to measure changes in weighht imprecise. For this reason, credence should not be given to the idea his experiments proved something, let alone that they measured the weight of the soul as 21 grams. His postulations on this topic are curiousity, but nothing more.

source: http://www.snopes.com/religion/soulweight.asp
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 16 February 2013, 06:05:54 AM
Quote
The commonly held notion is that the human body looses 21.3 grams 'at the moment of death'. This is based on the unfounded research of one Dr. Duncan MacDougall of Haverhill, Massachusetts. Of course, 'moment of death' was chosen as 'when the patient stops breathing,' and this 21.3 gram loss was only found in one of his six patients (an all too small sample size). On the contrary, another patient gained weight 'at the moment of death'. His study on dogs found no corresponding weight loss, and from this (and his religious dogma which claims animals have no souls) he claimed the soul weighed 21.3 grams.

There is no official 'moment of death.' Initial claim was based on 1 example using inadequate equipment, even when the study itself contradicted the claim. The claimant had an obvious bias (demonstrated in this and other studies). The experiment has never been verified, not even by other supporters of his viewpoint.

As such, we cannot claim to know if the human body does lose weight at death, let alone have an average.

source: http://www.biology-online.org/biology-forum/about19524.html#p137548

Quote
How much weight do you lose after death?
Answer:
It was Dr. Duncan MacDougall of Haverhill, Massachusetts who attempted to weigh the human soul. In 1907, he placed 6 dying patients on a homemade scale, which also acted as a bed for the patients. He then recorded their weights before and after death. According to Dr. MacDougall, there was a difference of 21 grams between the heavier, living patients and their dead bodies.

He also experimented on 15 dogs and found no loss of weight between the living dogs and their dead bodies. He believed this was because animals do not have souls.

His experiments were criticized since of the six patients, two tests had to be discarded and the level of error was very high. Obviously, it was not a very scientific study.

In addition, no one has ever been able to repeat the result of these experiments. Basically, there is still no physiological evidence of the soul. It's an urban legend propagated by a guy who did bad science - looking for an answer he already believed was true. Real science doesn't have attachments to pre-existing beliefs and values. It just observes and hypothesizes.

source: http://wiki.answers.com/Q/How_much_weight_do_you_lose_after_death


Quote
Conclusion
There is no long-term weight change, at death, in the animals tested, within
the limits of the equipment and procedure used. However, a 5 second transient
weight gain of 18 to 780 grams was observed. Dynamic weight measurements
maybe a fruitful area for further investigation. Although the weight gain transients have been observed spontaneously in humans, thus far they have not
been reproducible. In contrast, all the adult sheep exhibited a transient gain at
the moment of death. These transients may be an artifact of the equipment
used or may have a physiological explanation.

http://www.scientificexploration.org/journal/jse_15_4_hollander.pdf
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: ryu on 16 February 2013, 10:10:29 AM
kalau menurut sutra bakti pria jadi berat, wamita malah jadi ringan loh =))

Namun tatkala para pria dan wanita itu meninggal, semua yang tertinggal adalah tulang-tulang. Bagaimana seseorang dapat membedakan nya? Mohon ajarilah kami Guru, bagaimana cara membedakannya?" Buddha menerangkan, ”Semasa hidup di dunia ada pria yang rajin memasuki Vihara, mendengarkan penjelasan tentang Sutra dan Vinaya, menghormati Tri Ratna. Karena kebajikannya luar biasa, tatkala mereka meninggal tulang-tulangnya menjadi berat dan putih warnanya.
Wanita pada umumnya kurang bijaksana  dan terbawa emosi. Mereka melahirkan dan membesarkan anak-anak, sebagai    suatu kewajiban. Setiap anak meminum 1200 galon susu ibunya. Ibu menjadi   letih dan menderita, dan karenanya tulang-tulang mereka berubah menjadi hitam & ringan ketika mereka meninggal."  Ketika Ananda mendengar kata-kata ini, dia merasakan kepedihan dalam hatinya, karena seolah-olah telah tertusuk pedang dan karenanya ia diam-diam menangis. Dia mengatakan kepada Sang Bhagava, "Bagaimanakah caranya seseorang dapat membalas kasih dan kebaikan ibunya?"
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 16 February 2013, 10:20:44 AM
kalau menurut sutra bakti pria jadi berat, wamita malah jadi ringan loh =))

Namun tatkala para pria dan wanita itu meninggal, semua yang tertinggal adalah tulang-tulang. Bagaimana seseorang dapat membedakan nya? Mohon ajarilah kami Guru, bagaimana cara membedakannya?" Buddha menerangkan, ”Semasa hidup di dunia ada pria yang rajin memasuki Vihara, mendengarkan penjelasan tentang Sutra dan Vinaya, menghormati Tri Ratna. Karena kebajikannya luar biasa, tatkala mereka meninggal tulang-tulangnya menjadi berat dan putih warnanya.
Wanita pada umumnya kurang bijaksana  dan terbawa emosi. Mereka melahirkan dan membesarkan anak-anak, sebagai    suatu kewajiban. Setiap anak meminum 1200 galon susu ibunya. Ibu menjadi   letih dan menderita, dan karenanya tulang-tulang mereka berubah menjadi hitam & ringan ketika mereka meninggal."  Ketika Ananda mendengar kata-kata ini, dia merasakan kepedihan dalam hatinya, karena seolah-olah telah tertusuk pedang dan karenanya ia diam-diam menangis. Dia mengatakan kepada Sang Bhagava, "Bagaimanakah caranya seseorang dapat membalas kasih dan kebaikan ibunya?"

1 galon = 3.78 liter; 1200 galon = 4536 liter, hampir setara dengan 1 truk tangki BBM
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: tesla on 16 February 2013, 02:58:05 PM
iya, logic nya sih
berat hidup dan berat mati sama aja...

jika ditunggu setelah membusuk, beratnya bertambah maka argumen itu seperti justifikasi saja.
kenapa tidak sekalian ditunggu setelah terurai, maka beratnya tinggal kerangka tulang saja :)
juga bagaimana jika ada pengawetan mayat?
maka argumen ini bisa divalidkan atau diinvalidkan tergantung timeframe dan perlakuannya.

soal 21 gram itu jg harusnya by common sense tidak valid.
mungkin Dr itu ingin menjelaskan adanya soul dg agak maksa.

skrg balik lagi pakai common sense saja.

kalau utk manusia mungkin agak susah yah sample nya...
tapi kalau contoh nyata ayam potong misalnya...
ayam hidup 1kg dibunuh tetap 1kg (sebelum dibersihkan)
jika ada pertambahan berat krn mahkluk meninggal harusnya ada studi ilmiahnya krn merupakan anomali

utk bola besi...
menurut saya jg 1kg dipanaskan menjadi dingin tetap 1kg
jadi ingat hukum kimia.
total massa setelah dan sebelum reaksi = sama (cmiiw)


-----------------------

kalau saya baca suttanya,
ada arah2 bahwa mayat di sutta tsb dalam artian "kaku"
sehingga berat di sini mungkin bukan dalam artian berat total,
melainkan karena lebih susah diangkat karena kaku
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: morpheus on 16 February 2013, 08:52:41 PM
mohon penjelasannya dari sudut pandang sains.
tubuh manusia adalah materi.
sebelum dan sesudah mati jumlah materi tetap, tidak ada yang berkurang dan bertambah.

demikian juga dengan besi.
sebelum dan sesudah dipanaskan jumlah materi tetap, tidak ada yang berkurang dan bertambah.

apabila percobaan dilakukan di lingkungan yang terkontrol, dalam arti tidak ada materi yang bocor atau kemasukan dari luar, maka pasti jumlahnya tetap sama.

kalo secara rumus: w = mg
dalam hal ini massa tetap dan gravitasi tetap, jadi berat seharusnya tetap.
kalo dikilahkan e=mc2 berarti penambahan panas akan mempengaruhi massa, kayaknya itu terlalu jauh di luar konteks cerita awalnya.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Wirajhana on 16 February 2013, 09:06:59 PM
http://www.scientificexploration.org/journal/jse_15_4_hollander.pdf, yang menyajikan hasil pengamatan dalam bentuk TABEL bhw terjadi PENAMBAHAN SEMENTARA berat badan (w) dari 12 binatang, setelah beberapa DETIK hingga ratusan detik kematian, menguatkan statement Kumara Kassapa:

‘Maka, Pangeran, sama dengan jasmani ini. Ketika masih memiliki unsur kehidupan (Ayu), panas (Usma), dan kesadaran (Vinnana), maka jasmani ini LEBIH RINGAN, lebih lunak, dan lebih lentur. Tetapi ketika dipisahkan dari unsur kehidupan, panas dan kesadaran, jasmani ini menjadi lebih berat, lebih kaku, dan lebih tidak lentur

http://www.csudh.edu/oliver/demos/heatcruc/heatcruc.htm, yang menyajikan percobaan terdapat PENURUNAN BERAT (w) setelah dibakar 5 menit..kemudian didinginkan 5 menit dan ditimbang, lebih ringan dari sebelum di bakar..kemudian 10 menit kemudian, lebih berat dari sebelumnya namun lebih ringan dari sebelum dibakar dan 15 menit kemudian menjadi LEBIH BERAT daripada sebelum dibakar

Percobaan ini menguatkan statement Payasi:

‘Yang Mulia, saat bola besi itu panas, terbakar, dan bersinar, ada unsur Tejo (Panas/Gelombang partikel/Umur/Habis/Api) dan Vayo (Tekanan/Getar/Gerak/Udara/Angin), maka bola besi itu lebih ringan, lebih lunak dan lebih lentur.

Pembakaran menjadi Massa Fe +  Massa Oksigen menjadi Besi oksida, jadi setelah dingin wajar MASSANYA bertambah (dan beratnya juga bertambah).

jadi gak ada masalah tuh ama suttanya.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 16 February 2013, 09:17:37 PM
tubuh manusia adalah materi.
sebelum dan sesudah mati jumlah materi tetap, tidak ada yang berkurang dan bertambah.

demikian juga dengan besi.
sebelum dan sesudah dipanaskan jumlah materi tetap, tidak ada yang berkurang dan bertambah.

apabila percobaan dilakukan di lingkungan yang terkontrol, dalam arti tidak ada materi yang bocor atau kemasukan dari luar, maka pasti jumlahnya tetap sama.

kalo secara rumus: w = mg
dalam hal ini massa tetap dan gravitasi tetap, jadi berat seharusnya tetap.
kalo dikilahkan e=mc2 berarti penambahan panas akan mempengaruhi massa, kayaknya itu terlalu jauh di luar konteks cerita awalnya.


dalam kasus bola besi, situasinya sptnya memang ada "kemasukan dari luar", yaitu oksigen, spt yg dijelaskan oleh Bro Wirajhana di atas.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: morpheus on 17 February 2013, 07:13:48 PM
dalam kasus bola besi, situasinya sptnya memang ada "kemasukan dari luar", yaitu oksigen, spt yg dijelaskan oleh Bro Wirajhana di atas.
jadi apakah "kemasukan dari luar" itu sama dengan "kehilangan unsur api dan angin"?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 17 February 2013, 08:46:50 PM
jadi apakah "kemasukan dari luar" itu sama dengan "kehilangan unsur api dan angin"?


jika dihubungkan dengan unsur api dan angin, ada penjelasan ilmiahnya yg saya tidak kompeten untuk menjelaskan, untuk itu saya sudah meminta kepada pihak yg berkompeten utk menjelaskannya. kepada yg berkompeten, silakan ...
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: seniya on 17 February 2013, 09:34:29 PM
Kalo dari penjelasan WE, bola besi yang dingin setelah terbakar mengalami reaksi oksidasi (mengikat oksigen) shg lebih berat (bertambah massanya).  Tapi gak tahu apakah benar besi yang habis terbakar bisa mengalami oksidasi yang menyebabkan massanya bertambah secara signifikan. Setahu saya, besi yang teroksidasi atau dalam istilah sehari-hari mengalami perkaratan membutuhkan waktu yang lama (reaksi oksidasi besi berjalan sangat lambat) dan jumlah karat besi yang dihasilkan tidak banyak untuk menambah berat besi.

Lagi2, seperti di group, kita membutuhkan penjelasan dari yang lebih berkompeten pada bidang ini.... ;D
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: ryu on 18 February 2013, 06:33:16 AM
APA YANG AKAN TERJADI JIKA BESI DIPANASKAN? Pertanyaan yang banyak dicari para mahasiswa Anorganic Chemistry UNY heheheee makanya ane coba posting hal ini. APA YANG AKAN TERJADI JIKA BESI DIPANASKAN? Jawabanya mari kita simak artikel berikut.
APA YANG AKAN TERJADI JIKA BESI DIPANASKAN

Besi merupakan unsur yang terdapat di alam dalam jumlah yang besar, terutama dalam bentuk oksidanya, di dalam tabel periodik besi diberi nama ferum (Fe) dengan massa atom relative (Mr) =56. Pada suhu yang tinggi besi akan mengalami oksidasi dan pembentukan kerak pada permukaan logam (terkorosi). Banyak orang beranggapan bahwa besi akan memuai (bertambah panjang) bila dipanaskan.

Tetapi fakta sebenarnya adalah besi akan mengalami penyusutan (memendek) bila dipanaskan (pada suhu tinggi)yaitu sekitar 500 K. Besi sensitif terhadap perubahan suhu, karena suhu dapat mengubah struktur kristal besi, dari 8 atom Fe yang mempunyai 2 kemungkinan membentuk kristal dengan unit sel berbentuk BCC dan FCC, dalam hal ini struktur besi berubah dari bentuk kristal BCC menjadi FCC, sehingga panjang besi berkurang. Hal ini tampak pada besi rel kereta api, dan besi-besi (tiang pancang) bangunan.

Sebagai contoh, gedung yang habis terbakar, harus dirobohkan total. Mengapa besi (cor) dan tembok gedung tidak direhab saja? ini karena, besi dari gedung tersebut telah menyusut panjangnya, sehingga kaitan pada kerangka besi tidak sekuat seperti semula (sebelum gedung terbakar), bahkan kaitan kernagka tersebut dimungkinkan lepas, satu dengan yang lainnya.

http://kuhascexpress.blogspot.com/2010/06/jika-besi-dipanaskan.html
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: M14ka on 18 February 2013, 12:29:02 PM
Dulu pernah miara anak ayam, waktu mati saya angkat terasa ringan banget seperti ga ada beban.... mungkin kl hidup gerak" di tangan jd kerasa lebih berat x y....
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: ryu on 18 February 2013, 12:38:20 PM
Kalau di perumpamaan itu bijimana urutannya?
Bola dingin = berat
       Panas = ringan
       Dingin lagi = Berat / ringan?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 18 February 2013, 02:15:02 PM
Berikut ini penjelasan dari seorang member bernama Erwin Surya di Group Facebook DC

Quote from: Erwin Surya at Facebook DC
Saya akan coba menjawab kembali pertanyaan di atas dgn batasan bidang ilmu fisika.

Tapi sblmnya saya akan menjelaskan dahulu bbrp hal yg terkait spy lbh mudah utk dipahami bersama:

1) Massa, Gravitasi, dan Berat.

Setiap benda / materi baik berupa (fase) padat, cair, ataupun gas pst akan mempunyai massa.

Setiap massa akan terkena gaya tarik dari materi lain yg berada di dekatnya, disebut sbg gaya tarik-menarik (gravitasi).

Gaya gravitasi menyebabkan org yg melompat menjauhi permukaan Bumi akan selalu jatuh kembali ke permukaan bumi krn terkena gaya tarik gravitasi bumi.

Sbnrnya benda2 lain juga slg tarik menarik antara yg satu dgn yg lain, tp krn besarnya gaya tarik terlalu kcl dibandingkan dgn gaya gesek thd fluida (zat yg mudah bergerak dan menekan ke segala arah, cthnya adl cairan dan gas) di sekelilingnya, maka seorang manusia tdk tertarik ke mobil di dktnya. Krn massa Bumi dan Bulan jauh lbh bsr dr massa benda lainnya maka di Bumi kita hanya mengenal gaya gravitasi Bumi dan Bulan.

Gaya gravitasi Bulan hanya berpengaruh thp permukaan air laut shg dpt terjadi pasang-surut air laut. Saat Bulan mengelilingi Bumi maka permukaan air laut yg terdekat dgn Bulan akan mengalami pasang sdgkan permukaan laut yg jauh akan mengalami surut.

Utk kehidupan sehari2, hanya gaya gravitasi Bumi yg diperhitungkan. Dgn adanya gaya gravitasi Bumi maka suatu benda yg mempunyai massa akan mempunyai berat yg rumusnya: Berat = Massa X Gravitasi (Bumi). Alat timbang yg kita kenal sehari2 merupakan alat ukur berat suatu benda, bukan massa-nya. Gravitasi Bumi di tepi pantai dan di gunung yg tinggi nilainya berbeda, shg akan mempengaruhi hsl ukur beratnya, akan tetapi tdklah bnyk berarti (significant).

2) Gaya Apung (buoyancy)

Seseorang akan merasa lbh ringan berada di dlm air daripada di dlm udara. Itu bkn krn massa (berat) org tsb berkurang tp krn ada gaya yg melawan gaya berat badan org tsb yg disebut sbg gaya apung (buoyancy).

Gaya apung terjadi di setiap tempat dimana ada fluida. Utk campuran zat padat dan gas spt busa juga terdapat gaya buoyancy. Cthnya pada saat kita menekan busa dgn telapak tangan, maka ada gaya yg melawan arah tekanan telapak tangan kita, spt menahan telapak tangan kita utk menekan lbh dlm.

Utk zat padat, msh terjadi kontroversi diantara para ilmuwan krn zat padat tdk mudah bergerak ke segala arah shg tdk termasuk dlm kategori fluida.

Utk pemahaman gaya apung (buoyancy) yg lbh mendalam maka saya sarankan utk membaca artikel berikut ini:

http://en.wikipedia.org/wiki/Buoyancy

Gbr berikut ini dpt menjelaskan scr singkat pengertian dari buoyancy.

(Gbrnya tdk bs dimunculkan, he he he)...

Semakin besar volume suatu benda yg ‘dicelupkan’ ke dlm air maka akan semakin bsr gaya apungnya.

Spt halnya kapal laut yg semakin bsr dpt membawa muatan yg semakin bnyk (berat) meski semua bdn (body) kapal laut terbuat dari besi baja. Itu dikarenakan bdn kapal yg berada di bwh permukaan air laut (tercelup) semakin bsr volumenya shg gaya apungnya juga semakin besar.

3) Volume setiap materi akan terpengaruh oleh temperatur (suhu) materi tsb.

Saat suatu materi diberi energi (dipanaskan), maka atom2 materi tsb menyimpan energinya dgn memindahkan elektron2nya ke tingkat kulit yg lbh luar (mengembang) shg membuat jarak antar atom semakin jauh, scr keseluruhan dpt dikatakan volumenya bertambah.

