Namo Buddhaya,
Mahayana awal yang diuraikan oleh Nagarjuna masih memegang pemahaman anatman. Namun seiring berjalannya waktu, ajaran Mahayana ini terlalu fleksibel sehingga melahirkan banyak pandangan dan cabang aliran. Pandangan baru dari Mahayana inilah yang menggambarkan bahwa Mahayana memegang konsep adanya atman sejati (sudah bukan anatman).
Dari yang aku lihat, pandangan adanya atman ini malah berkembang di China dan Jepang, dan dikembangkan oleh Bhiksu-Bhiksu. Malah ada ajaran kontroversial dari Nichiren soal Amala Vijnana.
Kalau sebagai rujukan, aku lebih suka memakai teks klasik dari India atau teks klasik Tibet, atau dari sesepuh Zen China (sampai ke Hui-Neng).
Kalau selain itu, aku tidak pakai sebagai rujukan, paling hanya bacaan.
m murid harus belajar filosofi Madhyamika dahulu, untuk mendekonstruksi semua pandangannya tentang atman, baru belajar BuNah, di teks-teks yang berasal dari India, jarang sekali yang membahas ada Atman. Kalaupun membahas Buddha-Nature yang mirip, menurut kurikulum Buddha-Nature.
Kalau belajarnya loncat ke Buddha-Nature, jadinya seperti saudara Triyana, menganggap Buddha-Nature adalah Atman
The following noted stanza quoted whenever there is an allusion to the philosophy of the Yogacara is taken from the Chinese Sandhi-nirmocana-sutra:
The Adana-Vijnana is deep and subtle,
Where all the seeds are evolved like a stream;
I do not elucidate this for the ignorant,
For they are apt to imagine it an ego-substance.
(hal 258) (Suzuki)
Mahayana awal yang diuraikan oleh Nagarjuna masih memegang pemahaman anatman. Namun seiring berjalannya waktu, ajaran Mahayana ini terlalu fleksibel sehingga melahirkan banyak pandangan dan cabang aliran. Pandangan baru dari Mahayana inilah yang menggambarkan bahwa Mahayana memegang konsep adanya atman sejati (sudah bukan anatman) = Dalam ajaran Madhyamaka dikenal adanya Kesadaran Sangat Halus (Very Subtle Mind) selain Subtle Mind dan Gross Mind, Dalam Yogacara dikenal Mula Nirvikalpa Jnana. Seperti sudah saya jelaskan sebelumnya anatman ini digunakan agar anda tidak melekat kepada diri (dengan "d" kecil).
Tathagata-garbha thought is complementary to sunyata thought of the Madhyamika and the Yogacara, as it is seen in the Uttaratantra. The Uttaratantra first quotes the Srimala-devi-sutra to the effect that tathagata-garbha is not accessible to those outside of sunya realization and then proceeds to claim that sunyata realization is a necessary precondition to the realization of tathagata-garbha. There is something positive to be realized when one’s vision has been cleared by sunyata. The sunyata teachings of the prajna-paramita are true but incomplete. They require further elucidation, which is found in the Uttaratantra.
Dari yang aku lihat, pandangan adanya atman ini malah berkembang di China dan Jepang, dan dikembangkan oleh Bhiksu-Bhiksu. Malah ada ajaran kontroversial dari Nichiren soal Amala Vijnana.
Kalau sebagai rujukan, aku lebih suka memakai teks klasik dari India atau teks klasik Tibet, atau dari sesepuh Zen China (sampai ke Hui-Neng) = Zen/Chan/Soen adalah ajaran yang benar dan berasal dari Sang Buddha Sakyamuni sendiri. Mengenai Silsilah Zen silahkan lihat post dari Saudara GandalfTheElder. Saya cuplik sedikit :
Silsilah Chan (Zen)Dari Denkoroku, Baolin chuan, Jingde Chuandeng Lu, dan Wudeng Huiyuan:
Śākyamuni Buddha, 1. Mahakashyapa, 2. Ananda, 3. Madhyantika, 4. Sanavasa, 5. Upagupta, 6. Dhritaka, 7. Micchaka, 8. Buddhanandi, 9. Buddhamitra, 10. Bhikshu Parshva, 11. Punyayasas, 12. Asvaghosha, 13. Bhikshu Kapimala, 14. Nagarjuna, 15. Kanadeva, 16. Arya Rahulata, 17. Samghanandi, 18. Samghayasas (Gayashata), 19. Kumarata, 20. Jayata, 21. Vasubandhu, 22. Manura (Manorhita), 23. Haklenayasas, 24. Bhikshu Simha, 25. Vasasita (Basiasita), 26. Punyamitra, 27. Prajnatara, 28. Bodhidharma, 29. Dazu Huike, 30. Jianzhi Sengcan, 31. Dayi Daoxin, 32. Daman Hongren, 33. Dajian Huineng, 34. Nanyue Huairang dan Qingyuan Xingsi