Jadi kesimpulannya, saat materi dipanaskan maka volumenya mengembang shg berat jenisnya berkurang dan sebaliknya, saat materi didinginkan maka volumenya menyusut shg berat jenisnya bertambah. Penambahan volume seiring dgn penambahan suhu berlaku utk semua materi di alam semesta kecuali air.

Ada kejadian aneh (anomali) yg telah diketahui oleh ilmuwan berkaitan dgn air, dimana bila air didinginkan dari suhu kamar (katakanlah 30 ^C) maka volumenya akan terus menyusut smp suhu 4 ^C. Anomali air terjadi dari suhu 4 ^C smp dgn 0 ^C dimana air tdk menyusut melainkan mengembang dgn sgt cpt membentuk kristal es (salju) shg berat jenis (air dlm btk kristal es/padat) akhirnya malah lbh kcl dr berat jenis air (dlm btk cair). Hal inilah yg menyebabkan es di kutub terapung di lautan dan ikan2 msh dpt hidup di dlm laut meski seluruh permukaan tertutup oleh es.

Setelah menjelaskan ketiga hal diatas maka saya akan mencoba menjelaskan kemungkinan jawaban atas pertanyaan di atas:

2. Bagaimana penjelasan bahwa bola besi menjadi lebih ringan ketika dipanaskan?

Saat bola besi dipanaskan maka bola besi tsb akan mengembang, shg volumenya bertambah. Massa bola besi akan selalu tetap sesuai Hk.Kekekalan Massa. Akan tetapi, krn volume bertambah, maka massa jenis bola besi menjadi berkurang. Rumusnya: Massa Jenis = Massa : Volume

Seiring dgn bertambahnya volume maka gaya buoyancy bola besi thd udara disekelilingnya semakin bsr. Gaya buoyancy ini arahnya berlawanan dgn arah gaya gravitasi shg mengurangi gaya gravitasinya.

Dengan demikian apabila bola besi tsb ditimbang dgn alat ukur yg sgt akurat, maka akan menunjukkan penurunan berat bola besinya.

1. Bagaimana penjelasan bahwa bobot orang mati lebih berat ketimbang orang hidup?

Saat seseorang mati, maka akan terjadi penurunan suhu tubuhnya dari yg semula skt 36-37 ^C menjadi skt 25-30 ^C (menyamai suhu lingkungannya).

Prinsipnya sama spt bola besi. Saat tubuh manusia yg mati ‘mendingin’ maka volumenya menyusut shg gaya buoyancy-nya berkurang yg akan menyebabkan alat ukur timbangan akan menunjukkan berat yg lbh bsr.

Semoga bermanfaat.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: K.K. on 18 February 2013, 02:49:07 PM
Pertama-tama yang diperhatikan adalah massa adalah tetap, dan gravitasi pun tetap. Jadi perubahan berat bukan disebabkan bertambahnya massa/gravitasi.

Yang menjadikan bola besi (ataupun materi lainnya) terasa lebih ringan adalah ketika massa jenis relatifnya berubah.
(1) Bayangkan jika anda mengangkat satu benda di satu ruangan, lalu benda yang sama itu diangkat di dalam air, maka akan terasa lebih ringan. Massa, gravitasi, dan volume benda itu sama, namun relativitas antara massa jenis benda/massa jenis udara dan massa jenis benda/massa jenis air itu berbeda. Perbedaan ini yang menyebabkan benda lebih ringan (walaupun massa & gravitasi tetap).

(2) Hal lainnya misalnya kasus balon udara, volume udara dalam balon adalah tetap, namun ketika dipanaskan, maka kerapatan udara (massa jenis) dalam balon menjadi berkurang, sehingga relativitas terhadap tekanan udara sekeliling menjadi berubah, maka terangkatlah balon udara tersebut. Di sini suhu berubah namun volume dipertahankan sama (dibatasi kain nylon balon), sehingga massa udara yang di dalam berkurang dan otomatis massa jenis turun lebih rendah dari massa jenis udara sekeliling, sehingga terasa lebih ringan.

Sama juga ketika bola besi dipanaskan sampai membara, maka otomatis volumenya bertambah (sesuai koefisien muainya) sehingga massa jenisnya menurun. Jika bola membakar, maka udara di sekelilingnya juga tentu saja suhunya ikut naik, namun perbedaan konduktivitas besi dan udara sangat jauh (80:0.024), dan juga perbedaan bentuk materi di mana bola besi adalah padat dan udara adalah gas (sehingga panas di bola jauh lebih stabil ketimbang di udara sekeliling bola yang langsung 'membaur' dengan udara dingin di sekitarnya), maka perubahan massa jenis udara tidaklah terlalu signifikan dibanding perubahan massa jenis bola yang terbakar.

Titik lebur besi adalah 1538 °C, dari suhu ruang °C, anggaplah bola dibakar menyala namun tidak sampai meleleh dan mngalami kenaikan 1500 °C. Koefisien muai volumenya adalah 33.3*10−6/°C, maka volume bertambah sekitar 5%. Massa jenis besi dari 7800 kg.m−3 turun ke 7410 kg.m−3, dibanding massa jenis udara 1.225 kg.m−3. Jadi secara kasar, sepertinya ada perbedaan daya apung sebesar 0.00000827 N.

Yang mengagumkan adalah: timbangan macam apa pada jaman itu yang bisa mendeteksi perbedaan dalam skala mikro Newton. Namun kembali lagi ke sutta, disebutkan ada unsur api (panas) dan angin (gerak) sehingga bobotnya berkurang, memang masuk akal.

Untuk penjelasan 'mayat', sangat rumit karena sistem biologis manusia kompleks dan proses kematiannya juga beda-beda. Tapi karena mayat juga materi, maka berlaku pula sistem yang sama seperti bola besi tersebut.

Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: adi lim on 18 February 2013, 05:14:47 PM
jadi Payasi Sutta sesuai dengan hukum materi di alam semesta
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: morpheus on 18 February 2013, 05:36:12 PM
Titik lebur besi adalah 1538 °C, dari suhu ruang °C, anggaplah bola dibakar menyala namun tidak sampai meleleh dan mngalami kenaikan 1500 °C. Koefisien muai volumenya adalah 33.3*10−6/°C, maka volume bertambah sekitar 5%. Massa jenis besi dari 7800 kg.m−3 turun ke 7410 kg.m−3, dibanding massa jenis udara 1.225 kg.m−3. Jadi secara kasar, sepertinya ada perbedaan daya apung sebesar 0.00000827 N.

Yang mengagumkan adalah: timbangan macam apa pada jaman itu yang bisa mendeteksi perbedaan dalam skala mikro Newton. Namun kembali lagi ke sutta, disebutkan ada unsur api (panas) dan angin (gerak) sehingga bobotnya berkurang, memang masuk akal.
jadi gimana caranya unsur api dan unsur angin mengurangi berat bola besi menjadi masuk akal?
dan dari perhitungan di atas, kembali pada topik ts, kesimpulan anda apa?

Untuk penjelasan 'mayat', sangat rumit karena sistem biologis manusia kompleks dan proses kematiannya juga beda-beda. Tapi karena mayat juga materi, maka berlaku pula sistem yang sama seperti bola besi tersebut.
jadi maksudnya sesudah mati, gaya apung mayat menjadi lebih kecil?
jadi bagaimana hubungannya antara kehilangan unsur kehidupan, panas, dan kesadaran, menyebabkan gaya apung menjadi lebih kecil?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Wirajhana on 18 February 2013, 09:01:27 PM
Kalo dari penjelasan WE, bola besi yang dingin setelah terbakar mengalami reaksi oksidasi (mengikat oksigen) shg lebih berat (bertambah massanya).  Tapi gak tahu apakah benar besi yang habis terbakar bisa mengalami oksidasi yang menyebabkan massanya bertambah secara signifikan. Setahu saya, besi yang teroksidasi atau dalam istilah sehari-hari mengalami perkaratan membutuhkan waktu yang lama (reaksi oksidasi besi berjalan sangat lambat) dan jumlah karat besi yang dihasilkan tidak banyak untuk menambah berat besi.
Kebetulan pertanyaan  anda itu di jawab dalam percobaan ini: http://www.exo.net/~emuller/activities/Fast_Rusting.doc.pdf, berikut persamaan pertambahan massa reaksi kimianya setelah DIBAKAR.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: K.K. on 19 February 2013, 10:16:32 AM
jadi gimana caranya unsur api dan unsur angin mengurangi berat bola besi menjadi masuk akal?
dan dari perhitungan di atas, kembali pada topik ts, kesimpulan anda apa?
Unsur api/kalor yang ditambahkan ke materi yang menyebabkan agitasi molekul (bertambahnya unsur angin). Karena pergerakan molekul yang lebih 'aktif', maka volume bertambah.
Dengan massa yang sama namun volume bertambah, otomatis massa jenisnya turun. Karena massa jenis turun, maka 'gaya apung' juga berubah, dalam hal ini karena massa jenis udara tetap, maka gaya apung bertambah. Otomatis gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat benda tersebut juga turun, jadi terasa lebih ringan.

Kesimpulan saya adalah memang apa yang dikatakan dalam sutta (dengan adanya unsur api & angin, bola besi lebih ringan) itu memang masuk akal.


Quote
jadi maksudnya sesudah mati, gaya apung mayat menjadi lebih kecil?
jadi bagaimana hubungannya antara kehilangan unsur kehidupan, panas, dan kesadaran, menyebabkan gaya apung menjadi lebih kecil?
Kalau untuk mayat, sekali lagi saya tidak bisa jelaskan karena terlalu kompleks. Reaksi yang terjadi setelah kematian itu bergantung pada banyak sekali faktor seperti keadaan lingkungan, cara kematian, kondisi badan, dll. Saya pikir kalau diuji coba, akan ada hasil variatif dari yang beratnya kurang, sama, dan tambah.

Tapi secara sangat disederhanakan, tubuh yang adalah materi juga, tunduk pada hukum yang sama di mana jika tidak ada energi panas, maka molekulnya cenderung diam, dan massa jenisnya bertambah. Hanya saja skalanya tentu berbeda.

Dan kalau kembali ke suttanya, bahwa memang cara Payasi mengambil kesimpulan akan 'roh' berdasarkan perubahan berat badan orang hidup dan mati, itu salah, sebab perubahan berat adalah berkenaan dengan hukum fisika, dan hal-hal batiniah tidak diukur dengan cara itu. 

-------
Soal oksidasi, menurut saya adalah penjelasan yang kurang tepat, sebab pembakaran di sini adalah untuk mempercepat proses oksidasi besi sehingga Fe menjadi Fe203. Namun penambahan berat tidak terjadi setelah dingin ataupun berat tidak lebih ringan ketika dipanaskan.

Patokannya adalah berat sebelum oksidasi selalu lebih ringan dibanding setelah oksidasi, terlepas suhu panas atau dingin. Jadi sewaktu sedang membakar namun sudah terjadi oksidasi (berkarat sambil terbakar), itu sudah menjadi tambah berat, tidak perlu tunggu dingin. Jadi jika fokus perubahan berat ada pada molekul oksigen, kalor (unsur api) di sini tidak ada peran dalam perubahan berat. Bahkan tanpa api pun besi juga akan mengalami oksidasi jika terpapar oksigen.

Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: morpheus on 22 February 2013, 01:57:49 PM
kalo kesimpulan saya sih sutta di atas ditulis dengan dasar ilmu pengetahuan manusia ribuan tahun yang lalu.
adanya penambahan gaya apung dalam skala mikro newton jelas menunjukan penjelasannya ada di luar konteks sutta itu sendiri yang gak bakal dimengerti manusia ribuan tahun lalu. gak mungkin sutta itu memaksudkan pengurangan berat dalam skala mikro newton.

dengan asumsi cerita itu otentik, arahat bukan berarti ahli fisika modern, melainkan orang yang tercerahkan.
bisa saja arahat pengetahuan fisikanya sesuai dengan jamannya dan tidak mengetahui kebenaran ilmu alam seperti yang kita ketahui sekarang.
jadi ambil hikmahnya saja dari sutta itu. secara sains, isinya salah.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Sumedho on 22 February 2013, 03:35:11 PM
bisa jadi penjelasan YM Kassapa itu adalah berdasarkan reasoning common knowledge/belief about nature utk meyakinkan pangeran payasi sajah.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: morpheus on 22 February 2013, 03:44:29 PM
bisa jadi penjelasan YM Kassapa itu adalah berdasarkan reasoning common knowledge/belief about nature utk meyakinkan pangeran payasi sajah.
tebul, itu juga mungkin sekali...
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 22 February 2013, 11:16:38 PM
kalo kesimpulan saya sih sutta di atas ditulis dengan dasar ilmu pengetahuan manusia ribuan tahun yang lalu.
adanya penambahan gaya apung dalam skala mikro newton jelas menunjukan penjelasannya ada di luar konteks sutta itu sendiri yang gak bakal dimengerti manusia ribuan tahun lalu. gak mungkin sutta itu memaksudkan pengurangan berat dalam skala mikro newton.

dengan asumsi cerita itu otentik, arahat bukan berarti ahli fisika modern, melainkan orang yang tercerahkan.
bisa saja arahat pengetahuan fisikanya sesuai dengan jamannya dan tidak mengetahui kebenaran ilmu alam seperti yang kita ketahui sekarang.
jadi ambil hikmahnya saja dari sutta itu. secara sains, isinya salah.


bisa ditunjukkan bagian mana yg salah dari penjelasan secara sains menurut Bro Erwin dan Bro Kainyn di atas?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: morpheus on 23 February 2013, 12:38:07 AM
bisa ditunjukkan bagian mana yg salah dari penjelasan secara sains menurut Bro Erwin dan Bro Kainyn di atas?
penjelasannya betul dan om kainyn juga bilang untuk mayat itu nggak pasti, akan ada yang kurang, nambah atau tetap.

pertama, kalo bicara dalam lingkungan yang terkontrol saja, mayat bisa justru bertambah volumenya sesudah mati sehingga dengan argumen yang sama berat jenisnya justru berkurang, gaya apungnya tambah gede dan mayatnya jadi lebih ringan.
apalagi berbicara dalam lingkungan yang tidak terkontrol, mayat ada yang mengeluarkan darah, kencing dan kotoran. tentunya beratnya malah berkurang dan ini jauh lebih signifikan ketimbang penambahan berat yang jauh lebih kecil dari gaya apung.

kedua, om kainyn udah bilang betapa kecilnya gaya apung pada bola besi. bayangan konteks sutta tadi. dua ribuan tahun yang lalu, dua orang berdialog mengenai bola besi yang menjadi lebih ringan karena ada unsur api dan angin. kira2 apakah konteks pembicaraan dua orang itu pada kepercayaan dan pengetahuan orang dulu mengenai sifat2 dari unsur api dan angin pada masa itu ataukah pada pengurangan gaya sebesar beberapa mikro newton?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 23 February 2013, 08:16:36 AM
penjelasannya betul dan om kainyn juga bilang untuk mayat itu nggak pasti, akan ada yang kurang, nambah atau tetap.

pertama, kalo bicara dalam lingkungan yang terkontrol saja, mayat bisa justru bertambah volumenya sesudah mati sehingga dengan argumen yang sama berat jenisnya justru berkurang, gaya apungnya tambah gede dan mayatnya jadi lebih ringan.
apalagi berbicara dalam lingkungan yang tidak terkontrol, mayat ada yang mengeluarkan darah, kencing dan kotoran. tentunya beratnya malah berkurang dan ini jauh lebih signifikan ketimbang penambahan berat yang jauh lebih kecil dari gaya apung.


yah saya juga menilai bahwa untuk kasus mayat memang lebih rumit dan Bro Kainyn sptnya tidak menjelaskan dengan baik, jadi saya pikir lebih baik membahas yg bola besi aja dulu sbg analogi dan perumpamaan yg diberikan oleh Bhikkhu Kumara Kassapa.

Quote
kedua, om kainyn udah bilang betapa kecilnya gaya apung pada bola besi. bayangan konteks sutta tadi. dua ribuan tahun yang lalu, dua orang berdialog mengenai bola besi yang menjadi lebih ringan karena ada unsur api dan angin. kira2 apakah konteks pembicaraan dua orang itu pada kepercayaan dan pengetahuan orang dulu mengenai sifat2 dari unsur api dan angin pada masa itu ataukah pada pengurangan gaya sebesar beberapa mikro newton?


jika membicarakan mengenai apa yg diketahui dan tidak diketahui orang dulu, ini sama sekali tidak bersifat sains, dan hanya menimbulkan spekulasi belaka. tetapi sutta itu memang tidak menyebutkan seberapa besar selisih berat itu, dan hanya mengatakan lebih ringan/lebih berat, dan bagi saya 0.00000001 mikron ini termasuk selisih. jadi dalam konteks sains (terlepas dari apa yg mrk maksudkan dalam dialog itu), saya masih belum melihat hal yg "secara sains, isinya salah"
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: adi lim on 23 February 2013, 12:46:43 PM
yah saya juga menilai bahwa untuk kasus mayat memang lebih rumit dan Bro Kainyn sptnya tidak menjelaskan dengan baik, jadi saya pikir lebih baik membahas yg bola besi aja dulu sbg analogi dan perumpamaan yg diberikan oleh Bhikkhu Kumara Kassapa.

jika membicarakan mengenai apa yg diketahui dan tidak diketahui orang dulu, ini sama sekali tidak bersifat sains, dan hanya menimbulkan spekulasi belaka. tetapi sutta itu memang tidak menyebutkan seberapa besar selisih berat itu, dan hanya mengatakan lebih ringan/lebih berat, dan bagi saya 0.00000001 mikron ini termasuk selisih. jadi dalam konteks sains (terlepas dari apa yg mrk maksudkan dalam dialog itu), saya masih belum melihat hal yg "secara sains, isinya salah"

biru, sama
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: tesla on 23 February 2013, 03:31:25 PM
F = gaya

kalau ukur berat itu adalah pakai massa


dalam lingkungan yg terkendali,
massa sebelum dan sesudah reaksi adalah     s   a   m   a... :)


bukan gaya yg dibutuhkan utk mengangkat bola tsb, tapi pernyataan bola tsb berat atau ringan. massa...

dalam lingkungan tidak terkendali, semua ini hanyalah cocologi
mo dibilang berat jg bisa dikondisikan, mo dibilang ringan jg bisa dikondisikan.
coba saja dibakar sampai menguap mis 3000C, tinggal berapa tuh yg tertinggal di lingkungan tdk terkendali?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: will_i_am on 23 February 2013, 08:04:47 PM
secara sains sih emang benar, tapi sepertinya agak susah bila dipaksakan masuk ke dalam pernyataan YM kassapa
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 23 February 2013, 09:56:01 PM
secara sains sih emang benar, tapi sepertinya agak susah bila dipaksakan masuk ke dalam pernyataan YM kassapa

Bhikkhu Kumara Kassapa mengatakan bahwa "bola besi menjadi lebih ringan ketika panas", jika hal ini tidak bisa diterima, silakan buktikan sebaliknya bahwa "bola besi tidak menjadi lebih ringan ketika panas". tidak lebih ringan ini artinya bisa lebih berat atau sama, tapi bagaimana penjelasannya?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 23 February 2013, 09:58:11 PM
F = gaya

kalau ukur berat itu adalah pakai massa



IMO untuk mengukur berat pastilah menggunakan timbangan, dan timbangan akan bekerja secara berbeda tergantung lingkungan sekitar, benda yg sama dengan massa yg sama dan timbangan yg sama akan menghasilkan berat berbeda ketika ditimbang di bumi dan di bulan
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: tesla on 23 February 2013, 10:09:42 PM
IMO untuk mengukur berat pastilah menggunakan timbangan, dan timbangan akan bekerja secara berbeda tergantung lingkungan sekitar, benda yg sama dengan massa yg sama dan timbangan yg sama akan menghasilkan berat berbeda ketika ditimbang di bumi dan di bulan

sekarang saya tanya, apakah berat sebuah bola di bumi akan berbeda di bulan?
sains, bukan feeling
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: tesla on 23 February 2013, 10:15:05 PM
oh ya... jika yg dimaksudkan adalah menimbang dg timbangan, maka cocologi itu failure jg, karena tidak ada teknologi timbangan yg bisa mendeteksi perbedaan sekian micro Newton di zaman Sang Buddha. jadi setelah ditimbang harusnya jwbnya adalah "sama"
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 23 February 2013, 10:20:48 PM
sekarang saya tanya, apakah berat sebuah bola di bumi akan berbeda di bulan?
sains, bukan feeling

http://id.wikipedia.org/wiki/Berat (http://id.wikipedia.org/wiki/Berat)
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 23 February 2013, 10:22:35 PM
oh ya... jika yg dimaksudkan adalah menimbang dg timbangan, maka cocologi itu failure jg, karena tidak ada teknologi timbangan yg bisa mendeteksi perbedaan sekian micro Newton di zaman Sang Buddha. jadi setelah ditimbang harusnya jwbnya adalah "sama"

ini adalah spekulasi, kecuali kita tahu persis atau ada catatan sejarah tentang teknologi timbangan pada masa itu, dan satuan yg digunakan juga tidak harus Newton.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 23 February 2013, 10:30:39 PM
untuk menghindari spekulasi, maka satu2nya cara untuk membantah sutta itu adalah dengan membuktikan bahwa "bola besi tidak menjadi lebih ringan ketika panas". tidak lebih ringan ini artinya bisa lebih berat atau sama.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: will_i_am on 23 February 2013, 10:53:15 PM
Bhikkhu Kumara Kassapa mengatakan bahwa "bola besi menjadi lebih ringan ketika panas", jika hal ini tidak bisa diterima, silakan buktikan sebaliknya bahwa "bola besi tidak menjadi lebih ringan ketika panas". tidak lebih ringan ini artinya bisa lebih berat atau sama, tapi bagaimana penjelasannya?

secara sains sih emang benar, tapi sepertinya agak susah bila dipaksakan masuk ke dalam pernyataan YM kassapa
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 23 February 2013, 10:57:36 PM
secara sains sih emang benar, tapi sepertinya agak susah bila dipaksakan masuk ke dalam pernyataan YM kassapa

kalau benar dan itu sesuai dengan pernyataan Kumara Kassapa, lalu di bagian mana yg harus dipaksakan masuk? jika tidak bisa masuk tentu ada ketidak-cocokan, tunjukkanlah ketidak-cocokannya.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: tesla on 24 February 2013, 12:27:37 AM
http://id.wikipedia.org/wiki/Berat (http://id.wikipedia.org/wiki/Berat)

iya, scr science berat pakai gaya, jadi saya yg salah kalau soal ini :P

back to topic saja:
1. Bagaimana penjelasan bahwa bobot orang mati lebih berat ketimbang orang hidup?
2. Bagaimana penjelasan bahwa bola besi menjadi lebih ringan ketika dipanaskan?


Seandainya seseorang menimbang sebuah bola besi yang telah dipanaskan sepanjang hari, membara, terbakar hebat, bersinar. Dan seandainya setelah beberapa saat, ketika telah menjadi dingin dan padam, ia menimbangnya lagi. Pada saat yang manakah bola besi itu lebih ringan, lunak, dan lebih lentur

disini dikatakan "seseorang", ia menimbang, di jaman dahulu kalau, timbangan apa yg bisa mengukur dalam skala sepersekian Newton?



untuk menghindari spekulasi, maka satu2nya cara untuk membantah sutta itu adalah dengan membuktikan bahwa "bola besi tidak menjadi lebih ringan ketika panas". tidak lebih ringan ini artinya bisa lebih berat atau sama.

balik lagi, sekarang kalau mau pakai rumus sederhana, yaitu F = m.a
maka sebenarnya gaya normal sebuah besi ya sama aja segitu2 aja.
Kainyn kan tadi memasukkan unsur gaya apung dari udara.
jadi ruang lingkup sutta itu sampai di mana?
mau sampai gravitasi = sama.
mau tambah gaya apung = lebih kecil
dan itupun sangat2 kecil dan tidak bakal terukur di teknologi 2000+ tahun yg lalu
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 24 February 2013, 12:48:06 AM
iya, scr science berat pakai gaya, jadi saya yg salah kalau soal ini :P

back to topic saja:
1. Bagaimana penjelasan bahwa bobot orang mati lebih berat ketimbang orang hidup?
2. Bagaimana penjelasan bahwa bola besi menjadi lebih ringan ketika dipanaskan?


Seandainya seseorang menimbang sebuah bola besi yang telah dipanaskan sepanjang hari, membara, terbakar hebat, bersinar. Dan seandainya setelah beberapa saat, ketika telah menjadi dingin dan padam, ia menimbangnya lagi. Pada saat yang manakah bola besi itu lebih ringan, lunak, dan lebih lentur

disini dikatakan "seseorang", ia menimbang, di jaman dahulu kalau, timbangan apa yg bisa mengukur dalam skala sepersekian Newton?



balik lagi, sekarang kalau mau pakai rumus sederhana, yaitu F = m.a
maka sebenarnya gaya normal sebuah besi ya sama aja segitu2 aja.
Kainyn kan tadi memasukkan unsur gaya apung dari udara.
jadi ruang lingkup sutta itu sampai di mana?
mau sampai gravitasi = sama.
mau tambah gaya apung = lebih kecil
dan itupun sangat2 kecil dan tidak bakal terukur di teknologi 2000+ tahun yg lalu


tujuan saya memulai thread ini adalah sehubungan dengan pertanyaan pada post #1, dan saya pertanyaan saya sudah terjawab oleh penjelasan dari Bro Erwin dan Bro Kainyn, bahwa pada 2000+ tahun lalu teknologi tidak mampu mengukur, bagi saya itu di luar konteks, karena hanya spekulasi, kecuali ada fakta yang mengatakan sebaliknya. spekulasi "tidak dapat terukur" memiliki bobot yg sama dengan spekulasi "dapat terukur bahkan hanya dengan tangan kosong tanpa alat"

fakta menurut sutta, adalah bahwa pernyataan "bola besi yg lebih ringan ketika panas" oleh YM Kumara Kassapa juga disetujui oleh lawan bicaranya, Pangeran Payasi. Jadi entah hal itu benar atau tidak, tapi faktanya adalah perumpamaan yg disampaikan itu dapat dipahami oleh lawan debatnya.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: tesla on 24 February 2013, 12:56:37 AM
oke, case closed
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: morpheus on 24 February 2013, 12:58:16 AM
yah saya juga menilai bahwa untuk kasus mayat memang lebih rumit dan Bro Kainyn sptnya tidak menjelaskan dengan baik, jadi saya pikir lebih baik membahas yg bola besi aja dulu sbg analogi dan perumpamaan yg diberikan oleh Bhikkhu Kumara Kassapa.
rumit bukan berarti tidak bisa dibicarakan.

jelas sekali sesudah menjadi mayat, volume bisa membesar.
dengan argumen yang sama, volume membesar dan massa tetap berarti massa jenisnya turun.
massa jenis turun berarti mayat justru akan turun beratnya.
dengan kata lain, secara sains, isinya salah.


jika membicarakan mengenai apa yg diketahui dan tidak diketahui orang dulu, ini sama sekali tidak bersifat sains, dan hanya menimbulkan spekulasi belaka. tetapi sutta itu memang tidak menyebutkan seberapa besar selisih berat itu, dan hanya mengatakan lebih ringan/lebih berat, dan bagi saya 0.00000001 mikron ini termasuk selisih. jadi dalam konteks sains (terlepas dari apa yg mrk maksudkan dalam dialog itu), saya masih belum melihat hal yg "secara sains, isinya salah"
yang kedua ini, saya ingin membahasnya secara logika.
dua orang bercakap2 dua ribu tahun yang lalu mengenai bola besi yang dibakar menjadi lebih ringan karena adanya unsur angin dan api. supaya percakapan nyambung tentunya isi percakapan yang dimaksud adalah suatu pengetahuan yang diketahui kedua belah pihak. apa mungkin si A menyatakan bola besi dibakar jadi lebih ringan yang kenyataannya hanya beberapa mikro newton, trus si B yang nggak tau kenyataan itu bisa manggut2 aja, gak protes? logikanya si B bakal protes, "nggak tuh, mana ada besi dibakar jadi ringan. di timbangan gua tetep tuh...".

ini bukan spekulasi, melainkan educated guess yang memiliki dasar.
yang merupakan spekulasi justru sebaliknya.

memang bukan kepastian mutlak bahwa sutta itu salah secara sains.

satu peristiwa bisa dijelaskan dengan beberapa penjelasan.
namun sains biasanya berpihak pada penjelasan yang paling sederhana dan sesuai dengan apa yang teruji secara konsisten.
misalnya kebakaran hutan di sumatera, bisa dijelaskan dengan tembakan sinar laser dari pesawat alien mengawali kebakaran, atau bisa juga dijelaskan dengan manusia serakah yang ingin membuat lahan untuk perkebunan tanpa banyak biaya atau kecerobohan ditambah dengan panas musim kemarau. semuanya bisa dikatakan hanya kemungkinan dan spekulasi, namun sains berpihak pada penjelasan yang lebih sederhana ketimbang yang tidak teruji seperti laser dari pesawat alien.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 24 February 2013, 01:03:08 AM
rumit bukan berarti tidak bisa dibicarakan.

jelas sekali sesudah menjadi mayat, volume bisa membesar.
dengan argumen yang sama, volume membesar dan massa tetap berarti massa jenisnya turun.
massa jenis turun berarti mayat justru akan turun beratnya.
dengan kata lain, secara sains, isinya salah.


dengan demikian anda mengatakan bahwa penjelasan dari Bro Erwin dan Bro Kainyn salah, silakan dikoreksi, secara ilmiah juga tentunya.

Quote
yang kedua ini, saya ingin membahasnya secara logika.
dua orang bercakap2 dua ribu tahun yang lalu mengenai bola besi yang dibakar menjadi lebih ringan karena adanya unsur angin dan api. supaya percakapan nyambung tentunya isi percakapan yang dimaksud adalah suatu pengetahuan yang diketahui kedua belah pihak. apa mungkin si A menyatakan bola besi dibakar jadi lebih ringan yang kenyataannya hanya beberapa mikro newton, trus si B yang nggak tau kenyataan itu bisa manggut2 aja, gak protes? logikanya si B bakal protes, "nggak tuh, mana ada besi dibakar jadi ringan. di timbangan gua tetep tuh...".


bahwa lawan debat menyetujui argumen lawan malah menguatkan kebenaran argumen itu.

Quote
ini bukan spekulasi, melainkan educated guess yang memiliki dasar.
yang merupakan spekulasi justru sebaliknya.

argumen sebaliknya bukanlah spekulasi, karena itulah yg tercatat dalam sutta yg sedang diuji.

Quote
memang bukan kepastian mutlak bahwa sutta itu salah secara sains.

satu peristiwa bisa dijelaskan dengan beberapa penjelasan.
namun sains biasanya berpihak pada penjelasan yang paling sederhana dan sesuai dengan apa yang teruji secara konsisten.
misalnya kebakaran hutan di sumatera, bisa dijelaskan dengan tembakan sinar laser dari pesawat alien mengawali kebakaran, atau bisa juga dijelaskan dengan manusia serakah yang ingin membuat lahan untuk perkebunan tanpa banyak biaya atau kecerobohan ditambah dengan panas musim kemarau. semuanya bisa dikatakan hanya kemungkinan dan spekulasi, namun sains berpihak pada penjelasan yang lebih sederhana ketimbang yang tidak teruji seperti laser dari pesawat alien.


saya menerima penjelasan dari Bro Kainyn dan Bro Erwin itu sebagai penjelasan sederhana yang sangat logis untuk kasus ini.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: morpheus on 24 February 2013, 08:35:33 PM
dengan demikian anda mengatakan bahwa penjelasan dari Bro Erwin dan Bro Kainyn salah, silakan dikoreksi, secara ilmiah juga tentunya.
saya sudah menjelaskan dua kali.
sepertinya kita kurang nyambung kali ini.

bahwa lawan debat menyetujui argumen lawan malah menguatkan kebenaran argumen itu.
di sini juga percakapan kita sepertinya gak nyambung.
saya kira sampai di sini aja kalo tidak ada perkembangan baru.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 24 February 2013, 09:01:15 PM
saya sudah menjelaskan dua kali.
sepertinya kita kurang nyambung kali ini.
di sini juga percakapan kita sepertinya gak nyambung.
saya kira sampai di sini aja kalo tidak ada perkembangan baru.

mari kita lihat penjelasan Bro Morpheus yg saya sama sekali tidak melihatnya sebagai penjelasan

tubuh manusia adalah materi.
sebelum dan sesudah mati jumlah materi tetap, tidak ada yang berkurang dan bertambah.

demikian juga dengan besi.
sebelum dan sesudah dipanaskan jumlah materi tetap, tidak ada yang berkurang dan bertambah.

apabila percobaan dilakukan di lingkungan yang terkontrol, dalam arti tidak ada materi yang bocor atau kemasukan dari luar, maka pasti jumlahnya tetap sama.

kalo secara rumus: w = mg
dalam hal ini massa tetap dan gravitasi tetap, jadi berat seharusnya tetap.
kalo dikilahkan e=mc2 berarti penambahan panas akan mempengaruhi massa, kayaknya itu terlalu jauh di luar konteks cerita awalnya.


"Penjelasan" yg ini sudah dibantah oleh penjelasan dari Bro Erwin dan Bro Kainyn, bahwa walaupun massa tidak berubah namun berat bisa berubah.

kalo kesimpulan saya sih sutta di atas ditulis dengan dasar ilmu pengetahuan manusia ribuan tahun yang lalu.
adanya penambahan gaya apung dalam skala mikro newton jelas menunjukan penjelasannya ada di luar konteks sutta itu sendiri yang gak bakal dimengerti manusia ribuan tahun lalu. gak mungkin sutta itu memaksudkan pengurangan berat dalam skala mikro newton.

dengan asumsi cerita itu otentik, arahat bukan berarti ahli fisika modern, melainkan orang yang tercerahkan.
bisa saja arahat pengetahuan fisikanya sesuai dengan jamannya dan tidak mengetahui kebenaran ilmu alam seperti yang kita ketahui sekarang.
jadi ambil hikmahnya saja dari sutta itu. secara sains, isinya salah.


di sini saya hanya melihat kesimpulan bahwa "Secara sains, isinya salah" namun tidak ada penjelasan secara sains

penjelasannya betul dan om kainyn juga bilang untuk mayat itu nggak pasti, akan ada yang kurang, nambah atau tetap.

pertama, kalo bicara dalam lingkungan yang terkontrol saja, mayat bisa justru bertambah volumenya sesudah mati sehingga dengan argumen yang sama berat jenisnya justru berkurang, gaya apungnya tambah gede dan mayatnya jadi lebih ringan.
apalagi berbicara dalam lingkungan yang tidak terkontrol, mayat ada yang mengeluarkan darah, kencing dan kotoran. tentunya beratnya malah berkurang dan ini jauh lebih signifikan ketimbang penambahan berat yang jauh lebih kecil dari gaya apung.

kedua, om kainyn udah bilang betapa kecilnya gaya apung pada bola besi. bayangan konteks sutta tadi. dua ribuan tahun yang lalu, dua orang berdialog mengenai bola besi yang menjadi lebih ringan karena ada unsur api dan angin. kira2 apakah konteks pembicaraan dua orang itu pada kepercayaan dan pengetahuan orang dulu mengenai sifat2 dari unsur api dan angin pada masa itu ataukah pada pengurangan gaya sebesar beberapa mikro newton?


di sini juga saya tidak melihat adanya penjelasan secara sains, selain spekulasi tanpa dasar.

Tapi baiklah, ketika saya memposting problem ini, saya memang memgharapkan adanya penjelasan atau bantahan yg logis, dan sejauh ini saya hanya melihat penjelasan dari Bro Erwin dan Bro Kainyn yg cukup memuaskan saya, walaupun ada bantahan namun bantahan itu tidak disertai penjelasan logis sehingga tidak bisa saya terima. Maka saya rasa saya juga tidak ingin melanjutkan diskusi ini jika tidak ada perkembangan baru yg disertai dengan argumen2 logis dan cerdas.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: K.K. on 25 February 2013, 03:08:00 PM
Saya pikir kalau kita mau omong hal ilmiah, gunakan asumsi sesedikit mungkin. Tidak perlu berasumsi 'teknologi jaman dulu pasti lebih payah'. Faktanya ada juga teknologi jaman dulu yang tidak bisa dipahami oleh pengetahuan jaman sekarang.

Dalam memahami sesuatu, tidak perlu ada bukti konkret, namun bisa juga dianalisa dan dideduksi dengan logika. Kembali ke sutta, point-nya adalah "ada unsur api & angin, maka bola lebih ringan."

Panas (unsur api) ditambahkan ke materi sehingga molekul teragitasi dan lebih aktif bergerak (=bertambahnya unsur angin), dan menyebabkan bola lebih ringan. Massa tetap, ada panas, memuai, volume bertambah. Seperti kita tahu massa jenis = massa / volume. Jika volume bertambah, berarti massa jenis mengecil.
 
Berat (w) = massa * gravitasi adalah perhitungan berat di ruang hampa. Ingat bahwa di ruang hampa benda dengan massa sama (misal 1kg kapas & 1 kg besi) jatuh dengan kecepatan yang sama (= akar(2*gravitasi*tinggi)). Dalam dunia nyata, tentu kita tidak bicara di vakum begini, jadi memang daya apung ini ada.