Silsilah Nanyue Huairang - Linji
Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Baizhang Huaihai, 3. Huangbo Xiyun, 4. Linji Yixuan
Silsilah Nanyue Huairang – Guiyang
Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Baizhang Huaihai, 3. Guishan Lingyu
Silsilah Nanyue Huairang – Puhua
Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Panshan Baoji, 3. Puhua
Silsilah Qingyuan Xingsi – Caodong
Qingyuan Xingsi, 1. s**tou Xiqian, 2. Yunyan Tansheng, 3. Dongshan Liangjie, 4. Caoshan Benji
Silsilah Qingyuan Xingsi – Yunmen
Qingyuan Xingsi, 1. s**tou Xiqian, 2. Yaoshan Weiyen, 3. Tianhuang Daowu, 4. Longtan Chongxin, 5. Deshan Xuanjian, 6. Xuefeng Yicun, 7. Yunmen Wenyan
Silsilah Qingyuan Xingsi - Fayen
Qingyuan Xingsi, 1. s**tou Xiqian, 2. Yaoshan Weiyen, 3. Tianhuang Daowu, 4. Longtan Chongxin, 5. Deshan Xuanjian, 6. Xuefeng Yicun, 7. Changqing Huileng, 8. Xuansha Shibei, 9. Fayan Wenyi
Silsilah Rinzai Jepang
Linji Yixuan, 1. Xinghua Cunjiang, 2. Nanyuan Huiyong, 3. Fengxue Yanzhao, 4. Shoushan Shengnian, 5. Shishuang Qingzhu, 6. Yangzhi Fanghui, 7. Baiyun Shouduan, 8. Wuzu Fayan, 9. Yuanwu Keqin, 10. Huqiu Shaolong, 11. Yingan Tanhua, 12. Mian Xianjie, 13. Songyuan Chongyue, 14. Yunan Puyan, 15. Xutang Zhiyu, 16. Shomyo (Daio Kokushi)
Silsilah Soto Jepang
Dongshan Liangjie, 1. Yunju Daoying, 2. Tongan Daopi, 3. Tongan Guanzhi, Liangshan Yuanguan, 4. Dayang Jixuan, 5. Touzi Yiqing, 6. Furong Daokai, 7. Danxia Zichun, 8. Zhenxie Qingliao, 9. Tiantong Zongjue, 10. Xuedou Zhijian, 11. Tiantong Rujing, 12. Eihei Dogen
Silsilah Seon Korea
I. Silsilah Gunung Huiyang
Bodhidharma, 1. Dazu Huike, 2. Jianzhi Sengcan, 3. Dayi Daoxin, 4 Beomnang (Pomnang), 5. Shinaeng
II. Silsilah Gunung Gaji
Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Xitang Zhizang, 3. Toui (Jilin Daoyi), 4. Chejing
III. Silsilah Gunung Seongju
Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Magu Baozhe, 2. Muyeom
IV. Silsilah Gunung Silsang
Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Xitang Zhizang, 3. Hongcheok (Hongshe)
V. Silsilah Gunung Dongni
Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Xitang Zhizang, 3. Hyejeol
VI. Silsilah Gunung Bongnim
Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Zhangjing Huaihui, 3. Weongnam
VII. Silsilah Gunung Sagul
Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Yanguan Qian, 3. Beomil
Qingyuan Xingsi, 1. s**tou Xiqian, 2. Yaoshan Weiyan, 3. Beomil
VIII. Silsilah Gunung Saja
Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Nanquan Puyuan, 3. Doyun
IX. Silsilah Gunung Sumi
Qingyuan Xingsi, 1. s**tou Xiqian, 2. Yunyan Tansheng, 3. Dongshan Liangjie, 4. Yunju Daoying, 5. Ieom
Silsilah Thien Vietnam
I. Dharmadeva, 1. Thich Hue Thang
II. Bodhidharma, 1. Dazu Huike, 2. Jianzhi Sengcan, 3. Vinitaruci (Ty Ni Da Lu Chi)
III. Nanyue Huairang, 1. Mazu Daoyi, 2. Baizhang Huaihai, 3. Wu Yen Tung (Vo Ngon Thong)
IV. Yunmen Wenyan, 1. Xianglin Chengyuan, 2. Xuetou Chongxian, 3. Thao Dong
Kalau selain itu, aku tidak pakai sebagai rujukan, paling hanya bacaan = Maaf tapi saya meyakini silsilah tetap murni dan terjaga
murid harus belajar filosofi Madhyamika dahulu, untuk mendekonstruksi semua pandangannya tentang atman, baru belajar BuNah, di teks-teks yang berasal dari India, jarang sekali yang membahas ada Atman. Kalaupun membahas Buddha-Nature yang mirip, menurut kurikulum Buddha-Nature = Mohon tunjukan referensinya kalau anda harus belajar filosofi Madhyamika dahulu
, setahu saya filosofi Yogacara dan Madhyamika sejajar dan diajarkan bersamaan. "di teks-teks yang berasal dari India, jarang sekali yang membahas ada Atman" = Silahkan referensinya
Kalau belajarnya loncat ke Buddha-Nature, jadinya seperti saudara Triyana, menganggap Buddha-Nature adalah Atman = Mohon dijelaskan perbedaan Buddha Nature dengan Atman