Memahami suatu rumus tidak selalu harus dengan alat dan percobaan lab, namun bisa juga ditarik kesimpulan berdasarkan logika. Dari satu kesamaan sifat, bisa kita tarik kesimpulan hukum satu berlaku untuk hukum lainnya, jika kondisi dan batasannya sama. Jadi kalau memang orang jaman dulu punya analisa yang lebih baik daripada orang-orang jaman sekarang, saya pikir tidak perlu mencari-cari penyalahan logika orang jaman dulu tersebut. Lebih bermanfaat menyelidiki bagaimana dulu mereka bereksperimen hingga mencapai kesimpulan tersebut ketimbang spekulasi bahwa mereka tidak ilmiah.

Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: tesla on 26 February 2013, 12:32:38 AM
apakah pembicaraan di sutta itu, di masa lalu itu adalah tentang selisih berapa micro newton itu, atau bukan?

terserah common sense masing2 aja :)

saya pribadi lebih memilih sutta tsb sedang membicarakan bahwa benda yg tidak lentur atau kaku akan "lebih susah diangkat" karena form yg kaku daripada selisih berat yg micro N tadi.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 26 February 2013, 12:45:03 AM
apakah pembicaraan di sutta itu, di masa lalu itu adalah tentang selisih berapa micro newton itu, atau bukan?

terserah common sense masing2 aja :)

saya pribadi lebih memilih sutta tsb sedang membicarakan bahwa benda yg tidak lentur atau kaku akan "lebih susah diangkat" karena form yg kaku daripada selisih berat yg micro N tadi.

sutta itu bahkan tidak menyinggung2 soal selisih berat, hanya mengatakan tentang lebih berat/lebih ringan, tanpa menyebutkan besaran selisihnya. bagaimana kita memaknai informasi itu tentu saja kita bebas menginterpretasikannya, tujuan saya hanya untuk membuktikan kebenaran pernyataan itu.

Dan dalam kasus tertentu, benda kaku bisa lebih mudah diangkat daripada benda lentur.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Shasika on 26 February 2013, 08:16:38 AM
Saya tertarik dg diskusi ini, apakah memang benar benda kaku menjadi lebih berat dibandingkan yang ketika benda sama tsb lentur.
Saya pribadi punya pengalaman kisah nyata dengan almarhumah ibu saya. Beliau memiliki tubuh yang subur (gemuk), namun aneh sekali ketika beliau meninggal kami anak2 nya yang perempuan memandikan jenasah tsb tidak menemukan berat tubuh samasekali, sungguh2 bagaikan kapas, kami bebas membolak balik tubuh almarhumah dimandikan dengan bersih dan harum. Hal tsb kami lakukan untuk pertama kali dalam hidup kami karena baru kali pertama itu orang tua kami meninggal. Kami berempat dengan formasi 2 orang di kiri dan 2 orang di kanan. Bahkan kami bercanda dulu kami dimandikan ibu kami sekaranglah saatnya kami memandikan ibu walau hanya sekali dalam hidup dibandingkan beliau yg ribuan kali memandikan kami. Lantas dengan berat ini kemana ya larinya ?

Terima kasih bagi yang bersedia menjelaskan kepada saya, apalagi saya membaca diskusi ini jadi tertarik sekali.

Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Sunyata on 26 February 2013, 09:30:01 AM
Isaac Newton (25 December 1642 – 20 March 1727)
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: K.K. on 26 February 2013, 09:42:56 AM
apakah pembicaraan di sutta itu, di masa lalu itu adalah tentang selisih berapa micro newton itu, atau bukan?

terserah common sense masing2 aja :)

saya pribadi lebih memilih sutta tsb sedang membicarakan bahwa benda yg tidak lentur atau kaku akan "lebih susah diangkat" karena form yg kaku daripada selisih berat yg micro N tadi.
Masa' sih bola yang bentuknya bulat ada perbedaan kesulitan mengangkat?

Kalau soal sulit atau mudah diangkat, ini berurusan dengan resultan gaya. Misalnya 1 beban lebih mudah diangkat kalau dibagi dua lalu diangkat dengan pikulan (tuas & pengungkit). Tidak ada hubungannya dengan unsur panas & volume. Lagipula dalam konteks ini, justru yang kaku lebih mudah diangkat karena titik beratnya statis, sedangkan kalau yang lentur, semuanya cenderung jatuh ke pusat dan sulit diangkat. Kalau tidak percaya bisa coba sendiri cari 2 benda, yang satu kaku seperti balok, satu lagi plastik isi air atau karung isi butiran (beras/pasir/apapun), dalam bobot yang sama. Nanti coba sendiri angkat dan lihat perbedaannya.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: K.K. on 26 February 2013, 09:48:59 AM
Saya tertarik dg diskusi ini, apakah memang benar benda kaku menjadi lebih berat dibandingkan yang ketika benda sama tsb lentur.
Saya pribadi punya pengalaman kisah nyata dengan almarhumah ibu saya. Beliau memiliki tubuh yang subur (gemuk), namun aneh sekali ketika beliau meninggal kami anak2 nya yang perempuan memandikan jenasah tsb tidak menemukan berat tubuh samasekali, sungguh2 bagaikan kapas, kami bebas membolak balik tubuh almarhumah dimandikan dengan bersih dan harum. Hal tsb kami lakukan untuk pertama kali dalam hidup kami karena baru kali pertama itu orang tua kami meninggal. Kami berempat dengan formasi 2 orang di kiri dan 2 orang di kanan. Bahkan kami bercanda dulu kami dimandikan ibu kami sekaranglah saatnya kami memandikan ibu walau hanya sekali dalam hidup dibandingkan beliau yg ribuan kali memandikan kami. Lantas dengan berat ini kemana ya larinya ?

Terima kasih bagi yang bersedia menjelaskan kepada saya, apalagi saya membaca diskusi ini jadi tertarik sekali.


Untuk kasus mayat, terlalu banyak faktor yang harus dilihat. Boleh tahu waktu ibu anda meninggal, apa penyebabnya?

Lalu jika berdasarkan opini subjektif 'saya merasa ringan', maka sulit untuk diselidiki, sebab tidak ada data objektifnya misalnya sewaktu sebelum meninggal berapa beratnya, setelah mennggal berapa, setelah berapa lama, kondisinya bagaimana. Tanpa itu semua, maka kita hanya bisa sebatas menduga-duga saja.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Shasika on 26 February 2013, 09:56:54 AM
Untuk kasus mayat, terlalu banyak faktor yang harus dilihat. Boleh tahu waktu ibu anda meninggal, apa penyebabnya?

Lalu jika berdasarkan opini subjektif 'saya merasa ringan', maka sulit untuk diselidiki, sebab tidak ada data objektifnya misalnya sewaktu sebelum meninggal berapa beratnya, setelah mennggal berapa, setelah berapa lama, kondisinya bagaimana. Tanpa itu semua, maka kita hanya bisa sebatas menduga-duga saja.

Memang kami TIDAK menimbang jenasah almarhumah (tentu tidak sopan dan kurang ajar sekali apabila kami iseng menimbang beliau....;D).
Ibu meninggal dengan tidak menderita sakit sama sekali, hanya mengeluh tidak bisa nafas, tapi masih sempat mandi sendiri dan berpakaian sendiri, lalu lemas di tempat tidur, oleh kakak segera dibawa ke RS dan pingsan kemudian meninggal. Usia beliau 72 thn wkt meninggal, tapi 3 blm sebelum meninggal beliau minta semua anak kumpul untuk foto keluarga komplit, semua anak harus bawa cucunya, dan kami turuti, ternyata itu adalah foto keluarga terakhir yang terindah (memang indah bener fotonya).
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: tesla on 26 February 2013, 10:17:13 AM
sutta itu bahkan tidak menyinggung2 soal selisih berat, hanya mengatakan tentang lebih berat/lebih ringan, tanpa menyebutkan besaran selisihnya. bagaimana kita memaknai informasi itu tentu saja kita bebas menginterpretasikannya, tujuan saya hanya untuk membuktikan kebenaran pernyataan itu.

Dan dalam kasus tertentu, benda kaku bisa lebih mudah diangkat daripada benda lentur.

mana yg lebih berat sama saja dengan ada selisih berat.

utk kasus tertentu iya, benda kaku bisa lebih mudah diangkat, kalau form nya emg udah dalam bentuk mudah diangkat
sementara benda lunak bukan seperti air, tapi dalam skala mudah dibentuk, formnya bisa berubah utk mudah diangkat.

Masa' sih bola yang bentuknya bulat ada perbedaan kesulitan mengangkat?

Kalau soal sulit atau mudah diangkat, ini berurusan dengan resultan gaya. Misalnya 1 beban lebih mudah diangkat kalau dibagi dua lalu diangkat dengan pikulan (tuas & pengungkit). Tidak ada hubungannya dengan unsur panas & volume. Lagipula dalam konteks ini, justru yang kaku lebih mudah diangkat karena titik beratnya statis, sedangkan kalau yang lentur, semuanya cenderung jatuh ke pusat dan sulit diangkat. Kalau tidak percaya bisa coba sendiri cari 2 benda, yang satu kaku seperti balok, satu lagi plastik isi air atau karung isi butiran (beras/pasir/apapun), dalam bobot yang sama. Nanti coba sendiri angkat dan lihat perbedaannya.

dalam sutta tsb disebutkan kata lunak dan lentur, bola lunak, tidak berbentuk bola utuh lagi
lebih mudah mengangkat benda yg ada pegangannya daripada bola yg ga ada pegangannya
utk mengangkat bola "cukup susah" karena membutuhkan pencepit sediameter bola
titik beratnya dapat berpindah dg mudah krn bidang gesekan jg kecil (grin)

secara ilmiah, juga ada pembatasan ruang lingkup bahasan,
jadi dalam sutta tsb pembahasan selisih micro newton jelas sangat diluar ruang lingkup
sama saja dengan pembahasan berat pada ruang hampa juga berada di luar ruang lingkup

sama halnya jika anda menimbang berat badan, selisih micro gram (micro Newton) itu dianggap sama
sama juga halnya dg menimbang benda logam, misal sebut saja pedang.
pedang dg berat 10.0000001 gram vs pedang dg berat 10.00000002 gram dianggap memiliki berat sama
karena dalam ruang lingkup bahasan itu tidak subtantial

beda halnya jika sedang membahas komposisi obat, maka 0.0001 gram bisa berbeda dg 0.0002 gram

---

Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: morpheus on 26 February 2013, 10:33:53 AM
mau mengomentari antara asumsi, spekulasi dengan educated guess...

memang untuk membahas sesuatu yang sudah lewat apalagi ribuan tahun yang lalu, tidak ada kepastian bahwa ini benar atau itu salah. apalagi kalo tidak ada sesuatu yang bisa digali sebagai bukti2 empiris. walaupun demikian, educated guess juga bisa didapat dengan mengamati bukti2 non-empiris seperti catatan2 sejarah, dokumen2 di jaman yang sama, penelusuran sejarah dan kehidupan manusia dari jaman ke jaman...

balik lagi ke mayat...
dengan mengatakan banyak faktor yang mempengaruhi, rumit, dst, apakah itu berarti berat badan sesudah mati itu bisa berkurang dan bisa bertambah?
kalo bisa berkurang dan bisa bertambah, apakah itu berarti pernyataan yang pukul rata semua menjadi lebih berat seperti:
Quote
"Ketika masih memiliki unsur kehidupan, panas, dan kesadaran, maka jasmani ini lebih ringan, lebih lunak, dan lebih lentur. Tetapi ketika dipisahkan dari unsur kehidupan, panas dan kesadaran, jasmani ini menjadi lebih berat, lebih kaku, dan lebih tidak lentur"
menjadi salah?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: K.K. on 26 February 2013, 11:45:39 AM
dalam sutta tsb disebutkan kata lunak dan lentur, bola lunak, tidak berbentuk bola utuh lagi
lebih mudah mengangkat benda yg ada pegangannya daripada bola yg ga ada pegangannya
utk mengangkat bola "cukup susah" karena membutuhkan pencepit sediameter bola
titik beratnya dapat berpindah dg mudah krn bidang gesekan jg kecil (grin)
Tidak dikatakan bola itu berubah bentuk (dari padat jadi cair), hanya dikatakan panas membakar. Memang menjadi lunak dan lentur, tapi bukan berarti berubah wujud jadi cair ato tidak berbentuk bola lagi.


Quote
secara ilmiah, juga ada pembatasan ruang lingkup bahasan,
jadi dalam sutta tsb pembahasan selisih micro newton jelas sangat diluar ruang lingkup
sama saja dengan pembahasan berat pada ruang hampa juga berada di luar ruang lingkup
Pembahasan berat di ruang hampa saya singgung untuk mengingatkan jangan gunakan rumus w=m*g.
Dalam sutta tersebut tidak disebutkan batasan, hanya memberikan analogi materi dengan panas akan lebih ringan. Selisih MicroNewton atau PicoNewton, apakah menjadikan pernyataan 'lebih ringan' itu salah? Mengapa?


Quote
sama halnya jika anda menimbang berat badan, selisih micro gram (micro Newton) itu dianggap sama
sama juga halnya dg menimbang benda logam, misal sebut saja pedang.
pedang dg berat 10.0000001 gram vs pedang dg berat 10.00000002 gram dianggap memiliki berat sama
karena dalam ruang lingkup bahasan itu tidak subtantial

beda halnya jika sedang membahas komposisi obat, maka 0.0001 gram bisa berbeda dg 0.0002 gram

---
Substantial di sini ditentukan berdasarkan apa? Ada petunjuk dari suttanya mengenai signifikansi tertentu misalnya dalam hal pedang atau untuk obat dan lain-lain? Ataukah hanya membahas lebih berat vs lebih ringan?

Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: K.K. on 26 February 2013, 12:02:23 PM
mau mengomentari antara asumsi, spekulasi dengan educated guess...

memang untuk membahas sesuatu yang sudah lewat apalagi ribuan tahun yang lalu, tidak ada kepastian bahwa ini benar atau itu salah. apalagi kalo tidak ada sesuatu yang bisa digali sebagai bukti2 empiris. walaupun demikian, educated guess juga bisa didapat dengan mengamati bukti2 non-empiris seperti catatan2 sejarah, dokumen2 di jaman yang sama, penelusuran sejarah dan kehidupan manusia dari jaman ke jaman...
Lalu dugaan bahwa jaman itu kebudayaan India kuno memiliki teknologi atau metode yang tidak dapat mengukur perbedaan bobot skala kecil itu adalah berdasarkan catatan dari ...


Quote
balik lagi ke mayat...
dengan mengatakan banyak faktor yang mempengaruhi, rumit, dst, apakah itu berarti berat badan sesudah mati itu bisa berkurang dan bisa bertambah?
kalo bisa berkurang dan bisa bertambah, apakah itu berarti pernyataan yang pukul rata semua menjadi lebih berat seperti:
Quote
"Ketika masih memiliki unsur kehidupan, panas, dan kesadaran, maka jasmani ini lebih ringan, lebih lunak, dan lebih lentur. Tetapi ketika dipisahkan dari unsur kehidupan, panas dan kesadaran, jasmani ini menjadi lebih berat, lebih kaku, dan lebih tidak lentur"

menjadi salah?
Misalnya kita omong stroke dan saya batasi dari faktor penyempitan pembuluh darah, di mana pembuluh darah menyempit menyebabkan tekanan naik dan menyebabkan stroke. Walaupun penyebab stroke bisa variatif dari tekanan pompa jantung naik, kekentalan darah, dsb, namun ketika saya batasi dari satu sudut pandang bahasan, maka itu bukan generalisir.

Dalam hal ini Kumara Kassapa membatasi bahasan dari sudut 'panas' dan memberikan argumennya. Jadi dengan mengabaikan faktor lainnya, meninjau dari sudut 'panas', argumen tersebut adalah benar.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: tesla on 26 February 2013, 01:41:18 PM
Tidak dikatakan bola itu berubah bentuk (dari padat jadi cair), hanya dikatakan panas membakar. Memang menjadi lunak dan lentur, tapi bukan berarti berubah wujud jadi cair ato tidak berbentuk bola lagi.

iya, di sutta tsb tidak menyebut menjadi cair,
saya juga tidak bermaksud menjadi cair, tapi perubahan form ga harus ke bentuk cair.
kalau 2 mobil tabrakan, berubah bentuk itu tidak perlu jadi cair dahulu.

tentu saja tidak dikatakan di sutta tsb tentang bentuk nya sudah tidak bola,
tapi disebutkan sifatnya yg lunak dan lentur,
apa itu lunak, apa itu lentur?

dan argumen ini pun memang cuman merupakan komentar utk menjustifikasi sutta tsb
yg mana si komentator berkomentar bahwa sutta tsb bukan tentang sesuatu yg sangat ilmiah spt perbedaan sekian micro itu yg dibicarakan.

Quote
Pembahasan berat di ruang hampa saya singgung untuk mengingatkan jangan gunakan rumus w=m*g.
Dalam sutta tersebut tidak disebutkan batasan, hanya memberikan analogi materi dengan panas akan lebih ringan. Selisih MicroNewton atau PicoNewton, apakah menjadikan pernyataan 'lebih ringan' itu salah? Mengapa?

selisih uN berarti emg lebih kecil,
tapi kembali lagi, apa uN yg dibicarakan orang 2000 thn yg lalu?

Quote
Substantial di sini ditentukan berdasarkan apa? Ada petunjuk dari suttanya mengenai signifikansi tertentu misalnya dalam hal pedang atau untuk obat dan lain-lain? Ataukah hanya membahas lebih berat vs lebih ringan?

pakai common sense saja, tidak perlu sutta, bahkan di zaman skrg, selisih uN dalam menimbang mayat (mis: ayam :P), besi bahkan emas pun tidak dianggap.

selisih micro, nano, pico tadi bahkan akan berubah kalau ada angin berhembus, atau ada 1 butir pasir/debu yg menempel.
berapa kali sih dalam hidup praktikal Anda dan pembaca yg pernah mempermasalahkan selisih berat sekian micro Newton?

tentu saja semua punya standard idealisme sendiri, jadi kayanya diskusi ini harus berakhir open di sini.

bagi saya lebih memilih bahwa sutta tsb bukan membicarakan tentang selisih micro Newton atau micro gram. tapi lebih ke proses pengangkatan mayat yg lebih susah drpd orang hidup

sama dengan pembahasan hasil pencarian google =))

A dead body has no weight difference compared to a live body. However a live body is able to do things that a dead body can not do. Such as:
Distribute weight to change centre of gravity.
Assist in the lift
Or even distribute their weight accross different areas of your body (I.e. holding on around your neck would distribute the weight even more.)

A dead weight basically means that the centre of gravity is where ever you are supporting the weighted load with no support from it. It feels heavier, but it weighs the same.

Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: morpheus on 26 February 2013, 01:53:04 PM
Lalu dugaan bahwa jaman itu kebudayaan India kuno memiliki teknologi atau metode yang tidak dapat mengukur perbedaan bobot skala kecil itu adalah berdasarkan catatan dari ...
gampang saja, cari catatan kebudayaan dan peradaban manusia pada jaman itu:
http://en.wikipedia.org/wiki/Timeline_of_ancient_history

jaman 16 kerajaan besar di india atau lebih luas lagi di classical antiquity, apakah ada peninggalan naskah dan catatan yang menyebutkan pengukuran sesuatu pada skala mikro atau sejenis. salah satu catatannya (walaupun tercatat 400 tahun kemudian) adalah tipitaka. setahu saya gak ada teknologi pengukuran atau penimbangan sebuah benda pada skala sekecil itu tercatat di tipitaka atau bahkan catatan2 di jaman classical antiquity.

Misalnya kita omong stroke dan saya batasi dari faktor penyempitan pembuluh darah, di mana pembuluh darah menyempit menyebabkan tekanan naik dan menyebabkan stroke. Walaupun penyebab stroke bisa variatif dari tekanan pompa jantung naik, kekentalan darah, dsb, namun ketika saya batasi dari satu sudut pandang bahasan, maka itu bukan generalisir.

Dalam hal ini Kumara Kassapa membatasi bahasan dari sudut 'panas' dan memberikan argumennya. Jadi dengan mengabaikan faktor lainnya, meninjau dari sudut 'panas', argumen tersebut adalah benar.
tidakkah janggal menyebutkan faktor panas dan pengurangan gaya sebesar mikro newton (ataukah nano? karena suhunya hanya berubah dari 37.6 derajat ke suhu ruang sekitar 20-30 derajat celcius, bukan ribuan derajat seperti bola besi) sedangkan ada faktor lain lebih significant yang mungkin bakal membuat tubuh jadi lebih ringan setelah dijumlah2kan?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 26 February 2013, 02:00:02 PM
iya, di sutta tsb tidak menyebut menjadi cair,
saya juga tidak bermaksud menjadi cair, tapi perubahan form ga harus ke bentuk cair.
kalau 2 mobil tabrakan, berubah bentuk itu tidak perlu jadi cair dahulu.

tentu saja tidak dikatakan di sutta tsb tentang bentuk nya sudah tidak bola,
tapi disebutkan sifatnya yg lunak dan lentur,
apa itu lunak, apa itu lentur?

dan argumen ini pun memang cuman merupakan komentar utk menjustifikasi sutta tsb
yg mana si komentator berkomentar bahwa sutta tsb bukan tentang sesuatu yg sangat ilmiah spt perbedaan sekian micro itu yg dibicarakan.

selisih uN berarti emg lebih kecil,
tapi kembali lagi, apa uN yg dibicarakan orang 2000 thn yg lalu?

pakai common sense saja, tidak perlu sutta, bahkan di zaman skrg, selisih uN dalam menimbang mayat (mis: ayam :P), besi bahkan emas pun tidak dianggap.

selisih micro, nano, pico tadi bahkan akan berubah kalau ada angin berhembus, atau ada 1 butir pasir/debu yg menempel.
berapa kali sih dalam hidup praktikal Anda dan pembaca yg pernah mempermasalahkan selisih berat sekian micro Newton?

tentu saja semua punya standard idealisme sendiri, jadi kayanya diskusi ini harus berakhir open di sini.

bagi saya lebih memilih bahwa sutta tsb bukan membicarakan tentang selisih micro Newton atau micro gram. tapi lebih ke proses pengangkatan mayat yg lebih susah drpd orang hidup

sama dengan pembahasan hasil pencarian google =))

A dead body has no weight difference compared to a live body. However a live body is able to do things that a dead body can not do. Such as:
Distribute weight to change centre of gravity.
Assist in the lift
Or even distribute their weight accross different areas of your body (I.e. holding on around your neck would distribute the weight even more.)

A dead weight basically means that the centre of gravity is where ever you are supporting the weighted load with no support from it. It feels heavier, but it weighs the same.



penjelasan ini memang cukup logis dan bisa diterima, akan tetapi, faktanya adalah bahwa bahkan jika dikonfrontasikan dengan sains, sutta ini masih tidak ada pertentangan.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: K.K. on 26 February 2013, 02:41:04 PM
gampang saja, cari catatan kebudayaan dan peradaban manusia pada jaman itu:
http://en.wikipedia.org/wiki/Timeline_of_ancient_history

jaman 16 kerajaan besar di india atau lebih luas lagi di classical antiquity, apakah ada peninggalan naskah dan catatan yang menyebutkan pengukuran sesuatu pada skala mikro atau sejenis. salah satu catatannya (walaupun tercatat 400 tahun kemudian) adalah tipitaka. setahu saya gak ada teknologi pengukuran atau penimbangan sebuah benda pada skala sekecil itu tercatat di tipitaka atau bahkan catatan2 di jaman classical antiquity.
Kita juga tidak menemukan catatan sejarah tentang teropong atau lab canggih lainnya, apakah berarti kita harus menganggap mereka salah dalam menyatakan galaksi tidak statis (berkembang/menyusut) ataupun pernyataan bahwa ada galaksi berbentuk spiral?

Seperti saya katakan, bagaimana mereka sampai pada kesimpulan tersebut yang menarik didiskusikan, bukan penilaian berdasarkan sudut pandang 'modern' kita.


Quote
tidakkah janggal menyebutkan faktor panas dan pengurangan gaya sebesar mikro newton (ataukah nano? karena suhunya hanya berubah dari 37.6 derajat ke suhu ruang sekitar 20-30 derajat celcius, bukan ribuan derajat seperti bola besi) sedangkan ada faktor lain lebih significant yang mungkin bakal membuat tubuh jadi lebih ringan setelah dijumlah2kan?
Kalau kita bicara tanpa batasan, atau misalnya dalam lingkup medis yang terbuka pada semua faktor, maka benar bahwa pernyataan tersebut kurang tepat. Tapi kita coba tinjau lagi kronologinya mengenai apa yang dibahas dalam konteks ini:
- Payasi memberikan sejumlah argumen 'roh' dan tidak adanya alam lain berdasarkan beberapa penelitian dan asumsi seperti perjanjian dengan orang jahat/baik untuk kembali memberitakan (adanya niraya/surga), dan asumsi roh terlihat (keluar pada saat kematian) yang mana semua ditolak oleh Kumara Kassapa dengan counter-argument.
- Payasi kemudian memberi argumen tentang berat dengan asumsi roh itu ada beratnya, namun ketika ditimbang antar orang hidup & mati, malah lebih berat orang mati.
- Kumara Kassapa membantah dengan mengatakan bahwa orang hidup yang memiliki kesadaran (bukan roh) memiliki panas, dan orang mati yang tanpa unsur panas itu lebih berat.
- Ditunjukkan dengan logika yang sama dengan analogi bola besi

Jadi di sini memang bukan membahas aneka faktor tanpa batas, namun terbatas pada 'roh memiliki berat, roh tidak ada karena jasmani lebih berat pada saat mati' vs 'perubahan berat jasmani hidup & mati adalah karena hilangnya unsur panas.'

Jika anda berada di posisi Payasi dan saya di posisi Kumara Kassapa, kemudian argumentasi dilanjutkan dengan 'tidak ada bukti bahwa bola besi dipanaskan lebih ringan', maka saya akan melanjutkan dengan memberikan analogi air panas, gas panas, atau sekalian pertanyaan balik kenapa jilatan api arahnya ke atas.

Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: K.K. on 26 February 2013, 03:00:34 PM
iya, di sutta tsb tidak menyebut menjadi cair,
saya juga tidak bermaksud menjadi cair, tapi perubahan form ga harus ke bentuk cair.
kalau 2 mobil tabrakan, berubah bentuk itu tidak perlu jadi cair dahulu.
Perubahan ke arah lebih lunak dan lentur itu berarti perubahan fase. Perubahan 2 mobil ketabrakan tidak menyebabkan perubahan ke arah lebih lunak/lentur.


Quote
tentu saja tidak dikatakan di sutta tsb tentang bentuk nya sudah tidak bola,
tapi disebutkan sifatnya yg lunak dan lentur,
apa itu lunak, apa itu lentur?
Jika anda belajar dasar metalurgi, seharusnya anda tahu.


Quote
dan argumen ini pun memang cuman merupakan komentar utk menjustifikasi sutta tsb
yg mana si komentator berkomentar bahwa sutta tsb bukan tentang sesuatu yg sangat ilmiah spt perbedaan sekian micro itu yg dibicarakan.
Saya tidak mengatakan sutta=ilmiah, bahkan banyak sutta2 yang menurut saya tidak ilmiah. Tapi saya memang berusaha objektif tidak melakukan pembenaran atau penyalahan.

Seperti saya katakan, kita bukan melihat perhitungan nilai (yang hanya mikroNewton), namun melihat cara pengambilan kesimpulan. Saya berikan logikanya.

massa X dipanaskan, volume tambah, massa jenis berkurang, menjadi lebih ringan.

Apakah pengurangannya sebesar 1 PikoNewton atau 1 TerraNewton, logika itu berlaku.


Quote
selisih uN berarti emg lebih kecil,
tapi kembali lagi, apa uN yg dibicarakan orang 2000 thn yg lalu?

pakai common sense saja, tidak perlu sutta, bahkan di zaman skrg, selisih uN dalam menimbang mayat (mis: ayam :P), besi bahkan emas pun tidak dianggap.

selisih micro, nano, pico tadi bahkan akan berubah kalau ada angin berhembus, atau ada 1 butir pasir/debu yg menempel.
berapa kali sih dalam hidup praktikal Anda dan pembaca yg pernah mempermasalahkan selisih berat sekian micro Newton?

tentu saja semua punya standard idealisme sendiri, jadi kayanya diskusi ini harus berakhir open di sini.

bagi saya lebih memilih bahwa sutta tsb bukan membicarakan tentang selisih micro Newton atau micro gram. tapi lebih ke proses pengangkatan mayat yg lebih susah drpd orang hidup

sama dengan pembahasan hasil pencarian google =))

A dead body has no weight difference compared to a live body. However a live body is able to do things that a dead body can not do. Such as:
Distribute weight to change centre of gravity.
Assist in the lift
Or even distribute their weight accross different areas of your body (I.e. holding on around your neck would distribute the weight even more.)

A dead weight basically means that the centre of gravity is where ever you are supporting the weighted load with no support from it. It feels heavier, but it weighs the same.

Lucunya saya juga tidak pakai timbangan untuk memahami hal ini, cukup memahami dasar-dasar fisika sederhana saja. Juga tidak sampai jauh2 ada debu nempel atau spekulasi lainnya. Cukup memahami tentang massa jenis relatif saja, yang tentunya menurut anda tidak mungkin dipahami oleh orang jaman dulu. Jadi saya pikir kita memang beda sudut pandang dan tidak perlu dilanjutkan.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: tesla on 26 February 2013, 03:25:41 PM
ga jadi lah... capek
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 26 February 2013, 03:50:15 PM
ga jadi lah... capek

padahal yg tadi itu counter-argument yg lumayan bagus
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: tesla on 26 February 2013, 03:58:27 PM
padahal yg tadi itu counter-argument yg lumayan bagus

ntar kecanduan debat ;D

sudahlah...
tiap orang punya pendapat masing2, ada perbedaan ya respect aja :)
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: K.K. on 27 February 2013, 08:54:20 AM
padahal yg tadi itu counter-argument yg lumayan bagus
Maksudnya yang ini?

Quote
A dead body has no weight difference compared to a live body. However a live body is able to do things that a dead body can not do. Such as:
Distribute weight to change centre of gravity.
Assist in the lift
Or even distribute their weight accross different areas of your body (I.e. holding on around your neck would distribute the weight even more.)

A dead weight basically means that the centre of gravity is where ever you are supporting the weighted load with no support from it. It feels heavier, but it weighs the same.

Di sini pembahasannya adalah titik berat (centre of gravity) jadi konteksnya tidak sama, bukan masalah unsur api & angin. Kemudian perbandingannya juga antara orang hidup yang lentur yang berusaha membagi beban ke orang yang mengangkut, dibandingkan dengan orang mati yang telah kaku yang titik beratnya tetap. Untuk orang hidup yang lentur dan memusatkan titik beratnya pada satu pusat, ini akan terasa lebih berat.

Perbandingan:
1a. Orang hidup yang berusaha membantu 'meringankan' seperti contoh di atas yang merangkul leher, membagi beban sedikit2 ke tubuh penopang dan akhirnya terdistribusi luas ke tubuh penopang.
 b. Orang hidup yang meringkuk dalam posisi fetus. Cobalah angkat.

2. Orang mati yang kaku, titik beratnya tidak berubah, jadi tergantung posisi mayat dan cara angkatnya saja yang berbeda.

3. Orang pingsan/baru mati, yang lentur tapi tidak melakukan apa-apa. Lebih susah diangkat karena sifatnya yang lentur mengikuti gravitasi.

Untuk bayangan nomor 2 banding 3, bayangkan orang yang super kaku berbaring dengan kaki & tangan menjulur ke arah berlawanan, tinggal diangkat di tengah (perut) dan hasilnya seperti pikulan; dibanding dengan orang yang lentur ketika diangkat, tangan dan kakinya terkulai ke bawah dan lengan 'pikulan' menjadi hilang, otomatis jadi lebih berat.

Dan mau bahas yang manapun, ini tidak ada hubungannya dengan "lunak karena unsur panas & angin".

Google memang sangat membantu, tapi tetap kita harus pahami konteks dan prinsip dasarnya kalau tidak mau dibingungkan. 
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: morpheus on 27 February 2013, 08:59:00 AM
saya juga terserah penyakit capek ;D

tapi saya ngerti pointnya om kainyn...
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 27 February 2013, 09:03:34 AM
ini baru di page 5, dan semuanya udah menyerah pada usia, forum ini semakin memprihatinkan. di masa lalu, diskusi sampai hampir 500 pages, dan peserta masih bersemangat
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: M14ka on 27 February 2013, 09:28:21 AM
ini baru di page 5, dan semuanya udah menyerah pada usia, forum ini semakin memprihatinkan. di masa lalu, diskusi sampai hampir 500 pages, dan peserta masih bersemangat

Uda tua yak....  :))
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 27 February 2013, 09:29:25 AM
Uda tua yak....  :))

saya tidak terbiasa dengan gaya bahasa jorok begitu.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: M14ka on 27 February 2013, 09:40:26 AM
saya tidak terbiasa dengan gaya bahasa jorok begitu.

cuma persepsi....  :P
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: morpheus on 27 February 2013, 09:41:09 AM
forum ini perlu orang muda yang gak cuman ngomongin masalah pacaran dan pelem...

*) kesamaan pada member2 tertentu hanyalah kebetulan.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 27 February 2013, 09:45:17 AM
forum ini perlu orang muda yang gak cuman ngomongin masalah pacaran dan pelem...



ini dengen telak menyindir Bik Inah
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: M14ka on 27 February 2013, 09:51:59 AM

ini dengen telak menyindir Bik Inah

(http://dl6.glitter-graphics.net/pub/1164/1164736rhqxdesowz.gif)

Aku ga cuman ngom masalah tu koq...  :whistle:   Tapi gpp lah dibilang muda...  ^-^
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: kullatiro on 27 February 2013, 11:08:04 AM
di dalam payasi sutta tidak di sebut bola besi nya sebesar atau seberat apa? dan bola besi yang di bicarakan tidak di ketahui fungsi nya untuk apa?

Tapi melihat pembicaraan dalam sutta tersebut mengacu pada bola besi yang umumnya ada di gunakan hingga tidak perlu penjelasan detail tentang bola besi yang di maksud tersebut; dan lawan bicara nya mengerti tentang bola besi yang di bicarakan tersebut.

Yang di ketahui bola besi tersebut membara dan bersinar setelah di panaskan dan kemudian di timbang hingga asumsi bola besi tersebut dapat dengan mudah di japit oleh penjapit kemudian dengan mudah dapat di pindahkan untuk di timbang.

jadi berat bola besi kemungkinan adalah antara 1kg - 10kg; lebih besar dari 10kg wa pikir tidak mudah memindahkan bola besi tersebut dari satu tempat ke tempat lain, ini tentu nya hanya asumsi.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 27 February 2013, 11:17:02 AM
di dalam payasi sutta tidak di sebut bola besi nya sebesar atau seberat apa? dan bola besi yang di bicarakan tidak di ketahui fungsi nya untuk apa?

Yang di ketahui bola besi tersebut membara dan bersinar setelah di panaskan dan kemudian di timbang hingga asumsi bola besi tersebut dapat dengan mudah di japit oleh penjapit kemudian dengan mudah dapat di pindahkan untuk di timbang.

jadi berat bola besi kemungkinan adalah antara 1kg - 10kg; lebih besar dari 10kg wa pikir tidak mudah memindahkan bola besi tersebut dari satu tempat ke tempat lain, ini tentu nya hanya asumsi.

trus dari asumsi ini, kesimpulannya apa?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: K.K. on 27 February 2013, 11:24:17 AM
Kalo omong capek, yah pasti capek lah. Apalagi kalau mesti cari contoh lalu digambarkan lewat kata-kata. Kalau ketemu langsung bisa jelasin pakai peragaan lebih gampang. Tapi biarpun capek yah tetap ada satu perasaan 'beban' untuk menjelaskan terutama jika lawan diskusinya masih 'normal'.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: kullatiro on 27 February 2013, 11:28:59 AM
trus dari asumsi ini, kesimpulannya apa?

bila kita berpikir jaman dahulu menggunakan timbangan air tentu akan ada perbedaan cukup signifikan antara bila berat nya 10kg yang padat dan yang di panaskan,

timbangan air yang di maksud seperti perahu di sungai bila tanpa beban akan mengapung dan batas air di perahu akan berbeda bila perahu di beri beban maka perahu akan lebih berat dan batas nya air di perahu berubah; seperti itu juga beban bola besi 10 kg yang dingin dan di panaskan akan merubah posisi perahu tersebut.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 27 February 2013, 11:34:23 AM
bila kita berpikir jaman dahulu menggunakan timbangan air tentu akan ada perbedaan cukup signifikan antara bila berat nya 10kg yang padat dan yang di panaskan,



bisa dijelaskan dengan lebih panjang?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: tesla on 27 February 2013, 11:41:50 AM
Dan mau bahas yang manapun, ini tidak ada hubungannya dengan "lunak karena unsur panas & angin".

Google memang sangat membantu, tapi tetap kita harus pahami konteks dan prinsip dasarnya kalau tidak mau dibingungkan. 

yah kan cuma komentar, sama saja dg gaya apung itu juga tidak ada hub nya dengan panas dan angin kalau saya mau melucu2kan komentar orang lain. jika mau dihub2kan spt kata bro, api/panas mewakili temperatur, bola panas unsur apinya bertambah sama, mayat temperaturnya berkurang, unsur api berkurang. sementara angin mewakili gerakan, benda lentur berarti lebih punya gerakan. sementara gaya apung sudah faktor eksternal.

dari google saya menunjukkan bahwa bahkan manusia zaman skrg pun,
berpikiran bahwa mayat itu bakal lebih berat, shg dipertanyakan.
dan jawaban ilmiah mayat terasa lebih berat zaman skrg adalah karena masalah titik berat.

2000 thn yg lalu dan sekarang,
pertanyaan yg sama,
jawaban yg sama.


ini baru di page 5, dan semuanya udah menyerah pada usia, forum ini semakin memprihatinkan. di masa lalu, diskusi sampai hampir 500 pages, dan peserta masih bersemangat

anicca ;D

lagian cuma komentar2...
kata2 di sutta tetap saja begitu walau ada ribuan komentar mengalir
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: M14ka on 27 February 2013, 11:53:29 AM
sutta lengkapnya DN 23 Pāyāsi Sutta (http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_23:_P%C4%81y%C4%81si_Sutta)

16. ‘Apa pun yang engkau katakan tentang persoalan ini, Yang Mulia Kassapa, aku masih menganggap tidak ada alam lain ....’ ‘Apakah engkau memiliki alasan atas pernyataan ini?’ ‘Aku memiliki alasan, Yang Mulia Kassapa.’ ‘Apakah itu, Pangeran?’
‘Yang Mulia Kassapa, ambil kasus yang mana mereka membawa seorang maling ke hadapanku ... dan aku berkata: “Timbang orang ini dalam keadaan hidup, kemudian cekik dia, dan timbang lagi.” Dan mereka melakukan hal itu. Sewaktu ia masih hidup, ia lebih ringan, lebih lunak, dan lebih lentur, tetapi ketika ia telah mati, ia lebih berat, lebih kaku,[8] dan tidak lentur. Dan itu, Yang Mulia Kassapa, adalah alasanku mempertahankan bahwa tidak ada alam lain ....’ 17. ‘Pangeran, aku akan memberikan sebuah perumpamaan .... [335] Seandainya seseorang menimbang sebuah bola besi yang telah dipanaskan sepanjang hari, membara, terbakar hebat, bersinar. Dan seandainya setelah beberapa saat, ketika telah menjadi dingin dan padam, ia menimbangnya lagi. Pada saat yang manakah bola besi itu lebih ringan, lunak, dan lebih lentur: saat panas, terbakar, bersinar, atau saat dingin dan padam?’ ‘Yang Mulia, saat bola besi itu panas, terbakar, dan bersinar, ada unsur api dan angin, maka bola besi itu lebih ringan, lebih lunak dan lebih lentur. Ketika tanpa unsur-unsur ini?[9] Bola besi itu menjadi dingin dan padam.’ ‘Maka, Pangeran, sama dengan jasmani ini. Ketika masih memiliki unsur kehidupan, panas, dan kesadaran, maka jasmani ini lebih ringan, lebih lunak, dan lebih lentur. Tetapi ketika dipisahkan dari unsur kehidupan, panas dan kesadaran, jasmani ini menjadi lebih berat, lebih kaku, dan lebih tidak lentur. Demikianlah, Pangeran, engkau harus mempertimbangkan: “Ada alam lain ....”’

Mohon bantuan teman2 yg mungkin bisa menjelaskan hal ini:
1. Bagaimana penjelasan bahwa bobot orang mati lebih berat ketimbang orang hidup?
2. Bagaimana penjelasan bahwa bola besi menjadi lebih ringan ketika dipanaskan?

Kenapa pangeranya berpikir kl setelah mati lebih berat berarti gak ada alam lain ya?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 27 February 2013, 12:12:41 PM
Kenapa pangeranya berpikir kl setelah mati lebih berat berarti gak ada alam lain ya?

karena http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_23:_P%C4%81y%C4%81si_Sutta (http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_23:_P%C4%81y%C4%81si_Sutta)
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: sanjiva on 27 February 2013, 12:21:55 PM
ini dengen telak menyindir Bik Inah

(http://dl6.glitter-graphics.net/pub/1164/1164736rhqxdesowz.gif)

Aku ga cuman ngom masalah tu koq...  :whistle:   Tapi gpp lah dibilang muda...  ^-^

Arrggg.... Eureka!  :o

Gw ngerti sekarang siapa yang dimaksud dewa dengan istilah itu  ^:)^

OK, silahkan dilanjut diskusinya....  ;D
 _/\_
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: kullatiro on 27 February 2013, 12:25:13 PM
Angin bukan nya kemampuan untuk mengembang (kembang kempis) jaman dahulu memang nya sudah kenal kata memuai seperti jaman sekarang?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: K.K. on 27 February 2013, 01:47:15 PM
yah kan cuma komentar, sama saja dg gaya apung itu juga tidak ada hub nya dengan panas dan angin kalau saya mau melucu2kan komentar orang lain. jika mau dihub2kan spt kata bro, api/panas mewakili temperatur, bola panas unsur apinya bertambah sama, mayat temperaturnya berkurang, unsur api berkurang. sementara angin mewakili gerakan, benda lentur berarti lebih punya gerakan. sementara gaya apung sudah faktor eksternal.
Luar biasa. Saya pikir sedikitnya anda perhatikan apa yang saya katakan, ternyata tidak sama sekali.

Daya apung adalah tergantung relativitas masa jenis (ρ) benda dibanding massa jenis (ρ) fluida di sekeliling benda. ρbenda : ρfluida

Massa jenis benda (ρ) bergantung pada massa (m) dan volume (v); ρ = m/v
Ketika dipanaskan, volume bertambah berarti ρ2benda = m/v2
Karena volume bertambah maka ρ2benda < ρ1benda
Karena ρbenda berubah, maka daya apung juga berubah, dari ρ1bendafluid menjadi ρ2bendafluid.

Jadi perubahan volume akibat unsur panas (kalor) dan angin (perluasan) berpengaruh massa jenis (ρ) yang otomatis berpengaruh pada daya apung. Kalau masih bilang tidak ada pengaruh, ya sudah, tidak apa.


Penjelasan tentang unsur:
-unsur tanah adalah kepadatan, semua materi memiliki kepadatan memiliki unsur tanah, bukan hanya tanah saja.
-unsur api adalah panas, bukan hanya api. Bahkan es pun memiliki unsur api.
-unsur air adalah kohesi dan fluiditas, bukan hanya air semata.
-unsur angin adalah gerakan, dorongan, dan perluasan, seperti ombakpun memiliki unsur angin.



Quote
dari google saya menunjukkan bahwa bahkan manusia zaman skrg pun,
berpikiran bahwa mayat itu bakal lebih berat, shg dipertanyakan.
dan jawaban ilmiah mayat terasa lebih berat zaman skrg adalah karena masalah titik berat.

2000 thn yg lalu dan sekarang,
pertanyaan yg sama,
jawaban yg sama.
Iya, dan anda selalu lebih percaya penjelasan yang mendukung apa yang anda ingin percayai dan mengabaikan penjelasan saya tentang titik berat juga.

Ya sudah deh, saya pamit. 
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: K.K. on 27 February 2013, 01:51:40 PM
Kenapa pangeranya berpikir kl setelah mati lebih berat berarti gak ada alam lain ya?
Karena Pangeran Payasi telah lebih dulu berasumsi bahwa 'roh memiliki berat', jadi jika memang roh itu ada dan setelah mati roh orang pindah ke alam lain, berarti berat masih hidup (jasmani + roh) lebih berat ketimbang berat setelah mati (jasmani saja, rohnya sudah ngabur).

Namun pada percobaannya didapatkan setelah mati malah lebih berat, berarti roh itu tidak ada, dan orang mati hanya mati saja, tidak ada kelanjutan, tidak ada alam lain.

Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: M14ka on 27 February 2013, 02:01:08 PM
Karena Pangeran Payasi telah lebih dulu berasumsi bahwa 'roh memiliki berat', jadi jika memang roh itu ada dan setelah mati roh orang pindah ke alam lain, berarti berat masih hidup (jasmani + roh) lebih berat ketimbang berat setelah mati (jasmani saja, rohnya sudah ngabur).

Namun pada percobaannya didapatkan setelah mati malah lebih berat, berarti roh itu tidak ada, dan orang mati hanya mati saja, tidak ada kelanjutan, tidak ada alam lain.

Berarti Pangeran Payasi mengira orang pindah ke alam lain tuh dengan roh ya? Trus YM Kassapanya menghubungkan dengan panas kehidupan n kesadaranlah yang berpindahlah yg membuat tubuh jadi makin berat ya....
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 27 February 2013, 02:13:09 PM
Berarti Pangeran Payasi mengira orang pindah ke alam lain tuh dengan roh ya? Trus YM Kassapanya menghubungkan dengan panas kehidupan n kesadaranlah yang berpindahlah yg membuat tubuh jadi makin berat ya....

Apakah Bik Inah sudah membaca sutta lengkapnya?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: M14ka on 27 February 2013, 02:22:15 PM
Apakah Bik Inah sudah membaca sutta lengkapnya?

Udah... cm kata"nya susah dimengerti, mesti dibaca ulang lagi deh untuk benar" mengerti....  ;D
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: tesla on 27 February 2013, 02:33:01 PM
Luar biasa. Saya pikir sedikitnya anda perhatikan apa yang saya katakan, ternyata tidak sama sekali.

Daya apung adalah tergantung relativitas masa jenis (ρ) benda dibanding massa jenis (ρ) fluida di sekeliling benda. ρbenda : ρfluida

Massa jenis benda (ρ) bergantung pada massa (m) dan volume (v); ρ = m/v
Ketika dipanaskan, volume bertambah berarti ρ2benda = m/v2
Karena volume bertambah maka ρ2benda < ρ1benda
Karena ρbenda berubah, maka daya apung juga berubah, dari ρ1bendafluid menjadi ρ2bendafluid.

Jadi perubahan volume akibat unsur panas (kalor) dan angin (perluasan) berpengaruh massa jenis (ρ) yang otomatis berpengaruh pada daya apung. Kalau masih bilang tidak ada pengaruh, ya sudah, tidak apa.


Penjelasan tentang unsur:
-unsur tanah adalah kepadatan, semua materi memiliki kepadatan memiliki unsur tanah, bukan hanya tanah saja.
-unsur api adalah panas, bukan hanya api. Bahkan es pun memiliki unsur api.
-unsur air adalah kohesi dan fluiditas, bukan hanya air semata.
-unsur angin adalah gerakan, dorongan, dan perluasan, seperti ombakpun memiliki unsur angin.

sebenarnya anda juga sudah menjawab ini dari kemaren hingga sekarang.
konklusinya sudah jelas:

Quote
Iya, dan anda selalu lebih percaya penjelasan yang mendukung apa yang anda ingin percayai dan mengabaikan penjelasan saya tentang titik berat juga.

Ya sudah deh, saya pamit. 

Anda lebih percaya pada penjelasan yg mendukung apa yg anda percayai,
dan tentu saja saya juga aware bahwa saya juga demikian.



lanjut soal Luar biasa soal api + angin ada hubnya dg gaya apung.
jika argumen anda massa jenis yg berubah, bukankah itu unsur tanah :)
bahwa ini adalah unsur angin hanyalah usaha menyambung2kan saja.

-unsur tanah adalah kepadatan, semua materi memiliki kepadatan memiliki unsur tanah, bukan hanya tanah saja.

sekali lagi, saya paham apa yg anda jelaskan secara fisika, tapi baik saya maupun anda tidak bisa tau apa yg kedua orang ini bicarakan di 2000_ tahun yg lalu. jadi memang spt kesimpulan anda. bagi saya argumen anda cocologi, dan sebaliknya bagi anda juga demikian.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: adi lim on 27 February 2013, 02:43:00 PM
Apakah Bik Inah sudah membaca sutta lengkapnya?

bik Inah yang dulu suka pasang iklan dengan bik Inah yang sekarang, sama ndak ya ?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: M14ka on 27 February 2013, 03:06:07 PM
bik Inah yang dulu suka pasang iklan dengan bik Inah yang sekarang, sama ndak ya ?

Hah? iklan apa ya?  ::)
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 27 February 2013, 03:10:43 PM
Udah... cm kata"nya susah dimengerti, mesti dibaca ulang lagi deh untuk benar" mengerti....  ;D

bah, ini penerjemahnya harus belajar Bahasa Indonesia yg baik dan benar dan mudah dimengerti
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: M14ka on 27 February 2013, 03:19:07 PM
bah, ini penerjemahnya harus belajar Bahasa Indonesia yg baik dan benar dan mudah dimengerti

Bukan soal penerjemahnya kok, tp emang kata-kata suttanya kan biasanya emang byk pengulangan-pengulangan, jd yg ga biasa baca sutta mgkn belum terbiasa....  :P
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: K.K. on 27 February 2013, 04:45:01 PM
sebenarnya anda juga sudah menjawab ini dari kemaren hingga sekarang.
konklusinya sudah jelas:

Anda lebih percaya pada penjelasan yg mendukung apa yg anda percayai,
dan tentu saja saya juga aware bahwa saya juga demikian.



lanjut soal Luar biasa soal api + angin ada hubnya dg gaya apung.
jika argumen anda massa jenis yg berubah, bukankah itu unsur tanah :)
bahwa ini adalah unsur angin hanyalah usaha menyambung2kan saja.

-unsur tanah adalah kepadatan, semua materi memiliki kepadatan memiliki unsur tanah, bukan hanya tanah saja.

sekali lagi, saya paham apa yg anda jelaskan secara fisika, tapi baik saya maupun anda tidak bisa tau apa yg kedua orang ini bicarakan di 2000_ tahun yg lalu. jadi memang spt kesimpulan anda. bagi saya argumen anda cocologi, dan sebaliknya bagi anda juga demikian.
Ya, ya... Argumen saya adalah cocologi hanya karena anda tidak menyetujuinya, dan logika sutta pasti salah karena kita tidak tahu jalan pikiran mereka.

Soal unsur, Dhatuvibhangasutta memberikan penjelasan tapi tidak terperinci (sebatas 'mengeras/kharigatam, seperti air/apogatam, seperti api/tejogatam, seperti udara/vayogatam, beserta contoh dalam tubuh)'. Untuk definisi lebih terperinci, ada di Abhidhammatasangaha bagian rupasangahavibhago di mana pathavi adalah unsur yang menempati ruang, apo adalah unsur fluid dan 'menyatukan', tejo adalah panas, dan vayo adalah gerakan termasuk perpindahan, getaran, oskilasi, tekanan.

Abhidhamma, dhatukatha juga membahas tentang unsur, tapi saya belum mempelajarinya secara terperinci.

Jadi dalam sebuah bola besi, seharusnya ada keempat unsur itu juga namun proporsinya berbeda. (Bukan kalau ada unsur angin berarti ada tiupan dari bola.) Dalam keadaan dingin (unsur api rendah), gerakan (unsur angin) molekul lebih sedikit, "tarik menarik" dan "tolak menolak" antar molekul kecil, sehingga volumenya lebih kecil. Ketika dipanaskan (unsur api bertambah), maka molekul teragitasi dan gaya tarik/tolak makin besar, hasilnya memang kerapatannya berkurang dan volumenya bertambah. (Bayangkan sekelompok orang berdekatan dalam barisan, ketika orang-orangnya mulai bergerak, maka tabrakan2 akan menyebabkan barisannya meluas.)

Mungkin anda pikir ini cocologi bikinan saya, tapi sebetulnya memang demikian penjelasannya dalam literatur dhamma tentang unsur2.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: K.K. on 27 February 2013, 04:47:15 PM
Berarti Pangeran Payasi mengira orang pindah ke alam lain tuh dengan roh ya? Trus YM Kassapanya menghubungkan dengan panas kehidupan n kesadaranlah yang berpindahlah yg membuat tubuh jadi makin berat ya....
Iya, Payasi berasumsi roh (yang punya bobot tertentu) yang mengalami pindah alam. Karena tidak ada bobot berkurang, diambil kesimpulan tidak ada roh, tidak ada alam lain.

Kumara Kassapa sebaliknya membicarakan perbedaan berat bukan karena roh, juga tidak membicarakan kesadaran bisa berpindah, namun mengatakan perbedaan unsur panas yang bisa menyebabkan perbedaan bobot, dan tidak ada hubungannya dengan 'bobot roh'.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: tesla on 27 February 2013, 08:35:41 PM
Ya, ya... Argumen saya adalah cocologi hanya karena anda tidak menyetujuinya, dan logika sutta pasti salah karena kita tidak tahu jalan pikiran mereka.

Soal unsur, Dhatuvibhangasutta memberikan penjelasan tapi tidak terperinci (sebatas 'mengeras/kharigatam, seperti air/apogatam, seperti api/tejogatam, seperti udara/vayogatam, beserta contoh dalam tubuh)'. Untuk definisi lebih terperinci, ada di Abhidhammatasangaha bagian rupasangahavibhago di mana pathavi adalah unsur yang menempati ruang, apo adalah unsur fluid dan 'menyatukan', tejo adalah panas, dan vayo adalah gerakan termasuk perpindahan, getaran, oskilasi, tekanan.

Abhidhamma, dhatukatha juga membahas tentang unsur, tapi saya belum mempelajarinya secara terperinci.

Jadi dalam sebuah bola besi, seharusnya ada keempat unsur itu juga namun proporsinya berbeda. (Bukan kalau ada unsur angin berarti ada tiupan dari bola.) Dalam keadaan dingin (unsur api rendah), gerakan (unsur angin) molekul lebih sedikit, "tarik menarik" dan "tolak menolak" antar molekul kecil, sehingga volumenya lebih kecil. Ketika dipanaskan (unsur api bertambah), maka molekul teragitasi dan gaya tarik/tolak makin besar, hasilnya memang kerapatannya berkurang dan volumenya bertambah. (Bayangkan sekelompok orang berdekatan dalam barisan, ketika orang-orangnya mulai bergerak, maka tabrakan2 akan menyebabkan barisannya meluas.)

Mungkin anda pikir ini cocologi bikinan saya, tapi sebetulnya memang demikian penjelasannya dalam literatur dhamma tentang unsur2.

ya sudah, ambil saja mana yg paling nyaman buat masing2.
tiap orang punya idealismenya sendiri, mana yg menurutnya layak belum tentu layak bagi orang lain.

---

bahasan baru saja, kita lepaskan dulu apa yg dibahas tentang sutta tsb tentang selisih berat dalam microNewton ataupun center of gravity.

---

sekilas tadi bro KK sudah bahas tentang unsur tanah, api, angin, air
saya jadi ingat2 kembali tentang pembahasan unsur, yg lebih ke karakteristik setiap materi (rupa)
jadi seperti yg dikatakan tadi, bahwa bola besi memiliki keempat unsur tadi hanya porsinya yg berbeda2.
demikian juga halnya benda2 (materi) lain. seperti mayat, juga masih punya temperature, bukan absolute zero.

jadi sebenarnya unsur api dan angin yg dibicarakan di sutta itu apa yah?
apakah unsur yg sama dengan yg dibicarakan di abhidhamma?


Dan seandainya setelah beberapa saat, ketika telah menjadi dingin dan padam, ia menimbangnya lagi. Pada saat yang manakah bola besi itu lebih ringan, lunak, dan lebih lentur: saat panas, terbakar, bersinar, atau saat dingin dan padam?’ ‘Yang Mulia, saat bola besi itu panas, terbakar, dan bersinar, ada unsur api dan angin, maka bola besi itu lebih ringan, lebih lunak dan lebih lentur. Ketika tanpa unsur-unsur ini?[9] Bola besi itu menjadi dingin dan padam.’
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: ryu on 27 February 2013, 09:16:10 PM
ya sudah, ambil saja mana yg paling nyaman buat masing2.
tiap orang punya idealismenya sendiri, mana yg menurutnya layak belum tentu layak bagi orang lain.

---

bahasan baru saja, kita lepaskan dulu apa yg dibahas tentang sutta tsb tentang selisih berat dalam microNewton ataupun center of gravity.

---

sekilas tadi bro KK sudah bahas tentang unsur tanah, api, angin, air
saya jadi ingat2 kembali tentang pembahasan unsur, yg lebih ke karakteristik setiap materi (rupa)
jadi seperti yg dikatakan tadi, bahwa bola besi memiliki keempat unsur tadi hanya porsinya yg berbeda2.
demikian juga halnya benda2 (materi) lain. seperti mayat, juga masih punya temperature, bukan absolute zero.

jadi sebenarnya unsur api dan angin yg dibicarakan di sutta itu apa yah?
apakah unsur yg sama dengan yg dibicarakan di abhidhamma?


Dan seandainya setelah beberapa saat, ketika telah menjadi dingin dan padam, ia menimbangnya lagi. Pada saat yang manakah bola besi itu lebih ringan, lunak, dan lebih lentur: saat panas, terbakar, bersinar, atau saat dingin dan padam?’ ‘Yang Mulia, saat bola besi itu panas, terbakar, dan bersinar, ada unsur api dan angin, maka bola besi itu lebih ringan, lebih lunak dan lebih lentur. Ketika tanpa unsur-unsur ini?[9] Bola besi itu menjadi dingin dan padam.’
Kalau di perumpamaan itu bijimana urutannya?
Bola dingin = berat
       Panas = ringan
       Dingin lagi = Berat / ringan?
apakah  setelah di panaskan lebih ringan daripada setelah didinginkan?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 27 February 2013, 09:22:29 PM
apakah  setelah di panaskan lebih ringan daripada setelah didinginkan?

dari penjelasan Bang Kainyn+Erwin sebelumnya, perubahan berat yg terjadi karena perubahan berat jenis yg diakibatkan oleh perubahan volume yg diakibatkan oleh pemanasan, maka seharusnya ketika dingin, volume akan kembali spt semula dan dengan demikian berat jenis juga pulih kembali akibatnya berat juga kembali ke semula.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: morpheus on 28 February 2013, 09:59:36 AM
pengkategorian menjadi 4 unsur itu dipakai oleh orang2 jaman dulu yang diinspirasikan dari pengamatan alam:
http://en.wikipedia.org/wiki/Classical_element

sampai sekarang pengobatan chinese tradisional masih memakai teori2 ini.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: K.K. on 28 February 2013, 06:01:29 PM
ya sudah, ambil saja mana yg paling nyaman buat masing2.
tiap orang punya idealismenya sendiri, mana yg menurutnya layak belum tentu layak bagi orang lain.

---

bahasan baru saja, kita lepaskan dulu apa yg dibahas tentang sutta tsb tentang selisih berat dalam microNewton ataupun center of gravity.

---

sekilas tadi bro KK sudah bahas tentang unsur tanah, api, angin, air
saya jadi ingat2 kembali tentang pembahasan unsur, yg lebih ke karakteristik setiap materi (rupa)
jadi seperti yg dikatakan tadi, bahwa bola besi memiliki keempat unsur tadi hanya porsinya yg berbeda2.
demikian juga halnya benda2 (materi) lain. seperti mayat, juga masih punya temperature, bukan absolute zero.

jadi sebenarnya unsur api dan angin yg dibicarakan di sutta itu apa yah?
apakah unsur yg sama dengan yg dibicarakan di abhidhamma?


Dan seandainya setelah beberapa saat, ketika telah menjadi dingin dan padam, ia menimbangnya lagi. Pada saat yang manakah bola besi itu lebih ringan, lunak, dan lebih lentur: saat panas, terbakar, bersinar, atau saat dingin dan padam?’ ‘Yang Mulia, saat bola besi itu panas, terbakar, dan bersinar, ada unsur api dan angin, maka bola besi itu lebih ringan, lebih lunak dan lebih lentur. Ketika tanpa unsur-unsur ini?[9] Bola besi itu menjadi dingin dan padam.’
Untuk ini, silahkan kembali ke interpretasi masing-masing saja.


---
Saya hanya mau update post saya sebelumnya:

Setelah saya baca di Abhidhamma, Dhatukatha, saya tidak memperoleh informasi apa-apa kecuali pengelompokan-pengelompokan.

Spoiler: ShowHide
Seperti membaca "kucing dan anjing masuk kelompok mamalia, hiu dan salmon masuk kelompok ikan; kucing belang & kucing hitam adalah satu kelompok, namun kucing garong bukan kelompok sama; Ikan sardin, mackarel, dan tuna adalah triplet, tapi ikan asin tidak termasuk", tapi tidak ada penjelasan apa itu kucing, anjing, mamalia, hiu, salmon, ikan, belang, hitam, garong, sardin, mackarel, tuna, asin, dan mengapa yang ini adalah kelompok ini, mengapa bukan yang lain; mengapa ini berpasangan dan mengecualikan yang lain, dan seterusnya. Nihil.


IMHO, jika mau mencari definisi dan pengertian, ini adalah buku yang tidak berguna. Entah saya baca buku yang salah atau cara baca saya yang keliru.

Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Shasika on 28 February 2013, 08:35:39 PM
ini baru di page 5, dan semuanya udah menyerah pada usia, forum ini semakin memprihatinkan. di masa lalu, diskusi sampai hampir 500 pages, dan peserta masih bersemangat

 ^-^
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 28 February 2013, 09:38:09 PM
Sekarang kita samakan persepsi dulu mengenai pemanasan bola besi itu

Ini bola besi itu dipanaskan sampe titik didih atau titik muai?

Sebab akan beda hasilnya
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 28 February 2013, 09:41:29 PM
Sekarang kita samakan persepsi dulu mengenai pemanasan bola besi itu

Ini bola besi itu dipanaskan sampe titik didih atau titik muai?

Sebab akan beda hasilnya

sutta tidak menyebutkan hal itu, tapi tolong dijelaskan perbedaannya
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 28 February 2013, 09:50:27 PM
Jika dipanaskan sampai Titik Muai Besi bertambah panjang, tapi kalau dipanaskan terus sampe titik didih-nya Besi malah meleleh.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 28 February 2013, 09:53:06 PM
Jika dipanaskan sampai Titik Muai Besi bertambah panjang, tapi kalau dipanaskan terus sampe titik didih-nya Besi malah meleleh.

bentuk dan dimensi tidak dipermasalahkan di sini, melainkan beratnya
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 28 February 2013, 09:56:31 PM
Kalau berat tergantung gravitasi.

Berat sebuah benda bisa berbeda2 di tempat yang berbeda.
Berat = Massa x gravitasi.

Massa besi yang dipanaskan sampe memuai dan terus dipanaskan sampe mendidih secara sains adalah sama.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 28 February 2013, 10:04:19 PM
Kalau berat tergantung gravitasi.

Berat sebuah benda bisa berbeda2 di tempat yang berbeda.
Berat = Massa x gravitasi.

Massa besi yang dipanaskan sampe memuai dan terus dipanaskan sampe mendidih secara sains adalah sama.

dengan demikian anda membantah penjelasan dari bro Erwin (reply #20) dan Bro Kainyn (reply#21), jadi bagaimana dengan perbedaan berat jenis akibat pemanasan itu?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 28 February 2013, 10:11:32 PM
dengan demikian anda membantah penjelasan dari bro Erwin (reply #20) dan Bro Kainyn (reply#21), jadi bagaimana dengan perbedaan berat jenis akibat pemanasan itu?

Sekarang berat yang di dalam Sutta itu satuan-nya apa dulu?
Kan tidak dinyatakan. Berat itu satuan-nya newton.

Dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari kata "berat" tetap untuk menyebut "massa" suatu obyek.
Menurut  saya sutta tersebut tidak bisa langsung dikomparasi dengan sains, karena tidak ada satuan ukuran yg jelas. Sutta ini lebih ke perumpamaan untuk menjelaskan sesuatu pandangan yang waktu itu diterima umum.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 28 February 2013, 10:22:13 PM
Sekarang berat yang di dalam Sutta itu satuan-nya apa dulu?
Kan tidak dinyatakan. Berat itu satuan-nya newton.


apakah sesuatu yg lebih ringan akan bisa jadi lebih berat jika menggunakan satuan yg berbeda?

Quote
Dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari kata "berat" tetap untuk menyebut "massa" suatu obyek.
Menurut  saya sutta tersebut tidak bisa langsung dikomparasi dengan sains, karena tidak ada satuan ukuran yg jelas. Sutta ini lebih ke perumpamaan untuk menjelaskan sesuatu pandangan yang waktu itu diterima umum.

tidak, bahkan dalam bahasa sehari2 pun berat tidak sama dengan massa. apakah anda mengatakan bahwa sebutir batu akan sama beratnya ketika diangkat di atas tanah dan ketika diangkat di dalam air?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 01 March 2013, 12:07:30 PM
apakah sesuatu yg lebih ringan akan bisa jadi lebih berat jika menggunakan satuan yg berbeda?

tidak, bahkan dalam bahasa sehari2 pun berat tidak sama dengan massa. apakah anda mengatakan bahwa sebutir batu akan sama beratnya ketika diangkat di atas tanah dan ketika diangkat di dalam air?

Berat di atas tanah dan di dalam air bisa berbeda karena pengaruh tekanan air, tapi kalau batu itu letaknya di dasar air dan diangkat yah sama beratnya juga.
Karena itu berat kemudian hari dinyatakan dengan newton.

Massa adalah suatu sifat intrinsik dari materi, sedangkan berat adalah suatu gaya yang merupakan hasil aksi gravitasi pada materi.
Dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari kata "berat" tetap untuk menyebut "massa" suatu obyek (terutama manusia), misalnya "Berat saya 70 kilogram", walaupun diketahui bahwa kilogram adalah suatu satuan massa.

Umumnya kita sering menyebut berat dengan satuan massa dalam bahasa sehari-hari, itu maksud saya.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: will_i_am on 01 March 2013, 12:11:49 PM
Berat di atas tanah dan di dalam air bisa berbeda karena pengaruh tekanan air, tapi kalau batu itu letaknya di dasar air dan diangkat yah sama beratnya juga.
Karena itu berat kemudian hari dinyatakan dengan newton.
beneran nih?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 01 March 2013, 12:17:34 PM
beneran nih?

Contoh itu menjawab pertanyaan Indra untuk batu di dalam air. Coba saja kalau benda padat yang massa-nya sama angkat dari dasar air dan dari tanah, kecuali batu yang berongga dalamnya yah
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 01 March 2013, 12:21:59 PM
Kok saya jadi ngajar hukum archimedes yah : (yang mau kursus mesti bayar neh hehe)

Quote
Pada saat ditimbang diudara benda mempunyai berat 4.000 kg pada skala pengukur berat, sedang setelah dimasukan kedalam air berat benda menjadi 3.000 kg. Padahal masa benda tidak berubah, berkurangnya berat benda tersebut diakibatkan adanya gaya tekan keatas dari air yang dipindahkan oleh bagian benda yang ada didalam air (force of buoyancy), dengan arah kerja gayanya mengarah keatas; sedang garis kerja gayanya segaris dengan garis kerja dari gaya berat benda. Titik tangkap garis kerja gaya buoyancy biasa disebut dengan titik buoyancy atau titik B. Didalam sistem bangunan terapung titik B ini disebut juga dengan titik berat dari volume benda yang ada dibawah garis air (gambar dibawah ini)

Hukum Archimedes mengatakan bahwa apabila sebuah benda sebagian atau seluruhnya terbenam kedalam air, maka benda tersebut akan mendapat gaya tekan yang mengarah keatas yang besarnya sama dengan berat air yang dipindahkan oleh bagian benda yang terbenam tersebut. Telah sama-sama kita ketahui bahwa berat jenis air tawar adalah 1.000 kg/m3, apabila ada sebuah benda yang terbenam kedalam air tawar; maka berat benda tersebut seolah-olah akan berkurang sebesar 1.000 kg untuk setiap 1 m3 air yang dipindahkan. Konsep ini akan lebih jelas bila diterangkan dengan gambar dibawah ini.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 01 March 2013, 12:23:23 PM
Contoh itu menjawab pertanyaan Indra untuk batu di dalam air. Coba saja kalau benda padat yang massa-nya sama angkat dari dasar air dan dari tanah, kecuali batu yang berongga dalamnya yah

bagaimana jika anda bereksperimen dulu, gampang kok, ambil batu letakkan di dasar kolam renang, coba bandingkan ketika batu masih di dalam air, dan ketika sudah keluar dari air, mana yg lebih berat? jangan buru2 menjawab sebelum bereksperimen, karena saya sudah
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 01 March 2013, 12:26:17 PM
Sudah om Indra.

Lihat gambar di bawah ini :

(http://1.1.1.2/bmi/hosting11.imagecross.com/image-hosting-22/5193ap.JPG)

makanya saya bilang ukur-nya di dasar air bukan di tengah air di mana ada tekanan ke atas yg mengurangi berat.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 01 March 2013, 12:29:16 PM
Sudah om Indra.

Lihat gambar di bawah ini :

(http://1.1.1.2/bmi/hosting11.imagecross.com/image-hosting-22/5193ap.JPG)

makanya saya bilang ukur-nya di dasar air bukan di tengah air di mana ada tekanan ke atas yg mengurangi berat.

baik, tapi kenapa kalau ditengah beratnya jadi tidak sama? bukankah awalnya anda mengatakan berat akan selalu sama?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: kullatiro on 01 March 2013, 12:31:38 PM
ehm gambar nya tidak kelihatan di hp ku?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 01 March 2013, 12:33:57 PM
baik, tapi kenapa kalau ditengah beratnya jadi tidak sama? bukankah awalnya anda mengatakan berat akan selalu sama?

Saya sudah menerangkan bahwa ada kerancuan orang menyebut massa dengan berat. Okelah kita bahas sekali lagi maksud saya dengan penjelasan di bawah ini.

Perbedaan massa dan berat
Massa :
1. Menyatakan banyaknya materi yang terkandung pada suatu benda.
2. Besarnya di mana-mana tetap
3. Termasuk besaran skalar (besaran yang hanya memiliki besar saja, tidak memperhitungkan arah)
4. Satuan dalam internasional (SI) adalah kilogram
5. Diukur dengan menggunakan neraca Ohauss

Berat
1. Menyatakan besarnya gaya tarik gravitasi bumi yang bekerja pada suatu benda
2. Besarnya berubah-ubah sesuai kedudukannya (tergantung pada percepatan gravitasi di tempat tersebut).
Semakin jauh dari pusat bumi berat suatu benda semakin berkurang. Demikian juga berat benda di kutub akan lebih besar dibandingkan berat benda di khatulistiwa.
3. Termasuk besaran vektor (besaran yang memiliki besar dan arah)
4. Satuan dalam internasional (SI) adalah newton
5. Diukur dengan menggunakan neraca pegas (dinamometer)

Misalnya, sebuah apel yang  bermassa 200 g akan mempunyai berat yang berbeda-beda ketika ditimbang pada tempat yang berbeda.
Apel yang bermassa 200 g, mempunyai berat 1,96 N  ketika ditimbang dipermukaan bumi (percepatan gravitasi 9,8 m/s2), beratnya 1,952 ketika ditimbang di atas gunung (percepatan gravitasi 9,76 m/s2), bahkan beratnya hanya 0,327 ketika ditimbang di bulan.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: will_i_am on 01 March 2013, 12:35:19 PM
apakah kalau bendanya berada di dasar air, maka tidak ada air yang dipindahkan akibat kemasukan benda itu?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 01 March 2013, 12:39:18 PM
apakah kalau bendanya berada di dasar air, maka tidak ada air yang dipindahkan akibat kemasukan benda itu?

Dipindahkan bagaimana? Maaf Saya belum mengerti. Maksud anda di wadah yang air-nya penuh?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 01 March 2013, 12:41:32 PM
Saya sudah menerangkan bahwa ada kerancuan orang menyebut massa dengan berat. Okelah kita bahas sekali lagi maksud saya dengan penjelasan di bawah ini.

Perbedaan massa dan berat
Massa :
1. Menyatakan banyaknya materi yang terkandung pada suatu benda.
2. Besarnya di mana-mana tetap
3. Termasuk besaran skalar (besaran yang hanya memiliki besar saja, tidak memperhitungkan arah)
4. Satuan dalam internasional (SI) adalah kilogram
5. Diukur dengan menggunakan neraca Ohauss

Berat
1. Menyatakan besarnya gaya tarik gravitasi bumi yang bekerja pada suatu benda
2. Besarnya berubah-ubah sesuai kedudukannya (tergantung pada percepatan gravitasi di tempat tersebut).
Semakin jauh dari pusat bumi berat suatu benda semakin berkurang. Demikian juga berat benda di kutub akan lebih besar dibandingkan berat benda di khatulistiwa.
3. Termasuk besaran vektor (besaran yang memiliki besar dan arah)
4. Satuan dalam internasional (SI) adalah newton
5. Diukur dengan menggunakan neraca pegas (dinamometer)

Misalnya, sebuah apel yang  bermassa 200 g akan mempunyai berat yang berbeda-beda ketika ditimbang pada tempat yang berbeda.
Apel yang bermassa 200 g, mempunyai berat 1,96 N  ketika ditimbang dipermukaan bumi (percepatan gravitasi 9,8 m/s2), beratnya 1,952 ketika ditimbang di atas gunung (percepatan gravitasi 9,76 m/s2), bahkan beratnya hanya 0,327 ketika ditimbang di bulan.

itu mungkin definisi anda sendiri yg diciptakan untuk membenarkan kekeliruan anda, kami di Indonesia jika ngomong soal berat, maka yg dimaksudkan adalah:

be·rat 1 a besar ukurannya (di antara jenisnya atau benda-benda yg serupa): alat-alat -- , mobil derek, traktor, dsb; 2 a besar tekanannya (timbangannya): peti -- itu tidak dapat diangkat oleh tiga orang; 3 a payah; parah (tt luka penyakit dsb): akibat kecelakaan itu dia menderita luka --; kalau penyakit sudah -- susah diobati; 4 a sulit (susah, sukar) melakukannya; melebihi ukuran (kekuatan, kemampuan, kesanggupan, dsb): kematian ibunya merupakan cobaan -- bagi gadis itu; 5 a sukar digerakkan, seakan-akan ditindih atau ditekan (tt anggota badan dsb): kepala terasa -- dan pusing; mata terasa -- , mengantuk; 6 a kuat merangsang saraf; keras (tt rokok, obat, dsb): ia suka rokok yg --; 7 a memihak; cenderung: hatinya lebih -- kpd kekasihnya dp kpd orang tuanya; 8 ki v hamil: istrinya sedang dl --; 9 a sangat keras (perkiraan, dugaan, dsb): -- dugaanku bahwa dia yg salah; 10 n besarnya tekanan suatu benda apabila diangkat, ditimbang, dsb; bobot; timbangan: akibat sakit, -- nya berkurang 7 kg; 11 n Fis gaya tarikan yg diderita suatu benda krn massanya dan keberadaannya di dalam, di sekitar, ataupun pd suatu sistem massa; bobot; 12 ki a susah; celaka: wah, kalau ketahuan, -- kita;
-- pd mata orang lain, ki disegani (dihormati) orang; -- sama dipikul, ringan sama dijinjing, pb suka duka, baik buruk sama-sama ditanggung; berapa -- mata memandang, -- juga bahu memikul, pb betapapun menderita orang melihat, lebih menderita orang yg mengalami (kesusahan dsb);
-- bibir tidak suka berbicara banyak; pendiam; -- ekor cak malas bekerja; -- hati 1 kurang suka (enggan) melakukan; 2 tidak sampai hati (tidak tega) melakukan; 3 cenderung (hati) kpd; 4 keras sangkaan (dugaan)nya (thd sesuatu); -- hidup berat badan ternak pd waktu masih hidup; -- jenis Fis perbandingan berat benda dng berat air yg sama besar volumenya (msl berat jenis marmer 2,8 artinya marmer yg besarnya 1 dm3 beratnya 2,8 kg); -- kaki enggan bekerja; malas bekerja; -- kepala tidak mudah mengerti; sukar menerima pelajaran; bodoh; -- lidah 1 berat bibir; 2 tidak dapat berkata-kata dng baik; -- mata (lekas) mengantuk; -- mulut berat bibir; -- otak cak susah hati; rusuh hati; -- pinggul malas; -- sapih Tern berat badan seekor ternak pd waktu disapih; -- sebelah memihak salah satu; tidak adil; -- siku berat tangan; -- tangan enggan bekerja; malas; -- telinga kurang baik pendengarannya; pekak; -- tulang malas;
ber·be·rat v mempunyai berat: roket yg - 20.000 ton itu diorbitkan ke angkasa;
mem·be·rati v 1 menaruh sesuatu hingga menjadi berat; membebani: mereka - kayu itu dng batu agar dapat tenggelam; kebusukan di dunia ini sangat - tubuh dan perasaanku; 2 menambah pekerjaan; menyusahkan: penderitaannya sudah cukup, janganlah engkau -nya lagi dng tuduhan yg demikian;
mem·be·rat·kan v 1 menjadikan beban (tanggungan dsb) berat: kehadiranku di rumah itu akan - bebannya; 2 memperkuat (tuduhan, sangkalan, dsb): bukti-bukti yg - terdakwa cukup banyak; 3 mementingkan; mengutamakan: jika kita ingin maju, kita harus - sektor pendidikan dr sektor yg lain; 4 menyerahkan (kpd); membebankan (kpd): jangan - tugas itu hanya kpd seorang saja; 5 mengagung-agungkan; meninggi-ninggikan: di mana pun berada, ia selalu - dirinya;
mem·per·be·rat v menjadikan supaya lebih berat: jangankan menolong, bahkan dia - tanggungan orang tuanya;
pem·be·rat n benda yg dipakai untuk memberati atau memberatkan, spt tolak bara;
pem·be·rat·an n proses, cara, perbuatan memberati atau memberatkan;
ke·be·rat·an 1 n perihal beratnya suatu benda, tugas, perasaan, penyakit, dsb: terasa benar - pajak itu bagi rakyat; 2 a cak terlampau berat (beratnya melebihi dr yg biasa): barang ini - jika diangkut dng sepeda; 3 v cak berkeberatan; tidak setuju: penduduk - atas pemberian ganti rugi atas tanah mereka yg tidak seimbang;
ber·ke·be·rat·an v merasa berat; kurang setuju

atau kalau dalam english:

weight (wat)
n.
1   a portion or quantity weighing a definite or specified amount [ten pounds weight of lead]
2   a) heaviness as a quality of things b) Physics the force of gravity acting on a body, equal to the mass of the body multiplied by the acceleration of gravity
3   a) quantity or amount of heaviness; how much a thing weighs b) the amount a specified thing should weigh
4   a) any unit of heaviness or mass b) any system of such units [troy weight, avoirdupois weight] (see measure, table) c) a piece, as of metal, of a specific standard heaviness, used on a balance or scale in weighing
5   any block or mass of material used for its heaviness; specif., a) one used to hold light things down or in position [a paperweight] b) one used to drive a mechanism [the weights in a clock] c) one used to maintain balance [weights placed on an automobile wheel] d) one of a particular heaviness, lifted as an athletic exercise
6   a) any heavy thing or load b) a burden or oppressiveness, as of responsibility or sorrow
7   importance or consequence [a matter of great weight]
8   influence, power, or authority [to throw one's weight to the losing side]
9   the relative thickness or heaviness of a fabric or an article of clothing as proper to a particular season, use, etc. [a suit of summer weight]
10   Printing the relative thickness of the lines in type fonts
11   Sports a) any of the several classifications into which boxers and wrestlers are placed according to how much they weigh b) the number of pounds a horse is required to carry for a particular race, including the weight of the jockey, the saddle, and, often, added lead weights
12   Statistics a constant assigned to a single item in a frequency distribution, indicative of the item's relative importance
vt.
1   to add weight to; make heavy or heavier
2   to burden; load down; oppress
3   to treat (thread or fabric) with a solution of metallic salts, in order to increase its weight
4   to manage, control, or influence in a particular direction or so as to favor a particular side; slant [evidence weighted against the defendant]
5   Statistics to assign a weight to in a frequency distribution
SYN. importance, influence
by weight as determined by weighing
carry weight to be important, influential, etc.
pull one's weight to do one's share
throw one's weight around to take undue advantage of one's authority or rank; be overbearing

Etymology
[ME weiht, altered (infl. by weien, weigh1) < OE wiht < wegan: see weigh1]

(C)1995 ZCI Publishing, Inc.   (C)1994, 1991, 1988 Simon & Schuster, Inc.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: will_i_am on 01 March 2013, 12:45:37 PM
kalau batu dicemplungin ke dasar wadah yang berisi air yang penuh, ada air yang tumpah gak?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 01 March 2013, 12:47:52 PM
kalau batu dicemplungin ke dasar wadah yang berisi air yang penuh, ada air yang tumpah gak?

Ya
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 01 March 2013, 12:51:57 PM
Defenisi berat dan massa juga memang dianggap berbeda dari segi science, tapi oleh umum dianggap sama, bukan saya yang ciptakan definisi tersebut

Quote
In everyday usage, the mass of an object is often referred to as its weight though these are in fact different concepts and quantities. In scientific contexts, mass refers loosely to the amount of "matter" in an object (though "matter" may be difficult to define), whereas weight refers to the force experienced by an object due to gravity.[1] In other words, an object with a mass of 1.0 kilograms will weigh 9.8 newtons (newton is the unit of force, while kilogram is the unit of mass) on Earth (its mass multiplied by the gravitational field strength). Its weight will be less on Mars (where gravity is weaker), more on Saturn, and negligible in space when far from any significant source of gravity, but it will always have the same mass.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 01 March 2013, 12:54:34 PM
Quote
In modern scientific usage, weight and mass are fundamentally different quantities: mass is an "extrinsic" (extensive) property of matter, whereas weight is a force that results from the action of gravity on matter: it measures how strongly the force of gravity pulls on that matter. However, in most practical everyday situations the word "weight" is used when, strictly, "mass" is meant.[4][16] For example, most people would say that an object "weighs one kilogram", even though the kilogram is a unit of mass.
The scientific distinction between mass and weight is unimportant for many practical purposes because the strength of gravity is almost the same everywhere on the surface of the Earth. In a uniform gravitational field, the gravitational force exerted on an object (its weight) is directly proportional to its mass. For example, object A weighs 10 times as much as object B, so therefore the mass of object A is 10 times greater than that of object B. This means that an object's mass can be measured indirectly by its weight, and so, for everyday purposes, weighing (using a weighing scale) is an entirely acceptable way of measuring mass. Similarly, a balance measures mass indirectly by comparing the weight of the measured item to that of an object(s) of known mass. Since the measured item and the comparison mass are in virtually the same location, so experiencing the same gravitational field, the effect of varying gravity does not affect the comparison or the resulting measurement.
The Earth's gravitational field is not uniform but can vary by as much as 0.5%[17] at different locations on Earth (see Earth's gravity). These variations alter the relationship between weight and mass, and must be taken into account in high precision weight measurements that are intended to indirectly measure mass. Spring scales, which measure local weight, must be calibrated at the location at which the objects will be used to show this standard weight, to be legal for commerce.[citation needed]
This table shows the variation of acceleration due to gravity (and hence the variation of weight) at various locations on the Earth's surface.

Neh tambahan data, tentang definisi tersebut
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 01 March 2013, 12:55:16 PM
Defenisi berat dan massa juga memang dianggap berbeda dari segi science, tapi oleh umum dianggap sama, bukan saya yang ciptakan definisi tersebut


itu sumbernya dari mana?

saya jauh dari dunia science, tapi saya juga menganggap berat dan massa berbeda.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 01 March 2013, 12:55:38 PM
Neh tambahan data, tentang definisi tersebut

data otentik mohon menyertakan sumbernya
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 01 March 2013, 01:01:29 PM
http://en.wikipedia.org/wiki/Mass_versus_weight (http://en.wikipedia.org/wiki/Mass_versus_weight)

http://en.wikipedia.org/wiki/Weight (http://en.wikipedia.org/wiki/Weight)

Referensi itu masih ada catatan kaki dari mana definisi itu berasal.

Quote
The National Standard of Canada, CAN/CSA-Z234.1-89 Canadian Metric Practice Guide, January 1989:
5.7.3 Considerable confusion exists in the use of the term "weight." In commercial and everyday use, the term "weight" nearly always means mass. In science and technology "weight" has primarily meant a force due to gravity. In scientific and technical work, the term "weight" should be replaced by the term "mass" or "force," depending on the application.
5.7.4 The use of the verb "to weigh" meaning "to determine the mass of," e.g., "I weighed this object and determined its mass to be 5 kg," is correct.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 01 March 2013, 01:02:37 PM
http://en.wikipedia.org/wiki/Mass_versus_weight (http://en.wikipedia.org/wiki/Mass_versus_weight)

http://en.wikipedia.org/wiki/Weight (http://en.wikipedia.org/wiki/Weight)

Referensi itu masih ada catatan kaki dari mana definisi itu berasal.


jadi kalau kita menimbang sesuatu, misalnya beras, angka yg ditunjukkan oleh timbangan itu adalah berat atau massa?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: tesla on 01 March 2013, 01:14:20 PM
ini sudah kaya board fisika aja... bukan board agama.

maaf gambarnya ga keluar... bisa dipost lagi yg soal berat kalau udah nyemplung 100% sama saja?


saya ga ngerti ini...
harusnya berat beda di air dan di udara ya beda.
karena minus gaya apung dari air tadi kan?
kok kalau sampai di dasar air katanya sama saja?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 01 March 2013, 01:43:29 PM
ini sudah kaya board fisika aja... bukan board agama.

maaf gambarnya ga keluar... bisa dipost lagi yg soal berat kalau udah nyemplung 100% sama saja?


saya ga ngerti ini...
harusnya berat beda di air dan di udara ya beda.
karena minus gaya apung dari air tadi kan?
kok kalau sampai di dasar air katanya sama saja?

Coba klik gambar ini bro : http://1.1.1.4/bmi/1.1.1.2/bmi/hosting11.imagecross.com/image-hosting-22/5193ap.JPG (http://1.1.1.4/bmi/1.1.1.2/bmi/hosting11.imagecross.com/image-hosting-22/5193ap.JPG)
Yang di air itu hukum archimedes.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 01 March 2013, 01:45:28 PM
jadi kalau kita menimbang sesuatu, misalnya beras, angka yg ditunjukkan oleh timbangan itu adalah berat atau massa?

Angka yang ditunjukkan timbangan Itu adalah berat, tapi satuan-nya dinyatakan dalam massa.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 01 March 2013, 01:52:49 PM
Angka yang ditunjukkan timbangan Itu adalah berat, tapi satuan-nya dinyatakan dalam massa.

itu yg saya maksudkan, bahwa yg dimaksudkan dengan "berat" secara umum awam pun adalah berat menurut timbangan, bukan massa, soal satuan siapa peduli, yg penting angka di timbangan ketika orang beli beras 10kg, ya timbangan menunjukkan 10kg, deal. dalam sutta juga disebutkan soal "timbangan", jadi sejak awal konteks ini seharusnya sudah dipahami.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 01 March 2013, 01:53:34 PM
Coba klik gambar ini bro : http://1.1.1.4/bmi/1.1.1.2/bmi/hosting11.imagecross.com/image-hosting-22/5193ap.JPG (http://1.1.1.4/bmi/1.1.1.2/bmi/hosting11.imagecross.com/image-hosting-22/5193ap.JPG)
Yang di air itu hukum archimedes.

cpddd
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 01 March 2013, 01:55:46 PM
cpddd

Yang itu buat bro Tesla, sebab dia gak bisa buka gambarnya  :P
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: will_i_am on 01 March 2013, 01:56:14 PM
kalau batu dicemplungin ke dasar wadah yang berisi air yang penuh, ada air yang tumpah gak?
Ya

Hukum Archimedes mengatakan bahwa apabila sebuah benda sebagian atau seluruhnya terbenam kedalam air, maka benda tersebut akan mendapat gaya tekan yang mengarah keatas yang besarnya sama dengan berat air yang dipindahkan oleh bagian benda yang terbenam tersebut. Telah sama-sama kita ketahui bahwa berat jenis air tawar adalah 1.000 kg/m3, apabila ada sebuah benda yang terbenam kedalam air tawar; maka berat benda tersebut seolah-olah akan berkurang sebesar 1.000 kg untuk setiap 1 m3 air yang dipindahkan. Konsep ini akan lebih jelas bila diterangkan dengan gambar dibawah ini.
:-?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 01 March 2013, 01:58:39 PM
itu yg saya maksudkan, bahwa yg dimaksudkan dengan "berat" secara umum awam pun adalah berat menurut timbangan, bukan massa, soal satuan siapa peduli, yg penting angka di timbangan ketika orang beli beras 10kg, ya timbangan menunjukkan 10kg, deal. dalam sutta juga disebutkan soal "timbangan", jadi sejak awal konteks ini seharusnya sudah dipahami.

Justru Berat itu relatif, beras menurut timbangan 10 kg di satu tempat bisa berbeda di tempat yang lain jika gravitasi-nya berbeda.
Contoh yang paling baik timbangan badan yang ditimbang di jakarta hasilnya berbeda jika anda timbang dengan timbangan yang sama di bulan.
Oke kembali kepada bola besi (baja),
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 01 March 2013, 02:03:55 PM
Justru Berat itu relatif, beras menurut timbangan 10 kg di satu tempat bisa berbeda di tempat yang lain jika gravitasi-nya berbeda.
Contoh yang paling baik timbangan badan yang ditimbang di jakarta hasilnya berbeda jika anda timbang dengan timbangan yang sama di bulan.
Oke kembali kepada bola besi (baja),


spekulasinya terlalu jauh, menurut saya sutta itu tidak sampai membahas sampai berat bola besi di bulan, paling jauh masih sesama India. padahal dalam salah satu kutipan yg tidak anda baca tertulis "The scientific distinction between mass and weight is unimportant for many practical purposes because the strength of gravity is almost the same everywhere on the surface of the Earth. "
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 01 March 2013, 02:23:19 PM
Sebenarnya maksud saya itu untuk menjelaskan postingan anda di #40.

Intinya berat timbangan itu adalah berat (newton) tapi dinyatakan dengan ukuran massa (karena persepsi publik).

Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 01 March 2013, 02:25:09 PM
Sebenarnya maksud saya itu untuk menjelaskan postingan anda di #40.

Intinya berat timbangan itu adalah berat (newton) tapi dinyatakan dengan ukuran massa (karena persepsi publik).



again, satuan tidak dipermasalahkan dalam sutta itu, melainkan hanya soal "berat", dan jika merujuk pada postingan #40 itu, maka secara logika memang tidak mungkin orang pada masa sebelum kelahiran Newton bisa menggunakan satuan Newton, tapi bukan berarti mrk tidak punya satuan ukuran berat yg lain, bukan?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: will_i_am on 01 March 2013, 02:28:47 PM
entah kenapa di dasar air berat batu itu bisa sama dengan di darat ya
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 01 March 2013, 02:31:27 PM
Yah satuan yang mereka gunakan pada masa lalu itu tetap terpengaruh oleh gravitasi. Karena itu sekarang timbangan-timbangan yang ada mengikuti prinsip tersebut, tetap memakai satuan ukuran dalam massa.

Berat yang dikatakan dalam sutta itu adalah weight bukan mass.
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 01 March 2013, 02:37:00 PM
entah kenapa di dasar air berat batu itu bisa sama dengan di darat ya

Tidak sama ada terkena Hukum Archimedes jika batu ada di air, terima kasih atas koreksi-nya
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Indra on 01 March 2013, 02:43:56 PM
Yah satuan yang mereka gunakan pada masa lalu itu tetap terpengaruh oleh gravitasi. Karena itu sekarang timbangan-timbangan yang ada mengikuti prinsip tersebut, tetap memakai satuan ukuran dalam massa.

Berat yang dikatakan dalam sutta itu adalah weight bukan mass.

tidak ada perdebatan soal ini, seluruh postingan sebelumnya juga sudah menyepakati hal ini. jadi?
Title: Re: Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
Post by: Top1 on 01 March 2013, 02:46:14 PM
tidak ada perdebatan soal ini, seluruh postingan sebelumnya juga sudah menyepakati hal ini. jadi?

Saya salah persepsi